Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah akuntansi sektor publik dipakai pertama kali pada tahun 1952.
Akuntansi sektor publik berkembang sangat pesat dalam waktu relatif singkat. Hal
ini dikarenakan oleh adanya tuntutan masyarakat mengenai adanya transparasi dan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Pemerintah menilai perlu
ada perbaikan kelayakan praktek manajemen mulai dari sistem akuntansi
manajemen, keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem
pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-
kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat
diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan
publik. Akuntansi sektor publik awalnya adalah aktivitas yang terspesialisasi dari
profesi yang lebih kecil dan saat ini sedang menuju proses untuk menjadi disiplin
ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Akuntansi sektor publik punya kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri punya wilayah yang lebih luas
dan kompleks disbanding sektor swasta. Selain itu juga kompleksnya lingkungan
yang memepengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Domain publik meliputi
badan-badan pemerintahan seperti pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja
pemerintah, BUMN/BUMD, yayasan, parpol, ormas, LSM, universitas dan
organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat dari variabelnya sektor publik juga
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, politik, budaya dan historis juga punya
pengaruh signifikan (bersifat heterogen).
Sektor publik memiliki macam-macam pengertian tergantung dari mana
sudut pandangnya. Secara sudut pandang ekonomi sektor publik merupakan suatu
entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Untuk sebagian tugas dan fungsi dari sektor publik sebenarnya dapat
digantikan oleh sektor swasta, contoh: layanan komunikasi, penarikan perpajakan,
pendidikan, tranportasi, dll. Akan tetapi ada tugas tertentu yang tidak bisa digantikan
oleh sektor swasta yaitu fungsi birokrasi pemerintahan. Dengan demikian akuntansi
sektor publik tidak dapat disamakan oleh akuntansi sektor swasta. Dan yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana caranya memajukan sektor publik agar lebih efektif
dan efisien supaya tidak tertinggal jauh dari sektor swasta.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan dibahas tentang Karaktristik dan Lingkungan Sektor
Publik. Dari latar belakang di atas, dapat dirimuskan masalah dengan ruang lingkup
hanya sebatas tentang pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik, tujuan
akuntansi sektor publik, privatisasi dan otonomi daerah.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca
mendapat pengetahuan mengenai pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor
publik, sifat dan karakteristik, tujuan dan perkembangan akuntansi sektor publik,
akuntanbilitas publik, privatisasi serta otonomi daerah. Selain itu makalah ini bisa
dijadikan alternatif bacaan bagi mahasiswa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR


PUBLIK

Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar
terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,
perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya
dibandingkan dengan pada masa-masa sebelumnya. Terdapat tuntutan yang lebih
besar dari masyarakat untuk dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga sektor publik.

Dalam pemerintahan sendiri, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar
terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup
perlunya dilakukan perbaikan sistem akuntansi nmnajemen, sistem akuntansi
keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan
pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang
dilakukan pemerintah. Jika diamati secara lebih mendalam, akuntansi sektor publik
memiliki peranan yang vital dan menjadi subyek untuk didiskusikan baik oleh
kalangan akademisi maupun praktisi sektor publik.

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih
elisien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial. serta dampak negatif atas
aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat
dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola
urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas
yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat ini
akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang
lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah
publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di
dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain
meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja
pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi
politik dan organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan
organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik
dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi
faktor politik, sosial, budaya, dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan.
Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen.

3
Istilah “sektor publik’’ sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap
disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan
definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan
oleh sektor swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik,
dan sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak
dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta.

Meskipun terdapat perbedaan di antara kedua sektor tersebut, yang perlu


ditekankan bukan pada mencari perbedaan dan mempertentangkan antara sektor
publik dengan sektor swasta. Fokus perhatian hendaknya lebih ditekankan pada
upaya untuk memajukan sektor publik yang dianggap kurang efisien dan kurang
menarik agar tidak tertinggal jauh dengan sektor swasta yang dipandang lebih maju
dan efisien.

2.2 SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive


activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil
tersebut harus memiliki manfaat. Akuntansi digunakan baik pada sektor swasta
maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Dalam beberapa hal,
akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan
sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
lingkungan yang mempengaruhi.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks


dan turbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik
meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:

 Pertumbuhan ekonomi
 Tingkat inflasi
 Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
 Struktur produksi
 Tenaga kerja

4
 Arus modal dalam negeri
 Cadangan devisa
 Nilai tukar mata uang
 Utang dan bantuan luar negeri
 Infrastruktur
 Teknologi
 Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
 Sektor informal
b. Faktor Politik

Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain:

 Hubungan negara dan masyarakat Legitimasi pemerintah


 Tipe rezim yang berkuasa
 Ideologi negara
 Elit politik dan massa
 Jaringan internasional
 Kelembagaan
c. Faktor Kultural

Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain:

 Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya


 Sistem nilai di masyarakat
 Historis
 Sosiologi masyarakat
 Karakteristik masyarakat
 Tingkat pendidikan
d. Faktor Demografi

Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publikantara lain:

 Pertumbuhan penduduk
 Struktur usia penduduk
 Migrasi
 Tingkat kesehatan

2.3 VALUE FOR MONEY

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber


kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar
organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan
aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.

5
 Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan
yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
 Efisiensi: pencapain output yang maksimum dengan input tenentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/ input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
 Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun
beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah
dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality).
Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama
untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi.
Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya,
penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok
tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.

Secara skematis, value for money dapat digambarkan sebagai berikut:

Ekonomi Efisiensi Aktivitas

Nilai lnput (Rp) Input Output Outcome

Input

lnput merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu


kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah: dokter di rumah sakit, tanah
untuk jalan baru, guru di sekolah, dan sebagainya. lnput dapat dinyatakan secara
kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru, dan sebagainya. lnput
dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji
guru, dan sebagainya. Masalah dalam peng ukuran input terletak pada metode
penentuan harga, apakah digunakan harga pasar atau tidak? Bagaimana jika tidak
tersedia harga pasar? Apakah biaya kesempatan (opportunity cost) relevan untuk
dipertimbangkan?

6
Output

Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan
kebijakan. Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan
output yang tidak diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan polusi yang
terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur output lebih sulit
dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan atau
kesehatan. Sebagai misal, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan
peraturan atau rasa aman masyarakat. Akan tetapi bagai mana mengukur output
tersebut? Barangkali dapat dikatakan bahwa ukuran output adalah turunnya angka
kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena turunnya angka
kriminalitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan
ekonomi, dan sebagainya sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja.
Data statistik yang ada hanya menunjukkan kriminalitas yang dilaporkan atau
tercatat, bukan kriminalitas yang sesunggulnya terjadi. Pada pelayanan kesehatan
masyarakat, output diukur dengan kenaikan jumlah pasien yang mampu bertahan
hidup dan kembali sehat, peningkatan angka harapan hidup, penurunan angka
kematian bayi, atau peningkatan kualitas hidup. Ringkasnya, output merupakan
kenaikan nilai atau nilai tambah.

Sasaran Antara (Throughput)

Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai
karena value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input.
Permasalahan yang seringkali muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap
terutama data output. Tidak tersedianya data output yang lengkap tidak berarti
analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur output
seringkali terdapat kesulitan, organisasi sektor publik menggunakan output antara
(intermediate output) atau indikator kinerja (performance indicator) sebagai alat
ukur output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output pada kenyataannya
adalah throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang dilakukan
di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang lebih tinggi yang
hendak dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat,
meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya.

Outcome

Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu.


Sebagai contoh, outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan
sampah oleh dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih
dan sehat. Outcome seringkali di kaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang
hendak dicapai.

Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit dibanding


penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:

7
 Outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang
memudahkan proses monitoring (pemantauan).
 Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk
mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimanan arah kebijakan politiknya.
 Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi
kualitas. Jika Input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah
meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efisien, tetapi apa yang dihasilkan
ternyata tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi
sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas
publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money
diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja
sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan


tepat sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik; dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai
akar pelaksanaan akuntabilitas publik.

2.4 PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR


SWASTA
a. Perbedaan Sektor Publik Dengan Sektor Swasta

Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat
dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu:

1. Tujuan organisasi,
2. Sumber pembiayaan,
3. Pola pertanggungjawaban,
4. Struktur organisasi,
5. Karakteristik anggaran,
6. Stakeholder yang dipengaruhi, dan
7. Sistem akuntansi yang digunakan.

8
Tabel 2.1

Perbedaan Sifat dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan


Sektor Swasta

Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta


Tujuan Organisasi Nonprofit motive Profit motive
Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang, Pembiayaan internal:
obligasi pemerintah, laba Modal sendiri, laba
BUMN/BUMD, ditahan, penjualan
penjualan aset negara, aktiva.
dsb. Pembiayaan eksternal:
utang bank, obligasi,
penerbitan saham
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
kepada masyarakat kepada pemegang saham
(publik) dan parlemen dan kreditor
(DPR/DPRD)
Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel: datar, piramid,
hierarkis lintas fungsional, dsb.
Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting

1. Tujuan Organisasi

Setiap organisasi memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang hendak
dicapai. Tujuan organisasi dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan
kuantitatif dan kualitatif tersebut masih dapat dipilah lagi menjadi tujuan yang
bersifat finansial dan nonfinansial. Tujuan yang bersifat kuantitatif misalnya adalah
pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan
produktivitas. Tujuan kualitatif misalnya efisiensi dan efektivitas organisasi,
manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi
organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, corporate image, dan
sebagainya.

Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor
swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan
pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimumkan laba tetapi
pemberian pelayanan publik (public service), seperti:
pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegakan hukum, transportasi
publik, dan penyediaan barang kebutuhan publik (misalnya: penyediaan bahan
kebutuhan pokok masyarakat). Meskipun tujuan utama sektor publik adalah
pemberian pelayanan publik, tidak berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak
memiliki tujuan yang bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki
tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofi, konseptual, dan

9
opersionalnya dengan tujuan profitabilitas pada sektor swasta. Usaha pemerintah
untuk meningkatkan penerimaan negara, peningkatan laba pada perusahaan-
perusahaan milik negara atau milik daerah (BUMN/BUMD), upaya pemerintah
daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah contoh adanya
tujuan finansial pada organisasi sektor publik. Jika pada sektor swasta tujuan
finansial diorientasikan pada maksimisasi laba untuk memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham. maka pada sektor publik tujuan finansial
diorientasikan untuk maksimisasi pelayanan publik. karena untuk memberikan
pelayanan publik diperlukan dana.

2. Sumber Pembiayaan

Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal
atau struktur pembiayaan. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor
swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber
pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for services, laba perusahaan
milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah,
dan lain-lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta lebih
fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor swasta sumber
pembiayaan dipisahkan menjadi sumber pembiayaan internal dan sumber
pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang
diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik.
Sedangkan sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi,
dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik. Kebijakan
pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
ekonomi. seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Sedangkan pada
sektor publik, keputusan pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi
oleh pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial

3. Pola Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta.


Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik
manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik
berasal dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor publik
bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical
accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas
yang lebih tinggi. misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah atasan atau kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat
kepada parlemen. Pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability) adalah

10
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban
sektor publik tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.

Pertanggungjawaban manajemen (managerial accountability) merupakan


bagian terpenting untuk menciptakan kredibilitas manajemen baik di sektor publik
maupun swasta. Tidak dipenuhinya prinsip pertanggungjawaban dapat menimbulkan
implikasi yang luas Sebagai misal, kreditor dapat mempailitkan perusahaan jika
perusahaan tidak dapat mengembalikan utang-utangnya tepat waktu. Atau,
pemegang saham dapat saja mengganti manajer apabila dinilai tidak kompeten dan
profesional. Demikian juga pada sektor publik, jika masyarakat menilai pemerintah
tidak akuntabel, masyarakat dapat menuntut pergantian pemerintahan, reshuffle
kabinet, penggantian pejabat, dan sebagainya. Kreditor dapat menunda memberikan
pinjaman atau justru membatalkan bantuan. Rendahnya tingkat akuntabilitas sektor
publik juga dapat meningkatkan risiko berinvestasi di suatu negara yang
menyebabkan enggannya investor untuk melakukan investasi.

4. Struktur Organisasi

Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor


swasta. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis,
sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur organisasi
pada sektor swasta dapat berbentuk datar, piramid, lintas fungsional (cross
functional), dan lainnya sesuai dengan pilihan organisasi. Struktur organisasi sangat
erat hubungannya dengan fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Salah satu faktor
utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya
pengaruh politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik. Tipologi
pemimpin, termasuk pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan sangat berpengaruh
terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik memiliki fungsi
yang lebih kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Kompleksitas organisasi
akan berpengaruh terhadap struktur organisasi. Sebagai contoh, pemerintah memiliki
fungsi yang lebih beragam dibandingkan fungsi sektor swasta. Fungsi sektor swasta
adalah penyediaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan dan permintaan
konsumen. Sementara itu, pemerintah memiliki fungsi yang lebih luas meliputi:

a. Pertahanan dan keamanan (Hankam)


b. Perlindungan sumber daya alam dan sosial
c. Penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia
d. Hubungan luar negeri
e. Manajemen ekonomi makro (kebijakan moneter dan fiskal)
f. Regulasi sektor suasta
g. Pemberian barang dan pelayanan publik
h. Distribusi pendapatan dan kekayaan
i. Stabilisasi ekonomi dan politik

11
Pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi dalam hal penentuan
kebijakan fiskal dan moneter, melakukan regulasi terhadap sektor swasta, pemberian
barang dan pelayanan publik, serta melakukan distribusi pendapatan dan kekayaan
secara adil dan merata. Terdapat beberapa alasan yang mendasar mengapa
pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi. yaitu:

a. Adanya kegagalan pasar (market failure)

Kegagalan pasar dapat disebabkan karena tidak berjalannya mekanisme pasar


secara sempurna, pasar yang tidak kompetitif, dan adanya monopoli serta
monopsoni. Intervensi pemerintah dilakukan untuk mendorong terciptanya pasar
yang sehat dan mencegah terjadinya monopoli dan monopsoni yang mengganggu
pasar. Kegagalan pasar terjadi karena adanya informasi yang tidak sempurna
(assymetry information) serta ketidakpastian yang memungkinkan diperolehnya
abnormal return bagi pihak yang memiliki informasi yang lebih baik. Kegagalan
pasar juga dapat terjadi karena adanya eksternalitas yaitu keadaan ketika keuntungan
pada sektor publik (public benefits) melebihi keuntungan yang diperoleh sektor
swasta (private benefits) atau ketika kerugian yang ditanggung publik lebih besar
dari biaya perusahaan (misalnya, polusi dan masalah lingkungan lainnya). Adanya
kegagalan pasar di sektor swasta tidak berarti pemerintah harus menyediakan semua
barang/jasa yang menjadi kebutuhan publik. Masalah kegagalan pasar dapat diatasi
dengan melakukan regulasi sektor swasta, pembuatan kebijakan harga, pajak, dan
subsidi. Akan tetapi harus diingat pula bahwa sektor publik dapat juga mengalami
kegagalan, yaitu apa yang sering diistilahkan dengan "government failure".
Kegagalan sektor publik dapat terjadi karena tidak adanya kepastian hukum, KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme), tidak adanya stabilitas politik, dan ketidakjelasan
arah dan kebijakan pembangunan.

b. Distribusi pendapatan dan kekayaan yang tidak merata

Pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi apabila pendapatan,


kekayaan, ketrampilan, dan kemampuan terdistribusi secara tidak merata. Proses
mekanisme pasar apabila dibiarkan berjalan bebas mempunyai kecenderungan
memperkuat ketidakmerataan tersebut. karena prinsip survival of the fittest
menyebabkan kelompok marginal semakin terpinggirkan dan kehilangan posisi.
Pemerintah berkepentingan untuk menciptakan distribusi yang adil dan merata.

c. Untuk menciptakan stabilitas dan pembangunan

Sistem pasar selalu berusaha mencari titik ekuilibrium, akan tetapi pasar
cenderung tidak stabil. Oleh karena itu, pemerintah melakukan campur tangan untuk
menstabilkan pasar, meskipun terkadang campur tangan pemerintah menimbulkan
efek negatif terhadap pasar.

5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder

12
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.
Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta
bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan.

Tabel 2.2
Perbedaan stakeholder sektor publik dengan sektor swasta

stakeholder Sektor Publik Stakeholder Sektor


Swasta
Stakeholde Eksternal: Stakeholde Eksternal:
 Masyarakat pengguna jasa publik  Bank sebagai kreditor
 Masyarakat pembayar pajak  Serikat buruh
 Perusahaan dan organisasi sosial  Pemerintah
ekonomi yang menggunakan  Pemasok
pelayanan publik sebagai input atas  Distributor
aktivitas organisasi  Pelanggan
 Badan-badan internasional, seperti  Masyarakat
Bank Dunia, IMF, ADB, PBB, dsb.  Serikat dagang
 Investor asing dan Country Analyst  Pasar modal
 Generasi yang akan datang
Stakeholder Internal: Stakeholder Internal:
 Lembaga negara (misalnya: Kabinet,  Manajemen
MPR, DPR/DPRD, dsb.  Karyawan
 Kelompok politik (partai politik)  Pemegang saham
 Manajer publik (gubernur, bupati,
direktur BUMN/BUMD)
 Pegawai pemerintah

”Publik” dalam organisasi sektor publik memiliki makna yang berbeda


dengan yang dipahami oleh organisasi sektor swasta. Pengertian publik terkait
dengan stakeholder organisasi. Sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan sektor swasta, sehingga stakeholder pada sektor publik lebih beragam
dibandingkan dengan sektor swasta.

6. Sistem Akuntansi

Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem


akuntansi yang biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual
(accrual accounting), sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan
sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting)

b. Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta

Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

13
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber
daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta
dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien,
dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya
sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang
handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.

2.5 TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

American Accounting Association (1970) dalam Glynn (I993) menyatakan


bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk:

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, elisien,


dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan
kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen
(management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas
(accountability).

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses
pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program,
penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama


untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi
akuntansi dapat digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau
aktivitas serta kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi
akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang

14
diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan
kepada publik atas suatu pelayanan (charging for services). Sebagai contoh, untuk
dapat menetapkan SPP per siswa, pemerintah harus dapat menghitung biaya
pendidikan per siswa untuk tingkat pendidikan tertentu. Dengan memperhitungkan
semua biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan proses pendidikan,
pemerintah dapat menetapkan berapa SPP yang harus dibebankan kepada setiap
siswa, berapa biaya ujian, dan biaya lainnya sehubungan dengan proses belajar-
mengajar secara layak, wajar, dan rasional serta berapa subsidi pendidikan yang
harus diberikan. Dalam hal ini diperlukan akuntansi biaya di sektor publik untuk
dapat menghitung total biaya sebagai dasar untuk pembebanan kepada publik atas
pelayanan yang diberikan.

Selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam


pemilihan program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi.
Pemilihan program yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu
dalam proses penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan tahap
yang membutuhkan keahlian khusus karena penganggaran pada sektor publik
merupakan proses politik, sehingga manajer sektor publik dituntut untuk memiliki
political skill disamping pemahaman teknis akuntansi.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi


akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja (perfomance indicator)
sebagai dasar penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan
pengukuran kinerja apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai. Indikator
kinerja tersebut dapat bersifat finansial maupun nonfinansial. lnformasi akuntansi
memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.

Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan


dalam pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit
pada pemerintahan, laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan
pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan
sektor publik merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik.
Akuntabilitas publik hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja,
akan tetapi juga akuntabilitas value for money, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik.

2.6 PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan


telah mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor
publik memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi
pembangunan. Istilah “sektor publik” mulai dipakai pertama kali pada tahun I952.
Pada waktu itu, sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen
ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksana
pembangunan.

15
Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran
sektor publik dalam pembangunan. Benarkah sektor publik dapat menggerakkan dan
mempertahankan pembangunan? Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang
keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan
perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan bahkan dianggap
mengganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor
publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi.
Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih
diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan cenderung mengabaikan
pembangunan sektor publik.

Baru pada tahun l980 an reformasi sektor publik dilakukan di negara- negara
industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan
dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management
(NPM) dan reinventing government dibanyak negara terutama negara Anglo Saxon.
NPM berakar dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik
bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan
dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik
manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive
Tendering CCT ), dan privatisasi perusahaan perusahaan publik.

Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan
pada akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan
menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi. Sebagai contoh adalah
terjadinya perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi
berbasis akrual. Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis
akrual merupakan bagian penting dari proses reformasi sektor publik di negara
negara Anglo Saxon. Pemerintah New Zealand yang dianggap paling maju dan
sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem
akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh Jepang, ltali, dan
negara negara Eropa lainnya, meskipun di Itali sistem tersebut kurang efektif dan
kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem akuntansi akrual adalah untuk
membantu meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi dan efektivitas
sektor publik.

Anggapan bahwa lembaga sektor publik telah mengalami kebangkrutan di


banyak negara terutama negara-negara berkembang, tidak sepenuhnya benar.
Memang tidak dapat di sangkal bahwa kinerja sektor publik dinilai buruk, akan
tetapi hal tersebut tidak dialami oleh semua negara berkembang. Negara seperti
Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Thailand memiliki pelayanan publik dan

16
perusahaan-perusahaan publik yang baik kinerjanya yang dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pembangunan nasional dan stabilitas politik.

Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk


memperbaiki kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien,
dan efektif. Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah
teknis belaka, akan tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan
good public and corporate governance memiliki peran yang sangat vital dan
signifikan. Akuntansi sektor publik akan terus berkembang seiring dengan
meningkatnya tuntutan dilakukannya transparansi dan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga sektor publik.

Dalam dua dasawarsa terakhir, telah terjadi perkembangan (akuntansi) sektor


publik yang pesat. Istilah “akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor
publik, privatisasi, good public governance" telah begitu cepat masuk ke dalam
kamus sektor publik. lsu yang muncul dalam sektor publik merupakan suatu
rangkaian yang akarnya merupakan tuntutan diciptakannya good public and
corporate governance. lsu tersebut kemudian diikuti dengan munculnya isu-isu baru,
misalnya tuntutan dilakukannya reformasi sektor publik yang diorientasikan pada
pembentukan organisasi sektor publik yang ekonomis, efisien, efektif, transparan,
responsif, dan memiliki akuntabilitas publik yang tinggi.

Munculnya isu perlunya dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem


manajemen keuangan publik, privatisasi perusahaan perusahaan publik, dan tuntutan
dibuatnya laporan keuangan eksternal merupakan percabangan dari isu besar dalam
sektor publik. lsu-isu utama sektor publik yang akan dibahas dalam buku ini adalah
tuntutan akuntabilitas publik, valuefor money, privatisasi, dan isu-isu seputar
reformasi akuntansi dan auditing dalam sektor publik.

2.7 AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN GOOD GOVERNANCE

Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan


publik. World Bank memberikan definisi governance sebagai “the way state power
is used in managing economic and social resources for development of society".
Sementara itu, United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan
governance sebagai "the exercise of political, economic, and administrative
authority to manage a nation's affair at all levels". Dalam hal ini, World Bank lebih
menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk
kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada
aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan negara. Political
governance mengacu pada proses pembuatan kebijakan (policy/strategy
formulation). Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di
bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan
kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Adminitrative governance mengacu
pada sistem implementasi kebijakan.

17
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan
sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good
governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu,
World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi,
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas usaha.

Karakteristik Good Governance Menurut UNDP

UNDP memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi:

a. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara


langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b. RuIe of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
c. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh
infomasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung
dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
d. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder.
e. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih
luas.
f. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
g. Eficiency and Effektiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
h. Accoutability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
i. Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki
visi jauh ke depan.

Dari delapan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat
diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas
publik, dan value for money (economy, efficiency, dan effektiveness).

Untuk mewujudkan good public and corporate governance dalam rangka


menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi di
sektor publik (public sector reform). Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak
saja sekedar perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat
yang digunakan untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut
secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

18
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan
(institutional reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform).
Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di
daerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan
reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance,
maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu:

 Reformasi Sistem Penganggaran (budgeting reform),


 Reformasi Sistem Akuntansi (accounting reform),
 Reformasi Sistem Pemeriksaan (audit reform), dan
 Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah (financial management
reform).

Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan


uang rakyat (public money) dilakukan secara transparan dengan mendasarkan
konsep value for money sehingga tercipta akuntabilitas publik (public
accountability).

2.8 AKUNTABILITAS PUBLIK

Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini
adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit unit kerja
pemerintah, departemen dan lembaga lembaga negara). Tuntutan akuntabilitas sektor
publik terkait dengan perlunya dilakukan trans paransi dan pemberian informasi
kepada publik dalam rangka pemenuhan hak hak publik.

Pengertian Akuntabilitas Publik

Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent)


untuk memberikan penanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk
meminta penanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam,
yaitu: (l) akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan (2) akuntabilitas
horisontal (horizontal accountability).

Pertanggungiawaban vertikal (vertical accountability) adalah


penanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya penanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah,
pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah
pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability)
adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

19
Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian
informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat
maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik.

Akuntabilitas (accoutanbility) merupakan konsep yang lebih luas dari


stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara
ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan
accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada
pemberi tanggungjawab.

Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit


mewujudkannya daripada memberantas korupsi (Turner and Hulme, 1097).
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk
lebih menekankan pada penanggungjawaban horizontal (horizontal accountability)
bukan hanya penanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang
kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat
menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik


terdiri atas beberapa dimensi, Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi
akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountibility for probity and


legality);
2. Akuntabilitas proses (process accountability);
3. Akuntabilitas program (program accountability);
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan


penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas
hukum (legal accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam


melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif,
dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas
proses dapat dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan
pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan

20
pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan
dalam pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait
dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik. Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah proses
tender telah dilakukan secara fair melalui Cimpulsory Competitive Tendering (CCT),
ataukah dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang


ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik


pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh


kecenderungan menguatnya tuntutan akuntabilitas sektor publik tersebut. Akuntansi
sektor publik dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi
sektor publik secara efektif dan efisien, serta memfasilitasi terciptanya akuntabilitas
publik.

2.9 PRIVATISASI

Perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat
tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-
perusahaan publik. Rendahnya kinerja perusahaan publik diperkuat dengan bukti
ambruknya sektor bisnis pemerintah di banyak negara sehingga menimbulkan
pertanyaan publik mengenai kemampuan pemerintah dalam menjalankan perusahaan
publik secara ekonomis dan efisien (Nicholls, l99l). Di lndonesia sendiri, masih
banyak perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD) yang dijalankan secara tidak
efisien. lnefisiensi yang dialami oleh BUMN dan BUMD tersebut antara lain
disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi, rent seeking, behaviour, dan
manajemen yang buruk.

BUMN dan BUMD dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa tekanan
dan tuntutan, yaitu:

 Regulation & political pressure. BUMN/BUMD dituntut untuk memberikan


bagian laba perusahaan kepada pemerintah. Tuntutan tersebut diperkuat
misalnya dengan adanya Perda yang mewajibkan BUMD untuk menyetorkan
bagian laba perusahaan kepada pemerintah daerah untuk menambah Pendapatan
Asli Daerah.

21
 Social pressure. BUMN dan BUMD akan menghadapi tekanan yang semakin
besar dari masyarakat (konsumen) untuk menghasilkan produk yang murah dan
berkualitas tinggi. Untuk itu, mekanisme penetapan harga dan subsidi sangat
penting.
 Rent seeking behaviour. BUMN dan BUMD akan berhadapan dengan orang-
orang (oknum) yang mencoba melakukan rent seeking, korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
 Economic & efficiency. BUMN dan BUMD di sisi lain dituntut untuk ekonomis
dan efisien agar menjadi entitas bisnis yang profesional. Fokus yang harus
diperhatikan manajemen BUMN dan BUMD adalah “economy, efficiency,
affectiveness, equity, quality, and perfomance”. Namun hal ini seringkali sulit
diwujudkan karena adanya beberapa faktor pengganggu seperti adanya budaya
rent seeking behaviour, dan adanya trade-off antara pemenuhan tuntutan social
pressure dengan economic & efficiency pressure.

Di sisi internal BUMN dan BUMD harus melakukan strategi efisiensi agar
bisa menjadi entitas bisnis yang tangguh dan profesional sehingga memiliki daya
saing. Harus dilakukan upaya-upaya efisiensi biaya, misalnya dengan strategic cost
management, dilakukan restrukturisasi organisasi, privatisasi, dan rightsizing
(downsizing), serta rekrutmen sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
memiliki integritas yang tinggi.

Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi perusahaan publik untuk


meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi
berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal perusahaan publik sehingga
kinerja finansial dapat dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme
pasar uang. Privatisasi perusahaan publik memiliki fungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi beban belanja publik, menaikkan pendapatan negara, dan mendorong
perkembangan sektor swasta. Dalam konteks reformasi sektor publik, privatisasi
merupakan salah satu agenda bahasan yang menarik untuk didiskusikan.

Selama tahun 1988 sampai 1993, terdapat lebih dari 2.700 perusahaan publik
di lebih dari 60 negara berkembang dialihkan ke pihak swasta untuk menaikkan
pendapatan negara (Turner and Hulme, 1997). Di Indonesia, saat ini mulai ada upaya
untuk melakukan privatisasi atas perusahaan-perusahaan milik negara untuk
menjadikan perusahaan negara tersebut efisien dan profesional, sehingga mampu
bersaing di era globalisasi ekonomi.

2.10 OTONOMI DAERAH

Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di lndonesia semakin


pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Salah satu Ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor
XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian
dan Pemanfaaan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan

22
Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”
merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah.

Misi utama kedua undang-undang tersebut adalah desentralisasi.


Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke
pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang
pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.

Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan dua manfaat


nyata, yaitu: pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas
masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang tersedia di masing-masing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber
daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat
pemerintah yang paling rendah yang memiliki infomasi yang paling lengkap (Shah,
1997). Hasil penelitian Huther dan Shah (1998) di 80 negara menunjukkan bahwa
desentralisasi memiliki korelasi positif dengan kualitas pemerintahan.

Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa


dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu
memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak-pihak yang
menjadi stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah perlu memiliki
sistem akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai.
Selain itu. pemerintah daerah juga perlu melakukan perbaikan mekanisme audit
terhadap instansi pemerintah daerah. Pengembangan sistem akuntansi pemerintah
daerah merupakan suatu tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat
kompleks membutuhkan kompetensi tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi
yang akan diterapkan.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Dari sudut
pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Beberapa tugas dan
fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor swasta. Akan
tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh
sektor swasta. Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal
berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang
mempengaruhi. Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta
dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola
penanggungjawaban, struktur kelembagaan, karakterisik anggaran, stakeholder yang
dipengaruhi, sistem akuntansi.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks


dan turbalance. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik
meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi, Meskipun sektor publik
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi
dalam beberapa hal terdapat persamaan.

Sektor publik sering dinilai negatif oleh beberapa pihak, misalnya sebagai
sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu
merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan kualitas
dan profesionalisme serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value
for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Selain itu, tuntutan yang lain adalah perlunya akuntabilitas publik dan privatisasi
terhadap perusahaan-perusahaan milik publik untuk menciptakan good public and
corporate governance.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dapat menambah


wawasan para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, diksi, maupun kekurangan materi. Maka
dari itu, kritik dan saran anda sangat kami butuhkan. Karena kritik dan saran tersebut
sangat berguna bagi kami untuk menjadi bahan koreksi, agar makalah kedepan yang
kami sajikan menjadi lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai