PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar para pembaca
mendapat pengetahuan mengenai pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor
publik, sifat dan karakteristik, tujuan dan perkembangan akuntansi sektor publik,
akuntanbilitas publik, privatisasi serta otonomi daerah. Selain itu makalah ini bisa
dijadikan alternatif bacaan bagi mahasiswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar
terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,
perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya
dibandingkan dengan pada masa-masa sebelumnya. Terdapat tuntutan yang lebih
besar dari masyarakat untuk dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik oleh
lembaga-lembaga sektor publik.
Dalam pemerintahan sendiri, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar
terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup
perlunya dilakukan perbaikan sistem akuntansi nmnajemen, sistem akuntansi
keuangan, perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan
pemeriksaan, serta berbagai implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang
dilakukan pemerintah. Jika diamati secara lebih mendalam, akuntansi sektor publik
memiliki peranan yang vital dan menjadi subyek untuk didiskusikan baik oleh
kalangan akademisi maupun praktisi sektor publik.
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih
elisien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial. serta dampak negatif atas
aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat
dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola
urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas
yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat ini
akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang
lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah
publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di
dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain
meliputi badan-badan pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja
pemerintah), perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi
politik dan organisasi massa, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan
organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik
dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi
faktor politik, sosial, budaya, dan historis juga memiliki pengaruh yang signifikan.
Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen.
3
Istilah “sektor publik’’ sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam.
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap
disiplin ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan
definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat
dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
hak publik.
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan
oleh sektor swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik,
dan sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak
dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda
dengan akuntansi pada sektor swasta.
a. Faktor Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
Tingkat inflasi
Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
Struktur produksi
Tenaga kerja
4
Arus modal dalam negeri
Cadangan devisa
Nilai tukar mata uang
Utang dan bantuan luar negeri
Infrastruktur
Teknologi
Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
Sektor informal
b. Faktor Politik
Pertumbuhan penduduk
Struktur usia penduduk
Migrasi
Tingkat kesehatan
5
Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan
yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
Efisiensi: pencapain output yang maksimum dengan input tenentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/ input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun
beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah
dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality).
Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama
untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi.
Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya,
penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok
tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.
Input
6
Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan
kebijakan. Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan, sedangkan
output yang tidak diinginkan atau efek samping, misalnya peningkatan polusi yang
terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur output lebih sulit
dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan, keamanan atau
kesehatan. Sebagai misal, output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya hukum dan
peraturan atau rasa aman masyarakat. Akan tetapi bagai mana mengukur output
tersebut? Barangkali dapat dikatakan bahwa ukuran output adalah turunnya angka
kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena turunnya angka
kriminalitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran pendidikan, perbaikan
ekonomi, dan sebagainya sedangkan aktivitas polisi hanyalah salah satu faktor saja.
Data statistik yang ada hanya menunjukkan kriminalitas yang dilaporkan atau
tercatat, bukan kriminalitas yang sesunggulnya terjadi. Pada pelayanan kesehatan
masyarakat, output diukur dengan kenaikan jumlah pasien yang mampu bertahan
hidup dan kembali sehat, peningkatan angka harapan hidup, penurunan angka
kematian bayi, atau peningkatan kualitas hidup. Ringkasnya, output merupakan
kenaikan nilai atau nilai tambah.
Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai
karena value for money mempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan input.
Permasalahan yang seringkali muncul adalah tidak tersedianya data yang lengkap
terutama data output. Tidak tersedianya data output yang lengkap tidak berarti
analisis value for money tidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur output
seringkali terdapat kesulitan, organisasi sektor publik menggunakan output antara
(intermediate output) atau indikator kinerja (performance indicator) sebagai alat
ukur output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output pada kenyataannya
adalah throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi yang dilakukan
di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang lebih tinggi yang
hendak dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan masyarakat,
meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya.
Outcome
7
Outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang
memudahkan proses monitoring (pemantauan).
Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk
mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimanan arah kebijakan politiknya.
Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan dimensi
kualitas. Jika Input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah
meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efisien, tetapi apa yang dihasilkan
ternyata tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi
sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas
publik dan pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money
diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja
sektor publik. Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik antara lain:
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat
dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu:
1. Tujuan organisasi,
2. Sumber pembiayaan,
3. Pola pertanggungjawaban,
4. Struktur organisasi,
5. Karakteristik anggaran,
6. Stakeholder yang dipengaruhi, dan
7. Sistem akuntansi yang digunakan.
8
Tabel 2.1
1. Tujuan Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang hendak
dicapai. Tujuan organisasi dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan
kuantitatif dan kualitatif tersebut masih dapat dipilah lagi menjadi tujuan yang
bersifat finansial dan nonfinansial. Tujuan yang bersifat kuantitatif misalnya adalah
pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan
produktivitas. Tujuan kualitatif misalnya efisiensi dan efektivitas organisasi,
manajemen organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi
organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, corporate image, dan
sebagainya.
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor
swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan
pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimumkan laba tetapi
pemberian pelayanan publik (public service), seperti:
pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegakan hukum, transportasi
publik, dan penyediaan barang kebutuhan publik (misalnya: penyediaan bahan
kebutuhan pokok masyarakat). Meskipun tujuan utama sektor publik adalah
pemberian pelayanan publik, tidak berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak
memiliki tujuan yang bersifat finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki
tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofi, konseptual, dan
9
opersionalnya dengan tujuan profitabilitas pada sektor swasta. Usaha pemerintah
untuk meningkatkan penerimaan negara, peningkatan laba pada perusahaan-
perusahaan milik negara atau milik daerah (BUMN/BUMD), upaya pemerintah
daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah contoh adanya
tujuan finansial pada organisasi sektor publik. Jika pada sektor swasta tujuan
finansial diorientasikan pada maksimisasi laba untuk memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham. maka pada sektor publik tujuan finansial
diorientasikan untuk maksimisasi pelayanan publik. karena untuk memberikan
pelayanan publik diperlukan dana.
2. Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal
atau struktur pembiayaan. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor
swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber
pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for services, laba perusahaan
milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah,
dan lain-lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta lebih
fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor swasta sumber
pembiayaan dipisahkan menjadi sumber pembiayaan internal dan sumber
pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang
diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik.
Sedangkan sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi,
dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik. Kebijakan
pemilihan struktur modal pada sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
ekonomi. seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Sedangkan pada
sektor publik, keputusan pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi
oleh pertimbangan ekonomi semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial
3. Pola Pertanggungjawaban
10
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban
sektor publik tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
4. Struktur Organisasi
11
Pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi dalam hal penentuan
kebijakan fiskal dan moneter, melakukan regulasi terhadap sektor swasta, pemberian
barang dan pelayanan publik, serta melakukan distribusi pendapatan dan kekayaan
secara adil dan merata. Terdapat beberapa alasan yang mendasar mengapa
pemerintah berkepentingan untuk melakukan intervensi. yaitu:
Sistem pasar selalu berusaha mencari titik ekuilibrium, akan tetapi pasar
cenderung tidak stabil. Oleh karena itu, pemerintah melakukan campur tangan untuk
menstabilkan pasar, meskipun terkadang campur tangan pemerintah menimbulkan
efek negatif terhadap pasar.
12
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.
Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta
bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan.
Tabel 2.2
Perbedaan stakeholder sektor publik dengan sektor swasta
6. Sistem Akuntansi
Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:
13
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber
daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta
dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien,
dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya
sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang
handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses
pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program,
penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.
14
diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan
kepada publik atas suatu pelayanan (charging for services). Sebagai contoh, untuk
dapat menetapkan SPP per siswa, pemerintah harus dapat menghitung biaya
pendidikan per siswa untuk tingkat pendidikan tertentu. Dengan memperhitungkan
semua biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan proses pendidikan,
pemerintah dapat menetapkan berapa SPP yang harus dibebankan kepada setiap
siswa, berapa biaya ujian, dan biaya lainnya sehubungan dengan proses belajar-
mengajar secara layak, wajar, dan rasional serta berapa subsidi pendidikan yang
harus diberikan. Dalam hal ini diperlukan akuntansi biaya di sektor publik untuk
dapat menghitung total biaya sebagai dasar untuk pembebanan kepada publik atas
pelayanan yang diberikan.
15
Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran
sektor publik dalam pembangunan. Benarkah sektor publik dapat menggerakkan dan
mempertahankan pembangunan? Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang
keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan
perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan bahkan dianggap
mengganggu pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor
publik sering dijadikan sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi.
Kedudukan sektor publik bertambah lemah karena orientasi pembangunan lebih
diarahkan pada pembangunan sektor swasta dan cenderung mengabaikan
pembangunan sektor publik.
Baru pada tahun l980 an reformasi sektor publik dilakukan di negara- negara
industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan
dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management
(NPM) dan reinventing government dibanyak negara terutama negara Anglo Saxon.
NPM berakar dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik
bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan
dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik
manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive
Tendering CCT ), dan privatisasi perusahaan perusahaan publik.
Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan
pada akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan
menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi. Sebagai contoh adalah
terjadinya perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi
berbasis akrual. Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis
akrual merupakan bagian penting dari proses reformasi sektor publik di negara
negara Anglo Saxon. Pemerintah New Zealand yang dianggap paling maju dan
sukses dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem
akuntansi tersebut sejak tahun 1991 yang kemudian diikuti oleh Jepang, ltali, dan
negara negara Eropa lainnya, meskipun di Itali sistem tersebut kurang efektif dan
kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem akuntansi akrual adalah untuk
membantu meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi dan efektivitas
sektor publik.
16
perusahaan-perusahaan publik yang baik kinerjanya yang dapat memberikan
kontribusi yang besar terhadap pembangunan nasional dan stabilitas politik.
17
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan
sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good
governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu,
World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi,
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
aktivitas usaha.
Dari delapan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat
diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas
publik, dan value for money (economy, efficiency, dan effektiveness).
18
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan
(institutional reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform).
Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di
daerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan
reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance,
maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu:
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini
adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh
organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit unit kerja
pemerintah, departemen dan lembaga lembaga negara). Tuntutan akuntabilitas sektor
publik terkait dengan perlunya dilakukan trans paransi dan pemberian informasi
kepada publik dalam rangka pemenuhan hak hak publik.
19
Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian
informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat
maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik.
Akuntabilitas Proses
20
pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan
dalam pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait
dengan pemeriksaan terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek
publik. Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah apakah proses
tender telah dilakukan secara fair melalui Cimpulsory Competitive Tendering (CCT),
ataukah dilakukan melalui pola Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Akuntabilitas Program
Akuntabilitas Kebijakan
2.9 PRIVATISASI
Perusahaan publik juga tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat
tidak mampu berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-
perusahaan publik. Rendahnya kinerja perusahaan publik diperkuat dengan bukti
ambruknya sektor bisnis pemerintah di banyak negara sehingga menimbulkan
pertanyaan publik mengenai kemampuan pemerintah dalam menjalankan perusahaan
publik secara ekonomis dan efisien (Nicholls, l99l). Di lndonesia sendiri, masih
banyak perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD) yang dijalankan secara tidak
efisien. lnefisiensi yang dialami oleh BUMN dan BUMD tersebut antara lain
disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi, rent seeking, behaviour, dan
manajemen yang buruk.
BUMN dan BUMD dalam era globalisasi akan menghadapi beberapa tekanan
dan tuntutan, yaitu:
21
Social pressure. BUMN dan BUMD akan menghadapi tekanan yang semakin
besar dari masyarakat (konsumen) untuk menghasilkan produk yang murah dan
berkualitas tinggi. Untuk itu, mekanisme penetapan harga dan subsidi sangat
penting.
Rent seeking behaviour. BUMN dan BUMD akan berhadapan dengan orang-
orang (oknum) yang mencoba melakukan rent seeking, korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Economic & efficiency. BUMN dan BUMD di sisi lain dituntut untuk ekonomis
dan efisien agar menjadi entitas bisnis yang profesional. Fokus yang harus
diperhatikan manajemen BUMN dan BUMD adalah “economy, efficiency,
affectiveness, equity, quality, and perfomance”. Namun hal ini seringkali sulit
diwujudkan karena adanya beberapa faktor pengganggu seperti adanya budaya
rent seeking behaviour, dan adanya trade-off antara pemenuhan tuntutan social
pressure dengan economic & efficiency pressure.
Di sisi internal BUMN dan BUMD harus melakukan strategi efisiensi agar
bisa menjadi entitas bisnis yang tangguh dan profesional sehingga memiliki daya
saing. Harus dilakukan upaya-upaya efisiensi biaya, misalnya dengan strategic cost
management, dilakukan restrukturisasi organisasi, privatisasi, dan rightsizing
(downsizing), serta rekrutmen sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
memiliki integritas yang tinggi.
Selama tahun 1988 sampai 1993, terdapat lebih dari 2.700 perusahaan publik
di lebih dari 60 negara berkembang dialihkan ke pihak swasta untuk menaikkan
pendapatan negara (Turner and Hulme, 1997). Di Indonesia, saat ini mulai ada upaya
untuk melakukan privatisasi atas perusahaan-perusahaan milik negara untuk
menjadikan perusahaan negara tersebut efisien dan profesional, sehingga mampu
bersaing di era globalisasi ekonomi.
22
Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”
merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Dari sudut
pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Beberapa tugas dan
fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor swasta. Akan
tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat digantikan oleh
sektor swasta. Sebagai konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal
berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang
mempengaruhi. Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta
dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola
penanggungjawaban, struktur kelembagaan, karakterisik anggaran, stakeholder yang
dipengaruhi, sistem akuntansi.
Sektor publik sering dinilai negatif oleh beberapa pihak, misalnya sebagai
sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu
merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan kualitas
dan profesionalisme serta value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value
for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Selain itu, tuntutan yang lain adalah perlunya akuntabilitas publik dan privatisasi
terhadap perusahaan-perusahaan milik publik untuk menciptakan good public and
corporate governance.
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25