Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Semakin marak dan berkembannya kegiatan Ekonomi di Indonesia mendorong para pelaku
usaha untuk lebih teliti dan meningkatkan kualitas berdagang mereka.Salah satu yang perlu
diperhatikan kaitannya dengan kegiatan perdagangan adalah mengenai persediaan barang
dagangan yang sebagian orang menganggap hal ini sepele. Padahal kalau kita kaji lebih dalam
dan lebih teliti tentang persediaan barang dagangan ini sangat penting keberadaannya.
Pada tahun-tahun terakhir ini penilaian persediaan mendapat perhatian lebih besar karena
laju inflasi yang tinggi. Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan mempunyai suatu
pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan perusahaan tertentu.
Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang terpenting, maka metode
penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil operasi dan
kondisi keuangan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk
menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap
penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan
merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau
sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan
datang.
Peraturan

Pemerintah

Nomor

71

Tahun

2010

tentang

Standar

AkuntansiPemerintahan mengatur mengenai penerapan basis akrual untuk


akuntansi

entitaspelaporan

maupun

entitas

akuntansi

pemerintahan.

Implementasi dari PeraturanPemerintah tersebut dalam merupakan hal baru


yang perlahan-perlahan diterapkandi Indonesia, melalui akuntansi berbasis
Cash to Acrual (CTA) sampai akhirnyapenerapan secara penuh basis akrual
yang harus dilakukan pemerintah pada tahun2015.

Salah satu aspek penting dari penerapan akuntansi basis akrual adalah
aset. Sangatdiperlukan pemahaman yang tepat dan mendalam untuk dapat
menangani asetpemerintah untuk menghindari
penafsiran

SAP

yang

adanya

kesalahan

dapatmenyebabkan kekeliruan penyajian item aset

di Neraca.
Tulisan

ini

akan

menyajikan

informasi

relevan

yang sekira

dapat digunakansebagai sarana pemahaman mengenai salah satu klasifikasi


aset pemerintah, yaituaset lainnya.

Berdasarkan Buletin Teknis SAP No.1

tentang Penyusunan NeracaAwal Pemerintah Pusat, aset lainnya adalah aset


pemerintah selain aset lancar,investasi jangka panjang, aset tetap dan dana
cadangan.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menurut pandangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010
tentang standar Akuntansi pemerintahan mengenai Akuntansi Persediaan dan Aset
Lainnya ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Persediaan dan Aset Lainnya ?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Persediaan dan Aset Lainnya?
4. Apakah yang dimaksud dengan Pengukuran Persediaan dan Aset Lainnya ?
5. Bagaimana Pencatatan Akuntansi Persediaan dan Aset Lainnya ?
6. Bagaimana Penyajian dan Pengungkapan Persediaan dan Aset Lainnya ?
3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pandangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang
standar Akuntansi pemerintahan mengenai Akuntansi Persediaan dan Aset Lainnya.
2. Untuk Mengetahui Definisi Dari Persediaan dan Aset Lainnya.
3. Untuk Mengetahui Pengakuan Persediaan dan Aset Lainnya dalam Akuntansi
Pemerintahan.
4. Untuk Mengetahui Pengukuran Persediaan dan Aset Lainnya dalam Akuntansi
Pemerintah.
5. Untuk Mengetahui Cara Pencatatan Akuntansi Persediaan dan Aset Lainnya.
6. Untuk Mengetahui Penyajian dan Pengungkapan Persediaan dan Aset Lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.
Persediaan
2.1.1. Definisi Persediaan dan Aset Lainnya
Berdasakan PSAP Nomor 05 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 menyatakan
bahwa persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk
dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan termasuk asset, dimana merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Persediaan merupakan aset yang berwujud berupa :
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintah.
e. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
f. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
g. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alatalat pertanian setengah jadi.
3

Persediaan dapat meliputi : barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku
cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang
dalam proses/setengah jadi, anah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat,
hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal pemerintah
menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak)
atau untuk tujuan bejaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), hewan dan tanaman
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakatantara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi,
dan bibit diakui sebagai persediaan. Sementara persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

2.1.2. Klasifikasi
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut memenuhi
salah satu kriteria yang disebutkan dalam PSAP Nomor 05, yaitu:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis seperti alat tulis
kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas
pakai seperti komponen bekas;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat
pertanian setengah jadi;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.

Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, persediaan diklasifikasikan
sebagai berikut:

Persediaa
n

Persediaan Alat Tulis Kantor,


Bahan Persediaan Dokumen/Administrasi Tender
Persediaan Alat Listrik dan Elektronik (lampu pijar, battery kering)
4

Habis

Persediaan Perangko Materai dan Benda Pos Lainnya


Persediaan Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih
Persediaan Bahan Bakar Minyak/Gas
Persediaan Isi Tabung Pemadam Kebakaran Persediaan Isi Tabung

Pakai

Gas
Persediaa Persediaan Bahan Baku Bangunan
n Bahan/ Persediaan Bahan/Bibit Tanaman
Persediaan Bibit Ternak
Material
Persediaan Bahan Obat-Obatan
Persediaan Bahan Kimia
Persediaan Bahan Makanan Pokok
Persediaa Persediaan Barang yang akan Diberikan Kepada Pihak Ketiga
n Barang
Lainnya

2.1.3. Pengakuan
Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui :
a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah daerah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal,
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Pengakuan Beban Persediaan
Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan aset dan
pendekatan beban. Dalam pendekatan aset, pengakuan beban persediaan diakui ketika
persediaan telah dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaanpersediaan yang maksud penggunaannya untuk selama satu periode akuntansi, atau untuk
maksud berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan obat di rumah sakit,
persediaan di sekretariat SKPD. Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan
akan langsung dicatat sebagai beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk
persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak
dimaksudkan untuk sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu
kegiatan.
Selisih Persediaan

Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara
barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi akuntansi dengan hasil
stock opname. Selisih persediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang,
kadaluarsa, atau rusak.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka selisih
persediaan ini diperlakukan sebagai beban.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah.

2.1.4. Pengukuran
Persediaan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan
pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan.
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis.
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan
transaksi wajar (arm length transaction).
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan
nilai wajar. Persediaan dinilai dengan menggunakan (Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama/Metode Rata-rata Tertimbang/Metode Harga Pembelian Terakhir apabila setiap
unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis).
2.1.5. Penyajian
Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar. Berikut ini adalah contoh penyajian
persediaan dalam Neraca Pemerintah Daerah.
6

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Uraian
Aset
Aset Lancar
Kas Di Kas Daerah
Kas Di Bendahara Pengeluaran
Kas Di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar

(Dalam Rupiah)
20X1
20X0

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx
xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

2.1.6. Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mengungkapkan:
1. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
2. penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; dan
3. jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
2.1.7. Prosedur Akuntansi Persediaan Dan Aset lainnya
1) Pihak-Pihak yang Terkait dan isu-isu
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan antara lain adalah:
7

1. Bendahara Barang atau Pengurus Barang Dalam sistem akuntansi persediaan,


bendahara

barang/pengurus

barang

bertugas

untuk

menyiapkan

dan

menyampaikan dokumendokumen atas pengelolaan persediaan. Modul 3 - Sistem


Akuntansi Pemerintah Daerah 150
2. Bendahara Pengeluaran Dalam sistem akuntansi

persediaan,

bendahara

pengeluaran bertugas untuk menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen


atas transaksi tunai yang berkaitan dengan persediaan.
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dalam sistem akuntansi persediaan, pejabat
pelaksana teknis kegiatan bertugas untuk menyiapkan dokumen atas beban
pengeluaran pelaksanaan pengadaan persediaan.
4. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD Dalam sistem akuntansi persediaan,
pejabat penatausahaan keuangan SKPD bertugas untuk melakukan proses
akuntansi persediaan yang dimulai dari jurnal hingga penyajian laporan keuangan
SKPD.
2) Isu isu Yang terdapatdidalam persediaan yakni :
Metode Pengakuan Beban Persediaan
1. Pendekatan Aset
2. Pendekatan Beban

1.
2.

Metode Sistem Pencatatan Persediaan


Metode Perpetual
Metode Periodik

Metode Pengukuran Persediaan


1.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP).
2.
Metode Rata-Rata Tertimbang
3.
Metode Harga Pembelian Terakhir
3) Dokumen-Dokumen yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan antara lain
adalah:
1. Bukti Belanja Persediaan Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk
melakukan jurnal pengakuan beban persediaan dan belanja persediaan dengan
cara pembayaran UP.
2. Berita Acara Serah Terima Barang Dokumen ini merupakan dokumen sumber
untuk melakukan jurnal atas pengakuan beban persediaan dengan cara
pembayaran LS.

3. Berita Acara Pemeriksaan Persediaan Dokumen ini merupakan dokumen sumber


untuk melakukan jurnal penyesuaian untuk pengakuan beban persediaan setelah
dilakukannya stock opname. Modul 3 - Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah 151
4. SP2D LS Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan belanja
persediaan dengan cara pembayaran LS.
4) Sistem Pencatatan
Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik.
1. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap
ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini digunakan untuk jenis
persediaan yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan membutuhkan
pengendalian yang kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD,
persediaan pupuk di dinas pertanian, dan lain sebagainya. Dalam metode perpetual,
pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang
dipakai dikalikan dengan nilai per unit sesuai metode penilaian yang digunakan.
2. Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai
persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan
melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir periode
inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini
dapat digunakan untuk persediaan yang sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD,
contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat SKPD. Dalam metode ini,
pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu
dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan
dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan
metode penilaian yang digunakan.
5) Jurnal Standar
1. Pencatatan Persediaan dengan Metode Periodik Pembelian persediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan UP (Uang Persediaan) maupun LS (Langsung).
Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan UP, bendahara
9

pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD.
Bukti transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk melakukan pengakuan
persediaan. PPK SKPD akan mencatat jurnal:
Jurnal LO atau Neraca

Tanggal

XXX

Nomor

Kode

Bukti

Rekening

XXX

Uraian

XXX

Persediaan

XXX

Kas di

Debit

Kredit

XXX

XXX

bendahara
Pengeluaran
Jurnal LRA
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX
XXX

Uraian
Belanja Persediaan

Debit

XXX

Perubahan SAL

Kredit

XXX

Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan


persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX
XXX

Uraian
Persediaan
Utang belanja

Debit

XXX

Kredit

XXX

Barang dan Jasa

10

Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit, PPK-SKPD akan menghapus
utang belanja dengan menjurnal:

Jurnal LO atau Neraca


Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX

Uraian
Debit
Utang belanja Barang
XXX

Kredit

dan Jasa
XXX

RK PPKD

XXX

Jurnal LRA

XXX

Nomor

Kode

Bukti

Rekening
XXX

Uraian
Beban Persediaan

Debit

XXX

Kredit

XXX
XXX

Persediaan

XXX

Pada akhir periode (bulanan, triwulanan, semesteran), sebelum menyusun laporan


keuangan, bagian gudang akan melakukan stock opname untuk mengetahui sisa
persediaan yang dimiliki. Berdasarkan berita acara hasil perhitungan persediaan akhir
tahun (stock opname), PPK-SKPD akan menjurnal sebagai berikut:

Jurnal LO atau Neraca


Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX

Uraian
Beban Persediaan

XXX
Persediaan
*sebesar Persediaan yang dipakai

Debit

XXX

Kredit

XXX

11

2. Pencatatan Persediaan dengan Metode Perpetual Ketika SKPD melakukan pembelian


persediaan dengan menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan
menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti transaksi ini akan
menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX
XXX

Uraian
Persediaan

Debit

XXX

Kas di Bendahara

Kredit

XXX

Pengeluaran
Jurnal LRA
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

Uraian
Belanja Persediaan

XXX

XXX
XXX

Perubahan SAL

Debit

XXX

Kredit

XXX

Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan


persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX
XXX

Uraian
Persediaan

Utang

Debit

belanja

XXX

Kredit

XXX

Barang dan Jasa


12

Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan terbit, PPK-SKPD akan menjurnal:


Jurnal LO atau Neraca
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX

Uraian
Debit
Utang belanja
XXX

Kredit

Barang dan Jasa


XXX

RK PPKD

XXX

Jurnal LRA
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

Uraian
Belanja Persediaan

XXX

XXX
XXX

Perubahan SAL

Debit

XXX

Kredit

XXX

Berdasarkan dokumen yang menjelaskan penggunaan/pemakaian persediaan (untuk


metode perpetual), seperti Kartu Inventaris Barang (KIB), Buku Inventaris (BI), dan
kartu kendali barang, PPK SKPD akan mengakui beban persediaan sejumlah yang
terpakai dengan menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor

Kode

Tanggal

Bukti

Rekening
XXX

XXX

XXX
XXX

Uraian
BebanPersediaan

Persediaan

Debit

XXX

Kredit

XXX

13

6) Ilustrasi
1. Ilustrasi Pengakuan Persediaan Persediaan diakui saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Setiap pembelian persediaan akan dicatat sebagai aset, yakni Persediaan.
Berdasarkan bukti belanja persediaan, fungsi akuntansi akan menjurnal akun
Persediaan di debit dan akun Kas atau akun Utang di kredit. Selain itu, fungsi
akuntansi akan mencatat realisasi belanja dengan mendebit akun Belanja (sesuai
nama persediaan) dan mengkredit akun Perubahan SAL.
a. Ilustrasi Pengakuan Persediaan Pada tanggal 1 Pebruari 2015, SKPD Kota
Sejahtera membeli persediaan berupa 8 rim kertas HVS dan 14 pak spidol. Harga
kertas HVS adalah Rp60.000,00/rim dan harga spidol adalah Rp110.000,00/pak.
Selama Bulan Pebruari 2015 digunakan sebanyak 2 rim kertas HVS dan 3 pak
spidol. Berdasarkan bukti belanja tersebut, fungsi akuntansi akan menjurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri
Nomor 64 Tahun 2013) Jurnal LO atau Neraca

Jurnal LO atau Neraca


Nomor
Tanggal

Bukti

1-peb- 1/BB/2015
2015

Kode
Rekening
1.1.7.01.01
1.1.2.01.01

Uraian
Debit
Persediaan Alat Tulis 2.020.000

Kredit

Kantor
Kas Di Bendahara

2.020.000

Pengeluara
Jurnal LRA

Tanggal

Nomor

Kode

Bukti

Rekening

Uraian

Debit

Kredit
14

5.1.2.01.01
1-peb- 1/BB/2015
2015

0.0.0.00.00

Belanja Alat tulis

2.020.000

Kantor
Perubahan SAL

2.020.000

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran (Permendagri Nomor 13


Tahun 2006)
Jurnal LRA
Nomor
Tanggal

Bukti

1-peb- 1/BB/2015
2015

Kode
Rekening
5.2.2.01.01
0.0.0.00.00

Uraian
Belanja Alat tulis

Debit
2.020.000

Kredit

Kantor
Perubahan SAL

2.020.000

2. Ilustrasi Pengakuan Beban Persediaan Terdapat dua pendekatan pengakuan beban


persediaan, yaitu pendekatan aset dan pendekatan beban. Dalam pendekatan aset,
pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah dipakai/dikonsumsi.
Pendekatan

aset

disarankan

untuk

persediaanpersediaan

yang

maksud

penggunaannya selama satu periode dan atau untuk berjaga-jaga. Contohnya adalah
persediaan di sekretariat SKPD, persediaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD). Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung
dicatat sebagai beban, yakni Beban Persediaan. Berdasarkan bukti belanja
persediaan, fungsi akuntansi akan menjurnal akun Beban Persediaan di debit dan
akun Kas atau akun Hutang di kredit. Pendekatan beban digunakan untuk
persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak
dimaksudkan sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu
kegiatan.

15

a.

Ilustrasi pengakuan beban persediaan dengan pendekatan aset Pada tanggal 1


Pebruari 2015, SKPD XYZ membeli persediaan sebanyak 8 rim kertas HVS dan
14 pak spidol untuk Sekretariat. Harga kertas HVS adalah Rp 60.000,00/rim dan
harga spidol adalah Rp110.000,00/pak. Pada tanggal 15 Pebruari 2015, SKPD
ABC menggunakan persediaan sebanyak 8 rim kertas HVS dan 14 pak spidol.
Jurnal yang akan dibuat oleh fungsi akuntansi adalah sebagai berikut:

Tanggal
01-peb-15

Nomor

Kode

Bukti
1/BB/2015

Rekening
1.1.7.01.01
1.1.1.02.01

Uraian

Debit

Persediaan Alat Tulis Kantor


2.020.000
Kas
di
Bendahara
Pengeluaran
(Jurnal LO atau Neraca)

5.1.2.01.01
0.0.0.00.00

Belanja Alat Tulis Kantor


Perubahan SAL

Kredit

2.020.00
0

2.020.000
2.020.00
0

(Jurnal
Kode

LRA

menggunakan

Rekening

Permendagri

64/2013)
5.2.2.01.01

Belanja Alat Tulis Kantor


Perubahan SAL

2.020.000
2.020.00
0

(Jurnal
Kode

LRA

menggunakan

rekening

Permendagri

13/2006)
15-peb-15

9.1.2.01.01

Beban Persediaan Alat Tulis 2.020.000

3.1.2.05.01

Kantor
Persediaan Alat Tulis Kantor

2.020.00
0

(Jurnal LO atau Neraca)

16

b. Ilustrasi pengakuan beban persediaan dengan pendekatan beban Pada tanggal 1


Pebruari 2015, SKPD Kota Sejahtera membeli persediaan berupa 8 rim kertas
HVS dan 14 pak spidol untuk Kegiatan Pelatihan Akuntansi Akrual. Harga
kertas HVS adalah Rp 60.000,00/rim dan harga spidol adalah Rp
110.000,00/pak. Berdasarkan bukti belanja tersebut, fungsi akuntansi akan
menjurnal:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS (Permendagri Nomor
64 Tahun 2013)
Jurnal LO atau Neraca
Nomor
Tanggal

Bukti

Kode
Rekening
9.1.2.01.01

1-peb- 1/BB/2015

Uraian
Debit
Beban Persediaan Alat 2.020.000

Kredit

tulis Kantor
1.1.1.02.01

2015

Kas di Bendahara

2.020.000

Pengeluaran
Jurnal LRA
Nomor
Tanggal

Bukti

Kode
Rekening
5.2.2.01.01

1-peb- 1/BB/2015
2015

Uraian
Belanja Alat Tulis

Debit
2.020.000

Kredit

Kantor
0.0.0.00.00
Perubahan SAL

2.020.000

3. Ilustrasi Sistem Pencatatan Persediaan Nilai persediaan dari waktu ke waktu akan
mengalami perubahan seiring dengan pemakaiannya. Pencatatan yang akurat sangat
dibutuhkan untuk kelancaran operasional pemerintah daerah. Dalam akuntansi

17

persediaan, dikenal dua alternatif metode pencatatan persediaan yang dapat


dilakukan untuk menjaga keakuratan catatan persediaan, yaitu:
a. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap
ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini umumnya digunakan untuk
jenis persediaan berkaitandengan operasional utama di SKPD dan membutuhkan
pengendalian yang kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD,
persediaan pupuk di Dinas Pertanian, dan lain sebagainya.
Ilustrasi Sistem Pencatatan Perpetual:
Pada tanggal 1 Desember 2015, Dinas Kesehatan Kota Sejahtera membeli obat-obatan
senilai Rp40.000.000,00. Pada tanggal 18 Desember 2015, terjadi pemakaian obat-obatan
senilai Rp20.000.000,00. Pada tanggal 31 Desember 2015, dilakukan stock opname obatobatan dan diketahui bahwa obat-obatan yang tersisa di gudang adalah senilai
Rp20.000.000,00. Dinas Kesehatan Kota Sejahtera menggunakan metode perpetual untuk
mencatat persediaan obat-obatan yang dimilikinya.

Tanggal

Nomor

Kode

01-Des-15

Bukti
1/BB/2015

Rekening
1.1.7.02.04

Uraian
Persediaan

Debit

Bahan

Kredit

Obat- 40.000.000

Obatan
1.1.1.02.01

Kas

di

Bendahara

40.000.000

Pengeluaran
(Jurnal LO atau Neraca)
5.1.2.02.04

Belanja

Persediaan

bahan 40.000.000

0.0.0.00.00

obat-obatan
Perubahan SAL
(Jurnal LRA menggunakan

40.000.000

Kode Rekening Permendagri


64/2013)
18

5.2.2.02.03

Belanja Bahan Obat-Obatan


40.000.000
Perubahan SAL
(Jurnal LRA menggunakan

40.000.000

Kode rekening Permendagri


13/2006)
18-Des-15

9.1.2.02.04

Beban Persediaan

Bahan 20.000.000

Obat-obatan
Persediaan Bahan Obat-

20.000.000

obatan
(Jurnal LO atau Neraca)
31-Des-15

Tidak Ada Jurnal

Pengakuan Selisih Persediaan Melanjutkan ilustrasi di atas, hasil stock opname


menunjukkan bahwa sisa obat-obatan adalah Rp19.000.000,00. Hal ini berarti terjadi
selisih Rp1.000.000,00 dari jumlah yang seharusnya. Maka selisih ini akan diakui sebagai
beban jika dipertimbangkan sebagai sesuatu yang normal. Jika selisih ini dianggap tidak
normal maka selisih ini akan diakui sebagai kerugian daerah.
Tanggal

Nomor Bukti

31-Des-15 BA

Kode
Rekening
9.1.2.02.04

Pemeriksaan

Uraian
Beban

Persediaan

Debit

Kredit

Obat- 1.000.000

Obatan
1.1.7.02.04

Persediaan

Bahan

1.000.000

Obat-obatan
(Jika Selisih Persediaan Tidak
Signifikan)
(Jurnal LO atau Neraca)
31-Des-15 BA

9.4.1.01.03

Kerugian Daerah Beban Luar 1.000.000

1.1.7.02.04

Biasa-Kerugian Daerah
Persediaan
Bahan

Pemeriksaan

(Jika

1.000.000

Obat-obatan
selisih
Persediaan

Signifikan)
(Jurnal LO atau Neraca)
19

b.

Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai
persediaan ketika terjadi pemakaian persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui
dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir
periode inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode
ini umumnya digunakan untuk jenis persediaan yang sifatnya sebagai pendukung
kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat.

Ilustrasi Sistem Pencatatan Periodik:


Jika Dinas Kesehatan Kota Sejahtera menggunakan metode periodik untuk mencatat persediaan
obat-obatan yang dimilikinya, maka pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tanggal

Nomor

Kode

01-Des-15

Bukti
1/BB/2015

Rekening
9.1.2.02.04

Uraian
Persediaan

Debit

Bahan

Kredit

Obat- 40.000.000

Obatan
1.1.1.02.01

Kas

di

Bendahara

40.000.000

Pengeluaran
(Jurnal LO atau Neraca)
5.1.2.02.04

Belanja

Prsediaan

Bahan 40.000.000

0.0.0.00.00

Obat-obatan
Perubahan SAL
(Jurnal LRA menggunakan

40.000.000

Kode Rekening Permendagri


64/2013)
5.2.2.02.03
0.0.0.00.00

Belanja Bahan Obat-Obatan


40.000.000
Perubahan SAL
(Jurnal LRA menggunakan

40.000.000

Kode rekening Permendagri


13/2006)
18-Des-15

Tidak ada Jurnal


20

31-Des-15

1.1.7.02.04

Beban Persediaan Bahan obat- 20.000.000


obatan

9.1.2.02.04

Persediaan

bahan

20.000.000

Obat-obatan
(Jurnal LO atau Neraca)

2.2.

ASET LAINNYA
21

2.2.1. Definisi Dan Klasifikasi


Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan (Buletin Teknis
SAP 02 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah).
Dalam

Bagan Akun

Standar, aset lainnya diklasifikasikan sebagai berikut:

TagihanJangka Panjang

Tagihan Penjualan Angsuran


Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Sewa
Kerjasama Pemanfaatan
Bangun Guna Serah
Bangun Serah Guna

Aset TidakBerwujud

Goodwill
Lisensi dan Frenchise
Hak Cipta
Paten
Aset TidakBerwujud Lainnya

Aset Lain-lain

Aset Lain-Lain (misalnya barang rusak


yg belum dihapus)

Dari sekian banyak aset lainnya tersebut, terdapat beberapa aset yang hanya menjadi
kewenangan PPKD dan beberapa lainnya menjadi kewenangan SKPD.

Aset lainnya yang

menjadi kewenangan PPKD meliputi:


a. Tagihan jangka panjang;
22

b. Kemitraan dengan pihak ketiga; dan


c. Aset lain-lain.
Aset lainnya yang menjadi kewenangan SKPD meliputi:
a.

Tagihan

Tagihan Penjualan

Saat Dijual kepada Pegawai

Jangka

Angsuran

secara Angsuran:

Panjang

Aset
tak

1. Penjualan Kendaraan
Perorangan Dinas Kepada
Kepala Daerah
2. Penjualan Rumah Golongan
Tuntutan Ganti Kerugian

III
SKP2K (Surat Keputusan

Daerah

Pembebanan Penggantian
Kerugian)

Kemitraan

Sewa

Kontrak/Perjanjian Sewa

Kerjasama Pemanfaatan

Kontrak/Perjanjian Kerjasama

dengan Pihak
Ketiga

Pemanfaatan
Bangun Guna Serah (BOT)

Kontrak/Perjanjian Kerjasama
BOT

Bangun Serah Guna (BTO)

Kontrak/Perjanjian Kerjasama
BOT & BAST

berwujud; dan
b. Aset Lain-lain

2.2.2. Pengakuan
23

Aset Tidak

Bultek SAP 11 ttg Aset Tidak Berwujud/ATBadalah aset non-

Berwujud

moneter yang tidak mempunyai wujud fisik, yang sering


dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam
menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan
serta sebagian diperoleh dari proses pengadaan dari luar
entitas.

Lisensi dan Frenchise

Surat/Ijin dari pemegang Haki


kepada Pihak Lain

Aset Lain-lain

Hak Cipta

Haki terbit

Paten

Haki terbit

Aset Tidak

BerwujudLainnya
Aset Lain-Lain

Restricted Cash

(misalnya barang
rusak yang belum
dihapus)

Sesuatu diakui sebagai Aset Tidak Berwujud jika dan hanya jika:
a. Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang
diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari ATB tersebut akan
mengalir kepada entitas atau dinikmati oleh entitas; dan
b. Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.

2.2.3. Pengukuran
24

1
1.

Tagihan Jangka Panjang


Tagihan Penjualan Angsuran

Nilai Nominal

1
1.

Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

Nilai Nominal

2
2
2.

Kemitraan dengan Pihak Ketiga


Sewa

Nilai Nominal

1
2.

Kerjasama Pemanfaatan (KSP)

Nilai Bersihatau Nilai Wajar

saatPerjanjian, dipilih yang

2.

Bangun Guna Serah BGS (Build,

paling objektif
Nilai Buku Aset Tetap yang

3
2.

Operate, Transfer BOT) dicatat


Bangun Serah Guna BSG (Build,

Diserahkan
Nilai Perolehan Aset Tetap

Transfer, Operate BTO)

yang dibangun yaitu sebesar


nilai aset tetap yang
diserahkan pemerintah
daerah ditambah Nilai
Perolehan Aset yang
dikeluarkan oleh pihak
ketiga/investor untuk
membangun aset tersebut.

2.2.4. Pengungkapan
Pengungkapan aset lainnya dalam catatan atas laporan keuangan, sekurang-kurangnya
harus diungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Besaran dan rincian aset lainnya


Kebijakan amortisasi atas Aset TidakBerwujud
Kebijakan pelaksanaan kemitraan dengan pihak ketiga(sewa, KSP, BOT dan BTO)
Informasi lainnya yang penting.
AKUNTANSI ASET LAINNYA TAGIHAN PENJUALAN ANGSURAN

25

PENCATATAN OLEH SKPD


No

PENCATATAN OLEH PPKD

Transaksi
Uraian DebitKredit

Uraian

DebitKredit

1 Tagihan Penjualan
Angsuran
SaatPenjualanAset

Tagihan Angsuran Penjualan

xxx

Tetap
Surplus PenjualanAset Gedung

Tidak Ada

Surplus

Jurnal

xxx

dan Bangunan
LO
Aset Tetap

Peralatan dan Mesin

xxx

Defisit
Tagihan Angsuran Penjualan
Tidak Ada

xxx

Defisit Penjualan Aset Non Lancar xxx

Jurnal
Aset Lain - lain

PENCATATAN OLEH SKPD


No

xxx

PENCATATAN OLEH PPKD

Transaksi
Uraian

DebitKredit

1 Jika penguasaan Aset

AsetTetap Peralatan dan Mesin xxx


RK SKPD

dibawah penguasaan
dilakukan pencatatan
atas pengembalian
SKPD ke PPKD.

xxx

PPK- SKPD:
RK PPKD

penguasaan aset tetap


dr

Debit Kredit

Fungsi Akuntansi PPKD:

Tetap yang dijual


berada

SKPD maka harus

Uraian

AT

xxx

xxx
xxx

xxx

Peralatan
dan Mesin

No

Transaksi

PENCATATAN OLEH

PENCATATAN OLEH PPKD

SKPD

26

Uraian
1

Debit

Kredit

Saat Piutang

Uraian
Bagian Lancar Tagihan Angsuran Penjualan

Jatuh Tempo TidakAda


Jurnal
Saat

Debit
xxx

Tagihan Angsuran Penjualan

Pembayaran

KasdiKasDaerah

Angsuran

xxx
xxx

Bagian Lancar Tagihan Angsuran PenjualanTidakAda

Perubahan SAL

Jurnal

Kredit

xxx

xxx

PendapatanAngsuran/CicilanPenjualan-LRA

xxx

TAGIHANTUNTUTANKERUGIAN DAERAH
PENCATATAN OLEH

PENCATATAN OLEH PPKD

SKPD
No

Transaksi
Uraian Debit

Kredit

Uraian

Debit

Kredit

2 TagihanTuntutan
Kerugian Daerah

TuntutanGanti Kerugian Daerah

xxx

Saat Pengakuan
TGR
TidakAda
Jurnal
Saat

Pendapatan TuntutanGanti Kerugian Daerah...-

xxx

LO

Piutang

Jatuh
Tempo/

TidakAda

Klasifikasi

Jurnal

Bagian Lancar TuntutanGanti Kerugian Daerah xxx

27

TuntutanGanti Kerugian Daerah

PENCATATAN OLEH PPKD

PENCATATAN OLEH SKPD


No

Transaksi
Uraian

xxx

Debit

Kredit

TagihanTuntu

Uraian

Debit

Kas di Kas Daerah

xxx

tan

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian

Kerugian

Daerah

Daerah
Saat
Pembayaran

Kredit

xxx

Tidak
Ada

Perubahan SAL

Jurnal

Pendapatan

Ganti Rugi

xxx
TuntutanGanti

Kerugian

xxx

Daerah-LRA

KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA


PENCATATAN OLEH SKPD
PENCATATAN OLEH PPKD
No

Transaksi
Uraian

Debit

Kemitraan

Kredit

Uraian
Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Debit

Kredit

xxx

dengan Pihak
Ketiga

TidakAda Jurnal

Aset Tetap / AsetLain-lain

xxx

Saat
Kemitraan
Ditandatang

28

ani

Kas di Kas Daerah


Hasil

dari

xxx

Pemanfaatan

Kekayaan

xxx

Daerah-LO
Saat

Hasil

Kemitraan
Diterima

TidakAda Jurnal

Perubahan SAL
Hasil

dari

xxx
Pemanfaatan

Kekayaan

xxx

Daerah-LRA

PENCATATAN OLEH

PENCATATAN OLEH SKPD


No

PPKD

Transaksi
Uraian

3 Kemitraan
dengan Pihak

Debit

Kredit

TidakAda

Uraian
Aset Tetap

Jurnal

Debit

Kredit

xxx

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

xxx

Ketiga
Saat Kemitraan
Berakhir
xxx

RK SKPD

xxx

Aset Tetap
SaatAset

xxx

Dikembalikan

Aset Tetap

xxx

ke SKPD
RK PPKD

A. Pihak-Pihak Terkait
1. Pihak-Pihak Terkait PPKD
29

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi Aset Lainnya pada PPKD antara lain
Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD).
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
Dalam sistem akuntansi aset lainnya, PPK-PPKD melaksanakan fungsi akuntansi
pada PPKD yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Mencatat transaksi/kejadian aset lainnya berdasarkan buktibukti transaksi yang
sah ke Buku Jurnal Umum.
2) Memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian aset lainnya ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek).
3) Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
b.PPKD
Dalam sistem akuntansi Aset lainnya, PPKD mempunyai tugas menandatangani
laporan

keuangan

PPKD

sebelum

diserahkan

dalam

proses

penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD.


2. Pihak-Pihak Terkait Pada SKPD
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi aset lainnya pada SKPD antara
lain Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPKSKPD), Bendahara Penerimaan
SKPD, Bendahara Pengeluaran SKPD dan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran (PA/KPA).
a.PPK-SKPD
Dalam sistem akuntansi aset lainnya, PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi
SKPD, memiliki tugas sebagai berikut:
30

1) Mencatat transaksi/kejadian aset lainnya berdasarkan buktibukti transaksi yang


sah ke Buku Jurnal Umum.
2) Memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian aset lainnya ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek).
3) Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

b. Bendahara Penerimaan SKPD


Dalam sistem akuntansi aset lainnya, Bendahara Penerimaan SKPD memiliki tugas
menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi aset lainnya ke PPK-SKPD.
c. Bendahara Pengeluaran SKPD
Dalam sistem akuntansi aset lainnya, Bendahara Pengeluaran SKPD memiliki tugas
menyiapkan dan menyampaikan dokumendokumen atas transaksi yang terkait
dengan proses pelaksanaan sistem akuntansi aset lainnya ke PPK-SKPD.
d. PA/KPA
Dalam sistem akuntansi aset lainnya, PA/KPA memiliki tugas:
1) Menandatangani laporan keuangan SKPD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD pada
PPKD (PPK-PPKD).
2) Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA.
B. Dokumen Yang Digunakan
1. Dokumen pada PPKD
Berikut disajikan dokumen terkait dengan sistem akuntansi aset lainnya pada PPKD:
31

Uraian

Dokumen

Tagihan Jangka

Tagihan Penjualan Angsuran:

Kontrak/Perjanjian

Panjang

a.Penjualan Kendaraan

Penjualan secara

Perorangan Dinas Kepada

Angsuran/Berita Acara

Kepala Daerah

Penjualan/ yang

b.Penjualan Rumah

Dipersamakan

Golongan III
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

Keputusan Pembebanan dan/


atau Dokumen
yang Dipersamakan

Uraian
Kemitraan dengan Sewa

Dokumen
Kontrak/Perjanjian

Pihak

Sewa/yang

Ketiga

Dipersamakan
Kontrak/Perjanjian

Kerjasama Pemanfaatan

Kerjasama
Pemanfaatan/ dokumen yang
Bangun Guna Serah (BOT)

Dipersamakan
Kontrak/Perjanjian
Kerjasama BOT/Dokumen yang

Bangun Serah Guna (BTO)

Dipersamakan
Kontrak/Perjanjian
Kerjasama BOT &
BAST/Dokumen yang

Aset Lain-lain

Restricted Cash

Dipersamakan
PerKDH/SP2D/Dokumenyan
g Dipersamakan

2. Dokumen Pada SKPD


32

Berikut disajikan dokumen terkait dengan sistem akuntansi Aset lainnya pada SKPD:
Uraian
Aset Tidak

Lisensi dan Frenchise

Berwujud

Aset Lain-lain

Dokumen
Surat/Ijin dari pemegang
Haki/Dokumen yang

Hak Cipta

Dipersamakan
Haki/Dokumen yang

Paten

Dipersamakan
Haki/Dokumen yang

Aset Tidak Berwujud Lainnya


Barang Rusak dalam Proses

Dipersamakan
Dokumen menyesuaikan
Surat Usulan

Penghapusan

Penghapusan/Dokumen
yang Dipersamakan.

C. Jurnal Standar Dan Ilustrasi


1. Jurnal Standar dan Ilustrasi pada PPKD
a.Tagihan Jangka Panjang
Tagihan jangka panjang terdiri atas tagihan penjualan angsuran dan tuntutan ganti
kerugian daerah.
1)Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari
penjualan aset pemerintah daerah secara angsuran kepada pegawai/kepala daerah
pemerintah daerah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah
penjualan kendaraan perorangan dinas kepada kepala daerah dan penjualan
rumah golongan III kepada pegawai.
Barang milik daerah yang dipindahtangankan/dijual adalah aset tetap yang
dikuasai oleh SKPD. Sebelum proses dipindah tangankan/dijual, SKPD
33

menghapusdari pembukuannya dengan mekanisme SKPD akan menyerahkan


aset tersebut kepada PPKD. PPKD menerima pelimpahan aset yang hendak dijual
ini dengan mencatatnya sebagai aset tetap/barang milik daerah yang akan dijual.
Selanjutnya, ketika PPKD melakukan penjualan aset ini secara angsuran, maka
fungsi akuntansi PPKD akan membuat jurnal pengakuan tagihan penjualan
angsuran berdasarkan dokumen transaksi terkait penjualan dengan angsuran.
Jurnal ini mencatat Tagihan Penjualan Angsuran di debit dan Surplus
Penjualan Aset Non Lancar serta Aset Tetap di kredit (asumsi harga jual lebih
besar daripada nilai buku barang yang dijual). Besaran tagihan penjualan
angsuran yang dicatat adalah sesuai yang ditetapkan dalam naskah/dokumen
perjanjian penjualan.
Jurnal Standar Tagihan Penjualan Angsuran
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

XXX

Nomo

Kode

Rekening

Bukti
XX

XXX

Tagihan Angsuran

XX

XXX

Penjualan
Akumulasi Penyusutan

X
XX
X

XXX

Gedung dan Bangunan


Surplus penjualan Aset

Uraian

Debi

Kred

it

XXX

Gedung dan BangunanXXX

LO
Aset Tetap Gedung

XXX

dan Bangunan
Jika penguasaan aset tetap yang dijual berada dibawah penguasaan SKPD maka
sebelum dilakukan jurnal tersebut diatas harus dilakukan pencatatan atas
pengembalian penguasaan aset tetap dari SKPD ke PPKD. Fungsi akuntansi

34

PPKD dan PPK-SKPD melakukan jurnal atas pengembalian penguasaan aset


tetap tersebut sebagai berikut:
Jurnal Standar Penyerahan/Pengembalian Aset Tetap dari SKPD ke PPKD
Fungsi Akuntansi PPKD - Jurnal LO dan Neraca:
Tangg
al
XXX

Nomo

Kode

Uraian

Rekening

Bukti
XXX

XXX

Aset Tetap Gedung dan

XXX
XXX

Bangunan
RK SKPD
Akumulasi Penyusutan

Debit

Kredi
t

XXX
XXX
XXX

Gedung dan Bangunan


PPK-SKPD - Jurnal LO dan Neraca:
Tangg Nomor
al
XXX

Bukti
XXX

Kode

Uraian

Rekening
XXX
RK PPKD
XXX
Akumulasi Penyusutan
XXX

Debit

Kredit

XXX
XXX

Gedung dan Bangunan


Aset Tetap Gedung dan

XXX

Bangunan
Karena tagihan penjualan tersebut bersifat jangka panjang maka setiap akhir
tahun Fungsi Akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi untuk mengakui
piutang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun ke depan. Berdasarkan bukti
memorial, fungsi akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi dengan jurnal:
Jurnal Standar Reklasifikasi Tagihan Angsuran Penjualan ke Bagian Lancar
Angsuran
Jurnal LO dan Neraca
Tangga Nomor
l

Bukti

Kode
Rekening

Uraian

Debit

Kredi
t
35

XXX

XXX

XXX

Bagian Lancar Tagihan

XXX

Penjualan Angsuran
XXX

Rumah Dinas
Tagihan Angsuran

XXX

Penjualan
Jika pembeli tersebut melakukan pembayaran angsuran, maka fungsi akuntansi
PPKD melakukan penjurnalan sebagai berikut (misalkan angsuran per bulan
Rp1.000.000,00):
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
XXX

Nomo

Kode

r Bukti Rekening
XXX
XXX
XXX

Uraian
Kas di Kas Daerah
Bagian Lancar Tagihan

Debit

Kredit

XXX
XXX

Angsuran Penjualan
Rumah
Dinas

Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian

Debit

Perubahan SAL
Pendapatan -

XXX

Kredit

XXX

Angsuran/Cicilan
Penjualan
Rumah Dinas - LRA
2)Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah

36

Menurut UU No. 15 Tahun 2006 tentang BPK,ganti kerugian adalah sejumlah


uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang harus dikembalikan
kepada daerah oleh seseorang atau badan yang telah melakukan perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Tuntutan Ganti Kerugian (TGR) ini diakui ketika putusan Pembebanan dan/atau
dokumen yang dipersamakan diterbitkan. Berdasarkan dokumen tersebut, fungsi
akuntansi PPKD akan membuat jurnal pengakuan tagihan tuntutan kerugian
daerah. Fungsi Akuntansi PPKD akan mencatat Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah di debit dan Pendapatan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah-LO di
kredit.

Jurnal Standar Pengakuan Tuntutan Ganti Kerugian


Jurnal LO dan Neraca
Tangga

Nomor

Kode

l
XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX

Uraian
Tuntutan Ganti Kerugian

Debit

Kredit

XXX

Daerah terhadap Pegawai


XXX

Bukan Bendahara
Pendapatan Tuntutan

XXX

Ganti
Kerugian Daerah terhadap
Pegawai Bukan
Bendahara-LO
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah merupakan aset nonlancar, atau piutang yang
sifatnya jangka panjang. Untuk mengakui piutang yang akan jatuh tempo dalam
satu tahun ke depan, fungsi akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi di
setiap akhir tahun dengan jurnal:

37

Jurnal Standar Reklasifikasi Tuntutan Ganti Kerugian Daerah ke Bagian Lancar


Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

Bukti

Rekenin

XXX

g
XXX

XXX

Uraian

Bagian Lancar Tuntutan

Debit

Kredit

XXX

Ganti
Kerugian Daerah terhadap
XXX

Pegawai Bukan Bendahara


Tuntutan Ganti Kerugian

XXX

Daerah terhadap Pegawai


Bukan Bendahara
Ketika diterima pembayaran dari pegawai yang terkena kasus TGR ini, fungsi
akuntansi PPKD akan menjurnal:
Jurnal Standar Penerimaan Pembayaran Bagian Lancar
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian
Kas di Kas Daerah
Bagian Lancar

Debit

Kredit

XXX
XXX*)

Tuntutan Ganti
Kerugian Daerah
terhadap Pegawai
Bukan
Bendahara
*) Jurnal ini dibuat setiap bulan saat ada transaksi pembayaran cicilan TGR
Jurnal LRA

38

Tanggal

Nomor

Kode

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan Tuntutan

Debit

Kredit

XXX
XXX

Ganti
Kerugian Daerah
terhadap
Pegawai Bukan
Bendahara-LRA
b.Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan barang milik daerah yang dimilikinya,
pemerintah daerah diperkenankan melakukan kemitraan dengan pihak lain dengan
prinsip saling menguntungkan sesuai peraturan perundang-undangan.
Kemitraan ini bisa berupa:
1.Kemitraan dengan Pihak Ketiga - Sewa
Diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan
perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraansewa. Pada saat perjanjian kemitraan ditandatangani oleh kedua pihak, fungsi
akuntansi PPKD akan mereklasifikasi dari Aset Tetap ke Aset Lain-lainKemitraan dengan Pihak Ketiga.
Jurnal Standar Pengakuan Kemitraan dengan Pihak Ketiga Sewa
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX

Kemitraan dengan Pihak

XXX

Kredit

Ketiga Sewa Tanah


Kantor
39

XXX

Aset Tetap Tanah

XXX

Lapangan Olahraga
Hasil dari kerjasama berupa uang sewa akan diakui sebagai pendapatan Hasil
dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah LO. Berdasarkan Nota Kredit yang
diterima dari Bank, fungsi akuntansi PPKD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tangg

Nomor

Kode

al
XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian

Debit

Kas di Kas Daerah


Hasil dari Pemanfaatan

XXX

Kredit

XXX

Kekayaan Daerah Sewa LO


Jurnal LRA
Tangg

Nomor

Kode

al
XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian

Debit

Perubahan SAL
Hasil dari Pemanfaatan

XXX

Kredit

XXX

Kekayaan Daerah Sewa LRA


Pada masa perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus
dikembalikan kepada Pemerintah Daerah. Berdasarkan Berita Acara Serah
Terima, fungsi akuntansi PPKD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX

Uraian
Aset Tetap Tanah

Debit

Kredit

XXX

Lapangan Olahraga
40

XXX

Kemitraan dengan Pihak

XXX

Ketiga Sewa Tanah


Kantor
2. Kerjasama Pemanfaatan (KSP)
Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah menyebutkan bahwa kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan
barang milik negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan daerah bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.
Diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan
klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan pemanfaatan
(KSP).
3. Bangun Guna Serah BGS (Build, Operate, Transfer BOT) Buletin Teknis SAP
Nomor 2 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah menyebutkan
bahwa BGS adalah suatu bentuk kerjasama berupa pemanfaatan aset pemerintah
oleh pihak ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya serta mendayagunakannya
dalam jangka waktu tertentu, kemudian menyerahkan kembali bangunan dan atau
sarana lain berikut fasilitasnya kepada pemerintah setelah berakhirnya jangka
waktu yang disepakati (masa konsesi). Dalam perjanjian ini pencatatannya
dilakukan terpisah oleh masing-masing pihak.
BGS dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan oleh pemerintah daerah kepada
pihak ketiga/investor untuk membangun aset BGS tersebut. Aset yang berada
dalam BGS ini disajikan terpisah dari Aset Tetap.
Jurnal Standar Pengakuan Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Bangun Guna Serah BGS/BOT
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

Kredit
41

XXX

Bukti

Rekening

XXX

XXX

Kemitraan dengan Pihak

XXX

Ketiga
Bangun Guna
Serah/BGS
XXX

(BOT) atas Tanah Kantor


Aset Tetap Tanah

XXX

Lapangan Olahraga
4. Bangun Serah Guna BSG (Build, Transfer, Operate BTO)
Buletin Teknis SAP Nomor 2 Tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah
Daerah menyebutkan bahwa BSG adalah pemanfaatan aset pemerintah daerah
oleh pihak ketiga/investor dengan cara pihak ketiga/investor tersebut
mendirikan bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya kemudian
menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada pemerintah daerah untuk
dikelola sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut.
BSG diakui pada saat pengadaan/pembangunan gedung dan/atau sarana berikut
fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/dioperasikan.
Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah daerah disertai
dengan kewajiban pemerintah daerah untuk melakukan pembayaran kepada
pihak ketiga/investor. Pembayaran oleh pemerintah daerah ini dapat juga
dilakukan secara bagi hasil.
Jurnal Standar Pengakuan Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Bangun Serah Guna BSG/BTO
Jurnal LO dan Neraca
Tangg

Nomor

Kode

Uraian

Debit

al
XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX

Kemitraan dengan Pihak

XXX

Kredit

Ketiga Bangun Serah


42

Guna/BSG (BTO) atas


Tanah Lapangan &
Gedung
XXX
XXX

Olahraga
Aset Tetap Tanah
Lapangan Olahraga
Utang Jangka Panjang

XXX
XXX

Lainnya- Utang kepada


Pihak
Ketiga BGS/BTO
c.Aset Tidak Berwujud
Buletin Teknis SAP Nomor 11 tentang Aset Tidak Berwujud menyebutkan bahwa
aset tidak berwujud (ATB) adalah aset nonmoneter yang tidak mempunyai wujud
fisik, dan merupakan salah satu jenis aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
Aset ini sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam menjalankan
tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian diperoleh dari proses
pengadaan dari luar entitas. Aset tak berwujud terdiri atas:
a) Goodwill;
b) Hak Paten atau Hak Cipta;
c) Royalti;
d) Software;
e) Lisensi;
f) Hasil Kajian/Penelitian yang Memberikan Manfaat Jangka
Panjang;
g) Aset Tak Berwujud Lainnya;
h) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan.

43

Pada saat aset tidak berwujud diperoleh, maka fungsi akuntansi SKPD membuat
jurnal pengakuan aset tidak berwujud. Jurnal tersebut mencatat Aset Tidak
Berwujud di debit dan Kas di Bendahara Pengeluaran (UP/GU/TU) atau RK
PPKD di kredit (LS) berdasarkan dokumen sumber yang relevan.
Jurnal Standar Pengakuan Aset Tidak Berwujud
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Aset Tidak Berwujud -

Debit Kredit
XXX

Software
RK PPKD

XXX

Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Belanja Barang dan Jasa
Konsultansi - Software
Perubahan SAL

Debit Kredit
XXX
XXX

Alokasi yang sistematis atas nilai perolehan suatu aset tidak berwujud yang dapat
disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan (Asumsi ada masa
manfaatnya) disebut amortisasi.
Amortisi terhadap aset tidak berwujud dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi seperti halnya
metode penyusutan yang telah dibahas pada bab aset tetap. Metode amortisasi yang
digunakan harus menggambarkan pola konsumsi entitas atas manfaat ekonomis
masa depan yang diharapkan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara
andal, pemerintah daerah dapat menggunakan metode garis lurus. Amortisasi
dilakukan setiap akhir periode dengan mencatatat Beban Amortisasi di debit dan
Akumulasi Amortisasi di kredit
44

Jurnal Standar Pengakuan Amortisasi Aset Tidak Berwujud


Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Kode

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian
Beban Amortisasi -

Debit Kredit
XXX

Software
Akumulasi Amortisasi

XXX

Software

d.Aset Lain-lain
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi kedalam aset lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat,
usang, dan/atau ast tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses
pemindahtanganan (Proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
Aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah daerah
dan direklasifikasikan kedalam aset lain-lain. Pada saat suatu aset direklasifikasi
menjadi aset lainnya, fungsi akuntansi SKPD akan membuat jurnal pengakuan aset
lain-lain dan penghapusan akumulasi penyusutan aset tetap yang direklasifikasi.
Jurnal tersebut mencatat Aset lain-lain dan Akumulasi Penyusutan di debit
serta Aset tetap (sesuai rincian objek) di kredit berdasarkan dokumen sumber
yang relevan.
Jurnal Standar Pengakuan Aset Lain-lain
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

Uraian

Debit

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX

Aset lain-lain Traktor

XXX

XXX

Rusak
Akumulasi Penyusutan

XXX

Kredit

45

Alat-alat Besar Darat


XXX

Traktor
Alat-alat besar Darat

XXX

Traktor

E.Akuntansi Aset Lainnya pada PPKD


Sistem dan prosedur akuntansi aset lainnya pada PPKD meliputi pencatatan dan pelaporan
akuntansi atas transaksi-transaksi yang terkait denganaset lainnya berupa tagihan jangka
panjang, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset lain-lain.
1.Tagihan Jangka Panjang
a.Tagihan Penjualan Angsuran
Barang milik daerah yang dipindahtangankan/dijual adalah aset tetap SKPD yang
sudah dihapus/tidak digunakan oleh SKPD. Setelah dihapus/dikembalikan
penguasaannya dari pembukuan SKPD, SKPD akan menyerahkan aset tersebut
kepada PPKD. PPKD menerima pelimpahan aset tetap yang hendak dijual ini
dengan mencatatnya sebagai aset tetap.
Selanjutnya,

berdasarkan

dokumen

transaksi

terkait

penjualan

berupa

perjanjian/berita acara penjualan aset secara angsuran, fungsi akuntansi PPKD akan
mencatat Tagihan Penjualan Angsuran.. (sesuai rincian objek) di debit sesuai
nilai yang tertera pada berita acara penjualan, dan Aset Tetap (sesuai rincian
objek) di kredit sesuai nilai bukunya. Selisih nilai penjualan dan nilai buku aset ini
dicatat sebagai Surplus Penjualan Aset non Lancar di kredit jika selisihnya positif.
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Tagihan Penjualan Angsuran
Surplus penjualan Aset

Debit

Kredit

XXX
XXX
46

Tetap ..... XXX

LO
Aset Tetap ..........

XXX

Jika selisih nilai penjualan dan nilai buku aset bernilai negatif, maka selisih ini
dicatat sebagai Defisit Penjualan Aset Non Lancar di debit.

Jurnal LO dan Neraca


Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX
XXX

Uraian
Tagihan Penjualan Angsuran
Defisit Penjualan Aset

Debit

Kredit

XXX
XXX

Tetap ..... -LO


Aset Tetap ..........

XXX

Karena tagihan penjualan tersebut bersifat jangka panjang maka setiap akhir tahun
fungsi akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi untuk mengakui piutang yang
akan jatuh tempo dalam satu tahun ke depan. Berdasarkan bukti memorial, fungsi
akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX

Uraian
Bagian Lancar Tagihan

Debit

Kredit

XXX

Penjualan Angsuran Rumah


XXX

Dinas
Tagihan Penjualan Angsuran

XXX

Jika pembeli/pegawai tersebut melakukan pembayaran angsuran, maka fungsi


akuntansi PPKD melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Jurnal LO dan Neraca
47

Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Kas di Kas Daerah
Bagian Lancar Tagihan

Debit

Kredit

XXX
XXX

Penjualan Angsuran ......


Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan -

Debit

Kredit

XXX
XXX

Angsuran/Cicilan
Penjualan ...-LRA
Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah
Laporan kasus kerugian daerah dilaporkan oleh kepala unit/satuan kerja yang
bersangkutan kepada majelis melalui kepala sekretariat untuk diperiksa dan dibuat
Surat Keputusan SKTJM. Surat keputusan SKTJM ini selanjutnya diserahkan
kepada kepala daerah untuk ditandatangani. SKTJM yang telah ditanda tangani ini
selanjutnya diserahkan kepada pegawai yang tertuntut melalui kepala unit/satuan
kerja. Jika SKTJM telah melewati masa waktu jatuh tempo, maka selanjutnya
diterbitkan SKP2K (Surat Keputusan
Pembebanan Penggantian Kerugian) kepada pegawai yang tertuntut. Berdasarkan
SK-SKTJM dan SKP2K ini, fungsi akuntansi PPKD akan mengakui tagihan tuntutan
kerugian daerah dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX

Uraian

Debit

Kredit

Tuntutan Ganti Kerugian Daerah XXX


......
48

XXX

Pendapatan Tuntutan Ganti

XXX

Kerugian Daerah
terhadap ....... - LO
Tagihan ini bersifat jangka panjang, oleh karenanya setiap akhir tahun fungsi
akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi untuk mengakui piutang yang akan
jatuh tempo dalam satu tahun ke depan. Berdasarkan bukti memorial, fungsi
akuntansi PPKD akan melakukan reklasifikasi dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX

Uraian
Bagian Lancar Tuntutan Ganti

Debit

Kredit

XXX

Kerugian
XXX

Daerah .......
Tuntutan Ganti Kerugian

XXX

Daerah
.......
Ketika pegawai yang terkena kasus TGR ini melakukan pembayaran angsuran, maka,
berdasarkan bukti setor berupa STS/yang dipersamakan, fungsi akuntansi PPKD akan
menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode

Uraian

Debit

Rekening
XXX
XXX

Kas di Kas Daerah


Bagain Lancar Tuntutan Ganti

XXX

Kredit

XXX

Kerugian Daerah terhadap


Pegawai
Bukan Bendahara

49

Jurnal - LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Perubahan SAL
Pendapatan Tuntutan Ganti

Debit

Kredit

XXX
XXX

Kerugian
Daerah ..... - LRA
b.Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Pada saat perjanjian kemitraan ditandatangani oleh kedua pihak, fungsi akuntansi
PPKD akan mereklasifikasi Aset Tetap menjadi Kemitraan dengan Pihak Ketiga
dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode

Uraian

Debit

Rekening
XXX

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

XXX

XXX

....
Aset Tetap ....

Kredit

XXX

Hasil dari kerjasama berupa uang tunai akan diakui sebagai pendapatan Hasil dari
Pemanfaatan Kekayaan Daerah LO. Berdasarkan nota kredit yang diterima dari
bank, fungsi akuntansi PPKD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Kas di Kas Daerah
Hasil dari Pemanfaatan

Debit

Kredit

XXX
XXX

Kekayaan
Daerah - ......... LO
50

Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode

Uraian

Rekening
XXX
XXX

Debit

Perubahan SAL
Hasil dari Pemanfaatan

Kredit

XXX
XXX

Kekayaan
Daerah - ....... LRA
Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus
dikembalikan kepada pemerintah daerah. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima
(BAST), fungsi akuntansi PPKD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode

Uraian

Rekening
XXX
XXX

Debit

Aset Tetap ...........


Kemitraan dengan Pihak

Kredit

XXX
XXX

Ketiga
.......
Ilustrasi Kasus:
Berikut adalah transaksi terkait aset lainnya yang terjadi pada Pemerintah Sejahtera
selama tahun 2015. Buatlah jurnal untuk mencatat setiap transaksi yang terjadi.
1. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Sejahtera
telah mengikat kerjasama BGS (bangun, guna, serah) dengan PT Marisa Tanggal
5 Mei 2015 untuk membangun gedung olahraga. Untuk kerjasama pembangunan
gedung

tersebut,

Pemerintah

Sejahtera

menyerahkan

tanah

senilai

RP300.000.000,00. Dalam kerjasama ini, disepakati bahwa PT Marisa yang akan


mengelola

gedung

ini

akan

memberikan

bagi

hasil

sebesar

Rp24.000.000,00/tahun yang dibayar tiap akhir tahun.

51

2. Berdasarkan berita acara penjualan aset nomor BA012/DE/2015 tanggal 1


Desember 2015 diketahui bahwa Pemerintah Sejahtera telah menjual rumah dinas
kepada pegawai Pemerintah Sejahtera dengan harga Rp400.000.000,00 secara
angsuran tiap bulan selama 5 tahun. Nilai buku rumah dinas ini adalah
Rp350.000.000,00. Pada akhir Desember 2015, angsuran yang telah dibayar oleh
pegawai adalah sebesar Rp5.000.000,00.
3. Berdasarkan SKP2K dan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)
tanggal 3 Desember 2015 diperoleh informasi Pemerintah Sejahtera memiliki
piutang kepada pegawai atas hilangnya aset Pemda berupa kendaraan dinas
seharga Rp280.000.000,00. Pegawai yang bersangkutan menyanggupi untuk
membayar tuntutan ganti rugi tersebut dengan mengangsur bulanan selama 3
tahun. Sampai dengan akhir Desember 2015 cicilan pembayaran TGR yang telah
dilakukan oleh pegawai tersebut adalah sebesar Rp5.000.000,00.
Jawab:
Berikut adalah jurnal dari setiap transaksi di atas:
Tangg

Nomor

Kode

al

Bukti

Rekeni

5 Mei

Oo1/BAS

ng
1.5.2.03.

Kemitraan dengan

300.000.0

2015

T/2015

01

Pihak Ketiga - Bangun

00

1.5.4.01.

Guna Serah Tanah


Barang Milik Daerah

01

Uraian

Debit

Kredit

300.000.0

yang Dibangun Guna

00

Serahkan
1

BAr012

Desem /DE/
be

1.5.1.01.

Tagihan Angsuran

400.000.0

01

Penjualan Rumah Dinas

00

2015

2015
8.4.1.01.

Surplus Penjualan

50.000.00

03

Aset Gedung dan

0
52

Bangunan LO

SKr01/

Desem SKTM
be

1.5.4.01.

Barang Milik Daerah

350.000.0

02

yang Akan Dijual

00

1.5.1.02.

Tagihan Tuntutan Ganti

280.000.0

02

Kerugian

00

/2015

Daerah Terhadap

2015

Pegawai Negeri
8.1.4.05.
02

Bukan Bendahara
Pendapatan Tuntutan

280.000.0

Ganti

00

Kerugian Daerah
Terhadap
Pegawai Negeri
Bukan Bendahara
LO
31
Desem

1/Memo/ r

1.1.4.03.

Bagian Lancar Tagihan

5.000.00

2015

01

Penjualan Angsuran

be

Rumah Dinas

2015
1.5.1.01.

Tagihan Angsuran

5.000.00

01

Penjualan Rumah

Dinas
31
Desem

2/Memo/ r

1.1.4.04.

Bagian Lancar TGR

5.000.00

2015

02

terhadap Pegawai

be

Negeri Bukan Bendahar

2015
1.5.1.02.
02

Tagihan Tuntutan Ganti


Kerugian

5.000.00
0

Daerah terhadap
Pegawai Negeri
53

Bukan Bendahar

31
Desem

1/STS/ r
2015

1.1.1.01.

Kas di Kas Daerah

01

5.000.00
0

be
2015
1.1.4.03.

Bagian Lancar

5.000.00

01

Tagihan Penjualan

Angsuran Rumah
Dinas
0.0.0.00.

Perubahan SAL

5.000.00

00
4.1.4.15.

0
Angsuran/Cicilan

5.000.00

01

Penjualan Angsuran

Rumah Dinas - LRA


31
Desem

2/STS/ r
2015

1.1.1.01.

Kas di Kas Daerah

01

5.000.00
0

be
2015
1.1.4.04.

Bagian Lancar TGR

5.000.00

02

terhadap

Pegawai Negeri Bukan


Bendahara
Tangg

Nomor

al

Bukti

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekeni
ng
0.0.0.00.
00
4.1.4.05.
02

Perubahan SAL

5.000.00
0

Tuntutan Ganti
Kerugian Daerah

5.000.00
0
54

Terhadap Pegawai
Negeri Bukan
Bendahara - LRA
31
Desem

1/NK/ r
2015

1.1.1.01.

Kas di Kas Daerah

01

2.000.00
0

be
2015
8.1.4.18.

Hasil dari

2.000.00

03

Pemanfaatan

Kekayaan Daerah
BGS - LO
0.0.0.00.

Perubahan SAL

2.000.00

00
4.1.4.16.

0
Hasil dari

2.000.00

03

Pemanfaatan

Kekayaan Daerah
BGS - LRA
F.Prosedur Akuntansi Aset Lainnya pada SKPD
Prosedur akuntansi aset lainnya pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas transaksi-transaksi yang terkait dengan aset lainnya berupa aset tidak berwujud dan
aset lain-lain
1.Aset Tidak Berwujud
Ketika aset tidak berwujud telah diterima dan siap digunakan oleh SKPD, maka PPK
SKPD akan mencatat perolehan aset tidak berwujud tersebut berdasarkan dokumen
terkait, misal berita acara serah terima, dengan menjurnal:
Jurnal Standar Pengakuan Aset Tidak Berwujud pada SKPD
Jurnal LO dan Neraca
55

Tanggal

Nomor

Kode

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian
Aset Tidak Berwujud
Utang Belanja......

Debit

Kredit

XXX
XXX

Ketika dilakukan pembayaran atas peroleh aset tidak berwujud tersebut, PPKSKPD
melakukan penjurnalan berdasarkan dokumen terkait, misal TBP atau SP2DLS,
dengan mencatat Utang Belanja di debit dan Kas di Bendahara Pengeluaran di
kredit jika dibayar menggunakan uang UP/GU/TU atau RK PPKD di kredit jika
pembayaran dilakukan dengan mekanisma LS.

Jurnal Standar Pembayaran Utang Belanja - Aset Tidak Berwujud pada SKPD
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
(Permendagri Nomor 64 Tahun 2013)
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal

Nomor

Kode

XXX

Bukti
XXX

Rekening
XXX
XXX

Uraian
Utang Belanja....
Kas di Bendahara

Debit

Kredit

XXX
XXX

Pengeluaran
Atau

Jurnal LO dan Neraca


Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Utang Belanja.......
RK PPKD

Debit

Kredit

XXX
XXX

56

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap perolehan aset tidak berwujud tersebut,
PPK-SKPD mencatat Belanja Barang dan Jasa - ... di debit dan Perubahan SAL di
kredit dengan jurnal:
Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Belanja Barang/Jasa
Perubahan SAL

Debit

Kredit

XXX
XXX

Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening anggaran


(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006)
Jurnal LRA
Tanggal Nomor
XXX

Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Belanja Barang/Jasa
Perubahan SAL

Debit

Kredit

XXX
XXX

2.Aset Lain-Lain
Berdasarkan catatan pengurus barang terkait aset tetap yang sudah dihentikan
penggunaannya atau rusak, PPK SKPD membuat bukti memorial yang diotorisasi
Pengguna Anggaran dan kemudian mencatat pengakuan aset lain-lain dengan
menjurnal Aset Lain-Lain di debit sebesar nilai buku aset tetap yang sudah
dihentikan penggunaannya tersebut dan Akumulasi Penyusutan - ... di debit serta
Aset Tetap - ... di kredit untuk mereklasifikasi aset tetap ke aset lain-lain.
Jurnal Standar Pengakuan Aset Lain-lain pada SKPD
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal Nomor
Bukti

Kode

Uraian

Debit

Kredit

Rekening
57

XXX

XXX

XXX
XXX
XXX

Aset Lain-lain.......
Akumulasi Penyusutan.....
Aset Tetap .....

XXX
XXX
XXX

Berikut adalah jurnal standar untuk pencatatan aset lainnya di SKPD:


N
o
1

Pencatatan oleh
Transaksi

SKPD
Uraian

Pencatatan oleh

Debit Kredit

Uraian

SKPD
Debit Kredit

Aset Tidak
Berwujud
Saat Aset
Diterima

Aset Tidak Berwujud XXX


Utang Belanja
XXX

Saat

Utang Belanja
Pembayar Kas di Bendahara
Pengeluaran
an

XXX

Tidak Ada
Jurnal
Tidak Ada

XXX

Jurnal

UP/GU/T
U
Saat

Utang Belanja
Pembay RK PPKD

XXX

RK SKPD
XXX Kas di Kas

XXX
XXX

Daerah

aran
LS
2

Aset lain-

Aset Lain-lain

XXX

Tidak Ada

lain

Jurnal
Akumulasi
Penyusutan
Aset Tetap

XXX
XXX

Ilustrasi Kasus:
1) SKPD ABC membeli software penatausahaan bendahara dan akuntansi yang
dikembangkan pihak ketiga dengan nilai kontrak sebesar Rp350.000.000,00. Pada
58

tanggal 15 Maret 2015, pihak ketiga menyerahkan software tersebut kepada SKPD
ABC dan langsung dilakukan instalasi ke semua SKPD. SP2D LS atas pembelian
software tersebut terbit pada tanggal 21 Maret 2015.
2) Pada tanggal 31 Desember 2015, menurut catatan pengurus barang, SKPD ABC
memiliki aset tetap yang sudah dihentikan pemakaiannya berupa komputer sebanyak
6 unit dengan nilai perolehan Rp40.000.000,00. Akumulasi penyusutan atas 6 unit
komputer tersebut per tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp27.000.000,00. 6
unit komputer yang sudah tidak dipakai tersebut kemudian direklasifikasi ke dalam
aset lain-lain.
N
o
.
1

Tang

Nomor

gal

Bukti

15-

9/BA/III/15

Mar-

Kode
Rekening

Uraian

1.5.3.05.

Aset Lain-lain

01

- Software

Debit

Kredit

350.000.0
00

15
2.1.5.02.

Utang

14

Belanja

21-

15/KK/III/

2.1.5.02.

Software
Utang Belanja

Mar-

15

14

Software

350.000.0
00
350.000.0
00

15
3.1.3.01.

RK PPKD
350.000.0

01

00
5.2.2.xx.x

Belanja Jasa

Konsultasi -

350.000.0

Pembuatan

00

3.1.2.05.
01
2

31-

59/BM/XII/

1.5.4.01.

Software
Estimasi
350.000.0

Perubahan
SAL
Aset Lain-

00
13.000.00
59

Des-

15

16

Lain -

1.3.7.01.

Komputer
Akumumulasi

16

Penyusutan

27.000.000

15

Peralatan
1.3.2.16.
02

Kompute
Personal
Komputer

40.000.00
0

60

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Persediaan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat
tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan.
Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu:
Metode Periodik dan Metode Perpetual. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua,
yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini
persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan.
Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan
terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik
persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan
fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini
dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua, sistem perpetual (perpetual
inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan
mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan.
Aset lainnya
Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Layaknya sebuah
aset, aset lainnya memiliki peranan yang cukup penting bagi pemerintah daerah karena mampu
memberikan manfaat ekonomis dan jasa potensial (potential service) di masa depan.
Berbagai transaksi terkait aset lainnya seringkali memiliki tingkat materialitas dan
kompleksitas yang cukup signifikan mempengaruhi laporan keuangan pemerintah daerah
61

sehingga keakuratan dalam pencatatan dan pelaporan menjadi suatu keharusan. Semua standar
akuntansi menempatkan aset lainnya sebagai aset yang penting dan memiliki karakteristik
tersendiri baik dalam pengakuan, pengukuran maupun pengungkapannya.

DAFTAR PUSTAKA

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI


PERSEDIAAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Sukasukasuci.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-persediaan.html
Modul 3 - Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI ASET
LAINNYA

62

Anda mungkin juga menyukai