PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penggabungan badan usaha
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penggbungan badan usaha
3. Untuk mengetahui siapa pihak pengendalian tertinggi dalam penggabungan badan usaha
4. Untuk mengetahui mulai berlakunya tanggal kombinasi bisnis
5. Untuk mengetahui pihak-pihak yang berperan dalam penggabungan badan usaha
6. Untuk mengetahui kekuatan hukum mengenai penggabungan badan usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam PSAP NO. 05 tentang akuntansi persediaan menyatakan bahwa standar ini
diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum
yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban. dan
ekuitas. standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintahan pusat dan daerah tidak
termasuk perusahaan negara/daerah. Ruang Lingkup Persediaan PSAP 05 tentang persediaan
diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum.
Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk
perusahaan negara/daerah.
B. Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) adalah aset lancar bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan termasuk asset, dimana merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Persediaan merupakan aset yang berwujud berupa :
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintah.
e. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
f. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
g. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-
alat pertanian setengah jadi.
Persediaan dapat meliputi : barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,
suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku,
barang dalam proses/setengah jadi, anah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal
pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadann energi
(misalnya minyak) atau untuk tujuan bejaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras),
hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakatantara lain berupa sapi,
kuda, ikan, benih padi, dan bibit diakui sebagai persediaan. Sementara persediaan dengan
kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
C. Pengakuan Persediaan
Pengakuan merupakan pencatatan suatu item dalam akuntansi yang selanjutnya akan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan membutuhkan konsep untuk menentukan
kapan dan bagaimana transaksi keuangan dapat diakui sebagai unsur dalam laporan
keuangan. Bagaimana persediaan diakui sebagai unsur yang akan disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah berbasis akrual, yaitu pada saat terpenuhinya hal-hal berikut ini:
a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat
diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya
tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan bersifat netral, dan/atau
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya berpindah. Dokumen
sumber yang digunakan sebagai pengakuan perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau
Berita Acara Serah Terima (BAST).
Metode pencatatan yang digunakan untuk persediaan dalam basis akrual ini adalah metode
perpetual, yaitu pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi
persediaan (perolehan dan pemakaian). Pencatatan persediaan dilakukan berdasarkan satuan
barang yang lazim digunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang lain yang
dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan pengendalian pencatatan.
Misal, kertas HVS menggunakan satuan rim, pensil bisa menggunakan satuan buah atau box
mana yang paling memadai dalam materialitas pengendalian pencatatan menurut entitas
akuntansi yang bersangkutan. Pada kahir periode pelaporan, catatan persediaan disesuaikan
dengan hasil inventarisasi fisik. Inventarisasi fisik tersebut dilakukan atas barang yang belum
dipakai, baik yang berada di gudang maupun yang sudah ada pada unit pemakai. Persediaan
yang dilaporkan di neraca adalah persediaan dalam kondisi baik, sedangkan untuk persediaan
dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan di neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan
atas laporan Keuangan (CaLK). Untuk itu, laporan keuangan melampirkan daftar persediaan
rusak atau usang.
D. Pengukuran Persediaan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan. Persediaan dicatat sebesar jumlah uang yang menjadi nilai
dari persediaan tersebut. Jumlah uang tersebut menunjukkan biaya yang dapat diukur secara
andal atas perolehan/kepemilikan persediaan. Persediaan yang diperoleh dari pembelian
disajikan sebesar harga perolehan, yang meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan ditambah dengan biaya lain yang secara langsung dapat dibebankan pada
persediaan serta dikurangi apabila ada potongan harga, rabat, atu pengurang lain yang serupa.
Untuk persediaan yang diproduksi sendiri diukur sebesar harga pokok produksi, yaitu biaya
langsung yang terkait dengan produksi persediaan ditambah biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis. Sedangkan persediaan yang diperoleh dengan cara lainnya,
pengukurannya menggunakan nilai wajar. Contoh persediaan berupa hewan dan tanaman dari
hasil pengembangbiakan, persediaan dari donasi, dari rampasan dan lainnya. Pada akhir
periode, apabila terdapat sisa persediaan, metode yang digunakan untuk mengukur nilai
persediaan akhir tersebut adalah metode First In First Out (FIFO) dan metode harga
pembelian terakhir. Metode FIFO digunakan untuk jenis persediaan untuk dijual/diserahkan
kepada masyarakat/pemda, sedangkan harga pembelian terakhir digunakan untuk persediaan
yang nilainya tidak material dan jenisnya bermacam-macam, seperti barang konsumsi,
amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-
jaga, pita cukai dan leges, bahan baku dan barang dalam proses/setengah jadi.
1. biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi
harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya
yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya
perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal
yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan
meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran – ukuran yang digunakan
pada saat penyusunan renana kerja dan anggaran.
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Harga/nilai
wajar perseiaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar. Persediaan hewan dan tanaman
yang dikembangbiakan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.
E. Pencatatan Persediaan
Akuntansi pemerintahan dalam mencatat pengadaan persediaan menggunakan metode
fisik (physical method) atau metode periodik (periodical method) artinya persediaan yang
diperoleh atau diadakan dicatat sebagai “belanja” yang merupakan komponen atau
nominal/temporer. Namun persediaan yang dibeli/diperoleh secara pisik diadministrasikan
oleh bagian gudang/barang berdasarkan prinsip perpetual. Secara periodik (biasanya akhir
tahun buku) berdasarkan hasil perhitungan pisik, nilai persediaan dicatat dalam akun
“persediaan” di sisi debit, dan akun “cadangan” dicatat di sisi kredit.
Contoh :
Berdasarkan bukti-bukti pendukung, pemerintah daerah A melakukan pembeliaan kertas
ukuran folio sebanyak 500 rim dan ukuran HVS 80 gram sebanyak 500 rim. Harga kertas
termasuk PPN sebesar Rp.33.000.000,- dan pajak penghasilan yang dipungut senilai
Rp.450.000,-
Transaksi diatas akan dicatat sebagai berikut :
Belanja Barang Rp.33.000.000,-
Utang pada pihak ketiga-PPN Rp. 3.000.000,-
Utang pada pihak ketiga-PPN pasal 22 Rp. 450.000,-
Kas pada bendaharawan pengeluaran Rp.29.550.000,-
Barang berupa kertas folio dan HVS 80 gram diadministrasikan oleh bagian gudang/barang
kedalam buku persediaan barang sebesar nilai pisiknya sebagai kartu pengendali.
Apabila PPN dan PPh pasal 22 telah disetor ke kas Negara, maka ayat jurnalnya adalah :
Utang pihak ketiga-PPN Rp. 3.000.000,-
Utang pihak ketiga-PPh pasal 22 Rp. 450.000,-
Kas pada bendaharawan pengeluaran Rp. 3.450.000,-
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Depkeu, Bppk. 2010. “kekayaan negara dan perimbangan keuangan dan kebijakan akuntansi
berbasis akrual kaba untuk persediaan”. [online]. Tersedia:
http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-dan-
perimbangan-keuangan/19960-kebijakan-akuntansi-berbasis-akrual-kaba-untuk-persediaan.
[11 april 2015].
Akuntansi, Ilmu. 2013. “pengertian persediaan dalam akuntansi”. [online]. Tersedia:
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/.
[11 april 2015].
Mursyidi. 2013. “Akuntansi Pemerintahan di Indonesia”. Bandung: Refika Aditama.
The world, Accounting. 2012. “psap no 05 akuntansi persediaan”. [online]. Tersedia:
http://accountingfortheworld.blogspot.com/2012/07/psap-no-05-no-akuntansi-
persediaan.html. [11 april 2015].
Manajemen Pertanian
BAB I
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan basis yang mayoritas di Indonesia lebih dari 65% penduduk Indonesia
hidup dengan pertanian. Sebagai negara agraris kehidupan petani kalangan bawah selalu terabaikan
dari segala sektor pembangunan di Indonesia. Dari 27% penduduk miskin di sumatra barat 65%
adalah yang bermata pencaharian sebagai petani, jadi lebih dari separuhnya dari masyarakat miskin
di Sumatara barat adalah petani. Pengangguran yang ada di Sumatra barat 52.8% berasal dari
petani, Kalau dilihat lagi lahan yang dimiliki petani hanya 0,4 hektar rata-rata yang dipunyai
perpetani, jadi sangatlah sempit lahan yang digarap oleh petani, apalagi sekarang dinegri ini
ekonomi masyarakatnya sedang terpuruk dan sangatlah sulit bagi petani untuk bangkit dalan
meningkatkan taraf hidupnya. Untuk mengubah pola pikir dan karakter kehidupan dalam
masyarakat tani sangat perlu sekali di masukan unsur pendidikan supaya petani lebih mempunyai
solusi untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dan mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang menyokong usaha yang akan dilaksanakan petani itu sendiri.
1.3 Tujuan
Tujuannya di buat makalah ini adalah sebagi salah satu tugas individu mata kuliah Dasar-
dasar Manajemen dan untuk dapat di nilai oleh dosen pengampu. Selain itu makalah ini di buat agar
pembaca bisa memahami apa itu pengertian menejemen pertanian, mengapa menejemen sangat
penting dalam pertanian dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani dengan ilmu
menejemen pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Manajemen
Fayol menyatakan bahwa manajemen mempunyai 5 fungsi :
a. Perencanaan (Planning),
b. Pengorganisasian (Organizing),
d. Pengkoordinasian (Coordinating,
e. Pengawasan (Controlling).
a. Prencanaan (Planning),
b. Pengorganisasian (Organizing),
e. Pengawasan (Controlling)
a. Perencanaan Agroindustri
Perencanaan agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha agroindustri apa yang akan
dibuka. setelah itu, dilakukan evaluasi dan penilaian.
b. Pemilihan Teknologi
Dalam pemilihan teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi, seperti
kesesuain teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan kebutuhan pasar produk
proses pengadaan (ketersediaan barangnya, sukucadanganya, biaya pengadaan, dan lain-lain), biaya
sosial (lingkungan), kapasitas penggunaan, kemampuan sumber daya manusia dalam pengelolaan
dan pengoprasian, fleksibilitas dalam proses, ketersediaan energi, dan lain-lain. Pemilihan lokasi
pabrik atau industri pengolahan perlu mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, lokasi dan
sumber bahan baku, lokasi pemasaran, sarana dan prasarana fisik (transportasi, distribusi,
komunikasi dan energi) ketersediaan tenga kerja, areal pengembangan, dan lain-lain. Pemilihan
lokasi yang tidak tepat akan menyebabkan pemborosan-pemborsan, seperti biaya pengangkutan
dan komunikasi, investasi sarana dan prasarana umum, dan lain-lain. Dengan demikian biaya per
unit produksi sangat besar sehingga daya saing produknya kurang.
Dari penjelasan diatas, itulah sebabnya mengapa manajeme4n sangat di perlukan dalam
pertanian ini karenakan agar usala pertanian kita lebih terarah dan terorganisir dan bisa mencapai
hasil produksi yang lebih maksimal dan bisa meningkatkan taraf kehidupan ekonomi para petani dan
para usaha tani.
-Masyarakat tani tidak mandiri karena selalu punya ketergantungan pada pihak luar
( pemerintah khususnya ).
Jadi sangat perlu petani memiliki rencana dan keterapilan, yang akan selalu menggali atau
menambah wawasan petani, dan sebagai perbandingan dengan pihak luar dalam memulai suatu
usaha dalam kegiatannya dan rencana yang mereka buat, sebagai mengurangi resiko yang dihadapi
dalam usaha mereka.
Dalam pembangunan pertanian harus punya arah dan tujuan, harus bertujuan pada:
Disini masyarakat tani harus dapat berbagi pengetahuan yang ada dari pengalaman yang
dilakukandari serangkaian kegiatan yang telah dilalui, seandainya pengetahuan masyarakat tani
belum ada, bisa minta bantuan atau bertanya pada dinas terkait atau ke sekolah lapangan yang ada
sesuai dengan kegiatan yang direncanakan.
Pembangunan pertanian harus bermanfaat bagi petani tersebut sebagai proses belajar dan
pemberdayaan bagi petani untuk bisa melihat secara langsung keadaan mereka sendiri dari potensi
dan masalah yang ada, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah dengan jalan
keluar yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki melalui penyusunan rencana kegiatan
sebagai program yang disusun yang akan dilaksanakan oleh mereka sendiri, dengan melaksanakan
kegiatan itu terus menerus atau kontinyu yang berkelanjutan , maka petani mampu untuk menilai
atau mengevaluasi hasil dari kegiatan yang mereka laksanakan sehingga petani dapat senantiasa
untuk memperbaiki kekeliruan dalam kegiatan yang dilaksanakan untuk kegiatan selanjutnya.
Karena petani adalah subjek dalam pembangunan pertanian maka perannya dalam rencana yang
mereka buat jadi mampu untuk mengakses kegiatannya untuk peningkatan kerjanya dan juga
mempunyai daya kontrol untuk mengawasi untuk mengevaluasi kegiatan untuk produksi yang lebih
maksimal, dalam pengembangan usaha yang dapat meningkatkan produktifitas usaha tani, petani
harus mampu memecahkan masalah-masalah dalam usahanya seperti masalah turunnya hasil
produksi, masalah seranggan hama penyakit dan masalah pemasaran yang sering dihadapi, disini
petani mampu untuk memanfaatkan lahan secara optimal pada lahan yang diusahakan jangan
sampai ada lahan yang terlantar atau lahan mati.
Untuk peningkatan usaha tani petani harus mampu untuk memanajemen usaha yang
dilakukan, dalam manajemen usaha perlu diperhatikan disni komitmen, perilaku, dan waktu suatu
kegiatan usaha kerena manajemen merupakan seni yang akan membawa atau mengarahkan suatu
usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan karena kekeliruan diwaktu yang lampau selama ini
yang dikerjakan. Kiat-kiat dalam manajemen suatu usaha harus mengetahui fungsi dari manajemen
tersebut, seperti perencanaan usaha harus diketahuiapa yang akan dikerjakan atau yang mau
diperbuat, seperti caranya bagaimana, lahannya dimana ( tempat atau lokasi ), yang akan
diusahakan apa, siapa pelaku atau yang akan mengerjakan ( tenaga kerja ), kapan waktunya dan
berapa biaya yang akan dibutuhkan dalam usaha yang dilakukan. Jelaslah dalam pelaksanaan usaha
mengacu pada perencanaan manajemen, mengacu pada pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
bagaimana, dan berapa ?…Analisalah usaha yang direncanakan sebagai patokan kegiatan akan
dilaksanakan dan seberapa layak usaha yang akan dilakukan, karena disini berapa keuntungan yang
diperoleh dari rencana tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen produksi dalam usaha
pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga memerlukan penanganan yang lebih serius karena
sangat tergantung padaketersediaan masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan
masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan pasar.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa pertanian sebaiknya kita harus bias lebih berfikir maju bagaimana caranya agar
pertanian di Indonesia bias lebih maju karna kita sudah dibekali ilmu jika di bandingkan dengan
petani-petani sedrhana yang ilmunya masih kurang karena mereka hanya belajar langsung dari
pengalaman.