Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persediaan merupakan salah satu jenis aset yang cukup penting dalam perusahaan
manufaktur maupun perusahaan dagang. Hal ini karena persediaan menggambarkan sumber
utama pendapatan kedua jenis perusahaan tersebut. Akuntansi komersial mendefinisikan
persediaan sebagai barang-barang yang disimpan untuk dijual kembali dalam kegiatan
bisnisnya, barang-barang, atau bahan-bahan yang digunakan atau akan digunakan dalam
proses pembuatan produk yang akan dijual.
Dalam perusahaan dagang, jenis persediaannya adalah barang dagang (merchandise
inventory), sedangkan jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur umumnya dibagi
menjadi tiga, yaitu bahan baku (raw material), barang setengah jadi (work in process), dan
barang jadi (finished goods). Perlengkapan, yaitu barang-barang yang digunakan untuk
mendukung kegiatan operasional dicatat dalam kelompok tersendiri dan tidak termasuk
dalam golongan persediaan.
Di Indonesia, pengertian persediaan dalam akuntansi komersial secara jelas
ditunjukkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 tentang
persediaan. Definisi persediaan dalam akuntansi pemerintahan cukup dipengaruhi oleh
karakteristik organisasi pemerintahan. Karakteristik pemerintahan yang hampir sama dengan
organisasi sektor publik lainnya dan berbeda dengan perusahaan adalah bahwa sumber daya
ekonominya dikelola untuk tujuan mencari laba (nirlaba). Secara spesifik, tujuan utama
entitas pemerintahan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pelayanan. Sumber pendanaan organisasi sektor publik tidak melalui laba operasi, tetapi
melalui cara khusus berupa sumbangan atau donasi yang bersifat sukarela. Di entitas
pemerintahan, cara seperti ini direalisasikan melalui penerimaan pajak atau retribusi.
Dengan latar belakang tersebut, maka persediaan dalam akuntansi pemerintahan
mempunyai definisi dan cakupan yang agak berbeda. Di Indonesia, definisi persediaan
meliputi juga perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini dijelaskan dalam
PSAP 5 tentang akuntansi persediaan. Oleh karena itu untuk lebih memahami tentang
persediaan kami memilih judul “ Akuntansi Persediaan “.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menurut pandangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang
standar akuntansi pemerintahan mengenai akuntansi persediaan?
2. Apakah yang dimaksud dengan persediaan?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Persediaan?
4. Siapa pihak pengendalian tertinggi dalam penggabungan badan usaha?
5. Apakah yang dimaksud dengan tanggal kombinasi bisnis atau penggabungan badan usaha?
6. Siapakah pihak-pihak yang berperan dalam kombinasi bisnis atau penggabungan badan
usaha?
7. Bagaimana menurut pandangan UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengenai
penggabungan badan usaha?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penggabungan badan usaha
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penggbungan badan usaha
3. Untuk mengetahui siapa pihak pengendalian tertinggi dalam penggabungan badan usaha
4. Untuk mengetahui mulai berlakunya tanggal kombinasi bisnis
5. Untuk mengetahui pihak-pihak yang berperan dalam penggabungan badan usaha
6. Untuk mengetahui kekuatan hukum mengenai penggabungan badan usaha.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Akuntansi Persediaan


Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan terdiri dari dua lampiran, yaitu Lampiran I mengatur kebijakan akuntansi yang
menggunakan basis akrual sedangkan Lampiran 2 mengatur kebijakan akuntansi yang masih
menggunakan basis kas menuju akrual (cash toward accrual). Adanya dua lampiran ini,
menunjukkan sesuatu yang logis, karena meskipun dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberi amanat untuk melaksanakan akuntansi
berbasis akrual lima tahun setelah diundangkannya UU tersebut, namun butuh waktu dan
proses dalam menyiapkan sistem yang digunakan untuk mengiplementasikan akuntansi
berbasis akrual. PP Nomor 71 Tahun 2010 mengakomodir masa transisi sekaligus merupakan
tekad untuk melaksanakan amanah UU Nomor 17 Tahun 2003. Definisi Persediaan
(Menurut Peraturan Pemerintah RI No 71 Th. 2010) : Persediaan adalah aset lancar dalam
bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

Dalam PSAP NO. 05 tentang akuntansi persediaan menyatakan bahwa standar ini
diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum
yang disusun dan disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban. dan
ekuitas. standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintahan pusat dan daerah tidak
termasuk perusahaan negara/daerah. Ruang Lingkup Persediaan PSAP 05 tentang persediaan
diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum.
Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk
perusahaan negara/daerah.

Aset Digolongkan kedalam Persediaan Apabila :


1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan;

B. Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) adalah aset lancar bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan termasuk asset, dimana merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Persediaan merupakan aset yang berwujud berupa :
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah.
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintah.
e. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
f. Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
g. Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-
alat pertanian setengah jadi.
Persediaan dapat meliputi : barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,
suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku,
barang dalam proses/setengah jadi, anah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat, hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal
pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadann energi
(misalnya minyak) atau untuk tujuan bejaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras),
hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakatantara lain berupa sapi,
kuda, ikan, benih padi, dan bibit diakui sebagai persediaan. Sementara persediaan dengan
kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
C. Pengakuan Persediaan
Pengakuan merupakan pencatatan suatu item dalam akuntansi yang selanjutnya akan
disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan membutuhkan konsep untuk menentukan
kapan dan bagaimana transaksi keuangan dapat diakui sebagai unsur dalam laporan
keuangan. Bagaimana persediaan diakui sebagai unsur yang akan disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah berbasis akrual, yaitu pada saat terpenuhinya hal-hal berikut ini:

a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat
diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya
tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan bersifat netral, dan/atau
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya berpindah. Dokumen
sumber yang digunakan sebagai pengakuan perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau
Berita Acara Serah Terima (BAST).
Metode pencatatan yang digunakan untuk persediaan dalam basis akrual ini adalah metode
perpetual, yaitu pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi
persediaan (perolehan dan pemakaian). Pencatatan persediaan dilakukan berdasarkan satuan
barang yang lazim digunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang lain yang
dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan pengendalian pencatatan.
Misal, kertas HVS menggunakan satuan rim, pensil bisa menggunakan satuan buah atau box
mana yang paling memadai dalam materialitas pengendalian pencatatan menurut entitas
akuntansi yang bersangkutan. Pada kahir periode pelaporan, catatan persediaan disesuaikan
dengan hasil inventarisasi fisik. Inventarisasi fisik tersebut dilakukan atas barang yang belum
dipakai, baik yang berada di gudang maupun yang sudah ada pada unit pemakai. Persediaan
yang dilaporkan di neraca adalah persediaan dalam kondisi baik, sedangkan untuk persediaan
dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan di neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan
atas laporan Keuangan (CaLK). Untuk itu, laporan keuangan melampirkan daftar persediaan
rusak atau usang.

D. Pengukuran Persediaan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan. Persediaan dicatat sebesar jumlah uang yang menjadi nilai
dari persediaan tersebut. Jumlah uang tersebut menunjukkan biaya yang dapat diukur secara
andal atas perolehan/kepemilikan persediaan. Persediaan yang diperoleh dari pembelian
disajikan sebesar harga perolehan, yang meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan ditambah dengan biaya lain yang secara langsung dapat dibebankan pada
persediaan serta dikurangi apabila ada potongan harga, rabat, atu pengurang lain yang serupa.
Untuk persediaan yang diproduksi sendiri diukur sebesar harga pokok produksi, yaitu biaya
langsung yang terkait dengan produksi persediaan ditambah biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis. Sedangkan persediaan yang diperoleh dengan cara lainnya,
pengukurannya menggunakan nilai wajar. Contoh persediaan berupa hewan dan tanaman dari
hasil pengembangbiakan, persediaan dari donasi, dari rampasan dan lainnya. Pada akhir
periode, apabila terdapat sisa persediaan, metode yang digunakan untuk mengukur nilai
persediaan akhir tersebut adalah metode First In First Out (FIFO) dan metode harga
pembelian terakhir. Metode FIFO digunakan untuk jenis persediaan untuk dijual/diserahkan
kepada masyarakat/pemda, sedangkan harga pembelian terakhir digunakan untuk persediaan
yang nilainya tidak material dan jenisnya bermacam-macam, seperti barang konsumsi,
amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-
jaga, pita cukai dan leges, bahan baku dan barang dalam proses/setengah jadi.

Pengukuran Nilai Persediaan disajikan sebesar:

1. biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi
harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya
yang serupa mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya
perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal
yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar persediaan
meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran – ukuran yang digunakan
pada saat penyusunan renana kerja dan anggaran.
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. Harga/nilai
wajar perseiaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar. Persediaan hewan dan tanaman
yang dikembangbiakan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.

E. Pencatatan Persediaan
Akuntansi pemerintahan dalam mencatat pengadaan persediaan menggunakan metode
fisik (physical method) atau metode periodik (periodical method) artinya persediaan yang
diperoleh atau diadakan dicatat sebagai “belanja” yang merupakan komponen atau
nominal/temporer. Namun persediaan yang dibeli/diperoleh secara pisik diadministrasikan
oleh bagian gudang/barang berdasarkan prinsip perpetual. Secara periodik (biasanya akhir
tahun buku) berdasarkan hasil perhitungan pisik, nilai persediaan dicatat dalam akun
“persediaan” di sisi debit, dan akun “cadangan” dicatat di sisi kredit.
Contoh :
Berdasarkan bukti-bukti pendukung, pemerintah daerah A melakukan pembeliaan kertas
ukuran folio sebanyak 500 rim dan ukuran HVS 80 gram sebanyak 500 rim. Harga kertas
termasuk PPN sebesar Rp.33.000.000,- dan pajak penghasilan yang dipungut senilai
Rp.450.000,-
Transaksi diatas akan dicatat sebagai berikut :
Belanja Barang Rp.33.000.000,-
Utang pada pihak ketiga-PPN Rp. 3.000.000,-
Utang pada pihak ketiga-PPN pasal 22 Rp. 450.000,-
Kas pada bendaharawan pengeluaran Rp.29.550.000,-
Barang berupa kertas folio dan HVS 80 gram diadministrasikan oleh bagian gudang/barang
kedalam buku persediaan barang sebesar nilai pisiknya sebagai kartu pengendali.
Apabila PPN dan PPh pasal 22 telah disetor ke kas Negara, maka ayat jurnalnya adalah :
Utang pihak ketiga-PPN Rp. 3.000.000,-
Utang pihak ketiga-PPh pasal 22 Rp. 450.000,-
Kas pada bendaharawan pengeluaran Rp. 3.450.000,-

F. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan


Persediaan disajikan di neraca pada bagian aset lancar. Persediaan yang disajikan adalah
jumlah persediaan hasil opname fisik dikalikan dengan nilai per unit sesuai dengan metode
penilaian yang digunakan. Termasuk dalam persediaan tersebut adalah barang yang dibeli
dengan belanja hibah dan/atau belanja bantuan sosial yang belum didistribusikan sampai
dengan akhir periode pelaporan. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) untuk persediaan,
mengungkapkan, antara lain kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan, penjelasan lebih lanjut atas persediaan, seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan untuk pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam
proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijuak atau diserahkan
kepada masyarakat. Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil inventarisasi fisik
dan jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak dan usang juga dituangkan dalam
CaLK.
Jurnal Transaksi Persediaan
a. Pada saat diterima persediaan dari penyedia barang dan jasa melalui bukti berupa Berita
Acara Serah Terima (BAST), dilakukan penjurnalan sebagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual
D Persediaan yang Belum Diregister xxxx
K Utang yang Belum Diterima Tagihannya xxxx
b. Pada saat persediaan diregister (diinput pada Aplikasi Persediaan), dilakukan penjurnalan
sebagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual
D Persediaan xxxx
K Persediaan yang Belum Diregister xxxx
c. ada saat diajukan SPP/SPM Belanja Barang untuk perolehan persediaan, dilakukan
penjurnalan sebagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual
D Utang yang Belum Diterima Tagihannya xxxx
K Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar xxxx
d. Pada saat terbit SP2D Belanja Barang untuk perolehan persediaan, dilakukan penjurnalan
sebagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual
D Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar xxxx
K Ditagihkan ke Entitas lain xxxx
Untuk Buku Besar Kas
D Belanja Barang xxxx
K Ditagihkan ke Entitas lain xxxx
e. Pada saat pemakaian persediaan, dilakukan penjurnalan senagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual
D Beban Persediaan xxxx
K Persediaan xxxx
f. ada saat akhir periode, setelah dilakukan opname fisik, apabila ada perbedaan
g. antara saldo menurut catatan dengan saldo menurut fisik, akan dibuat jurnal penyesuaian
sebagai berikut:
Untuk Buku Besar Akrual, di mana jumlah saldo fisik lebih besar
D Persediaan xxxx
K Beban Persediaan xxxx
Untuk Buku Besar Akrual, di mana jumlah saldo fisik lebih kecil
D Beban Persediaan xxxx
K Persediaan xxxx
Saldo-saldo pada Buku Besar Akrual akan disusun untuk laporan keuangan berupa Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca. Sedangkan saldo-saldo
pada Buku Besar Kas sebagai dasar penyusunan Laporan Relaisasi Anggaran (LRA).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Depkeu, Bppk. 2010. “kekayaan negara dan perimbangan keuangan dan kebijakan akuntansi
berbasis akrual kaba untuk persediaan”. [online]. Tersedia:
http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/149-artikel-kekayaan-negara-dan-
perimbangan-keuangan/19960-kebijakan-akuntansi-berbasis-akrual-kaba-untuk-persediaan.
[11 april 2015].
Akuntansi, Ilmu. 2013. “pengertian persediaan dalam akuntansi”. [online]. Tersedia:
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/.
[11 april 2015].
Mursyidi. 2013. “Akuntansi Pemerintahan di Indonesia”. Bandung: Refika Aditama.
The world, Accounting. 2012. “psap no 05 akuntansi persediaan”. [online]. Tersedia:
http://accountingfortheworld.blogspot.com/2012/07/psap-no-05-no-akuntansi-
persediaan.html. [11 april 2015].

Diposkan oleh Fikry Fikriyah di 18.53

Minggu, 28 Juni 2015

Jumat, 06 Desember 2013

Manajemen Pertanian

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan basis yang mayoritas di Indonesia lebih dari 65% penduduk Indonesia
hidup dengan pertanian. Sebagai negara agraris kehidupan petani kalangan bawah selalu terabaikan
dari segala sektor pembangunan di Indonesia. Dari 27% penduduk miskin di sumatra barat 65%
adalah yang bermata pencaharian sebagai petani, jadi lebih dari separuhnya dari masyarakat miskin
di Sumatara barat adalah petani. Pengangguran yang ada di Sumatra barat 52.8% berasal dari
petani, Kalau dilihat lagi lahan yang dimiliki petani hanya 0,4 hektar rata-rata yang dipunyai
perpetani, jadi sangatlah sempit lahan yang digarap oleh petani, apalagi sekarang dinegri ini
ekonomi masyarakatnya sedang terpuruk dan sangatlah sulit bagi petani untuk bangkit dalan
meningkatkan taraf hidupnya. Untuk mengubah pola pikir dan karakter kehidupan dalam
masyarakat tani sangat perlu sekali di masukan unsur pendidikan supaya petani lebih mempunyai
solusi untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dan mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang menyokong usaha yang akan dilaksanakan petani itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian manajemen pertanian

2. Mengapa manajemen sangat penting dalam pertanian

3. Bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani dengan ilmu manajemen pertanian

1.3 Tujuan

Tujuannya di buat makalah ini adalah sebagi salah satu tugas individu mata kuliah Dasar-
dasar Manajemen dan untuk dapat di nilai oleh dosen pengampu. Selain itu makalah ini di buat agar
pembaca bisa memahami apa itu pengertian menejemen pertanian, mengapa menejemen sangat
penting dalam pertanian dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani dengan ilmu
menejemen pertanian.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen Pertanian


Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain

1. Teori Manajemen
Fayol menyatakan bahwa manajemen mempunyai 5 fungsi :

a. Perencanaan (Planning),

b. Pengorganisasian (Organizing),

c. Pemberian komando (Commanding),

d. Pengkoordinasian (Coordinating,

e. Pengawasan (Controlling).

Koont dan O’Donnel membagi fungsi manajemen menjadi 5, yakni:

a. Prencanaan (Planning),

b. Pengorganisasian (Organizing),

c. Pengadaan tenaga kerja (Staffing),

d. Pemberian bimbingan (Directing),

e. Pengawasan (Controlling)

2.2. Mengapa Manajemen Sangat Penting Dalam Pertanian


1. Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi Pertanian
Usaha produksi pertanian,produksi primer, sangat variatif dan sangat tergantung kepada jenis
komoditas yang diusahakan.Namun,pada intinya manajemen produksipertanian mencapai kegiatan
perencanaan, pengawasan, evaluasi danpengendalian. Ruang lingkup manajemen produksi
pertanian tersebut diuraikan dibawah ini.

a. Perencanaan produksi pertanian


Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program,baik programyangsifatnya umum
maupun yang spesifik,baik jangka pendek maupun jangkapanjang.suatu usaha produksi yang baru
memerlukan perncanaan yang bersifatumumatau yang sering disebut sebagai
praperencanaan.faktor-fktor yang sangatpenting danharus diputuskan dalam praperencanaan
Agribisnis ,khususnya subsistemproduksi primer/usah tani,adalah pemilihan lokasi produksi dan
pertimbanganfasilitas,sertasekala usaha.setelah ketiga hal tersebut diputuskan,maka dibuat
rencanayang lebihspesifik menyangkut kebutuhan input-inpu serta perlengkapan produksi.

a. Pemilihan komoditas pertanian


Pemilihan komoditas yang akan di usahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan
usaha produksi pertanian. komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama,
tetapi perlu di pertimbangakan hal-hal yang berhubungan dengan pemasaranya. sebab, mungkin
terjadi komoditas ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tetap untuk daerah produksi dan wilayah
pemasaran yang akan dituju. komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan
jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.

a. Pemilihan lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas


Untuk usaha agribisnis bersekala kecil mungkin pemilihan lokasiproduksitidak menjadi suatu
prioritas ,karena umumnya produksi di lakukan di daerahdomisili para petani.

Namun,usaha agribisnis yang bersekala menengah keatas,seperti perusahaan


perkebunan,pertternakan,perikanan,dan dikelola oleh perusahaandenganmodal investasi yang
berjumlha besar,maka pemiliihan lokasi tersebut akanbesar pengaruhnya bagi keberhasikan dan
kesinambungan usaha.beberapa hal yangmenjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah
ketersediaan tenagakerja,ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang,lokasi
pemasaran,danketersediaan intensif wilayah.Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan didaerahtersebut juga harus menjadi pertimbangan.Tingkat upah regional sangat
berpengaruh kepada biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. peraturan-
peraturan ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam
kaitanya dengan pemanfaatan tenaga kerja. Ketersediaan saran dan prasarana fisik penujang,seperti
transportasi dan perhubungan,komunikasi,penerangan,serta pengairan/sumber air, sangat penting
untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi. sifat-sifat dan karakteristik produk-
produk pertanian dan perlengkapan, input-input dan sarana produksinya (voluinous), menyebabkan
ketersediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan.
produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan
yang cepat menuju ke lokasi konsumen. begitu juga keberadaan alat komunikasi akan menjadi
penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya. Pertimbangan
lainya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama
untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama,seperti produk holtikultura. walaupun demikian
pada era kemjuan teknologi seperti sekrang ini,jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak
menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dandan jarak
relatif dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat. Selanjutnya, intensif wilayah
juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi produksi. intensif wilayah
sangat terkait dengan kebijakn pemerintah daerah yang terkait,baik secara langsung maupun tidak
langsung ,dengan operasi produksi tersebut. kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenaga kerja,
kebijakan Investasi ,budaya pelayanan publik (demokrasi),dan lain-lain merupkan intensif wilayah
yang mempunyai daya tarik bagi investor untuk berusahadi daerah tersebut.

b. Skala usaha Pertanian


Skala usaha pertanian sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar.Skala usaha hendaknya
diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan
pasokan atau kelebihan permintaan.begitu juga ketersediaan input, seperti modal, kerja,bibit,
peralatan, serta fasilitas produksi danoperasi lainya harus diperhitungkan. Skala usaha yang
besar,secara teoretis,akan dapat menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataan
dilapangan seringkali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk
dan produksi komoditas pertanian yang khas. oleh karena itu, dalam merencanakan usaha produksi
pertanian ,maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik produk dan
produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil di bidang Agribisnis kebanyakan
dapat mencapai skala ekonomis. pada umumnya, tanaman holtikultura dapat diusahakan dalam
skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan,
seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan
dalam skala kecil pada komoditas tersebut, maka dibentuk pola-pola kemitraan ,seperti perkebunan
inti rakyat(PIR).

c. Perencanaan Proses Produksi Pertanian


Setelah menetpkan jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan.lokasiproduksi dan
penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan di jalankan, maka mulai merencanakan proses
produksi. Khusus dalam pembukaan usah baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas
dirampungkan,maka dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi adalah biaya
produksi,penjadwalan proses produksi ,dan sumber-sumber input dan sistem pengadaanya

d. Biaya produksi pertanian


Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan dengan kemammpuan
pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan,baik bersumber darimodal sendiri maupun dari sumber
luar, seperti modal ventura, pembiayaaan melalui kredit ,penjualan saham ,dan sumber-
sumberpembiayaan lainya Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal
dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak modal.

e. Penjadwalan Proses Pertanian


Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan
penanganan pasca panen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relatif
pendek,seperti tanaman holtikultura. Namun, komoditas yang gestation perodnya relatif panjang,
seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara bertahap,
walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh. Penjadwalan tanaman
holtikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga
dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan
adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola
produksi, pembiyaan, dan lain-lain

f. Perencanaan Pola Produksi pertanian


Perencanaan pola produksi memegang perenan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga
kerja dan input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta sistem
distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman holtikultura yang memerlukan penanganan
cepat. Pola produksi dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan: Jumlah
komoditas yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas sistem produksi, yaitu
pergiliran tanaman dan produksi massa.

g. Perencanaan dan sistem pengadaan input-input dan sarana produksi pertanian


Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan
sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara
umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja,dan moadal.
Dilain pihak ,sarana dan prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan
peraltan serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi. Setelah input-input serta sarana dan
prasrana produksi di indentifikasi dan dispesifikasi, maka disusun rencan dan sistem pengadaanya.
Dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah
membuat sendiri atau membeli. Misalnya, dalam hal pngadaan bibit, apakah memproduksi bibit
sendiri ataukah membeli dari sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli
sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.

2. Manajemen Produksi Dalam Usaha Pengolahan Hasil Pertanian


Manajemen produksi dalam usaha pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga
memerlukan penanganan yang lebih serius karena sangat tergantung padaketersediaan masukan,
terutama bahan baku, dan juga ketersediaan masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan
pasar

a. Perencanaan Agroindustri
Perencanaan agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha agroindustri apa yang akan
dibuka. setelah itu, dilakukan evaluasi dan penilaian.

b. Pemilihan Teknologi
Dalam pemilihan teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi, seperti
kesesuain teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan kebutuhan pasar produk
proses pengadaan (ketersediaan barangnya, sukucadanganya, biaya pengadaan, dan lain-lain), biaya
sosial (lingkungan), kapasitas penggunaan, kemampuan sumber daya manusia dalam pengelolaan
dan pengoprasian, fleksibilitas dalam proses, ketersediaan energi, dan lain-lain. Pemilihan lokasi
pabrik atau industri pengolahan perlu mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, lokasi dan
sumber bahan baku, lokasi pemasaran, sarana dan prasarana fisik (transportasi, distribusi,
komunikasi dan energi) ketersediaan tenga kerja, areal pengembangan, dan lain-lain. Pemilihan
lokasi yang tidak tepat akan menyebabkan pemborosan-pemborsan, seperti biaya pengangkutan
dan komunikasi, investasi sarana dan prasarana umum, dan lain-lain. Dengan demikian biaya per
unit produksi sangat besar sehingga daya saing produknya kurang.

c. Fasilitas Persediaan dan Masukan


Perencanaan fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan fasilitas
pergudangan, pengankutan, dan aspek finansialnya (terutama jika harus menggunakan gudang
sewaan dan lain-lain ). Untuk hal ini perlu diperhatikan fasilitas persediaan bahan baku utama yang
memerlukan tempat yang besar dengan perlakuan-perlakuan khusus untuk menjamin tingginya
mutu bahan baku tersebut. Bagan dan Tata Letak pada Perusahaan Agroindustri.

Dari penjelasan diatas, itulah sebabnya mengapa manajeme4n sangat di perlukan dalam
pertanian ini karenakan agar usala pertanian kita lebih terarah dan terorganisir dan bisa mencapai
hasil produksi yang lebih maksimal dan bisa meningkatkan taraf kehidupan ekonomi para petani dan
para usaha tani.

2.3. Bagaimana Meningkatkan Pembangunan Pertanian Dengan Ilmu Manajemen Pertanian


Sekian banyaknya masalah-masalah yang dihadapi petani perlu kita ketahui kenapa masalah
tersebut selalu melilit petani seperti kekurangan modal usaha, susah memperoleh bibit, melejitnya
harga pupuk dan pestisida, pemasaran dan lain-lainnya, ada yang lebih mendasar di bahas yaitu
tentang pengetahuan petani. Sejak jaman orde baru petani kita telah diajarkan untuk
mengembangkan pertaniannya secara instan berupa pemakai pupuk kimia dan pestisida yang sangat
bertentangan dengan pertanian organik sedang sekarang pemerintah tak sanggup untuk melarang
dalam pemakaian bahan-bahan kimia yang jelas berdampak negatif pada unsur-unsur hara yang
terkandung dalam tanah yang membuat lahan pertanian kurus yang menimbul efek negatif pada
tanaman yang banyak menimbulkan penyakit pada tanaman petani. untuk menemukan pengalaman
baru petani harus punya komitmen dalam meningkatkan usaha yang telah direncanakan, dalam
membuat perencanaan yang sesuai dengan kondisi atau keadaan petani dengan keterampilan yang
mereka punyai, dan para petani mampu untuk menganalisa kebutuhan yang diusahakan dan juga
bisa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi,
Dalam perancanaan pembangunan pertanian pelibatan petani penting sekali jangan sekali-
kali mereka dijadikan objek karena rencana itu akan berjalan sia-sia dan merekalah sebagai subjek,
maka disinilah peran penting para petani, pelibatan mereka secara langsung karena merekalah yang
punya rencana dan tahu pasti keadaan lingkungan sekeliling mereka. Untuk pembangunan pertanian
masyarakat tani harus dibantu supaya mereka punya rencana, maka dengan perencanaan tersebut
petani mampu mengupayakan kegiatan yang dilaksanakan lebih maksimal untuk kesejahteraan
petani. Selama ini pemerintah selalu mendominasi terlalu kuat dalam perencanaan tersebut dan tak
pernah untuk melibatkan petani secara total sehingga mengakibatkan:
-Pembangunan tersebut tidak menyentuh pada kepentingan masyarakat tani.

-Masyarakat tani hanya sebagai pelaksana bukan memiliki progran tersebut.

-Masyarakat tani tidak mandiri karena selalu punya ketergantungan pada pihak luar

( pemerintah khususnya ).

Jadi sangat perlu petani memiliki rencana dan keterapilan, yang akan selalu menggali atau
menambah wawasan petani, dan sebagai perbandingan dengan pihak luar dalam memulai suatu
usaha dalam kegiatannya dan rencana yang mereka buat, sebagai mengurangi resiko yang dihadapi
dalam usaha mereka.

Dalam pembangunan pertanian harus punya arah dan tujuan, harus bertujuan pada:

1. Pemberdayaan masyarakat tani.


Pemberdayaan masyarakat tani agar petani mampu dalam menganalisa keadaan sendiri agar
tahu dimana letak kelemahan kegiatan yang di usahakan selama ini, maka petani mampu untuk
berpikir apa yang akan mereka lakukan untuk masa yang akan datang dengan potensi yang dimiliki
sesuai dengan keterampilan yang ada dan mengembangkan perilaku yang mampu membuat diri
mereka untuk lebih mandiri.

2. Pembelajaran masyarakat tani.

Disini masyarakat tani harus dapat berbagi pengetahuan yang ada dari pengalaman yang
dilakukandari serangkaian kegiatan yang telah dilalui, seandainya pengetahuan masyarakat tani
belum ada, bisa minta bantuan atau bertanya pada dinas terkait atau ke sekolah lapangan yang ada
sesuai dengan kegiatan yang direncanakan.

Pembangunan pertanian harus bermanfaat bagi petani tersebut sebagai proses belajar dan
pemberdayaan bagi petani untuk bisa melihat secara langsung keadaan mereka sendiri dari potensi
dan masalah yang ada, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah dengan jalan
keluar yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki melalui penyusunan rencana kegiatan
sebagai program yang disusun yang akan dilaksanakan oleh mereka sendiri, dengan melaksanakan
kegiatan itu terus menerus atau kontinyu yang berkelanjutan , maka petani mampu untuk menilai
atau mengevaluasi hasil dari kegiatan yang mereka laksanakan sehingga petani dapat senantiasa
untuk memperbaiki kekeliruan dalam kegiatan yang dilaksanakan untuk kegiatan selanjutnya.
Karena petani adalah subjek dalam pembangunan pertanian maka perannya dalam rencana yang
mereka buat jadi mampu untuk mengakses kegiatannya untuk peningkatan kerjanya dan juga
mempunyai daya kontrol untuk mengawasi untuk mengevaluasi kegiatan untuk produksi yang lebih
maksimal, dalam pengembangan usaha yang dapat meningkatkan produktifitas usaha tani, petani
harus mampu memecahkan masalah-masalah dalam usahanya seperti masalah turunnya hasil
produksi, masalah seranggan hama penyakit dan masalah pemasaran yang sering dihadapi, disini
petani mampu untuk memanfaatkan lahan secara optimal pada lahan yang diusahakan jangan
sampai ada lahan yang terlantar atau lahan mati.

Untuk peningkatan usaha tani petani harus mampu untuk memanajemen usaha yang
dilakukan, dalam manajemen usaha perlu diperhatikan disni komitmen, perilaku, dan waktu suatu
kegiatan usaha kerena manajemen merupakan seni yang akan membawa atau mengarahkan suatu
usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan karena kekeliruan diwaktu yang lampau selama ini
yang dikerjakan. Kiat-kiat dalam manajemen suatu usaha harus mengetahui fungsi dari manajemen
tersebut, seperti perencanaan usaha harus diketahuiapa yang akan dikerjakan atau yang mau
diperbuat, seperti caranya bagaimana, lahannya dimana ( tempat atau lokasi ), yang akan
diusahakan apa, siapa pelaku atau yang akan mengerjakan ( tenaga kerja ), kapan waktunya dan
berapa biaya yang akan dibutuhkan dalam usaha yang dilakukan. Jelaslah dalam pelaksanaan usaha
mengacu pada perencanaan manajemen, mengacu pada pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan,
bagaimana, dan berapa ?…Analisalah usaha yang direncanakan sebagai patokan kegiatan akan
dilaksanakan dan seberapa layak usaha yang akan dilakukan, karena disini berapa keuntungan yang
diperoleh dari rencana tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen produksi dalam usaha
pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga memerlukan penanganan yang lebih serius karena
sangat tergantung padaketersediaan masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan
masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan pasar.

3.2. Saran

Sebagai mahasiswa pertanian sebaiknya kita harus bias lebih berfikir maju bagaimana caranya agar
pertanian di Indonesia bias lebih maju karna kita sudah dibekali ilmu jika di bandingkan dengan
petani-petani sedrhana yang ilmunya masih kurang karena mereka hanya belajar langsung dari
pengalaman.

Diposkan oleh Zulkifli Hasibuan di 19.53

Anda mungkin juga menyukai