Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian akuntansi dan tujuan publik dan privat

Pengertian akuntansi menurut American Acounting Association (AAA) yaitu Akuntansi


adalah proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas serta tegas bagi pengguna
informasi tersebut. Dalam pengertian ini, akuntansi berfungsi sebagai alat analisa data atau
transaksi keuangan yang berguna untuk proses pengambilan keputusan bagi penggunanya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan entitas untuk menyediakan informasi kuantitatif yang akurat yang menggambarkan
keadaan keuangan entitas untuk mengetahui apakah operasional entitas telah berjalan secara
efektif dan efisien agar para pengguna informasi tersebut dapat mengambil keputusan-
keputusan yang tepat. Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan
keuangan saja, melainkan juga menghasilkan pengendalian manajemen yang baik dan teratur.
Menurut Abdul Hafiz (2006:35), Akuntansi Sektor Publik atau Akuntansi Pemerintah
Daerah adalah proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu
dalam ukuran moneter, transaksi, serta kejadian-kejadian yang pada umumnya bersifat
keuangan termasuk laporan hasil penyelenggaraan urusan pemerintah seturut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
NKRI.
Tujuan Akuntansi Publik dan Bisnis :
jika dilihat dari American Accounting Association (1970), tujuan Akuntansi Sektor Publik
tersebut ada 2 :
1. Tujuan pertama adalah memberikan informasi agar bisa digunakan untuk
pengelolaan secara tepat, efisien, dan bersifat ekonomis suatu operasi dan alokasi
sumber daya organisasi. Tujuan pertama ini terkait dengan fungsi pengendalian
manajemen.
2. Tujuan kedua dari adanya Akuntansi Sektor Publik adalah sebagai sumber
informasi bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab operasi
mereka secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya dalam
status milik mereka. Hal ini memungkinkan pegawai pemerintah melapor pada
publik hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik sehingga
terwujudlah tujuan akuntabilitas.
Tujuan akuntansi bisnis/privat :
Menurut mulyadi (2013) :
1. Menyajikan informasi dan fungsi laporan keuangan untuk kegiatan usaha dalam
bentuk jenis jenis laporan keuangan.
2. Melengkapi informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada seperti mutu, ketepatan
penyajian atau struktur organisasi yang diterapkan pada suatu perusahaan.
3. Sebagai perbaikan dan pengendalian akuntansi, sistem akuntansi bisa mengecek internal
untuk memperbaiki informasi akuntansi dan memberikan catatan lengkap tentang
pertanggungjawaban dan perlindungan terhadap aset perusahaan.
4. Mengurangi biaya klerikal yang dihasilkan oleh suatu kegiatan bisnis.

Dapat disimpulkan bahwa :


1. Pada perusahaan penghitungan laba rugi (merupakan perbandingan antara pendapatan
dan biaya) selama satu perioda merupakan suatu hal yang sangat penting. Sedangkan
pada organisasi pemerintahan tidak ada penghitungan laba rugi. Pada organisasi
pemerintahan yang dilaporkan adalah surplus atau defisit berkaitan dengan perbandingan
antara anggaran terhadap realisasi anggaran serta penghitungan antara pendapatan dengan
belanja.
2. Pada perusahaan dimungkinkan adanya penilaian kembali (revaluasi) aset, sedangkan
pada organisasi pemerintahan hal tersebut tidak diperbolehkan.
3. Pada perusahaan diterapkan konsep penyusutan, yaitu alokasi kos aset menjadi biaya
yang dinamakan dengan istilah depresiasi, deplesi, ataupun amortisasi. Namun, pada
organisasi pemerintah tidak dikenal konsep penyusutan.
4. Pada perusahaan terdapat prinsip penandingan yaitu menandingkan antara biaya dengan
pendapatan (maching costs against revenue) pada perioda akuntansi yang sama. Pada
organisasi pemerintahan, tidak ada prinsip penandingan.

B. Perbedaan Laporan Keuangan Public dan Privat/bisnis

Laporan keuangan pemerintah berbeda dengan laporan keuangan sektor swasta dalam
beberapa hal. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan jenis-jenis laporan keuangan, elemen
laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, dan teknik akuntansi yang digunakan.
Disamping memiliki beberapa perbedaan karakteristik, keduanya juga memiliki persamaan
yaitu membutuhkan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman untuk membuat laporan
keuangan. Sektor akuntansi pada kedua sektor tersebut tidak memiliki perbedaan yang
signifikan. Untuk memudahkan, berikut tabel perbandingan laporan keuangan pemerintah
dengan sektor swasta.

Laporan Keuangan Sektor Publik Laporan Keuangan Sektor Swasta

1. Fokus finansial dan politik 1. Fokus finansial


2. Kinerja diukur secara finansial dan 2. Sebagian besar kinerja diukur
non-finansial secara finansial
3. Pertanggungjawaban kepada parlemen 3. Pertanggungjawaban kepada
dan masyarakat luas pemegang saham dan kreditur
4. Berfokus pada bagian organisasi 4. Berfokus pada organisasi secara
5. Melihat ke masa depan secara detail keseluruhan
6. Aturan pelaporan ditentukan oleh 5. Tidak dapat melihat masa depan
departemen keuangan secara detail
7. Laporan diperiksa oleh treasury 6. Aturan pelaporan ditentukan oleh
8. Cash accounting undang-undang, standar akuntansi
pasar modal, dan praktik akuntansi
7. Laporan keuangan diperiksa oleh
auditor independen
8. Accrual accounting

Persamaan:

Dokumen-dokumen sumber yang digunakan

Berperan sebagai hubungan masyarakat (public


relation)
1. Komponen LRA vs Laporan Rugi Laba (LRL). Komponen LRL ada dua (Pendapatan
dan Biaya), sementara komponen LRA ada tiga (Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan).
Selisih antara pendapatan dan biaya/belanja di LRL disebut laba atau rugi, sementara di
LRA disebut surplus/defisit. Kedua kelompok istilah ini memiliki makna berbeda.

2. Komponen Neraca. Berbeda dengan Neraca dalam bisnis, rekening-rekening (accounts)


dalam Neraca pemerintahan memunculkan istilah baru, di antaranya Dana Cadangan,
Ekuitas Dana (Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan).
Uniknya, jumlah yang tercantum dalam Ekuitas Dana berkaitan langsung dengan nilai yang
tercantum dalam Aset (Lancar, Tetap, dan Cadangan).

3. Komponen Laporan Arus Kas (LAK). Dalam bisnis, komponen LAK ada tiga (aktivitas
operasi, investasi, pembiayaan) sedangkan dalam pemerintahan ada empat (aktivitas operasi,
investasi non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran).

4. Rugi/Laba vs Surplus/Defisit. Rugi/Laba menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam


mencapai tujuannya, yakni memaksimalkan keuntungan (profits), Sementara Surplus/Defisit
menunjukkan “hasil” dari pelaksanaan mandat atau kewenangan oleh pemerintah (daerah)
berupa anggaran (APBN/D), yang diserahkan oleh lembaga perwakilan (DPRD/D) dalam
bentuk kontrak antara DPR/D dan Pemerintah (Daerah) berupa UU atau Perda. Oleh karena
itu, jika dalam bisnis memperoleh Laba berarti bagus (sebaliknya: Rugi berarti jelek), maka
dalam pemerintahan Surplus atau Defisit tidak berhubungan langsung dengan penilaian
bagus atau jelek.

C. Pengguna laporan keuangan akuntansi Publik dan Bisnis/privat

Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan, dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan
keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:

1. Masyarakat;
2. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;
4. Pemerintah.
Menurut IAI (2007) Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan
keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Hal ini tentu saja
Beberapa kebutuhan ini meliputi:

1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan,
atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelom|)ok yang mewakili mereka tertarik pada


informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, imbalan pascakeija. dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang


memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dibayar
pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan
dalam lenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau
sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan liidup perusahaan.

5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan


hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
dengan, atau bergantung padi perusahaan.

6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya


berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat. Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.


Misalnya, perusahaan dapal memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapal membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan
serta rangkaian aktivitasnya.

D. Siklus Akuntansi Publik dan Privat


Siklus Akuntansi Publik
Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) mengatakan akuntansi adalah suatu sistem, suatu
sistem mengelola input (masukan) dan menjadi output (keluaran). Input sistem akuntansi
adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outpunya adalah laporan
keuangan. Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) mengemukakan bahwa:

“Sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi.
Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan yang ada dalam sistem akuntansi”.

Sementara menurut Nurlan Darise (2008:41) mengemukakan bahwa:

“Untuk dapat memahami penyusunan laporan keuangan harus terlebih dahulu memahami
siklus akuntansi”.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa siklus akuntansi terdiri dari tahap-tahapan
dalam penyusunan laporan keuangan. Adapun tahap-tahap siklus akuntansi pemerintahan
menurut Erlina Rasdianto (2013:6) sebagai berikut:

1. Dokumentasi transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis transaksi keuangan
tersebut.
2. Pencatatan transaksi ke dalam buku jurnal.
3. Meringkas (mem-posting) transaksi keuangan yang telah dijurnal dalam buku besar.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindah-kansaldo-saldo buku
besar neraca saldo.
5. Melakukan penyesuaian buku besar pada informasi yang paling up to date.
6. Menentukan saldo buku besar setelah disesuaikan.
7. Menyusun laporan keuangan.
8. Menutup buku besar.
9. Menentukan saldo buku besar dan menuangkan dalam neraca saldo setelah tutup buku.

Bagan Siklus Akuntansi Publik

Sumber: Modul Prof. Indra Bastian P.hd

Penjelasan Elemen Siklus Akuntansi Sektor Publik

1. Perencanaan publik
Aspek yang terkandung dalam perencanaan adalah perumusan tujuan dan cara mencapai
tujuan kesejahteraan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
2. Penganggaran publik
Anggaran memberikan rencana detail atas penerimaan dan pengeluaran organisasi agar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
3. Realisasi anggaran publik
Realisasi anggaran terdiri atas tiga kegiatan utama, yaitu pencairan anggaran
(pengeluaran), realisasi pendapatan, dan pelaksanaan program. Sementara itu, siklusnya
dimulai dengan persiapan, proses pelaksanaan, dan penyelesaian.
4. Pengadaan barang dan jasa publik
Pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara, dan tindakan dalam menyediakan
barang dan jasa bagi masyarakat atau publik.
5. Pelaporan keuangan sektor publik
Laporan keuangan menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan
realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi
pembiayaan.
6. Audit sektor publik
Audit adalah suatu proses sistematis yang secara objektif menyediakan dan mengevaluasi
bukti-bukti yang berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna
memastikan derajat atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ada
serta mengomunikasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
7. Pertanggungjawaban publik
Pertanggungjawaban publik adalah proses atau tindakan yang dilakukan oleh kepala
organisasi sektor publik dalam penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada
pemberi amanatnya. Misalnya, penyampaian LPJ bupati kepada DPRD atau penyampaian
LPJ ketua yayasan kepada dewan penyantunnya.

Siklus Akuntansi Privat/Bisnis

Menurut Pontoh (2013), setiap perusahaan, tentunya akan melakukan proses akuntansi
dengan tujuan untuk mengendalikan perusahaan tersebut agar tetap terarah pada tujuan yang
telah ditetapkan. Seluruh tahapan atau proses dalam akuntansi itu dikatakan dengan siklus
akuntansi. Siklus akuntansi merupakan gambaran proses yang memuat prosedur atas bagaimana
pelaporan keuangan dilakukan dan dihasilkan. Siklus akuntansi pada dasarnya dapat digolongkan
dalam 3 tahapan, yaitu : pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian, dan pelaporan keuangan.
Tahapan-tahapan ini dapat dilihat pada bagan berikut :
a. Tahap Pencatatan Transaksi.
Tahap ini akan diawali dengan identifikasi adanya kejadian berupa transaksi yang akan
mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Terjadinya sebuah transaksi kemudian
akan memunculkan dokumen, yang terbagi atas dokumen eksternal (dokumen sumber)
dari pihak ekternal kemudian diiringi dengan pembuatan dokumen internal organisasi
(perusahaan). Berdasarkan dokumen internal yang dilampiri dengan dokumen
eksternal, akuntan akan melakukan analisis atas transaksi (misalnya: jenis akun, kode
akun, dan jumlah mata uang) kemudian melakukan pencatatan transaksi ke dalam
jurnal (journal entry) dengan sistem pencatatan berpasangan (double entry system).
Sistem berpasangan adalah sebuah sistem yang mensyaratkan bahwa akuntansi harus
dicatat tidak secara tunggal, dalam arti akan memiliki sisi debit dan sisi kredit dengan
jumlah mata uang yang sama (seimbang) menurut syarat dalam persamaan akuntansi.
Jika proses pencatatan akuntansi dilakukan secara komputerisasi, maka jurnal yang
telah dicatat akan mengelompok secara otomatis berdasarkan jenis akun dan kode
akunnya (chart of account), akan tetapi jika proses pencatatan dilakukan secara manual
atau semi manual (dengan bantuan komputer), maka akuntan harus
mengelompokkannya secara manual pula. Pengelompokkan ini akan disebut posting
dan hasilnya akan disebut dengan buku besar (disebut ledger untuk sistem
terkomputerisasi, dan disebut general ledger untuk sistem manual atau semi manual).
Saldo setiap akun dalam buku besar kemudian akan menghasilkan sebuah laporan awal
yang disebut dengan neraca saldo (trial balance).
b. Tahap Pencatatan Penyesuaian.
Secara logika, laporan neraca saldo sebenarnya adalah merupakan dasar dari penyajian
laporan keuangan, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan secara langsung,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat perubahan-perubahan di dalam sebuah akun
dalam periode pelaporan tersebut. Akan tetapi, pada praktiknya, beberapa akun di
dalam neraca saldo mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan karena :
1) Perubahan kondisi organisasi.
2) Kebijakan internal organisasi.
3) Kondisi tidak terduga dengan pihak eksternal.
4) Asumsi logis dari sebuah akun.

Dengan adanya perubahan-perubahan ini, maka akuntan akan melakukan proses


perubahan saldo di dalam neraca saldo yang disebut dengan penyesuaian (adjusment)
pencatatan sehingga neraca saldo yang telah dikoreksi tersebut disebut dengan neraca
saldo disesuaikan (adjusted trial balance). Untuk organisasi yang memiliki sistem
terkomputerisasi, maka penyesuaian atas pencatatan tidak membutuhkan waktu yang
lama, akan tetapi jika organisasi masih memiliki sistem yang belum terkomputerisasi
(manual), maka akuntan harus melakukan penyesuaian ini di dalam sebuah kertas kerja
yang disebut dengan neraca lajur.

c. Tahap Pelaporan.
Setelah neraca saldo telah dikoreksi (neraca saldo disesuaikan) sesuai dengan kondisi
yang terjadi dalam organisasi (perusahaan), maka akuntan dapat menyajikan laporan
keuangan perusahaan, berupa : laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi
komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Termasuk dalam
tahapan ini pula, maka akuntan akan melakukan pencatatan untuk menutup saldo
akun (jurnal penutup atau closing entries) di dalam laporan laba rugi,
menyesuaikannya dalam akun saldo laba/laba ditahan (retained earnings) di laporan
posisi keuangan, kemudian menyiapkan laporan neraca saldo setelah penutupan buku
(post-closing trial balance) yang merupakan proses akhir dari siklus akuntansi.

E. Luas Pengungkapan dalam Akuntansi Publik dan Privat


Berdasarkan PP Nomor 71 tahun 2010, pengungkapan laporan keuangan yang disusun
pemerintah di Indonesia menggunakan prinsip pengungkapan lengkap, dimana laporan
keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan. Laporan yang harus ada meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keunagan (CaLK).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafiz Tanjung. 2006. Akuntansi Keuangan Daerah Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.

Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). Jakarta: PT
Indeks.

Erlina, Rasdianto. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Penerbit Brama Ardian.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Cetakan Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pontoh, Winston. 2013. Akuntansi - Konsep dan Aplikasi. Halaman Moeka. ISBN 978-602-269-
038-2.

Bastian Indra, Lingkup Akuntansi Sektor Publik, Modul.

Anda mungkin juga menyukai