Anda di halaman 1dari 59

RINGKASAN

“AKUNTANSI PEMERINTAHAN”
Ringkasan ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti final

Nama : Husnulfianti Unus


Stambuk : C30118201

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
PERSEDIAAN DAN ASET TIDAK BERWUJUD

 Persediaan

Persediaan merupakan aset atau barang milik negara yang keberadaannya tidak
asing bagi pegawai di sebuah instansi. Ya, kita bekerja di kantor sering
menggunakan persediaan seperti alat tulis kantor (ATK). Apalagi sebuah instansi
yang mempunyai tugas dan fungsi memberian layanan kepada masyarakat, seperti
rumah sakit dan sekolah, instansi ini memiliki persediaan untuk mendukung
layanan mereka seperti obat-obatan dan buku-buku yang akan diserahkan kepada
masyarakat. Keberadaan persediaan selain penting untuk mendukung kegiatan atau
pelaksanaan tusi sebuah instansi, seringkali juga memiliki nilai yang cukup
signifikan atau material dalam total asetnya. Oleh karena itu, salah saji terkait
persediaan dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi opini auditor (Badan
Pemeriksa Keuangan) atas kewajaran laporan keuangan yang disusun sebuah
Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Pusat. Pos-pos laporan keuangan yang
berhubungan dengan persediaan mencakup persediaan itu sendiri pada neraca dan
beban terkait persediaan pada laporan operasional. Terkait dengan tersebut, maka
perlakuan akuntansi yang tepat atas persediaan sejak analisis transaksi,
pengukuran, pencatatan, pengikhtisaran, penyesuaian, hingga penyajian dan
pengungkapannya dalam laporan keuangan menjadi sangat penting.

Kebijakan akuntansi atas persediaan pada sistem akuntansi pemerintah pusat telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat. Akun-akun yang terkait dengan
persediaan telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar.
Sementara itu, penerapan akuntansi akrual di lingkungan pemerintah pusat
didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Pusat. Satu hal yang diatur dalam PMK 270 adalah penggunaan Sistem Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual atau SAIBA dalam penerapan akuntansi akrual di
pemerintah pusat.
Akuntansi Persediaan Pemerintah Definisi dan Klasifikasi Persediaan Menurut
Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP No. 05 tentang Persediaan, persediaan
adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Persediaan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi barang-barang
sebagai berikut (PMK 219/PMK.05/2013):
 Barang atau perlengkapan yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah, seperti: barang habis pakai seperti suku cadang,
barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang
bekas pakai seperti komponen bekas.
 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses
produksi, seperti: bahan yang digunakan dalam proses produksi seperti
bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku konstruksi bangunan
yang akan diserahkan ke masyarakat/pemda.
 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, contoh: konstruksi dalam pengerjaan yang
akan diserahkan kepada masyarakat, alat-alat pertanian setengah jadi/barang
hasil proses produksi yang belum selesai yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pemda.
 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan, seperti: hewan, tanaman untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat/pemda; serta tanah/bangunan/peralatan
dan mesin/aset tetap lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda.

Kapan persediaan dan beban atas persediaan diakui? Dalam akuntansi, pengakuan
identik dengan pencatatan secara formal (penjurnalan) dalam suatu sistem
akuntansi. Secara umum, sebuah item elemen laporan keuangan diakui ketika item
tersebut memenuhi definisi elemen laporan keuangan dan nilainya dapat diukur
secara handal. PMK 219/PMK.05/2013 menggariskan bahwa persediaan diakui
ketika potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal, dan/atau pada saat diterima atau hak
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Nilai atau biaya atas
perolehan persediaan tersebut harus didukung dengan dokumen sumber yang dapat
diverifikasi kevalidannya, seperti faktur, kuitansi, Berita Acara Serah Terima
(BAST), atau SPP/SPM/SP2D. Kebijakan akuntansi pemerintah pusat sebagaimana
tertuang dalam PMK 219/PMK.05/2013, menentukan bahwa persediaan dicatat
dengan menggunakan sistem persediaan perpetual. Artinya, setiap terjadi
penambahan atau pengurangan (pemakaian/penyerahan) persediaan akan dicatat
dalam akuntansi. Dengan demikian, pada saat pemakaian persediaan akan diakui
sebagai beban persediaan. Jika persediaannya berupa bahan-bahan untuk
pemeliharaan, ketika terjadi pemakaian akan diakui sebagai beban pemeliharaan.
Apabila persediaannya berupa bahan untuk dijual/diserahkan ke masyarakat, maka
saat penyerahan akan diakui sebagai beban ‘barang’ (tergantung bentuk
persediaannya) untuk diserahkan ke masyarakat. Sementara itu, jika persediaannya
dalam rangka bantuan sosial, maka ketika diserahkan kepada penerima bantuan
akan dicatat sebagai beban bantuan sosial. Meskipun menggunakan sistem
persediaan perpetual, inventarisasi fisik (stock opname) atas persediaan tetap perlu
dilakukan. Hal ini untuk memvalidasi nilai persediaan yang tercatat. Inventarisasi
fisik atas persediaan dilakukan pada akhir periode pelaporan (tiap akhir semester).
Jika nilai persediaan hasil inventarisasi fisik lebih rendah daripada nilai persediaan
yang tercatat, maka dilakukan penyesuaian pengurangan nilai persediaan yang
tercatat dengan mengakui beban. Sebaliknya jika hasil inventarisasi fisik lebih
tinggi daripada nilai persediaan yang tercatat, maka dilakukan penyesuaian
penambahan nilai persediaan yang tercatat dengan mengurangi beban yang tercatat
sebelumnya. Sebagai catatan, dalam Aplikasi SAIBA, pengakuan beban yang
timbul dari pemakaian atau penyerahan persediaan dilakukan pada setiap akhir
periode (semesteran). Beban persediaan dalam satu periode dihitung sebesar Saldo
Awal + Pembelian + Transfer Masuk - Transfer Keluar + Hibah Masuk - Hibah
Keluar - Saldo Akhir. Saldo akhir ditentukan melalui inventarisasi fisik.
Bagaimana persediaan diukur? Terdapat tiga alternatif pengukuran nilai
persediaan, yaitu: Jika diperoleh melalui pembelian, nilai persediaan diukur
sebesar biaya perolehan yang meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang dapat diatribusikan secara langsung pada
perolehan persediaan tersebut, serta dikurangi dengan potongan harga, rabat, dan
potongan lainnya. Jika diperoleh melalui produksi sendiri, nilai persediaan diukur
sebesar harga pokok produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis. Jika diperoleh
melalui cara lainnya, nilai persediaan diukur berdasarkan nilai wajarnya. Termasuk
dalam perolehan ini adalah hewan dan tanaman hasil pengembangbiakan, hasil
donasi/sumbangan, dan barang-barang hasil rampasan. PMK 219/PMK.05/2013
menggariskan bahwa penentuan nilai persediaan dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode First-in First-out (FIFO) atau Masuk-
pertama Keluar-pertama (MPKP), dan metode Harga Perolehan Terakhir. Dengan
metode FIFO, nilai persediaan yang ada ditentukan berdasarkan harga perolehan
dari persediaan yang terakhir-terakhir diperoleh mengikuti jumlah fisik persediaan
tersebut. Sementara itu, dengan metode Harga Perolehan Terakhir, nilai persediaan
yang ada ditentukan dengan harga perolehan persediaan yang paling akhir
diperoleh (jumlah fisik persediaan yang ada langsung dikalikan dengan harga
perolehan paling akhir).

 Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud adalah aset tetap yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak
mempunyai bentuk fisik. Aset tak berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki
suatu entitas, yang dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aset seperti ini
mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba
perusahaan.

Apa saja jenis-jenis aktiva atau aset tak berwujud dan  bagaimana perlakuan
akuntansinya terhadap aktiva tetap tak berwujud? Pencatatan aset tetap tak
berwujud yang dimiliki perusahaan dicatat dalam rekening senilai harga
perolehannya. Harga perolehan ini tergantung pada cara perolehan aset tetap tak
berwujud tersebut. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar
jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya. Jika aktiva tetap tidak
berwujud diperoleh dari penukaran dengan aktiva maka harga perolehannya
sebesar harga pasar aktiva yang dipakai sebagai penukar. “Bila aset tetap tak
berwujud diperoleh tanpa ada pengeluaran maka tidak diperbolehkan untuk
mencantumkan aktiva tetap tidak berwujud dalam neraca.”

Apakah harga perolehan aktiva tetap tidak berwujud diamortisasi? Bisa iya, bisa
tidak, tergantung pada umur aktiva tersebut. Bila aktiva tetap tidak berwujud itu
umurnya terbatas maka harga perolehannya diamortisasi selama umurnya. Tapi
jika aktiva tetap tidak berwujud itu uurnya tidak terbatas maka harga perolehannya
tetap dicantumkan dalam neraca. Harga perolehan aset tetap tak berwujud yang
umurnya tidak terbatas kadang-kadang dihapuskan dari neraca. Penghapusan
tersebut bisa dilakukan sekaligus atau dalam beberapa tahun seperti halnya
amortisasi. Penghapusan ini dilakukan bila jelas diketahui aktiva tetap berwujud
tadi sudah tidak ada gunanya lagi atau hanya akan berguna dalam beberapa tahun
lagi. Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud dilakukan dengan mendebit rekening
biaya dan mengkredit rekening aktiva yang bersangkutan atau rekening akumulasi
amortisasi.

 Berikut ini 8 jenis aset tetap tak berwujud yang sebaiknya diketahui orang-orang
yang menekuni bidang akuntansi keuangan dan para pemilik usaha bisnis:

 Patent adalah suatu hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan
sesuatu hal baru untuk membuat, menjual atau mengawasi penemuanya
selama jangka waktu tertentu.Kalau patent itu tidak dapat diperpanjang
maka penemuan tadi akan diperbarui atau diubah sehingga akan diperoleh
patent baru.Patent bisa digunakan sendiri oleh penemunya atau diserahkan
kepada pihak lain dengan perjanjian – perjanjian tertentu.Apabila terjadi
pelanggaran terhadap hak patent maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjaga hak ini akan dikapitalisir.Patent akan diamortisasi selama umur
kegunaannya selama periode tertentu. Umur patent bisa dihitung atas dasar
unit produk yang akan dibuat.
 Hak cipta adalah hak yang diberikan kepada pengarang atau artis untuk
menerbitkan, menjual, atau mengawasi hasil karyanya yang berupa musik
atau pekerjaan pementasan.Hak ini diberikan untuk jangka waktu tertentu
dan bisa melakukan perpanjangan waktu lagi.Sebagaimana hak patent maka
hak cipta bisa dijual atau diberikan kepada pihak lain dengan perjanjian
tertentu.Semua biaya yang berhubungan dengan penyusunan karya cipta
termasuk biaya-biaya pendaftaran dan memperoleh hak di masukkan dalam
harga perolehan hak cipta.Jika hak cipta itu dibeli maka harga perolehannya
adalah jumlah uang yang dibayarkan.Karena pertimbangan konservatif harga
perolehan hak cipta dihapuskan sekaligus dan dibebankan pada penghasilan
yang pertama kali dari sumber ini.
 Merk dagang bisa didaftarkan sehingga akan dilindungi oleh undang-
undang.Hak untuk menggunakan suatu merk dagang adalah tidak
terbatas.Merk dagang bisa juga diperoleh dari suatu pembelian.Keadaan ini
harga perolehan yang dicatat adalah harga beli dan semua biaya
pembelian.Bila merk dagang ini dibuat sendiri maka harga perolehannya
adalah biaya-biaya untuk merencanakan dan mendaftarkan.Karena umurnya
tidak terbatas maka tidak dilakukan amortisasi atau depresiasi aset tak
berwujud.Tapi terkadang karena anggapan akan adanya perubahan-
perubahan di masa yang akan datang, misalnya perubahan permintaan.Maka
harga perolehan merk dagang akan dihapuskan dalam periode yang
pendek.Contoh aset tak berwujud ini adalah BMW. 
 Franchises adalah hak yang diberikan oleh suatu pihak (disebut franchisor)
kepada pihak lain untuk menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh
franchisor.Pihak yang memberikan hak (franchisor) bisa badan pemerintah
atau perusahaan swasta. Ada 2 jenis kelompok franchises yaitu :
 Sisem franchise untuk produk dan jasa
 Sistem franchise lisensi untuk merk dagang.

 Leasehold adalah hak dari penyewa untuk menggunakan aktiva aktiva tetap
dalam suatu perjanjajian sewa menyewa. Bila sewa dibayar setiap periode
maka biaya sewa tadi dibebankan dalam periode terjadinya. Biaya sewa
yang dibayar dimuka yang dikategorikan sebagai aktiva lancar. Atau aktiva
tetap tidak berwujud harus dialokasikan sebagai beban periodik selama
jangka waktu sewa. Bila jangka waktu sewa itu panjang dan sewa dibayar
dimuka dicatat dalam kelompok aktiva tetap tidak berwujud.
 Goodwill adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu usaha seperti
letak perusahaan yang baik, nama yang terkenal dan pimpinan yang
ahli.Secara akuntansi, goodwill definisikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba di atas keadaan normal yang diakibatkan oleh
adanya faktor-faktor yang disebutkan dalam paragraf di atas.Laba di atas
keadaan normal adalah suatu tingkat pendapatan dari investasi yang
melebihi jumlah yang akan dapat menarik investor dalam bidang usaha
tersebut. Dalam pembelian suatu perusahaan, pendapatan perusahaan di
masa lalu dipakai sebagai dasar untuk menaksir pendapatan-pendapatan
yang akan datang.Jadi taksiran laba yang akan datang ini yang akan dibeli
dan dipakai untuk menentukan besarnya goodwill yang akan dibayar
.Perbedaan antara jumlah uang yang dibayarkan dengan nilai bersih aktiva
merupakan jumlah goodwill. Besarnya jumlah goodwill tergantung pada
perundingan harga.
 Beban yang ditangguhkan juga merupakan aktiva tetap tidak berwujud.
Bedanya dengan aktiva tetap tidak berwujud yang telah disebutkan di atas
adalah:Bahwa aktiva tidak berwujud itu mempunyai nilai karena merupakan
hak yang diharapkan dapat membantu mendapatkan laba.Sedangkan beban
yang ditangguhkan itu mempunyai nilai karena merupakan pembayaran di
muka untuk beberapa periode yang relatif lama.Karena pembayaran biaya di
muka ini dilakukan untuk beberapa periode maka setiap periode dilakukan
amortisasi.Yang termasuk dalam beban yang ditangguhkan adalah biaya
pendirian perusahaan.Biaya-biaya yang terjadi dalam mendirikan perusahaan
seperti izin, pajak biaya cetak saham, dan formulir dikapitalisasi dalam
rekening Biaya Pendirian.
 Di perusahaan-perusahaan besar ada divisi yang khusus melakukan
penelitian dan percobaan untuk memperbaiki  dan mengembangkan
proses produksi maupun produknya.Biaya penelitian dan pengembangan
dapat dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.Atau dikapitalisir
dan dikelompokkan dalam aset tidak berwujud.Pemilihan salah satu cara ini
didasarkan pada kemungkinan sukses tidaknya penelitian atau
pengembangan tersebut.
AKUNTANSI INVESTASI

Biaya Investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh entitas investor dalam
perolehan suatu investasi misalnya komisi broker, jasa bank, biaya legal dan
pungutan lainnya dari pasar modal.

Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi 


seperti bunga, dividend an royalty, atau manfaat social, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.

Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk memperoleh


pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang belum digunakan
untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.Terdapat beberapa
jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang
serupa. Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat utang baik jangka
pendek maupun jangka panjang, serta instrumen ekuitas.

 Klasifikasi Investasi

Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek


dan investasi jangka panjang.Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset
lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar.

Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:

1. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;


2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
3. Berisiko rendah.

Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka pembelian surat-surat berharga


yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga
pasar surat berharga, tidak termasuk dalam investasi jangka pendek. Jenis investasi
yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek antara lain adalah:
1. Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu
badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah
kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;
2. Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat
berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun
luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
3. Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek.

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain
terdiri atas:

1. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposits);
2. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia
(SBI).

Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu


permanen dan nonpermanen.Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi
Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara tidak berkelanjutan. Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan
atau menarik kembali.Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah
kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan,
dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali.

Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak
dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau
pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan
kelembagaan.Investasi permanen dapat berupa:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara;
2. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk
menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:

1. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan


untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
2. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga;
3. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat
seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.

Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu
perseroan terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.

Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak bisa


dimasukkan ke penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh
pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat
dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak
tercakup dalam pernyataan ini.Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam
properti dan kerjasama operasi akan diatur dalam standar akuntansi tersendiri.

Pengakuan Investasi

Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan
perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di
masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah;
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable).

Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah
dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria
pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian
mengalirnya manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang
akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang
pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang
akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh memerlukan suatu jaminan
bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari aset tersebut dan akan
menanggung risiko yang mungkin timbul.

Kriteria pengakuan investasi biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi


pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang
menyatakan/mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu
investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau
berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan.Dalam kasus yang demikian,
penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.

Pengukuran Investasi

Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai
pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar
penerapan nilai wajar.Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang
aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar
lainnya.Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan
obligasi jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
investasi meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara
jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan
tersebut.
Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan,
maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya
yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, maka investasi dinilai
berdasarkan nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi
tersebut.

Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito
jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.

Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan modal


pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi
itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi
tersebut.

Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka panjang dan


investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar
nilai perolehannya. Investasi non permanen yang dimaksudkan untuk
penyehatan/penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan.        

Metode Penilaian Investasi

Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode yaitu:

1. Metode biaya; Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar


biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian
hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan
usaha/badan hukum yang terkait.
2. Metode ekuitas; Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat
investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba
kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian terhadap nilai investasi
juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah,
misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta
revaluasi aset tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan; Metode nilai bersih yang
dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan
dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.

Penggunaan metode penilaian investasi didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

1. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya;


2. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas;
3. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas;
4. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang
direalisasikan.

Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan saham bukan


merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi,
tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence)
atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri adanya pengaruh atau
pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:

1. Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;


2. Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi;
3. Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan
investee;
4. Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat/pertemuan
dewan direksi.

Pengakuan Hasil Investasi

Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain berupa
bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai (cash dividend), diakui pada saat
diperoleh dan dicatat sebagai pendapatan.

Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal
pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai
pendapatan hasil investasi.Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas,
bagian laba berupa dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat sebagai
pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen
dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah nilai investasi
pemerintah.

Pelepasan dan Pemindahan Investasi

Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, pelepasan hak


karena peraturan pemerintah, dan lain sebagainya.Perbedaan antara hasil pelepasan
investasi dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada
keuntungan/rugi pelepasan investasi.Keuntungan/rugi pelepasan investasi disajikan
dalam laporan operasional.
AKUNTANSI ASET TETAP DAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

 Akuntansi Aset Tetap

Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan, untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Jenis-Jenis Aset Tetap

Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya


dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi Aset Tetap adalah sebagai berikut:

1. Tanah
tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
2. Peralatan dan Mesin
mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris
kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan (memenuhi batasan
nilai satuan minimal kapitalisasi) dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung dan Bangunan
mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap pakai.

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan


mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta
dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Jalan, irigasi dan jaringan tersebut, selain digunakan dalam kegiatan
pemerintah, juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Jalan, irigasi dan jaringan yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat umum
diklasifikasikan sebagai aset yang menambah nilai aset tetap tempat
melekatnya jalan, irigasi atau Janngan dimaksud.
Jalan, irigasi dan jaringan umumnya berupa aset infrastruktur. Walaupun
tidak ada definisi yang universal digunakan, aset infrastruktur biasanya
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan;


b. Sifatnya khusus dan tidak ada alternatif lain penggunaannya;
c. Tidak dapat dipindah-pindahkan; dan
d. Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya.

5. Aset Tetap Lainnya


mencakup Aset Tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
Aset Tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Aset yang termasuk
dalam kategori Aset Tetap Lainnya antara lain koleksi perpustakaan (buku
dan non buku), barang bercorak kesenian/ kebudayaan, hewan, ikan, dan
tanaman. Khusus untuk hewan, ikan dan tanaman, sesuai dengan kebijakan
kapitalisasi aset tetap, disajikan secara ekstrakomptabel dan tidak disajikan
di neraca.

Selain itu, termasuk Aset Tetap lainnya adalah Aset Tetap Renovasi, yaitu
biaya renovasi atas Aset Tetap yang bukan milik entitas, sepanjang
memenuhi syarat-syarat kapitalisasi aset.

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).


mencakup Aset Tetap yang sedang dalam proses pembangunan dan pada
tanggal pelaporan keuangan belum selesai seluruhnya. Konstruksi Dalam
Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya, yang proses perolehannya
dan/ atau pembangunannya belum selesai dan membutuhkan suatu periode
waktu tertentu setelah tanggal pelaporan keuangan.

 Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan (KDP) adalah aset-aset yang sedang dalam proses
pembangunan atau proses perolehannya belum selesai pada akhir periode
akuntansi. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup mencakup tanah; peralatan dan
mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi dan jaringan; dan aset tetap lainnya
yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan sampai dengan tanggal pelaporan belum selesai pengerjaannya.

Kontrak Konstuksi

Perolehan KDP melalui kontrak konstruksi berkaitan, berhubungan erat atau saling
tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan
penggunaan utama. Kontrak konstruksi meliputi:

kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan


perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung pengawasan
konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;
 kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi
lingkungan.

Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Kontruksi

Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah apabila semua syarat
di bawah ini terpenuhi:

1. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;


2. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi
kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang berhubungan
dengan masing-masing aset tersebut;
3. Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.

Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset tambahan
atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi aset
tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi tambahan
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika:
1. aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau
2. harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga kontrak
semula.

Pengakuan Konstruksi dalam Pengerjaan

Suatu benda berwujud diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan jika:

1. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang


berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
2. biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
3. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

Konstruksi dalam pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan


digunakan untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.

Konstruksi dalam pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika
kriteria berikut ini terpenuhi:

1. konstruksi yang secara substansi telah selesai dikerjakan; dan


2. dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.

Biaya Konstruksi

Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau


melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.

Biaya-biaya yang dapat dikapitalisasikan untuk KDP adalah sebagai berikut:

1. Nilai KDP yang dikerjakan secara swakelola antara lain:

 biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;


 biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
 biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.

Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan konstruksi antara


lain meliputi:

 biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;


 biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
 biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
pelaksanaan konstruksi;
 biaya penyewaan sarana dan peralatan;
 biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan
dengan konstruksi.

Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada umumnya dan


dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:

 asuransi;
 biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan
dengan konstruksi tertentu;
 biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang
bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Nilai KDP yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak konstruksi meliputi:

1. termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat


penyelesaian pekerjaan;
2. kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan
pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan;
3. pembayaran klaim pada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak konstruksi.

Perlakuan Akuntansi dari KDP yang dibiayai dari pinjaman:


1. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul
selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi,
sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal;
2. Jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi tidak boleh melebihi
jumlah biaya bunga yang dibayarkan pada periode bersangkutan;
3. Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang
bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode
rata-rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi;
4. Apabila pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan
oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang
dibayarkan selama masa pemberhentian sementara, pembangunan konstruksi
dikapitalisasi;
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN SERTA KOREKSI KESALAHAN DAN
PERUBAHAN KEBIJAKAN/ESTIMASI AKUNTANSI

 Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan atau biasa disebut dengan CALK merupakan
informasi lebih rinci mengenai detail laporan keuangan perusahaan. Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK) ini berfungsi sebagai penjelas pada laporan keuangan
yang detail dan angka-angkanya tidak bisa diungkapkan dalam sebuah laporan
keuangan.

Meskipun sifatnya sebagai pelengkap, namun Catatan Atas Laporan Keuangan


(CALK) ini sangat penting dalam penyajian laporan keuangan. Bahkan tidak bisa
dipisahkan dari laporan keuangan itu sendiri, terutama pada perusahaan terbuka
dimana banyak pihak yang mencari informasi mengenai laporan keuangan
perusahaan tersebut.

Tidak semua informasi mengenai keuangan perusahaan tersedia di laporan


keuangan wajib, sehingga Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ini sangat
diperlukan. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ini menyajikan data yang
hanya bisa dinarasikan, tidak bisa dituangkan lewat angka dan nominal seperti
laporan keuangan pada umumnya.

Tujuan pembuatan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) 

Karena tidak semua pembaca laporan keuangan merupakan seorang akuntan yang
mengerti akun, nominal, dan angka, maka diperlukan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK). Adapun tujuan dari pembuatan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK) antara lain:
1. Menghindari kesalahpahaman dalam membaca dan menerjemahkan laporan
keuangan
2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan publik mengenai perkembangan posisi
dan keadaan fiskal entitas pelaporan (perusahaan)
3. Menyajikan data lebih rinci dan jelas dalam bentuk narasi sehingga
memudahkan pembaca untuk mengerti keuangan perusahaan

Isi/ungkapan dari Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) 

Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) mengungkapkan /menjelaskan hal-hal di


bawah ini, yaitu:

 Umum / Penjelasan Perusahaan

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai latar belakang dan sejarah berdirinya
perusahaan, visi misi, AD/ART, status atau perubahan badan hukum, penyertaan
dan penawaran saham, serta jajaran direksi dan komisaris perusahaan.

 Kebijakan Akuntansi dan Pos-Pos Laporan Keuangan

Kebijakan-kebijakan akuntansi umum seperti pengukuran laporan keuangan,


asumsi dasar penyusunan laporan keuangan, penggunaan multicurrency, serta
kebijakan lainnya.

 Kebijakan Standar Akuntansi Keuangan

Berisi tentang kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang tertuang dalam


Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Peraturan ini mencatat mengenai apa saja
yang harus ada dalam laporan akuntansi beserta prosedurnya.

 Informasi Kebijakan Fiskal/Keuangan

Menyajikan informasi mengenai kebijakan ekonomi, ekonomi makro, pencapaian


target APBD/APBN, serta kendala atau hambatan dalam mencapai target.

 Ikhtisar Pencapaian Kinerja


Mengungkapkan tentang pencapaian kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan
selama periode tertentu.

 Pengguna Laporan Keuangan

Berisi mengenai siapa saja yang dapat menggunakan atau membaca laporan
keuangan, seperti investor, pemerintah, serta masyarakat.

 Informasi Lain

Menjelaskan mengenai informasi-informasi lain yang jika tidak diungkapkan akan


menyesatkan publi, contohnya pergantian manajemen, penggabungan dan
pemekaran entitas, kesalahan pencatatan sebalumnya, dan lain-lain.

Dalam hal ini isi/ungkapan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) harus ditulis
dalam bentuk narasi, bagan, grafik, daftar maupun schedule serta bentuk lain yang 
ringkas, padat, dan jelas. Hal ini dilakukan supaya Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK) lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK), laporan keuangan perusahaan menjadi lebih transparan serta mudah
dipahami oleh orang awam sekalipun. Tentunya dengan catatan bahwa seluruh
isi/ungkapan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ditulis dengan rinci dan
detail.

 Koreksi Kesalahan 

Kesalahan dalam penyusunan  laporan keuangan pada satu atau  beberapa


periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.  Kesalahan
mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi   oleh
pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar
dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan  atau
kelalaian.   Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga  laporan-
laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi. 
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang
berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan  menyesuaikan
baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh
material pada periode berikutnya harus diungkapkan   pada catatan atas laporan
keuangan. 

 Kesalahan ditinjau dari sifat kejadian  dikelompokkan dalam 2 (dua)  jenis: 

(a) Kesalahan  tidak berulang; 

(b) Kesalahan  berulang dan sistemik.   

Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:

(a) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan; 

(b) Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya. 

Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang  disebabkan  sifat alamiah


(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan
koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau  tambahan pembayaran dari wajib
pajak.  

Setiap kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui.  Koreksi kesalahan yang


tidak  berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi
kas maupun yang tidak,  dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun  pendapatan-LRA atau akun
belanja,  maupun akun pendapatan-LO atau akun beban. Koreksi kesalahan yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi
posisi kas, apabila  laporan keuangan periode tersebut  belum diterbitkan,
dilakukan dengan  pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun
pendapatan- 20 LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun
beban. 

 Laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah  ditetapkan dengan


undang-undang atau peraturan daerah.

Koreksi kesalahan tidak berpengaruh terhadap pagu anggaran atau belanja


entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan.  Koreksi
kesalahan sebagaimana dimaksud pada paragraf tersebut di atas tidak berpengaruh
terhadap beban entitas yang bersangkutan dalam periode dilakukannya koreksi
kesalahan.  Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode- periode
sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah
laporan keuangan  periode tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-
akun neraca terkait pada periode kesalahan ditemukan. Contoh kesalahan yang
tidak mempengaruhi posisi kas  sebagaimana disebutkan pada paragraf adalah
pengeluaran untuk pembelian peralatan dan mesin (kelompok aset tetap)
dilaporkan sebagai jalan, irigasi, dan  jaringan. Koreksi yang dilakukan hanyalah
pada Neraca dengan mengurangi  akun jalan, irigasi, dan jaringan dan menambah
akun peralatan dan mesin. Pada  Laporan Realisasi Anggaran tidak perlu dilakukan
koreksi.

                 Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud pada paragraf


10 tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi  pengeluaran kas
untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA
maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.   Koreksi kesalahan yang
berhubungan dengan periode-periode yang lalu terhadap posisi kas dilaporkan
dalam Laporan Arus Kas tahun  berjalan pada aktivitas yang
bersangkutan.  Koreksi kesalahan diungkapkan  pada Catatan atas
Laporan  Keuangan. 

 Perubahan Kebijakan Akuntansi    

Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan  keuangan


dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui  kecenderungan
arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada  setiap
periode.  Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran  akuntansi
sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria  kapitalisasi, metode,
dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan  akuntansi. 

Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan


suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan
atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan
bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal
dalam penyajian laporan keuangan entitas. 

 Operasi yang tidak Dilanjutkan   

Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah dihapuskan oleh
peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait pada
tugas pokok tersebut dihentikan. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan, misalnya hakikat operasi, kegiatan,  program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban  tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait  pada penghentian
apabila ada—harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Agar  Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang


dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol
untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi  yang dihentikan tampak pada
Laporan Keuangan. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada
suatu  tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-
olah  operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya
entitas membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian  bertahap atau
sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.

Bukan merupakan penghentian operasi apabila :  

·         Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen


secara  evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh  demand (permintaan
publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.

·         Fungsi tersebut tetap ada.


·         Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah  lain. 

·         Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat


biaya,  menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

 Tanggal Efektif 

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku efektif


untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan  anggaran mulai Tahun
Anggaran 2010. Dalam hal entitas pelaporan  belum dapat menerapkan PSAP 14
ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju
Akrual  paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Badan Layanan Umum (BLU) merupakan instansi di lingkungan pemerintah pusat


dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan instansi di lingkungan
pemerintah daerah, yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa berlandaskan prinsip efisiensi
dan produktivitas tanpa mengutamakan mencari keuntungan. BLU/BLUD wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan. Tujuan
pelaporan keuangan BLU/BLUD adalah untuk menyajikan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan. Pelaporan Pengelolaan Keuangan
BLU/BLUD adalah bentuk pertanggungjawaban BLU/BLUD yang disajikan dalam
bentuk:

1. Laporan Realisasi Anggaran, yaitu menyajikan informasi realisasi


pendapatan, belanja, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran yang masing−masing dibandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, yaitu menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca, yaitu menyajikan informasi posisi keuangan entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
4. Laporan Operasional, yaitu menyajikan informasi mengenai surplus/defisit
operasional BLU/BLUD, termasuk sumber, alokasi dan pemakaian sumber
daya ekonomi yang dikelola. Informasi operasional digunakan untuk
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dimiliki dan
mengevaluasi kinerja BLU/BLUD dalam hal efisiensi dan efektivitas
pengelolaan anggaran.
5. Laporan Arus Kas, yaitu menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU/BLUD.
6. Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu menyajikan informasi rinci tentang
detil yang ada dalam laporan keuangan, termasuk informasi tentang
kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang–
undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan, informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan–kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi–
transaksi dan kejadian–kejadian penting lainnya,  informasi yang diharuskan
oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan
dalam  lembar muka laporan keuangan, informasi untuk pos-pos aset dan
kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasi dengan penerapan  basis kas,
dan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Laporan Keuangan BLU/BLUD disajikan secara berkala kepada menteri atau


pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan setiap triwulan, semester, dan tahunan.
Laporan Keuangan triwulan BLU terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan
arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan operasional. Laporan
Keuangan triwulan BLUD terdiri dari laporan arus kas dan laporan operasional.

Laporan Keuangan BLU/BLUD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


Laporan Keuangan Kementrian Negara atau Lembaga Pemerintah Daerah.
BLU/BLUD menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) setiap semester dan tahunan yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang sesuai
dengan SAP dilampiri dengan Laporan Keuangan BLU/BLUD yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Laporan Keuangan BLU/BLUD sebelum disampaikan kepada entitas pelaporan


akan diperiksa terlebih dahulu oleh Satuan Pemeriksaan Intern (SPI). Jika
BLU/BLUD belum memiliki SPI, maka pemeriksaan akan dilakukan oleh aparat
pengawasan intern Kementrian Negara/Lembaga/Pemerintah. Laporan Keuangan
tahunan BLU/BLUD akan diaudit oleh auditor eksternal, yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ditunjuk oleh BPK.

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN DAN ANALISIS LAPORAN


KEUANGAN PEMERINTAH

 Pengertian konsolidasi dan laporan keuangan konsolidasian

Konsolidasi adalah proses penggabungan antara akun-akun yang


diselenggarakan oleh suatu entitas pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya,
entitas akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun-
akun timbal balik agar dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan konsolidasian.

Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang


merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas
akuntansi, sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.

 Ruang lingkup

Laporan Keuangan Konsolidasian akan dilaksanakan oleh masing-masing


tingkatan entitas pelaporan pemerintah pusat dan daerah. Didalam Sistem
Akuntansi Pemerintah dikenal adanya entitas yang melakukan tugas dan fungsinya
sesuai dengan perannya dalam menghasilkan laporan keuangan. Entitas dimaksud
adalah:

1.    Entitas Akuntansi, yang terdiri dari:

a)    Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu Kementerian


Negara/Lembaga yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran
tersendiri, termasuk pengguna dana Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan;
b)   Bendahara Umum Daerah (BUD);

c)    Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah bila


mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah, jumlah
anggarannya relatif besar, dan pengelolaan kegiatannya dilakukan secara
mandiri.

2.    Entitas Pelaporan, yang terdiri dari:

a)    Pemerintah Pusat;

b)   Pemerintah Daerah;

c)    Kementerian negara/lembaga (KL);

d)   Bendahara Umum Negara (BUN).

Dalam PSAP 11 paragrap 2. disebutkan bahwa ”Laporan keuangan untuk


tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan
disajikan secara terkonsolidasi menurut standar ini agar mencerminkan satu
kesatuan entitas”. Maksud terkonsolidasi adalah Laporan yang dihasilkan oleh
entitas pelaporan merupakan penggabungan dari entitas-entitas akuntansi yang ada
dibawah satu entitas pelaporan dengan proses berjenjang dalam wadah Sistem
Akuntansi Pemerintah Pusat/Daerah. Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
pengelolaan transaksi keuangan Pemerintah Pusat dapat dibagi menjadi 2 kategori
utama yaitu:

1.    Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Bendaharawan Umum Negara


yang sering disebut Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);

2.    Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Kementerian Negara/ Lembaga


yang sering disebut Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah pengelolaan transaksi keuangan


Pemerintah Daerah dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu:

1.    Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Bendaharawan Umum Daerah;

2.    Pengelola Transaksi Keuangan di lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah.


Disamping hal tersebut diatas dilingkup pemerintah pusat diwajibkan untuk
menyusun laporan keuangan konsolidasian tingkat pemerintah pusat sesuai dengan
PSAP 11 paragrap 3 yang mengatakan ”Laporan keuangan konsolidasian pada
pemerintah pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua
entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan badan layanan umum”. Laporan
Keuangan Konsolidasian Pemerintah Pusat yang sering disebut Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan laporan gabungan seluruh entitas pelaporan
ditingkat Kementerian Negara/Lembaga dan laporan yang berasal dari entitas
pelaporan Bendaharawan Umum Negara.

Laporan Keuangan Konsolidasian ini tidak mengatur:

1.    Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;

2.    Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;

3.    Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); dan

4.    Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

 Tujuan laporan keuangan konsolidasian

Tujuan PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian adalah


memberikan acuan dan aturan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas
dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Yang  dimaksud dengan  laporan
keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan memberikan informasi sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Disamping itu diharapkan PSAP 11 dapat menjadi acuan akan
pentingnya penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang selama ini belum
dilaksanakan secara menyeluruh oleh entitas pelaporan.

 Komponen laporan keuangan konsolidasi

Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah untuk masing-masing entitas


pelaporan dan entitas akuntansi setidak-tidaknya terdiri dari:
1.    Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2.    Neraca;

3.    Laporan Arus Kas (LAK);  dan

4.    Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

 Penyajian laporan keuangan konsolidasi

Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah
untuk diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut
penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan,
diperlukan adanya pengendalian intern (internal control) yang baik atas kas dan
bank.

Pemerintah pusat/daerah menyampaikan laporan keuangan konsolidasian


dari gabungan semua laporan entitas pelaporan kepada lembaga legislatif.  Laporan
keuangan konsolidasian tersebut disusun sesuai dengan periode pelaporan masing-
masing entitas pelaporan sebagaimana disebutkan dalam PSAP 11 paragrap 7
bahwa ”Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan yang
sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah
komparatif dengan periode sebelumnya”. Laporan keuangan konsolidasian disusun
sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dan dirinci menurut organisasi,
fungsi, subfungsi, program dan jenis belanja sehingga dapat diperbandingkan
dengan anggaran dan realisasi tahun sebelumnya. Laporan keuangan konsolidasian
disusun dan disajikan secara komparatif sehingga dapat dilakukan analisis trend
perubahan kenaikan dan penurunan penggunaan anggaran.

Disamping itu dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian harus


diikuti dengan proses eliminasi akun-akun yang saling timbal balik atau saling
menghapus (resiprocal accounts) sebagaimana disebutkan dalam PSAP 11
paragrap 8 yang berbunyi ”Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun
timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian, apabila eliminasi dimaksud
belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan”. Contoh akun timbal balik (reciprocal accounts) antara lain sisa Uang
Yang Harus Dipertanggungjawabkan yang belum dipertanggungjawabkan oleh
Bendaharawan Pembayar sampai dengan akhir periode akuntansi. Perkiraan ini
harus dieliminasi dengan perkiraan yang sama di entitas pelaporan yang
menyelengggarakan fungsi perbendaharaan.

 Prosedur konsolidasi

Konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi


pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan oleh
perusahaan swasta, karena konsoliasian pada instansi pemerintah bukan merupakan
konsolidasi antara induk dan cabang. Konsolidasi sebagaimana dimaksud oleh
PSAP 11 paragrap 17 ”dilaksanakan dengan cara menggabungkan dan
menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya dengan  atau tanpa mengeliminasi akun  timbal balik”.

1.    Penggabungan ditingkat Kementerian Negara/Lembaga

Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan menggabungkan


laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di
bawahnya.

a)   Satuan kerja

Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola anggaran


adalah entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan
belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Penyelenggaran akuntansi
bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada
entitas pelaporan. Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi
Pemerintah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

b)   Wilayah
Wilayah selaku unit vertikal di Propinsi melakukan penggabungan laporan
keuangan yang berasal dari satuan kerja (entitas akuntansi) yang ada dibawah
tanggungjawab wilayah yang bersangkutan. Kantor wilayah dalam tatanan Sistem
Akuntansi Pemerintaha diperlakukan sebagai entitas akuntansi untuk melakukan
penggabungan ditingkat wilayah yang berkewajiban menyampaikan laporan
keuangan ke unit vertikal diatasnya. Penggabungan dilakukan dengan
menjumlahkan akun-akun yang sama antar entitas akuntansi.

c)   Eselon I

Eselon I dalam hal ini Direktorat Jenderal selaku unit vertikal Kementerian
Negara/lembaga melakukan penggabungan laporan keuangan yang berasal dari
wilayah-wilayah (selaku entitas akuntansi) yang ada dibawah tanggungjawab
Eselon I yang bersangkutan. Eselon I dalam tatanan Sistem Akuntansi Pemerintaha
diperlakukan sebagai entitas akuntansi untuk melakukan penggabungan laporan
keuangan ditingkat Direktorat Jenderal yang selanjutnya disampaikan ke
Kementerian Negara/lembaga yang membawahinya. Penggabungan dilakukan
dengan menjumlahkan akun-akun yang sama antar entitas akuntansi pada tingkat
wilayah.

d)  Kementerian Negara/Lembaga

Kementerian Negara/lembaga sebagai entitas pelaporan melakukan proses


penggabungan laporan keuangan yang berasal dari entitas akuntansi yang ada
dibawah tanggungjawab kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
Kementerian Negara/lembaga akan menyampaikan laporan keuangan gabungan ke
Menteri Keuangan untuk dilakukan proses konsolidasian ditingkat pemerintah
pusat. Disamping itu kementerian negara/lembaga berkewajiban menyampaikan
laporan keuangan konsolidasian ke BPK untuk diaudit.

2.    Laporan Keuangan ditingkat Bendaharawan Umum Negara (BUN)

Menteri Keuangan selaku BUN menyusun Laporan Keuangan menyangkut


realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran yang berpengaruh terhadap kas.
Laporan keuangan yang di hasilkan oleh BUN berupa Laporan Arus Kas dan
Neraca. Laporan ini akan digabungkan dengan laporan kementerian
negara/lembaga. BUN dalam tatanan Sistem Akuntansi Pemerintah adalah entitas
pelaporan yang berkewajiban melakukan penggabungan  laporan keuangan yang
berasal dari Kuasa Bendaharawan Umum Negara. Laporan tersebut akan
disampaikan ke Menteri Keuangan untuk dilakukan proses penggabungan ditingkat
pemerintah pusat. 

3.    Konsolidasi ditingkat LKPP

Menteri Keuangan selain sebagai BUN juga berfungsi sebagai penyusun


Laporan Keuangan Konsolidasian untuk disampaikan ke Presiden. Proses
penyusunan laporan keuangan konsolidasian dilakukan dengan
mengkonsolidasikan laporan keuangan gabungan yang berasl dari masing-masing
Entitas Pelaporan di tambah dengan laporan keuangan yang berasal dari Entitas
Pelaporan yang menjalankan fungsi Perbendaharaan. Menteri Keuangan selaku
entitas pelaporan akan menyampaikan Laporan Keuangan Konsolidasian ke
Presiden untuk diteruskan ke BPK dan DPR. Laporan Keuangan Konsolidasian   
yang disusun pada tingkat Pemerintah Pusat sudah termasuk laporan keuangan
BLU.

4.    Konsolidasi ditingkat Pemerintah Daerah.

Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola anggaran


adalah entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan
belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Penyelenggaran akuntansi
bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan kepada
entitas pelaporan. Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan


gabungan dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan menyampaikannya
kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
selaku entitas pelporan untuk dilakukan proses konsolidasian.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari SKPD.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan


proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan
laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota untuk
selanjutnya disampaikan ke BPK dan DPRD.

Proses Konsolidasi diatas dapat dilaksanakan baik dengan mengeliminasi


akun-akun yang timbal balik (reciprocal) maupun tanpa mengeliminasinya. Dalam
hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi akun-akun yang timbal-balik, maka
nama-nama akun yang timbal balik, dan estimasi besaran jumlah dalam akun yang
timbal balik dicantumkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Selanjutnya perlu diketahui bahwa menurut PSAP 11 paragrap 21


dikatakan bahwa ”Laporan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) digabungkan
pada kementerian negara/lembaga teknis pemerintah pusat/daerah yang secara
organisatoris membawahinya dengan ketentuan sebagai berikut:

a)   Laporan Realisasi Anggaran BLU digabungkan secara bruto kepada Laporan
Realisasi Anggaran kementerian negara/ lembaga teknis pemerintah pusat/daerah
yang secara organisatoris membawahinya.

b)   Neraca BLU digabungkan kepada neraca kementerian negara/ lembaga teknis
pemerintah pusat/daerah yang secara organisatoris membawahinya.

Dengan kata lain bahwa laporan keuangan BLU merupakan laporan


keuangan yang sudah tergabungkan didalam laporan keuangan kosolidasian
Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang membawahi BLU
dimaksud. Disamping BLU Pemerintah Pusat/Daerah juga memiliki Badan Usaha
Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) dimana laporan keuangannya tidak
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah. Laporan
Keuangan BUMN/BUMD hanya dilampirkan dalam Laporan Keuangan
Konsolidasin Pemerintah Pusat dan Daerah.

 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah


Pengguna Laporan Keuangan

Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,


namun tidak terbatas pada:

1. Masyarakat;
2. Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman;
4. Pemerintah.

Entitas Akuntansi Dan Pelaporan


Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yangmengelola
anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri dari:

1. Pemerintah pusat;
2. Pemerintah daerah;
3. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintahpusat;
4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasilainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Peranan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan selama satu periode pelaporan.Laporan keuangan terutama digunakan
untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan. Setiap entitas
pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta


pelaksanaankebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan


suatuentitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada


masyarakatberdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan


penerimaanpemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh
pengeluaranyang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikanakan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaansumber


daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang
direncanakan.

Tujuan Pelaporan keuangan

Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang


bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan


sumberdaya keuangan;
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalanuntuk membiayai seluruh pengeluaran;
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang
telahdicapai;
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanaiseluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitaspelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik
jangkapendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pungutanpajak dan pinjaman;
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
entitaspelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai
akibatkegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan


informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber dayakeuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaananggaran, saldo anggaran
lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset,kewajiban, ekuitas, dan arus
kas suatu entitas pelaporan.

Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok terdiri dari:


1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
3. Neraca;
4. Laporan Operasional (LO);
5. Laporan Arus Kas (LAK);
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Dasar Hukum Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,


khususnyabagian yang mengatur keuangan negara;
2. Undang-Undang di bidang keuangan negara;
3. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
danperaturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur keuangan daerah;
5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perimbangankeuangan pusat dan daerah;
6. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan AnggaranPendapatan
dan Belanja Negara/Daerah; dan
7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan
pusat dan daerah.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki:

1. Relevan;
2. Andal;
3. Dapat dibandingkan;
4. Dapat dipahami.

Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan


Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar,
penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya,
serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan. Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah:

1. Basis akuntansi;
2. Prinsip nilai historis;
3. Prinsip realisasi;
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
5. Prinsip periodisitas;
6. Prinsip konsistensi;
7. Prinsip pengungkapan lengkap; dan
8. Prinsip penyajian wajar.

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DESA

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa


penyelenggaraan pemerintahan desa diselenggarakan berdasarkan asas
akuntabilitas. Asas akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
termasuk dalam pengelolaan keuangan desa. Keuangan Desa yang merupakan
semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
Desa, dikelola dengan transparan dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan memberikan pedoman dan standar
pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam rangka Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa khususnya dalam pengelolaan keuangan Desa yang transparan
dan bertanggung jawab, diperlukan pengaturan mengenai pertanggungjawaban
keuangan Desa.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Keuangan Desa diwujudkan dalam Laporan


Keuangan Pemerintahan Desa. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban keuangan
Desa yang memadai, Laporan Keuangan Pemerintahan Desa disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan Desa (SAPDesa).

Latar Belakang dan Tujuan SAP Desa

SAP Desa tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih
dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Penyusunan
SAPDesa dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan (due process).
Proses baku penyusunan SAP  tersebut merupakan pertanggungjawaban
profesional KSAP.

Proses baku penyusunan SAP Desa oleh KSAP

Penyusunan SAP Desa dilatar belakangi oleh kebutuhan akan akuntabilitas dan
transparansi keuangan desa yang saat ini menjadi signifikan setelah adanya dana
desa. Kebutuhan inilah yang ditangkap pada Rapat Pleno KSAP dengan Komite
Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan. Setelah melalui High Level Meeting
lintas kementerian, sebagai tindak lanjut Rapat dengan Komite Konsultatif, KSAP
sebagai standard setter dipercaya untuk mengemban amanah sebagi penyusun SAP
Desa.

Mengingat kebutuhan yang sangat mendesak, KSAP tidak berlambat-lambat dan


segera mulai menyusun SAP Desa. Segala persiapan dilakukan oleh KSAP secara
maraton. Penyiapan kajian pendahuluan, kajian dasar hukum, penyusunan draf
kasar dan pembahasan-pembahasan intern KSAP dilakukan dalam tahapan
penyiapan konsep publikasian SAPDesa. Limited Hearing dan Publick Hearing
dilakukan dalam rangka mendapat masukan dari para pemangku kepentingan.

Hasilnya terbitlah Keppres 20 tahun 2017 yang mengamanatkan penyusunan SAP


Desa dalam program legislasi nasional tahun 2017; Keppres perluasan kewenangan
KSAP dalam menyusunan SAPDesa juga dalam proses; Penunjukan Tim Panitia
Antar kementerian sebagai penyusun RPP tantang SAPDesa; dan terkait substansi,
Menteri Keuangan meminta Pertimbangan BPK RI atas Draf SAP Desa yang telah
dirampungkan oleh KSAP.

Standar akuntansi desa diturunkan menjadi sistem akuntansi desa, merupakan


pedoman tatacara kerja ber akuntansi secara seragam, baku dan berulang.
Pengulangan cara kerja menghasilkan perfeksi dan peningkatan kecepatan kerja.
Sistem mengatur siapa, mengerjakan apa, bagaimana, untuk suatu tujuan spesifik.

Desa perlu membuat Pedoman Sistem Akuntansi Desa, agar sukses akuntansi dan
ber laporan keuangan lebih terjamin. Berbagai bahan pemikiran untuk sebuah
pedoman disajikan di bawah ini. Sistem berorientasi pada hal-hal penting saja,
masalah akuntansi saja, agar pelaksana akuntansi selalu mawas diri. Identitas nama
dan kompetensi pejabat dalam rantai kegiatan akuntansi termasuk dalam sistem
akuntansi, untuk basis pertanggungjawaban berbagai tugas akuntansi dan penilaian
kinerja yang bersangkutan. Makin kompeten, makin kuat kendali internal.

Prinsip Dasar Sistem Akuntansi Desa

 Format Pedoman Akuntansi Desa dapat mengambil hikmah dari uraian di


bawah ini
 Sistem keuangan dan sistem akuntansi desa dibangun berdasar prinsip
akuntabilitas fiskal dan akuntabilitas operasional. Akuntabilitas fiskal adalah
pertanggungjawaban kepatuhan akan hukum dalam memeroleh pendapatan
dan melaksanakan belanja desa. Akuntabilitas operasional adalah tentang
efektivitas dan efisiensi desa melaksanakan APB Desa, proyek konstruksi,
program dan kegiatan desa. Dasar akuntabilitas adalah (1)
pertanggungjawaban setiap program, proyek, kegiatan memang benar benar
perlu bagi desa, (2) dapat di audit, dan bahwa (3) LK sesuai dengan SAP
Desa
 Seluruh transaksi keuangan didokumentasi dengan dokumentasi transaksi
dari pihak luar atau dibuat sendiri, sebagai bukti transaksi
 Desa membuat daftar dokumen yang diperoleh dari pihak luar, dan daftar
tersebut masuk kedalam Pedoman Sistem
 Desa membuat daftar dokumen yang harus dibuat sendiri, dan daftar tersebut
masuk ke dalam pedoman Sistem
 Kabupaten cq Camat mengawasi dan menjamin Desa melakukan akuntansi
desa sesuai SAP Desa
 LK Desa diterbitkan dan ditandatangani Kepala Desa berpotensi diperiksa
Direktorat Pajak – Kementerian Keuangan, Badan Musyawarah Desa, BPK,
NPKP, Satuan Pengawas Internal Kabupaten dan KPK
 CALK pada LK Desa wajib menjelaskan Dana Desa berasal dari APBN dan
Bantuan Keuangan berasal dari provinsi
 CALK Desa wajib mengungkapkan transaksi pajak, pungutan dan retribusi
desa.
 Dengan pengarahan Camat dan hikmah dari Bab ini, Desa membuat
Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa
 LK Desa auditan atau LK bukan auditan, dapat menjadi bagian Laporan
Tahunan Desa
 Secara berkala Kepala Desa memeriksa kepatuhan aparat desa pada
Pedoman Sistem Keuangan dan Akuntansi Desa

Pandangan Umum Penganggaran Desa

 Untuk pertama kali, gunakan format APBDesa yang diwajibkan oleh


Kabupaten cq Camat
 Untuk tahun berikutnya, gunakan format APBDesa yang telah direalisasi
 Perhatikan pos realisasi anggaran yang menyimpang dari APBDesa,
temukan sebab penyimpangan dan rencanakan pos tersebut lebih matang
 Perhatikan pos realisasi anggaran yang tidak mampu didukung bukti
transaksi yang kuat, temukan sebabnya, dapatkan jalan keluar agar realisasi
anggaran didukung bukti transaksi yang kuat dan auditable

Sistem Penganggaran Desa

 Sistem penganggaran mencakupi evaluasi realisasi anggaran tahun lalu,


penentuan sasaran tahunan dan rencana kerja desa tahun anggaran diubah
menjadi rencana belanja modal, belanja pegawai dan belanja operasional
desa
 Sistem utama adalah sistem anggaran dana desa dan dana bantuan keuangan
gubernur
 Terdapat apropriasi/alokasi APBDesa yang pasti dan tetap dari tahun
ketahun, lakukan apropriasi otomatis melalui sistem komputer
 Kepatuhan apropriasi/alokasi anggaran terhadap instruksi kementerian Desa
PDTT dan Presiden NKRI; sesuai potensi sumber daya desa, utamakan
penganggaran sarana produktif dan prasarana untuk perekonomian desa dan
pemberian lapangan kerja baru, terutama sumur atau sumber air bersih,
jalan, pengairan, petak sawah, ladang, kolam ikan dan tambak, pengadaan
saprodi, sapronak dan sarana nelayan, serta pelabuhan tambatan perahu
 Kendali internal dan sistem pembatalan proyek pembangunan di tengah jalan
 Sebagai hal yang baik, jumlah penjatahan/apropriasi harus disesuaikan
dengan situasi/kondisi terkini
 Sebagai hal yang baik, apakah terdapat upaya perkecil proporsi APBDesa
untuk Belanja Pegawai dari tahun ketahun, selalu perbesar belanja modal

Sistem Alokasi Biaya Pemerintahan Desa

 Alokasi biaya pemerintahan desa pada umumnya sesuai jenis belanja dan
buku kas tabelaris versi Permendagri 113 atau penggantinya, atau klasifikasi
biaya berdasar SAP Desa
 Tak perlu ada alokasi beban pemerintahan desa, karena tak ada kewajiban
menyajikan Laporan Operasional seperti pada PP 71/2010 Standar
Akuntansi Pemerintahan.

Sistem Kendali Internal terhadap Manajemen Surplus Anggaran Desa

 Daftar penyebab surplus yang paling sering terjadi, dan keterangan surplus
yang baik atau surplus yang buruk
 Dasar hukum pengelolaan surplus anggaran desa
 Daftar kebijakan tahun tahun lalu tentang alokasi surplus anggaran, dan
alasan pilihan kebijakan
 Sistem perubahan prioritas anggaran
 Sistem transfer antar pos anggaran lebih kepada pos anggaran kurang
o Pos pos anggaran serumpun
o Pos pos anggaran tidak serumpun
 Sistem permohonan transfer surplus, sistem permohonan transfer on line,
formulir baku (standard form) permintaan transfer , sistem tanda tangan
pemohon dan persetujuan transfer
 Sistem komputerisasi transfer surplus dan/atau perubahan anggaran dalam
tahun fiskal
 Sistem transfer antar proyek pembangunan desa, pada tahun fiskal yang
sama
 Sistem perubahan APBDesa pada tahun berjalan
 Sistem penggunaan dana sumbangan diterima desa
 Sistem kontinjensi, penyimpangan proyek, kesalahan estimasi proyek dan
bencana alam
 Sistem pelaporan transfer surplus anggaran ke APBDesa tahun selanjutnya
 Sistem pelaporan trnasfer surplus suatu pos anggaran ke pada pos anggaran
lain, sepanjang tahun berjalan

Sistem Penganggaran Cadangan


 Sistem penganggaran cadangan didukung daftar kebutuhan belanja modal
lintas tahun anggaran, penjelasan alasan kebutuhan suatu AT yang tak cukup
dibiayai satu tahun anggaran, penjelasan bahwa permohonan bantuan AT
Desa kepada Kabupaten telah dilakukan dan ditolak
 Sistem penganggaran cadangan untuk belanja proyek akuntansi desa lintas
tahun anggaran, sampai berhasil menerrbitkan LK Desa sesuai SAP Desa.
 Untuk desa rawan bencana, dibutuhkan sistem penganggaran cadangan
untuk evakuasi & pemulihan paska bencana alam berulang dan pasti di masa
yang akan datang

Sistem Perubahan Anggaran atau Koreksi Anggaran

 Agenda tahunan perubahan anggaran desa, sesuai hukum perubahan


APBDesa dan kebiasaan yang lalu
 Daftar proyek yang tidak boleh terganggu kekurangan anggaran
 Daftar pos/mata anggaran yang dapat dipotong tanpa mengganggu kinerja
desa
 Daftar pos berpotensi surplus pada akhir tahun
 Daftar pos berpotensi defisit pada akhir tahun
 Daftar alokasi SILPA
 Sistem perencanaan realokasi anggaran
 Sistem pengusulan perubahan APBDesa, sistem pertimbangan ,persetujuan
dan pengesahan APBDesa Perubahan

Sistem Evaluasi Anggaran Tengah tahun, Pemotongan Anggaran

 Sistem evaluasi gabungan Camat, Badan Permusayawaratan desa dan


Kepala Desa untuk penghentian suatu pos belanja yang mubazir
 Sistem pengusulan perubahan APBDesa, sistem pertimbangan, persetujuan
dan pengesahan APBDesa Perubahan

Sistem Pelaporan Realisasi & Pertanggungjawaban Anggaran


 Dasar hukum dan jenis jenis Laporan Pertanggungjawaban Anggaran,
Laporan Pertanggungjawaban Dana Desa dan lain lain
 Daftar bahan baku laporan
 Sistem penyusunan laporan
 Sistem penggandaan dan distribusi laporan perrtanggungjawaban anggaran
desa
 Nama pejabat penanggungjawab pelaporan realisasi anggaran dan Dana
Desa, penanda tangan laporan

Pandangan Umum Sistem Belanja Desa

 Sistem belanja desa disusun berdasar berbagai peraturan menteri, peraturan


bupati dan peraturan desa.
 Pada umumnya jenis belanja desa atau klasifikasi belanja sama dengan jenis
belanja pemerintah daerah kabupaten, seperti belanja modal, belanja bunga,
belanja pegawai dan belanja barang.

Sistem Manajemen Faktur

 Faktur pemasok terdiri atas faktur dalam bentuk kertas dan faktur dalam
bentuk elektronik melalui surat maya
 Peraturan Desa melarang atau mengesahkan penerimaan faktur elektronik
 Apabila faktur elektronik diizinkan, sistem harus dilengkapi kendali internal
faktur elektronik, misalnya apakah setiap faktur diterima harus di cetak di
atas kertas dan dibubuhi tanggal & tanda terima faktur oleh petugas faktur
 Pemasok meminta izin penerbitan faktur elektronik kepada desa, dan
Bendahara Desa membuat daftar Pemasok dengan faktur elektronik
 Desa menetapkan sebuah alamat e-mail saja untuk jalur pengiriman faktur
elektronik, agar tersentralisasi
 Pemasok harus mencantumkan nomor faktur, untuk menghindari duplikasi
nomor faktur
 Informasi minimum dalam faktur adalah nomor Perintah Pembelian Desa,
nama perusahaan pemasok, nama pemasok,nomor faktur, tanggal faktur,
butir butir yang ditagih, periode layanan bila faktur adalah faktur jasa
layanan,  alamat/tujuan pengiriman barang/jasa, bukti tanda terima barang
yang diserahkan, sarana pengiriman, pajak pertambahan nilai, potongan
harga, potongan jumlah, potongan tunai, jumlah tagihan dalam faktur

Sistem Persetujuan Faktur

 Paraf penerima faktur, jabatan penerima faktur.


 Cap tanggal terima faktur dan instruksi pembayaran.
 Paraf petugas penerima barang/jasa yang mencocokkan dengan tagihan
dalam faktur.

Sistem Pertimbangan Pembayaran

 Bendahara bertugas memilih cara-bayar sesuai situasi dan kondisi, dan/atau


sesuai kontrak pembelian
o Pembayaran langsung, serta merta (tunai , satu minggu sampai 30
hari)
o Pembayaran barang modal, proyek atau kontrak konstruksi
o Pembayaran sekali saja
o Pembayaran angsuran bila diizinkan hukum pengadaan
o Pembayaran dengan uang muka, pembayaran dimuka yang diizinkan
Peraturan Desa, seperti pembayaran registrasi/keikutsertaan
seminar/workshop, iuran keanggotaan desa, sewa dibayar dimuka,
biaya langganan reparasi perangkat lunak di bayar dimuka, pesanan
pesawat, hotel dan lain lain.
o Pembayaran dengan syarat kredit
o Penundaan pembayaran kontrak/faktur bermasalah
o Pembayaran belanja operasional sehari hari
o Pembatalan pembayaran, pembatalan sebelum penerbitan cheque,
pembatalan setelah penerbitan cheque yang belum di serahkan atau
dikirim, pembatalan salah tulis cheque, pemutusan kontrak ditengah
jalan dan penghentian pembayaran
 Faktur telah diperiksa disampaikan kepada Bendahara Desa.
o Faktur harus asli
o Faktur dilengkapi PO Desa, Surat Jalan, Surat Tanda Terima Barang
dan berbagai dokumen pendukung lain
o Faktur tidak mengandung salah saji atau salah kalkulasi
1. Jenis barang/jasa
2. Jumlah barang
3. Harga satuan tiap jenis barang
4. Syarat kepatuhan pemasok terpenuhi (antara lain Izin Usaha,
Daftar Rekanan, Pernyataan Anti KKN, Pernyataan Tidak Ada
Hubungan Istimewa)
5. Alamat pembayaran kepada pemasok
6. Retensi pembayaran, bila ada
7. Uang muka, bila ada
8. Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
9. Tarif PPN dan PPNBM benar
o Faktur mengandung kolom potongan
o Faktur dibubuhi cap instruksi pembayaran segera

 Bendahara memeriksa faktur, permintaan pembelian (purchase request),


order pembelian desa (purchase order), dan berbagai informasi
lain,membubuhkan persetujuan untuk dibayar.
 Kontraktor desa tidak boleh mulai melaksanakan pekerjaan tanpa kontrak
konstruksi dengan desa
 Untuk beberapa jenis transaksi atau besaran transaksi yang diatur dalam
sebuah Perkades, Bendahara meminta tanda persetujuan Kepala Desa
 SPP dibuat berdasar semua hal tersebut di atas
 Pembayaran dalam bentuk TT, cheque atau uang tunai disiapkan Bendahara.
 Bukti pembayaran dilengkapi faktur dan dokumen lain di catat dalam buku
Kas bendahara
 Bukti lengkap pendukung faktur pemasok harus disimpan secara berurut dan
sistematis, agar mudah diperiksa
 Pembangunan kendali internal bayar-berlebih
o Telaah rincian faktur untuk meyakini pembayaran hanya untuk
barang/jasa diterima
o Pelihara Kartu Pemasok
o Pantau sejarah pembayaran dan perhitungan uang muka dengan
pamasok
o Proses pembayaran akhir dilakukan hanya apabila semua uang muka
diketahui, semua barang/jasa diterima dengan baik yang berada dalam
faktur, hati hati pembayaran transaksi/kejadian perolehan barang/jasa
lintas tahun
o Harus ada perjanjian pengembalian pembayaran berlebih
o Hukum kontrak harus dikuasai pejabat desa, terutama yang
berkonsekuensi hukum dan penalti

Perjalanan Dinas

 Peraturan Desa tentang perjalanan dinas, sejalan dengan peraturan daerah


tentang perjalanan dinas, pada intinya
o Tanggal perjalanan
o Lokasi tujuan perjalanan, jarak tempuh, peta google
o Tujuan/ raihan diharapkan
o Estimasi biaya perjalanan dinas,harus masuk akal, antara lain
1. Biaya registrasi seminar, tiket dan semacamnya
2. Biaya kendaraan darat, air dan udara, taksi, sewa kendaraan
3. Penginapan
4. Makan dan minum
5. Biaya keperluan musafir, seperti tip pengangkat barang
o Kebijakan umum; Kewajiban memilih biaya akomodasi yang paling
murah, persyaratan pemilihan kelas hotel, jenis kendaraan,
persyaratan sewa kendaraan, penjatahan biaya makan-minum perhari
o Daftar jenis pengeluaran pribadi yang boleh minta ganti
(reimbursement) dengan bukti, dan penggantian tanpa bukti
o Daftar jenis pengeluaran yang tak dapat dipertanggungjawabkan dan
diganti, misalnya biaya asuransi perjalanan, ganti rugi kecelakanan
perjalanan, tiket pesawat tidak jadi digunakan, biaya hotel diatas tarif
standar, biaya upgrade, hadiah/cindera mata bagi handai taulan, biaya
telepon hotel berlebihan, akses internet tidak bijak, karcis bioskop,
minuman keras, biaya karaoke/hiburan, biaya makan minum bila tarif
hotel termasuk makan minum
o Perjalanan dinas relevan untuk desa
o Petugas perjalanan dinas melaksanakannya untuk kepentingan desa
atau pemerintahan desa, tujuan perjalanan dinyatakan dimuka, raihan
perjalanan dinyatakan di muka, raihan/hasil pejalanan dilaporkan
secara resmi
o Apabila terdapat kepentingan pribadi sepanjang perjalanan, biaya
untuk kepentingan pribadi tersebut tidak termasuk biaya perjalanan
dinas
o Instruksi Perjalanan Dinas dari atasan petugas dan/atau pejabat
berwenang urusan perjalanan dinas.
o Persetujuan biaya perjalanan dinas di lakukan sebelum perjalanan
dinas oleh pejabat desa berwenang, dengan melihat ketersediaan
APBDesa untuk perjalanan dinas
o Perjalanan dinas berdasar undangan direncanakan sesuai surat
undangan tersebut. Biaya perjalanan dinas ditanggung oleh peng-
undang mengurangi besar persetujuan biaya perjalanan dinas
o Peraturan Pelaporan Perjalanan Dinas dan Pertanggungjawaban Uang
Muka Perjalanan Dinas
1. Batas uang muka
2. Batas waktu pelaporan, misalnya 10 hari kerja, sebaiknya
dalam tahun anggaran yang sama dengan perjalanan
3. Bentuk laporan
4. Dokumen pertanggungjawaban belanja perjalanan yang harus
ada, seperti bukti registrasi konferensi, Faktur Hotel, Tiket
Pesawat, bukti kartu kredit/debit , bukti rumah makan, bukti
taksi.
o Sanksi pelanggaran perjalanan dinas, sanksi gagal
pertanggungjawaban uang muka perjalanan dinas. Pada umumnya,
kegagalan pertanggungjawaban menyebabkan pegawai desa tak layak
untuk melakukan perjalanan dinas lagi

Penggantian Biaya Bukan Perjalanan Dinas

 Peraturan Desa tentang penggantian biaya bukan perjalanan dinas, dengan


uang muka atau tanpa uang muka, seperti menjamu tamu desa, penggunaan
kartu kredit, sewa taksi/kendaraan, biaya parkir, biaya toll
Belanja Berulang

Peraturan Desa tentang belanja berulang berisi

1. Daftar jenis belanja yang pasti dilakukan secara berulang untuk keperluan
penyelengaraan desa yang baik
2. Daftar tersebut terbagi atas
o Belanja prioritas utama dan tak boleh dikurangi tanpa alasan kuat
o Belanja berulang namun jumlahnya tersesuai kondisi yang ada, seperti
perubahan jumlah penduduk, musim kemarau lebih panjang dari
kelaziman dll
3. Belanja berulang tak menentu sebagai revolving fund , misalnya kas kecil
ditangan Kepala Desa untuk berbagai keperluan sehari hari seperti
sumbangan pemakaman bagi keluarga tak mampu, sumbangan pernikahan
atau acara lain, dan keperluan tiba tiba untuk kepentingan desa misalnya
penanganan kecelakaan warga desa. Impresst fund untuk kas kecil
ditentukan oleh Peraturan Desa, pengeluaran tanpa bukti dan dengan bukti,
diatur secara jelas. Kepala desa harus memilah uang pribadi dan keperluan
pribadi dengan Kas Kecil Kepala Desa.
4. APBDesa tentang besar Dana Cadangan Berulang (Revolving Fund) ,
misalnya untuk bencana alam berulang, rehabilitasi pelabuhan tambat perahu
& jalan akses desa rata rata 3 tahun sekali , dan keperluan berulang pasti di
masa yang akan datang. Besar dana cadangan dapat tetap, dapat berubah
setiap tahun anggaran.
5. Peraturan Desa mengatur pencegahan erosi cadangan karena nilai tukar dan
inflasi, misalnya memilih penempatan dana di bank , bersyarat boleh tarik
setiap saat, yang menghasilkan bunga.

Pembayaran Elektronis

1. Peraturan Desa tentang tatacara pembayaran atau pengeluaran APBDesa


mencakupi
o Pembayaran secara elektronis disarankan, pembayaran tunai tidak
disarankan
o Tata kode transaksi elektronis
o Pembayaran elektronis harus melalui pengecekan apakah saldo pos
anggaran terkait memungkinkan pembayaran
o Metode pembatalan pembayaran
o Bukti transaksi pembayaran elektronis
o Pemberitahuan di muka kepada yang akan menerima pembayaran
o Pemberitahuan setelah pembayaran elektronis
o Pembukuan, jurnal, buku besar, buku pembantu buku besar transaksi
elektronis

2. Peraturan Desa tentang pengecualian pembayaran elektronis

Administrasi Keuangan Proyek, Program dan Kegiatan

 Peraturan Desa tentang Administrasi Keuangan Proyek, Program dan


Kegiatan mencakupi
 Daftar Proyek dalam APBDesa
 Daftar Program dalam APBDesa
 Daftar Kegiatan dalam APBDesa
 Laporan berkala (misalmya triwulanan) status Proyek, Program dan
Kegiatan
 Berkas gambar biru, kalkulasi biaya, bukti bukti pembayaran per Proyek,
Program dan Kegiatan

Pandangan Umum Persediaan Desa

 Peraturan desa tentang persediaan mencakupi


1. Peraturan tempat persediaan yang layak (gudang, lumbung dst), syarat
kualitas tempat penyimpanan (atap, lantai , dinding, pintu, kunci dst
nya), jauh dari bahaya banjir, kebakaran dll, tiap jenis persediaan
2. Petugas/pejabat pengadaan persediaan
3. Petugas/pejabat penyimpan/penjaga persediaan/gudang/lumbung
4. Daftar jenis persediaan yang dipastikan/harus selalu tersedia,
keterangan tujuan persediaan, kebijakan desa tentang persediaan
minimum dan maksimum
5. Syarat penerimaan persediaan, misalnya padi/jagung berulat/berjamur
tidak boleh diterima
6. Syarat pengeluaran persediaan, misalnya syarat pengeluaran &
distribusi saat paceklik
7. Daftar jenis persediaan tersebut di atas dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu kelompok persediaan untuk penduduk desa (lumbung
padi, obat obatan, persediaan air minum, BBN untuk genset desa, dll)
dan persediaan untuk pemerintah desa (alat tulis dll)
8. Desa terpencil dapat memiliki persediaan untuk menjadi aset tetap,
misalnya persediaan pompa air sumur desa
9. Sistem Laporan persediaan, misalnya laporan bulanan saldo dan
kondisi persediaan, laporan pertanggungjawaban penggunaan
persediaan, laporan kehilangan persediaan

Panduan Akuntansi Persediaan

Sistem akuntansi persediaan mencakupi hal-hal sebagai berikut

 Sesuai SAP Desa, akuntansi desa berbasis kas, dimodifikasi menjadi neraca
berbasis akrual pada tanggal laporan LK
 Akuntansi menggunakan purchase method
 Inventarisasi tanggal neraca adalah bukti eksistensi persediaan, persediaan
dinilai dengan harga sesuai SAP Desa dan masuk neraca desa
 Tidak ada kewajiban membuat subsidiary ledger atau akuntansi kartu
persediaan. Administrasi keuangan desa dapat membuat kartu persediaan
untuk manajemen gudang, bukan untuk akuntansi
 Bukti Penerimaan Persediaan, ditambah bukti pendukung
 Bukti Pengeluaran Persediaan, bukti tanda terima untuk setiap pengeluaran
persediaan
 Bukti Kadaluwarsa atau Kerusakan Persediaan, Berita Acara
Pembuangan/Pembakaran Persediaan
 Bukti Kehilangan Persediaan

Penerimaan tunai dan bukan tunai


Peraturan desa mengatur

 Sistem penerimaan tunai Dana Desa dari APBN


 Sistem penerimaan tunai Bantuan Keuangan Provinsi
 Sistem penerimaan tunai PAD Desa
 Sistem penerimaan sumbangan, donasi, wakaf, aset paska BOT dari
masyarakat
 Sistem penerimaan tunai elektronis atau online, bila perlu ada

Manajemen Perbendaharaan Desa Nan Baik

Peraturan Desa mengandung

 Penanggungjawab pengumpul (kolektor) dan penagih akan efektivitas


penagihan dan pengumpulan tunai
 Penanggungjawab penyimpan tunai
 Penanggungjawab penyetoran hasil tagihan tunai ke bank
 Penanggungjawab pembuatan rekening deposito
 Sistem penetapan hari bayar pemasok & kontraktor desa
 Peraturan tentang jenis dokumen yang harus di salin-sinar (foto copy)
sebelum asli diserahkan kepada pihak ketiga
 Penanggungjawab pengeluaran tunai dan bank, penanggungjawab cheque
diterbitkan dan ditolak bank
 Sistem penolakan pembayaran oleh desa
 Penanggungjawab penyimpan buku cheque dan buku cheque telah habis
digunakan (cheque stub)
 Pertanggungjawaban kas kecil berkala dan sistem pengisian saldo kas kecil
 Penanggungjawab pengawas saldo kas
 Laporan berkala mutasi dan saldo kas
 Kendali internal, pemisahan tugas dan tanggungjawab aparat keuangan desa
dengan aparat pengadaan desa, penerimaan/pembayaran online, perhitungan
fisik kas sebelum kantor ditutup (sore hari), pemeriksaan mendadak saldo
kas (pagi hari) sebelum kantor buka, pengiriman cheque dengan pos (bila
ada), kualitas almari besi kantor desa, pedoman pelatihan aparat keuangan
desa, sistem sumpah jabatan petugas perbendaharaan desa, pengendalian
kualitas buku kas harian versi Permendagri
 Laporan kehilangan kas, sistem laporan kepada Kepolisian setempat
 Peraturan tempat arsip keuangan bebas banjir dan kebakaran
 Peraturan rekonsiliasi harian rekapitulasi harian bendahara desa dengan
ringkasan harian setoran ke bank, pengambilan tunai dari bank, rinkasan
buku kas harian, ringkasan buku cheque, ringkasan kartu kredit/debit,
ringkasan pembayaran via telepon, dan ringkasan transfer harian, juga
dengan buku besar kas dan buku pembantu kas
 Peraturan tentang perlakuan terhadap beda saldo kas, saldo bank, beda
catatan pendapatan dan penerimaan pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai