Anda di halaman 1dari 14

BAB VIII

AKUNTANSI PERSEDIAAN
1. Definisi Persediaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010, yang mana
tertuang di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.5
paragraf 4 tentang Akuntansi Persediaan. Persediaan adalah aset lancar
dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.

Untuk mempertegas definisi persediaan, dapat juga kita lihat dari jenis-
jenis persediaan. Berdasarkan sifat pemakaiannya, persediaan terdiri dari
barang habis pakai, barang tak habis pakai, dan barang bekas pakai.
Sedangkan berdasarkan bentuk dan jenisnya, persediaan terdiri dari: barang
konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan
untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku, barang
dalam proses/setengah jadi dan barang-barang untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat.

2. Cakupan Persediaan
Persediaan merupakan aset berupa:

Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka


kegiatan operasional pemerintah, contoh: barang habis pakai seperti suku
cadang, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam


proses produksi, contoh: bahan yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, bahan baku konstruksi
bangunan yang akan diserahkan ke masyarakat/pemda.

Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau


diserahkan kepada masyarakat, contoh: konstruksi dalam pengerjaan yang
akan diserahkan kepada masyarakat, alat-alat pertanian setengah jadi

1
/barang hasil proses produksi yang belum selesai yang akan diserahkan
kepada masyarakat/pemda.

Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada


masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan, contoh: hewan, tanaman,
atau tanah/bangunan/peralatan dan mesin untuk diserahkan kepada
masyarakat/pemda.

Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis seperti


cadangan minyak dan cadangan beras.

3. Contoh Persediaan
Berikut ialah contoh persediaan :

 Alat Tulis Kantor


 Barang/Bahan Habis Pakai
 Barang Konsumsi
 Amunisi
 Bahan untuk pemeliharaan
 Suku cadang
 Persediaan untuk tujuanstrategis/berjaga-jaga
 Materai atau leges
 Bahan baku
 Barang dalamproses/setengah jadi
 Tanah/bangunan untuk dijualatau diserahkan
kepadamasyarakat
 Hewan dan tanaman, untukdijual atau diserahkan
kepadamasyarakat

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 5


Paragraf 13 mengatur bahwa persediaan dapat diakui:

1. Saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan


mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah.

2
4. Pengakuan Persediaan
Pengakuan persediaan menurut PSAP tersebut menggunakan metode
akuntansi basis akrual. Persediaan akan dicatat berdasarkan hasil
inventarisasi fisik pada akhir periode akuntansi. Inventarisasi fisik terhadap
persediaan yaitu berupa penghitungan, pengukuran atau penimbangan
barang pada akhir masa pembukuan untuk menghitung jumlah (kuantitas)
suatu persediaan. Kemudian berdasarkan jumlah (kuantitas) tersebut
diperoleh suatu nilai rupiah persediaan yang bersangkutan untuk dimasukkan
ke dalam pembukuan. Inventarisasi fisik dilakukan pada setiap akhir periode
akuntansi.

Pengakuan membutuhkan konsep untuk menentukan kapan dan


bagaimana transaksi keuangan dapat diakui sebagai unsur dalam laporan
keuangan. Bagaimana persediaan diakui sebagai unsur yang akan disajikan
dalam laporan keuangan pemerintah berbasis akrual, yaitu pada saat
terpenuhinya hal-hal berikut ini:

a. pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan


mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya
tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan di
dalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya
tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan
bersifat netral, dan/atau
b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya
berpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan
perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah
Terima (BAST).

Suatu instansi pemerintahaan dapat melakukan beberapa kali pembelian


persediaan dalam satu periode dengan tingkat harga yang berbeda-beda.
Perbedaan tingkat harga tersebut menjadi permasalahan tersendiri dalam
melakukan penilaian persediaan. Berdasarkan PSAP No. 5 paragraf 17,
persediaan akuntansi pemerintahan dapat dinilai dengan menggunakan:

a. Metode First In First Out (FIFO)


Metode FIFO adalah metode penilaian persediaan yang mengaggap
bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan
menjadi harga barang yang digunakan/dijual pertama kali. Metode ini
juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan
adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang

3
yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual
dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan
untuk biaya akhir.
b. Metode rata-rata tertimbang (Average)
Metode average atau disebut juga metode rata-rata tertimbang adalah
metode yang digunakan untuk menghitung biaya perunit persediaan
berdasarkan rata-rata tertimbang dari unit yang serupa dan biaya unit
yang dibeli selama suatu periode. Caranya adalah dengan membagi
biaya semua barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang
tersedia untuk dijual dan hasilnya adalah biaya rata-rata perunit.
Setelah ditemukan biaya rata-rata perunit baru beban pokok penjualan
dihitung dengan dasar harga rata-rata perunit.
c. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
material dan bermacam-macam jenis. Menghitung nilai persediaan
dengan metode harga pembelian terakhir yaitu dengan cara
mengalikan kuantitas atau jumlah persediaan pada tanggal pelaporan
(dalam unit) berdasarkan laporan persediaan dengan Harga
pembelian terakhir persediaan (dalam rupiah per unit), berdasarkan
faktur pembelian.

5. Pengukuran Persediaan
Pengukuran nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang
dikeluarkan sampai suatu barang persediaan tersebut dapat
dipergunakan. Berdasarkan PSAP No. 5 paragraf 15, persediaan
disajikan sebesar :
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan. Potongan harga, rabat, dan sejenis lainnya
akan mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang
digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir
diperoleh.
b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri.
Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang
terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak
langsung yang dialokasikan secara sistematis berdasarkan

4
ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan
rencana kerja dan anggaran.
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan. Persediaan hewan dan tanaman yang
dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau
penyelesaian kewajiban antar pihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar.

6. Pencatatan Persediaan & Pengungkapan Persediaan


Pencatatan Persediaaan

Metode pencatatan yang digunakan untuk persediaan dalam basis


akrual ini adalah metode perpetual, yaitu pencatatan persediaan dilakukan
setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan (perolehan dan
pemakaian). Pencatatan persediaan dilakukan berdasarkan satuan barang
yang lazim digunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang
lain yang dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan
pengendalian pencatatan. Misal, kertas HVS menggunakan satuan rim,
pensil bisa menggunakan satuan buah atau box mana yang paling memadai
dalam materialitas pengendalian pencatatan menurut entitas akuntansi yang
bersangkutan. Pada kahir periode pelaporan, catatan persediaan disesuaikan
dengan hasil inventarisasi fisik. Inventarisasi fisik tersebut dilakukan atas
barang yang belum dipakai, baik yang berada di gudang maupun yang sudah
ada pada unit pemakai. Persediaan yang dilaporkan di neraca adalah
persediaan dalam kondisi baik, sedangkan untuk persediaan dalam kondisi
rusak atau usang tidak dilaporkan di neraca, tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas laporan Keuangan (CaLK). Untuk itu, laporan keuangan
melampirkan daftar persediaan rusak atau usang.

Berdasarkan Modul Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual


yang diterbitkan Direktorat Jendral Keuangan Daerah Kementrian Dalam
Negeri (2014), pencatatan akuntansi persediaan pemerintahan menggunakan
2 metode akuntansi berikut ini diantaranya:

a. Metode Perpetual
Sistem pencatatan perpetual merupakan sistem pencatatan
yang di catat langsung pada saat transaksi tersebut berlangsung,

5
semua akun langsung dapat diketahui pada saat transaksi
berlangsung. Maka dari itu akuntan harus menjurnal akun harga pokok
dalam posting transaksi pembelian atau pun penjualan. Sistem
pencatatan ini lebih rumit dibanding sistem pencatatan periodik,
karena akuntan wajib memasukkan jurnal harga pokok dan harus
memiliki data harga pokok. Sistem pencatatan ini digunakan untuk
jenis persediaan yang sifatnya membutuhkan pengendalian yang kuat
dan berkaitan dengan operasional utama di SKPD. Contohnya adalah
persediaan obatobatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas pertanian,
dan lain sebagainya.

b. Metode Periodik
Sistem pencatatan periodik merupakan sistem pencatatan yang
hanya dilakukan pada saat terjadi penambahan persediaan dan tidak
langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi pemakaian.
Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan perhitungan
fisik (stock opname) pada akhir periode. Sehingga pada akhir periode
inilah dibuat jurnal penyesuaian untuk mengkinikan nilai persediaan.
Sistem pencatatan ini dapat digunakan untuk jenis persediaan yang
sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah
persediaan ATK di sekretariat.

Pengungkapan Persediaan

Persediaan diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas


Laporan BMN dan Laporan Keuangan hal-hal sebagai berikut antara lain:

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran


persediaan
2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi,
barang yang disimpan untuk dij ual atau diserahkan kepada
masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang
dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
3. Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil
inventarisasi fisik
4. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak dan usang.

6
7. Dokumen Sumber Persediaan
Dokumen-dokumen sumber yang digunakan dalam sistem akuntansi
persediaan sektor publik antara lain untuk mengakui beban persediaan dan
dokumen untuk menyesuaikan beban persediaan. Dokumen-dokumen
tersebut terdiri dari :
a. Bukti Belanja Persediaan : Dokumen ini merupakan dokumen sumber
untuk melakukan jurnal pengakuan beban persediaan dan belanja
persediaan dengan cara pembayaran UP
b. Berita Acara Serah Terima Barang : Dokumen ini merupakan dokumen
sumber untuk melakukan jurnal atas pengakuan beban persediaan
dengan cara pembayaran LS.
c. Berita Acara Pemeriksaan Persediaan : Dokumen ini merupakan
dokumen sumber untuk melakukan jurnal penyesuaian untuk
pengakuan beban persediaan setelah dilakukannya stock opname.
d. SP2D/LS/TU/GU : Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk
pengakuan belanja persediaan dengan cara pembayaran LS.
e. Bukti memorial : Merupakan bukti transaksi intern dalam bentuk memo
dari pejabat dalam perusahaan kepada bagian akuntansi, untuk
mencatat suatu peristiwa atau keadaan yang bersifat intern. tanda
bukti telah terjadinya pembelian secara kredit. faktur dibuat oleh
penjual dan diberikan kepada pihak pembeli.

8. Kode Akun Persediaan


Jika dilihat secara lebih rinci, sesuai dengan KEP-311/PB/2014,
persediaan diklasifikasikan ke dalam akun-akun sebagai berikut:

Kode Akun Nama Akun


1171 Persediaan
11711 Persediaan Bahan untuk Operasional
117111 Barang Konsumsi
117112 Amunisi
117113 Bahan untuk Pemeliharaan
117114 Suku Cadang
11712 Persediaan Bahan untuk dijual/diserahkan kepada Masyarakat
117121 Pita Cukai, Materai dan Leges
117122 Tanah Bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada
Masyarakat
117123 Hewan dan Tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada

7
Masyarakat
117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada
Masyarakat
117125 Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk diserahkan kepada
Masyarakat
117126 Aset Tetap Lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat
117127 Aset Lain-Lain untuk diserahkan kepada Masyarakat
117128 Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan ke
Masyarakat
117129 Persediaan Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat -
Dalam Proses
11713 Persediaan Bahan untuk Proses Produksi
117131 Bahan Baku
117132 Barang dalam Proses
11714 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial
117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial
11719 Persediaan Bahan Lainnya
117191 Persediaan untuk Tujuan Strategis/Berjaga-jaga
117192 Persediaan Barang Hasil Sitaan
117199 Persediaan Lainnya
1172 Persediaan Badan Layanan Umum
11721 Persediaan BLU Penyedia Barang dan Jasa
117211 Persediaan BLU Pelayanan Kesehatan
117212 Persediaan BLU Pelayanan Pendidikan
117213 Persediaan BLU penunjang Konstruksi
117214 Persediaan BLU Penyedia Jasa Telekomunikasi
117219 Persediaan BLU Penyedia Barang dan Jasa Lainnya
11722 Persediaan BLU Pengelola Wilayah/Kawasan Tertentu
117221 Persediaan BLU Pengelola Kawasan Otorita
117222 Persediaan BLU Pengelola Kawasan Ekonomi Terpadu
117229 Persediaan BLU Pengelola Kawasan Lainnya
11723 Persediaan BLU Pengelola Dana Khusus Masyarakat
117231 Persediaan BLU Pengelola Dana Investasi
117232 Persediaan BLU Pengelola Dana Bergulir
117239 Persediaan BLU Pengelola Dana Lainnya
1179 Persediaan yang Belum Diregister
11791 Persediaan yang Belum Diregister
117911 Persediaan yang Belum Diregister

8
9. Jurnal Persediaan
a. Pencatatan Persediaan dengan Metode Periodik
Pembelian persediaan dapat dilakukan dengan
menggunakan UP (Uang Persediaan) maupun LS (Langsung).
Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan
menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan
menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD.
Bukti transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk
melakukan pengakuan persediaan. PPK SKPD akan mencatat
jurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraia Debit Kredit
Bukti Rekenin n
g
XXX XXX XXX Persediaan … XXX

XXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Bukti Rekening Uraia Debit Kredit
n

XXX XXX XXX Belanja Persediaan … XXX

XXX Perubahan SAL XXX

Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan


menggunakan LS, pengakuan persediaan dilakukan
berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara
Serah Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD
untuk menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekenin
g
XXX XXX XXX Persediaan … XXX
XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX

9
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit,
PPK-SKPD akan menghapus utang belanja dengan menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraia Debit Kredit
Bukti Rekenin n
g
XXX XXX XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX

XXX RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraia Debit Kredit
Bukti Rekenin n
g
XXX XXX XXX Belanja Persediaan … XXX

XXX Perubahan SAL XXX

Pada akhir periode (bulanan, triwulanan, semesteran),


sebelum menyusun laporan keuangan, bagian gudang akan
melakukan stock opname untuk mengetahui sisa persediaan
yang dimiliki. Berdasarkan berita acara hasil perhitungan
persediaan akhir tahun (stock opname), PPK-SKPD akan
menjurnal sebagai berikut:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraia Debit Kredit
Bukti Rekenin n
g
XXX XXX XXX Beban Persediaan … XXX*

XXX Persediaan … XXX

*Sebesar persediaan yang dipakai

b. Pencatatan Persediaan dengan Metode Perpetual

Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan


menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan
menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti

10
transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk
menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debit Kredit
Bukti Rekenin
g
XXX XXX XXX Persediaan XXX

XXX Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Bukti Rekening Uraian Debit Kredit

XXX XXX XXX Belanja Persediaan … XXX

XXX Perubahan SAL XXX

Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan


menggunakan LS, pengakuan persediaan dilakukan
berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara
Serah Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD
untuk menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraia Debit Kredit
Bukti Rekenin n
g
XXX XXX XXX Persediaan …. XXX

XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX

Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan terbit,


PPK-SKPD akan menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Tanggal Nomor Bukti Kode Uraian Debit Kredit
Rekening
XXX XXX XXX Utang Belanja Barang dan Jasa XXX

XXX RK PPKD XXX

Jurnal LRA

11
Tanggal Nomor Bukti Kode Uraia Debit Kredit
Rekening n
XXX XXX XXX Belanja Persediaan … XXX

XXX Perubahan SAL XXX

Berdasarkan dokumen yang menjelaskan


penggunaan/pemakaian persediaan (untuk metode perpetual),
seperti Kartu Inventaris Barang (KIB), Buku Inventaris (BI), dan
kartu kendali barang, PPK SKPD akan mengakui beban
persediaan sejumlah yang terpakai dengan menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca

Tanggal Nomor Bukti Kode Uraia Debit Kredit


Rekening n
XXX XXX XXX Beban Persediaan … XXX

XXX Persediaan … XXX

Jurnal standar dari setiap jenis transaksi terkait persediaan


tersebut secara ringkas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan
Periodik
No Transaksi PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH
PPKD
Uraian Debi Kred Uraian Deb Kredi
t it it t
Persediaan xxx
Tidak ada
Pembelian Kas di Bendahara xxx jurnal
1a Persediaan dengan Pengeluaran
uang UP/GU/TU Belanja Persediaan xxx
Tidak ada
Perubahan SAL xxx jurnal
Pembelian Persediaan xxx
Tidak ada
Utang Belanja xxx jurnal
Persediaan dengan
uang LS (Utang)
1b Utang Belanja xxx RK PPKD xxx
Pelunasan
RK PPKD xxx Kas di kas xxx
Utang/Penerbitan
Daerah
SP2D LS Barang
Belanja Persediaan xxx
Tidak ada
Perubahan SAL xxx jurnal

12
2 Pemakaian Tidak ada jurnal Tidak ada
Persediaan jurnal
3 Penyesuaian di Beban Persediaan xxx
Akhir Tidak ada
Persediaan xxx jurnal
Tahun

Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan


Perpetual
No Transaksi PENCATATAN OLEH SKPD PENCATATAN OLEH
PPKD
Uraian Debit Kre Uraian De Kredit
dit bit
Persediaan xxx
Tidak ada
Kas di Bendahara xxx
Pembelian jurnal
1a Persediaan Pengeluaran
Belanja Persediaan xxx
dengan uang
Tidak ada
UP/GU/TU Perubahan SAL xxx
jurnal
Pembelian Persediaan xxx
Tidak ada
Utang Belanja xxx
Persediaan dengan jurnal
uang LS (Utang)
1b Utang Belanja xxx RK PPKD xx
Pelunasan x
Utang/Penerbitan RK PPKD xxx Kas di kas xxx
SP2D LS Barang Daerah
Belanja Persediaan xxx
Tidak ada
Perubahan SAL xxx
jurnal
Persediaan
2 Pemakaian Tidak ada
Beban Persediaan
Persediaan jurnal
3 Penyesuaian di xxx
Akhir Tidak ada jurnal Tidak ada
xxx
Tahun jurnal

DAFTAR PUSTAKA

13
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 5 tentang Akuntansi


Persediaan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang


Milik Negara/Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang


Penatausahaan Barang Milik Negara

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Kebijakan


Akuntansi Pemerintah Pusat

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2016 tentang Penerapan


Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasi Akrual Pada Pemerintah
Pusat

Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-311/PB/2014 tentang


Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar

14

Anda mungkin juga menyukai