Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 9 AKUNTANSI PEMERINTAHAN

ADITYA PUTRI ASTUTI (B200190037)


SYIFANI ZAHRA (B200190105)
THARISYA SETYA PUSPARINI (B200190110)

1. Akuntansi Persediaan

A.   Definisi Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.

Persediaan dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan


barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.

Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap persediaan, maka


perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk dapat mengklasifikasikan suatu
aset kedalam kelompok persediaan. PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu aset
digolongkan kedalam persediaan apabila:
 Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
 Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;
 Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
 Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan;

Dari uraian tersebut diatas persediaan dapat meliputi:


 Barang Konsumsi;
 Amunisi;
 Bahan untuk pemeliharaan;
 Suku cadang;
 Persediaan untuk tujuan strategis/tujuan berjaga-jaga;
 Pita cukai dan leges;
 Bahan baku;
 Barang dalam proses/setengahjadi;
 Tanah/bangunan untuk dijual/diserahkan kpd masyarakat;
 Hewan dan tanaman untuk dijual/diserahkan kpd masyarakat.

Secara ringkas, persediaan dapat digambarkan sebagai berikut:


Barang habis pakai
Barang atau perlengkapan
A (supplies) yang digunakan sendiri
dalam rangka kegiatan Barang tak habis pakai
operasional pemerintah
Barang bekas pakai

Barang yang diperoleh untuk


B
dijual atau diserahkan kepada
masyarakat

Bahan baku atau supplies


Barang yang digunakan dalam
C proses produksi jika pemerintah Barang dalam proses (setengah jadi)
memproduksi sendiri (swakelola))

Barang jadi

Dalam suatu transaksi keuangan dimana pengeluaran yang dilakukan pemerintah


ditujukan untuk tujuan cadangan strategis/ berjaga-jaga, barang-barang yang diperoleh
diakui sebagai persediaan. Sebagai contoh pemerintah membeli bahan bakar minyak
sebagai cadangan energi dan membeli beras untuk cadangan pangan.

Apabila pemerintah membeli hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan, benih padi, dan bibit tanaman,
juga diakui sebagai persediaan.

B. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui pada saat :
a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada akhir periode akuntansi.
Untuk persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan
dibebankan ke akun konstruksi dalam pengerjaan, tidak diakui sebagai persediaan.
Inventarisasi fisik terhadap persediaan dapat berupa penghitungan, pengukuran atau
penimbangan barang pada akhir masa pembukuan untuk menghitung jumlah (kuantitas)
suatu persediaan. Kemudian berdasarkan jumlah(kuantitas) tersebut diperoleh suatu nilai
rupiah persediaan yang bersangkutan untuk dimasukkan ke dalam pembukuan.
Inventarisasi fisik dilakukan pada setiap akhir periode akuntansi.

Berikut ini adalah jurnal yang harus dibuat apabila suatu entitas menggunakan
metode pencatatan persediaan dengan sistem periodik
Belanja Barang Persediaan melalui mekanisme UP (Uang Persediaan)
1. Pencatatan transaksi pembelian persediaan
SKPD

Uang Muka dari Kas Daerah Rp xxx


Kas di Bendahara Pengeluaran Rp xxx

BUD
Tidak ada jurnal

2. Penerbitan SP2D-GU

SKPD
Belanja Barang Rp xxx
Piutang dari BUD Rp xxx

BUD
Belanja Barang Rp xxx
Kas di Kas Daerah Rp xxx
Belanja Barang Persediaan melalui mekanisme LS (Langsung)
Pencatatan transaksi Belanja Barang Persediaan
SKPD
Belanja Barang Rp xxx
Piutang dari BUD Rp xxx

BUD
Belanja Barang Rp xxx
Kas di Kas Daerah Rp xxx
Selanjutnya pembelian barang tersebut dicatat dalam buku persediaan untuk dapat
dilakukan pengadministrasian dan penatausahaan dari barang persediaan dimaksud,
sehingga apabila pada akhir periode dilakukan opname fisik persediaan dapat diketahui
nilainya.
Pengurangan dan penggunaan suatu persediaan harus dicatat didalam buku
persediaan sesuai dengan tanggal terjadinya.
o Hasil opname fisik terhadap persediaan akan dijurnal sebagai berikut:
Persediaan Rp xxx
Cadangan Persediaan Rp xxx
(Pencatatan saldo persediaan akhir periode akuntansi di SKPD)

C. Pengukuran Persediaan

Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai suatu


barang persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5 dalam paragraf 18
dikatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:

(a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;

(b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

(c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;
Dari uraian diatas, pengukuran persediaan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Persediaan Harga pembelian + biaya
Biaya perolehan diperoleh dengan = pengangkutan + biaya penanganan –
pembelian potongan harga – rabat

Persediaan
diperoleh dengan = Biaya Langsung + biaya tidak
Biaya standar langsung
memproduksi
sendiri

Nilai wajar Persediaan =


Nilai aset secara wajar
diperoleh dengan
cara lain, misalnya
donasi/rampasan

Persediaan disajikan sebesar:


 Biaya perolehan, apabila diperoleh dengan pembelian;
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan
persediaan. Potongan harga, rabat, dan sejenis lainnya akan mengurangi biaya
perolehan. Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang
terakhir diperoleh.
Untuk persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual,
seperti pita cukai, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
Contoh:
Dibeli suatu persediaan kertas HVS sebanyak 100 rim dengan harga Rp. 10.000 /rim,
dimana untuk pembeliannya dikenakan biaya angkut sebesar Rp. 10.000 dan diberikan
potongan harga sebesar Rp. 500/rim. Maka nilai persediaan yang akan dimasukkan
kedalam buku persediaan adalah sebesar:

Harga beli (100 rim x Rp. 10.000) Rp. 1.000.000,-


Biaya angkut Rp. 10.000,-
Total harga Rp. 1.010.000,-
Dikurangi potongan harga (Rp. 500 x 100) Rp. 50.000,-
Nilai persediaan sebesar Rp. 960.000,-

 Biaya standar, apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;


Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan
yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis
berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat penyusunan rencana kerja dan
anggaran.
 Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan
nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar.
Perhitungan biaya persediaan
Biaya persediaan berdasarkan PSAP No.5 harus meliputi semua biaya pembelian,
biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh organisasi kepada kantor pajak) dan
biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang (trade
discount), rabat dan pos lain yang serupa dapat dikurangkan dalam menentukan biaya
pembelian.

Biaya konversi Persediaan


Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan biaya overhead variabel yang
dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang
jadi. Biaya overhead produksi tetap adalah biaya produksi tak langsung yang relatif
konstan, tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan
pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik serta biaya manajemen dan administrasi
pabrik. Biaya overhead produksi variabel adalah biaya yang berubah secara langsung
atau hampir secara langsung mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tak
langsung dan upah tak langsung.
Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut
timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai.
Persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar pada neraca pemerintah
berdasarkan harga perolehan terakhir jika persediaan diperoleh dengan pembelian,
sebesar biaya standar yang dikeluarkan jika persediaan diproduksi sendiri dan sebesar
nilai wajar jika diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan.
Persediaan disajikan didalam neraca dengan akun lawan cadangan persedian yang
merupakan bagian dari ekuitas dana lancar. Kedua akun tersebut harus disajikan dengan
jumlah yang sama (self balancing).
Disamping penyajian diatas hal-hal lain yang dipandang perlu untuk diungkapkan
dalam laporan keuangan sehubungan dengan persediaan meliputi:
 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
 Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat;
 Kondisi persediaan;
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Hal-hal tersebut di atas tidak dilaporkan dalam neraca tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan keuangan.

2. Akuntansi Investasi

A.    Definisi Investasi
Investasi adalah suatu asset yang digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan melalui didtribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang
sewa) untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang
berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan (PSAK NO.
13 tahun 1994).
Terdapat dua jenis investasi antara lain sebagai berikut :
 Investasi dalam sekuritas utang (debt securities), debt securities merupakan instrumen
investasi yang mewakili hubungan kreditor dengan suatu perusahaan, seperti Obligasi
RI, Obligasi perusahaan, Commercial paper (CP), dan sebagainya.
 Investasi dalam saham (equity securities), equity securities merupakan instrumen
investasi yang mencerminkan kepemilikan modal dalam suatu perusahaan, yang
berupa saham biasa, saham preferen, atau capital stock lainnya.
Berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, investasi yang dilakukan
oleh pemerintahan (baik investasi dalam sekuritas hutang maupun dalam bentuk saham)
juga bertujuan untuk memperoleh manfaat sosial yang diharapkan mampu meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.

B.     Klasifikasi Investasi
Untuk akuntansi pemerintahan di Indonesia, berdasarkan PP nomor 24 Tahun 2005,
investasi pemerintah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu investasi jangka pendek
dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok asset lancar,
sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok asset non lancar.
1)    Investasi jangka pendek
Karakteristik yang harus dipenuhi agar suatu investasi dikategorikan sebagai
investasi jangka pendek adalah:
a.  Dapat diperjualbelikan/dicairkan dengan segera
b.  Ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas
c.  Berisiko rendah
Yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas:
a.  Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposits)
b.  Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan pembelian
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
2)    Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari dua belas bulan. Penyertaan Modal Pemda, Investasi dalam Surat Utang
Negara, dan pembelian Obligasi merupakan beberapa contoh investasi jangka
panjang. Pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan. Sebaliknya, pelepasan investasi jangka panjang dicatat
sebagai penerimaan pembiayaan.
Menurut sifat penanaman investasinya, investasi jangka panjang dibagi menjadi
dua, yaitu:
a.   Investasi Permanen
Merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, tidak untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen
atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen
terkadang juga dilakukan untuk menjaga hubungan kelembagaan. Investasi
permanen ini dapat berupa:
 Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara. Penyertaan
modal dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas
(PT) dan nonsurat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk
saham pada perusahaan yang bukan perseroan.
 Investasi permanen lainnya untuk menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
b.   Investasi Nonpermanen
Merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanent yang dilakukan oleh pemerintah,
antara lain dapat berupa:
 Pembelian obligasi atau surat kewajiban jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah
 Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga
 Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat,
seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat
 Investasi nonpermanent lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan / penyelamatan perekonomian.

C.  Pengakuan dan Pengukuran Investasi


Suatu pengeluaran kas atau asset dapat diakui sebagai investasi oleh pemerintah
apabila memenuhi salah satu dari kriteria berikut:
 Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang
akan datang atas suatu investasi dapat diperoleh pemerintah
 Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable)
Secara umum, invetasi yang diperoleh pemerintah diukur berdasarkan nilai
perolehannya. Jika investasi tersebut tidak memiliki nilai perolehan, maka yang
digunakan adalah nilai wajarnya. Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif
yang dapat membentuk nilai pasar. Dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar
dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar, sedangkan untuk investasi yang tidak
memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai
wajar lainnya

D.  Metode Penilaian Investasi


Penilaian investasi jangka panjang pemerintah dipengaruhi oleh porsi kepemilikan
dalam badan uasaha investee. Kepemilikan kurang dri 20%, dinilai menggunakan metode
biaya. Kepemilikan 20% sampa 50% atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki
pengaruh yang signifikan, dan kepemilikan lebih dari 50% diinilai menngunakan metode
ekuitas.
1.  Metode biaya
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicata sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak
memengarihi besarnya investasi pada badan usaha/ badan hokum yang terkait
2.  Metode ekuitas
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar
biaya perolehan kemudian ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi
pemerintah setelah tanggal perolehan. bagian laba kecuali dividen, dalam bentuk
saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah dan
tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai invetasi juga
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang
timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi asset tetap.
3.  Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
Metode nilai bersih yang dapat direlisasikan digunakan terutama untuk kepemilkian
yang akan dilepas atau dijual dalam jangka waktu dekat.

E.  Perolehan, Hasil Investasi, dan Pelepasan Invetasi Jangka pendek


       Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran
kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam Laporan Realisasi anggaran.
Dengan kata lain, pengeuaran untuk investasi ajngka pendek hanya meruakan
reklasifikasi dari akun kas menjadi akun investasi jangka oendek. Nilai investasi ajngka
oendek dicata sebesar nilai peolehan atau nilai nominalnya.
       Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga dicata sebagai biaya perolehan.
biaya petolehan investasi meliuti harga transaksi investasi itu sendiri. Ditambah komisi
perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan
tersebut.
       Jika tidak ada biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
invstasi pada tanggal perolehan atau nilai wajar asset lain diserahkan untuk memeperoleh
investasi tersebut. Sebagai contoh pada tanggal 7 maret 2007. Pemkot Harapan
memeutuskan untuk menempatkan Rp 200 juta disertifikat Bank Indonesia. Atas
pembelian ini, dikenakan biaya administrasi oleh agen penjual sebesar Rp 200 ribu.
Jurnal untuk mencatat transaksi perolehan investasi adalah :
  7/3 2007 Investasi Jangka pendek                 200.200.000
                         Kas                                                                  200.200.000
Investasi jangka pendek dalam bentuk nonsaham (deposito jangka pendek) dicatat
sebesar nilai nominal deposito tersebut.
       Selain untuk memenfaatkan dana yang ada (manajemen kas), investasi jangka
pendek juga dilakukan dengan tujuan memeperoleh manfaat ekonomis, seperti benga
deposito  dicatat pendapatan. Contoh jurnalnya adalah
xx.xx.xxx  Kas                                                xxxx
                         Lain – lain PAD yang sah                   xxx
       Pelepasan investasi terpisah dapat terjadi karena penjualan, dan atau pelepasan hak
karena peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Penerimaan dari penjualan investasi
ajngka pendek diakui sebagai penerimaan kas pemerintah ddan tidak dilaporkan sebagai
pendapatan dalam LRA.
       Pelepasan sebagian dari investasi tertentu yang dimilki pemerintah dinilai
menggunakan nilai rata-rata , yaitu dengan cara memebagi nilai investasi terhadap total
jumlah saham yang dimilki pemerintah.
       Sebagai ilustrasi, pada tanggal11 Mei 2007 Pemkot Harapan memutuskan untuk
mencairkan deposito di Bank Pasar senilai Rp 300 juta.Jurnal yang dibuat untuk
mencatat pelepasan investasi jangka pendek adalah
11 Mei 2007     Kas                                                      300.000.000
                                         Investasi Jangka pendek                      300.000.000

F. Perolehan, Hasil Investasi, dan Pelepasan Investasi Jangka Panjang


Pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh investasi jangka panjang dicatat
sebagai pengeluaran pembiayaan. Untuk investasi jangka panjang yang sifatnya
permanen, digunakan biaya perolehan sebagai dasar pencatatanya. Biaya perolehan
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam
rangka perolehan investasi tersebut.
Untuk investasi jangka panjang yang sifatnya nonpermanent, ada beberapa nilai
yang digunakan, yaitu:
1.  Pembelian obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk
dimiliki berkelanjutan dicatat sebesar nilai perolehannya.
2.  Investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang akan segera
dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.
3.  Investasi nonpermanen dalam bentuk permanen modal di proyek-proyek
pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan
termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan
dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat perolehan investasi jangka panjang melibatkan
setidaknya empat kode rekening, yaitu kas, pengeluaran, pembiayaan, dan jurnal
corollary. Sedangkan hasil investasi bunga deposito, atau bunga obligasi yang diperoleh
dari penyertaan modal pemerintah atau bentuk investasi jangka panjang lainnya, dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi (lain-lain pendapatan yang sah).
Namun untuk investasi yang berupa kepemilikan (pembelian saham), hasil investasi
berupa deviden dicatat sebagai:
1.  Pendapatan haisl investasi (lain-lain pendapatan yang sah) apabila penilaian
menggunakan metode biaya.
2.  Pengurangan nilai investasi apabila investasi dicatat menggunakan metode ekuitas,
namun laba dari perusahaan yang diinvestasikan akan dicatat sebagai penambah nilai
investasi sebesar persentase kepemilikan saham.
Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, pelepasan hak karena
peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Penerimaan dan pelepasan investasi jangka
panjang diakui sebagai penerimaan pembiyayaan. Pelepasan sebagaian dari investasi
tertentu yang dimiliki pemerintah dinilai menggunakan nilai rata-rata, yaitu dengan cara
membagi total nilai investasi terhadap total jumlah saham yang dimiliki oleh pemerintah.
Pos investasi jangka panjang dapat berubah dengan adanya reklasifikasi.
Reklasifikasi tersebut dapat berupa pemindahan investasi permanen menjadiinvestasi
jangka pendek, asset tetap, asset lain-lain, dan sebaliknya.

G. Penyajian dan Pengungkapan


Investasi yang dimiliki oleh pemerintah harus disajikan dan diungkapkan dalam
neraca serta mencantumkan beberapa hal yang yang harus diungkap dalam catatan atas
laporan keuangan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.  Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi.
2.  Jenis-jenis investasi, investasi pemanen dan non permanen
3.  Perubahan harga pasar, baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang.
4.  Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut.
5.  Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya.
6.  Perubahan pos investasi.

Anda mungkin juga menyukai