DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik ......................................................................... 1
1.3 Model Reformai Manajemen Sektor Publik ............................................................................ 2
1.4 New Public Management ............................................................................................................ 4
1.5 Manajemen Publik VS Administrasi Publik ............................................................................ 7
(Mahmudi 2015) ............................................................................................................................... 10
1.6 Perbandingan Manajemen Model Sektor Publik dengan Sektor Swasta ............................ 10
1.8 Pengukuran Kinerja Sebagai Elemen NPM ........................................................................... 17
1.9 New Public Management di Negara Berkembang ................................................................. 18
1.10 Permasalahan Dalam Penerapan New Public Management ............................................... 19
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. i
i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk pembahasan pada bab ini adalah membahas mengenai reformasi sektor publik
yang meliputi latar belakang, tujuan, dan konsep yang melandasi reformasi manajemen pada
organisasi sektor publik. Hal yang akan dibahas adalah mengenai New Public Management
(NPM) yang merupakan salah satu model dari reformasi manajemen sektor publik yang sangat
berpengaruh di Eropa pada tahun 1990-an. Keunggulan dan kelemahan dari NPM juga akan
dibahas pada bab ini. Selain konsep NPM, konsep reformasi manajemen sektor publik yang
diadopsi pemerintah Amerika Serikat di era pemerintahan Bill Clinton juga akan dibahas pada
bab ini.
Di bab ini juga dijelaskan tentang perbandingan konsep manajerialisme dari berbagai sudut
pandang yang bertujuan untuk menunjukkan adanya pandangan yang hampir sama mengenai
konsep manajemen modern sektor publik. Perbandingan ini juga diharapkan akan memberikan
kecermatan dan kekritisan dalam melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing konsep
tersebut. Hal ini juga akan bermanfaat bagi manajer publik untuk menentukan arah pilihan
pendekatan manajemen sektor publik yang sesuai dengan kondisi nasional suatu negara atau
kondisi lokal suatu daerah.
PEMBAHASAN
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik
Untuk perubahan manajemen sektor publik ini, dapat terjadi secara revolusioner maupun
evolusioner. Untuk perubahan yang bersifat revolusioner ini terjadi secara radikal, mendasar
dan menyeluruh pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu untuk
perubahan yang bersifat evolusioner, perubahan ini terjadi secara bertahap. Lalu untuk kedua
perubahan ini membutuhkan tiga aspek kunci yang sangat penting, diantaranya adalah :
1. Dukungan rakyat,
2. Pemimpin yang visioner, dan
3. Konsep perubahan yang jelas,
Reformasi merupakan suatu bentuk dari perubahan yang bersifat evolusioner, gradual, dan
bertahap. Reformasi ini juga dapat diaplikasikan ke semua birokrasi dan perubahannya dimulai
dari birokrasi tingkat elit atau di level pemerintah pusat yang kemudian diikuti perubahan
birokrasi di level bawah dan di level pemerintah daerah. Reformasi sektor publik ini lebih
1
dipilih karena memiliki biaya sosial dan politik reformasi lebih kecil jika dibandingkan dengan
revolusi. Dan juga adanya ketidakpastian dari perubahan yang bersifat revolusioner dapat
menghasilkan tatanan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dari
perubahan yang bersifat evolusioner.
Tujuan dari perubahan sektor publik ini secara umum adalah menggantikan sistem dan
model pemerintahan lama ke sistem pemerintahan yang baru dan diharapkan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat, demokratisasi pemerintahan yang lebih efisien, efektif,
transparan dan akuntanbel, meningkatkan kinerja, pelayanan publik yang lebih baik dan
berkeadilan.
2
(Mahmudi 2015)
Berdasarkan model reformasi diatas, tampak bahwa faktor politik dan intelektual
khususnya ide atua gagasan tentang manajemen publik baru bisa dikatakan sebagai faktor
penting yang berpengaruh pada proses reformasi manajemen. Reformasi manajemen publik
memerlukan suatu landasan konsep reformasi yang akan diimplementasikan dalam bentuk
paket-paket reformasi yang konkrit dan lebih operasional.
3
1.4 New Public Management
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. Munculnya kritik keras yang ditujukan kepada
organisasi-organisasi sektor publik tersebut kemudian menimbulkan Gerakan untuk melakukan
reformasi manajemen sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah
munculnya konsep New Public Management ((Mahmudi 2015).
Berbagai nama untuk menyebut pendekatan manajemen modern di sektor publik tersebut
pada dasarnya bermuara pada pandangan umum yang sama yaitu : pertama, perubahan model
manajemen publik tersebut menunjukkan adanya pergeseran besar model administrasi publik
tradisional menuju sistem manajemen publik modern yang memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas manajer publik. Kedua, menunjukkan
adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan model birokrasi klasik menuju model
organisasi modern yang lebih fleksibel. Ketiga, perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas
dan tujuan personal. Hal itu berdampak pada perlunya dilakukan pengukuran atas prestasi yang
mereka capai melalui indikator kinerja dan evaluasi program secara sistematik. Keempat, staf
senior tampaknya secara politis lebih berkomitmen terhadap pemerintah saat itu daripada
bersikap netral atau non-partisan. Kelima, fungsi pemerintah akan lebih banyak berhadapan
dengan pasar, misalnya tender. Keterlibatan pemerintah tidak selalu berarti pemfasilitasan
pemerintah melalui sarana birokrasi. Keenam, terdapat kecenderungan untuk mengurangi
fungsi pemerintah melalui privatisasi dan bentuk lain dari pengadopsian mekanisme pasar di
sektor publik.
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen
sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor publik. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan
Teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering CCT),
dan privatisasi perusahaan-perusahaan.
4
Penerapan konsep New Publik Management telah menyebabkan terjadi perubahan
manajemen sektor publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis,
dan hierarki menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
pasar. Penerapan konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau
reformasi manajemen dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi
wewenang yang mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran
pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.
Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah
fenomena internasional sebagai bagian proses global. Konsep NPM begitu cepat
mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga membentuk sebuah
gerakan yang mendunia. Namun, masih terdapat perbedaan pandangan apakah New Public
Management merupakan sebuah fenomena internasional ataukah hanya merupakan fenomena
nasional atau tingkat lokal saja. Pihak yang memandang NPM hanya sebagai fenomena
nasional atau lokal berargumen bahwa negara yang berbeda melakukan perubahan secara
berbeda pada waktu yang berbeda untuk alasan yang berbeda.
Terjadinya trend di dunia yang mengarah pada penggunaan anggaran berbasis kinerja,
manajemen berbasis outcame (hasil), penggunaan akuntansi berbasis akrual yang terjadi
hampir di setiap negara meskipun tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Perubahan
teoritis, misalnya dari administrasi publik ke arah manajemen publik, pemangkasan birokrasi
pemerintah, privatisasi, penggunaan sistem kontrak telah meluas di seluruh dunia sekalipun
secara rinci reformasinya bervariasi. Terdapat motivasi yang berbeda-beda bagi setiap negara
dalam menerapkan New Public Management. Sebagai contoh, privatisasi yang dilakukan di
Inggris terutama untuk tujuan efisiensi, cost cutting, dan memperbaiki kualitas pelayanan.
Akan tetapi pada negara berkembang (seperti Indonesia) privatisasi dilakukan untuk
menaikkan pendapatan dalam rangka menutup defisit fisikal. New Public Management
merupakan fenomena global, akan tetapi penerapanya bisa berbeda-beda tergantung faktor
kontinjensi yang bersifat lokal.
5
Pemilihan instrument kebijakanya pun juga hampir sama, yaitu : komersialisasi, korporatisasi,
dan privatisasi ; desentralisasi dan pelimpahan kewenangan (devolved management) ;
pergeseran dari pengendalian input (input control) menjadi pengukuran output dan outcame ;
spesifikasi kinerja yang lebih ketat ; dan meluasnya penggunaan mekanisme kontrak. Hal
tersebut memberikan gambaran mengenai NPM yang telah mempengaruhi proses perubahan
organisasi sektor publik secara komprehensif di hampir seluruh dunia (Mahmudi 2015).
Sementara itu di Indonesia, sebagai negara yang juga turut ingin berbenah, berusaha
menerapkan paradigma NPM tersebut, meski ada sikap pesimis dari berbagai
pihak mengenai kesanggupan penerapannya. Salah satu yang menonjol adalah
adanya reformasi birokrasi di Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa
Keuangan. Dalam reformasinya, kedua instansi ini berfokus pada pilar-pilar yang
menjadi pokok perubahan birokrasi, yaitu: kelembagaan/organisasi, proses bisnis,
sumber daya manusia, serta prasarana dan sarana. Tidak salah lagi, bahwa upaya
ini dilakukan untuk memperbaiki standar pelayanan umum yang diberikan kepada
publik (Akbar 2015).
6
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, dan pada
gilirannya, publiklah yang diuntungkan atas upaya ini (Akbar 2015).
7
Konsep NPM dengan cepat mampu menggeser pendekatan administrasi publik
tradisional. Kebutuhan terhadap manajerialisme dalam organisasi sektor publik adalah adanya
tuntutan masyarakat yang semakin besar agar sektor publik dapat menghasilkan produk
(barang/jasa) yang memiliki kualitas lebih baik atau minimal sama dengan yang dihasilkan
sektor swasta. Jika sektor publik masih terpaku pada pendekatan administrasi, maka sektor
publik akan gagal menjawab tantangan tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor publik perlu
mengadopsi prinsip-prinsip manajerialisme.
Bila ditelaah lebih dalam, manajemen publik memiliki pengertian dan konsep yang
berbeda dengan administrasi publik. Secara etimologi, administrasi mengandung pengertian
mengikuti prosedur-prosedur, aturan, dan perintah sedangkan manajemen mengandung
pencapaian hasil atau tujuan. Manajemen memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan
administrasi. Manajemen mencakup fungsi-fungsi yang luas, antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, koordinasi, staffing, motivasi, dan pembuatan
keputusan. Sementara itu, administrasi hanya terbatas pada pengorganisasian.
Menurut Allison dalam bukunya (Mahmudi 2015), mengidentifikasi terdapat tiga fungsi
manajemen yang secara umum berlaku di sektor publik maupun swasta, yaitu :
Salah satu fungsi penting yang membedakan pendekatan manajemen sektor publik
dengan administrasi publik adalah fungsi strategi. Dalam pendekatan manajerialisme, fungsi-
fungsi strategik seperti perumusan strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program
merupakan hal yang harus dilakukan oleh manajer publik, namun dalam pendekatan
administrasi publik konsepsi strategi tidak menjadi perhatian utama. Fokus utamanya adalah
8
pemenuhan prosedur dan peraturan, serta pelaksanaan instruksi atasan. Administrasi publik
berorientasi pada pemenuhan tujuan jangka pendek, yaitu kelancaran tugas sehari-hari.
Sementara, manajerialisme lebih berorientasi jangka Panjang, tidak sekadar terselesaikanya
tugas-tugas jangka pendek, akan tetapi pencapaian tujuan, visi dan misi organisasi yang bersifat
jangka Panjang. Pendekatan administrasi hanya berorientasi pada manajemen internal, seperti
mengorganisasikan biro-biro, merekrut pegawai, melatih dan promosi pegawai, serta hal-hal
lain yang terkait dengan aspek sistem kepegawaian (personalia). Sementara itu, perhatian
terhadap pengendalian kinerja lemah. Manajerialisme bukan hanya menekankan pada
mengorganisasian dan sistem kepegawaian, namun juga pengendalian kinerja, baik kinerja
organisasi maupun kinerja individual. Oleh karena itu, dibuat berbagai cara untuk mengukur
kinerja. Manajerialisme juga menjalankan fungsi manajemen terhadap konsituen eksternal,
misalnya melalui pembuatan jaringan dengan pihak luar dan komunikasi dengan masyarakat.
Pendekatan administrasi publik memandang kegiatan seperti itu bukan menjadi tugas manajer,
akan tetapi menjadi tugas politisi. NPM menilai bahwa hal tersebut juga menjadi tanggung
jawab manajer publik. Manajer publik perlu juga muncul dalam suatu forum-forum tertentu,
menulis artikel di koran, majalah atau jurnal, dating di arena olahraga untuk memberi
dukungan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pertemuan pihak luar.
Fungsi manajemen yang diajukan Allison merupakan fungsi fungsi manajemen umum
yang bisa dipraktikan baik di sektor swasta maupun sektor publik. Padahal sebagaimana telah
diketahui sifat dan karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Masih
menjadi perdebatan apakah prinsip manajamen umum berbeda penerapanya di sektor publik
dan sektor swasta. Terdapag beberapa perbedaan mendasar antara manajemen generik untuk
sektor swasta dengan sektor publik yang lebih berorientasi pada pelayanan publik. Perbedaan
tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut :
9
Persaingan sebagai instrumen pasar Tindakan kolektif sebagai instrumen
pemerintahan
(Mahmudi 2015)
Pertama, sektor swasta mendasarkan pada pilihan individu (individual choice) dalam
pasar. Perusahaan di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual
untuk memenuhi kepuasan tiap-tiap individu pelanggan. Oleh karena itu, tren manajemen
produksi di sektor swasta bukan lagi produksi masal, akan tetapi produksi yang menghasilkan
customize product, yaitu produk yang sesuai dengan selera dan pilihan tiap-tiap pelanggan.
Alasanya adalah bahwa tiap-tiap orang memiliki selera yang berbeda-beda. Tiap-tiap orang
ingin memiliki eksklusivitas dan tidak ingin disamakan seleranya begitu saja dengan orang
lain. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memberikan produk-produk yang lebih
variative dan fleksibel untuk memenuhi permintaan pelanggan yang juga sangat bervariatif.
Keadaan seperti itu sangat berbeda dengan yang terjadi di sektor publik.
Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar akan tetapi
pilihan kolektif dalam pemerintahan. Sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat
yang difatnya kolektif (massa). Pilihan kolektif masyarakat tersebut biasanya disampaikan
melalui perwakilanya, dalam hal ini partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk
memenuhi tuntutan individual tentu berbeda dengan pemenuhan tuntutan kolektif. Oleh karena
itu, manajemen yang digunakan tentunya juga mengandung perbedaan.
Ketiga, sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan sektor publik
bersifat terbuka untuk masyarakat. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan
kepada publik seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik.
Informasi seperti laporan kinerja, laporan keuangan, serta anggaran harus disampaikan secara
terbuka. Sementara itu, di sektor swasta informasi yang disampaikan kepada publik relatif
terbatas. Informasi yang disampaikan pada laporan keuangan dan prospektus, sedangkan
anggaran dan rencana strategik perusahaan merupakan bagian dari rahasia perusahaan sehingga
tidak disampaikan ke publik.
Keempat, sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Keadilan
pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta berkepentingan
untuk menghilangkan hambatan untuk masuk ke pasar (barrier to entry). Sebagai contoh,
adanya monopoli dan monopsoni akan menciptakan keadilan pasar. Keadilan pasar akan terjadi
apabila terdapat kompetisi yang adil dalam pasar sempurna. Sementara itu, orientasi sektor
publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equity of need). Organisasi sektor publik
berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,
dan sarana-sarana umum lainya.
Kelima, tujuan manajamen sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan pelanggan
(selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan
kesejahteraan sosial. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi
kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan
distributif seperti itu.
Keenam, sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja. Pelanggan
merupakan penguasa tertinggi. Sementara itu, dalam organisasi sektor publik kekuasaan
tertinggi adalah masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat merupakan pelanggan, akan tetapi
dalam keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan. Sebagai contoh,
masyarakat yang membeli jasa listrik atau air bersih dari PT PLN atau PDAM adalah pelanggan
PT PLN atau PDAM, sedangkan yang tidak berlangganan listrik dan air hanya memperhatikan
masyarakat yang sudah berlangganan listrik dan air bersih saja. Pemerintah juga harus
memperhatikan masyarakat yang belum memperoleh akses listrik dan air bersih tersebut,
11
karena pada dasarnya setiap masyarakat berhak untuk memperoleh fasilitas listrik dan air
bersih.
Selain tujuh karakteristik diatas masih terdapat beberapa karakteristik unik lainya, yaitu
organisasi sektor publik tidak menjadikan laba sebagai tujuan utamanya. Keputusan sektor
publik dapat bersifat memaksa. Hal ini sangat berbeda dengan sektor swasta yang tidak bisa
memaksa pelanggannya. Masyarakat bisa dipaksa untuk mematuhi aturan atau keputusan
pemerintah. Misalnya penetapan tarif pajak dan harga pelayanan tertentu. Kekuatan untuk
memaksa tersebut tidak dimiliki sektor swasta. Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar,
sehingga kekuatan pasar yang akan memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Jika sektor
swasta menaikkan harga suatu produk, pelanggan atau konsumen tidak akan melakukan aksi
protes atau demonstrasi atas kenaikan harga tersebut. Sektor swasta bisa membebankan harga
yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal itu tidak akan mengundang protes berupa
demonstrasi. Pelanggan memiliki pilihan untuk tetap membeli produk itu atau akan berpindah
ke produk lain yang memberikan harga yang lebih murah. Akan tetapi, jika pemerintah
menaikkan harga pelayanan publik, misalnya harga BBM, tarif dasar listrik dan telepon, tarif
PDAM, maka hal itu akan mengundang reaksi yang luar biasa dari masyarakat (Mahmudi
2015).
Tulisan tentang NPM dimulai pada awal tahun 80-an yang merefleksikan gabungan
antara prinsip normative dan usaha dalam melakukan mapping pengembangan institusional
pada tingkat deskriptif (Sayidah et al. 2015).
12
Karakteristik utama NPM adalah suatu perubahan lingkungan birokrasi berdasarkan
aturan baku menuju system manajemen public yang lebih fleksibel dan berorientasi pada
kepentingan public. Menurut manajerialisme, permasalahan birokrasi muncul bukan
dikarenakan kesalahan undang-undang, kebijakan dan program, tetapi karena manajemen yang
buruk. NPM memiliki pandangan sebagai berikut :
Karakteristik NPM menurut Hood (1991, pp4-5) seperti yang djelaskan oleh Mahmudi
(2010), mengandung 7 (tujuh) komponen utama, yaitu organisasi public harus dikelola secara
profesiaonal dengan memiliki sistem perencanaan dan pengendalian manajemen yang rapi,
seperti sistem perumusan strategi dan perencanaan stratejik, sistem reward & punishment,
struktur organisasi, jejaring informasi, sistem manajemen kinerja dan sistem penganggaran.
Supayaprofesionalisme kerja dapat dipertanggungjawabkan, maka disyaratkan mempunyai
standar kinerja untuk memberikan nilai terbaik dan praktek terbaik dan mempunyai ukuran
kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target kinerja dan tujuan
organisasi. Selanjutnya perlu dikerahkan dan diarahkan semua sumber daya untuk mencapai
taget dengan menggunakan ukuran kinerja dengan penekanan pada capaian hasil (output) dan
pemenuhan hasil (outcome). Selain itu konsep NPM lebih menekankan pada pemangkasan
birokrasi pemerintah, sehingga lebih fleksibel (Mahmudi, 2010).
13
d. Pemecahan unit-unit kerja di sector public
e. Menciptakan persaingan di sector public
f. Pengadopsian gaya manajemen di sector bisnis ke dalam sector public
g. Penekanan pada kedisiplinan dan penghematan yang lebih besar dalam
menggunakan sumber daya
2. Konsep Manajerialisme Michael Barzeley
Seperti yang telah dijelaskan oleh (Mahmudi 2015), dalam bukunya “Breaking
Through Bureaucracy : A New Vision For Managing In Government “ (1992).
Konsep manajemen public baru karakteristiknya sebagai berikut ;
a. Pergeseran dari kepentingan public menjadi focus pada hasil dan Citizen’s
value
b. Pergeseran dari efesiensi menjadi focus pada kualitas dan value efektivitas.
c. Pergeseran dari administrasi menjadi produksi pelayanan
d. Pergeseran dari ketaatan pada aturan (norma) ke focus pada pengendalian
e. Pergeseran dari penentuan fungsi,otoritas dan struktur menjadi focus pada
misi, pelayanan pelanggan dan outcomes.
f. Pergeseran dari pertimbangan biaya menjadi focus pada pemberian nilai
g. Pergeseran dari memaksakan tanggungjawab menjadi membangun
tanggungjawab
h. Pergeseran dari mengikuti aturan dan prosedur menjadi berfokus pada
pemahaman dan penerapan norma,idetifikasi dan penyelesaian masalah, serta
perbaikan proses secara berkelanjutan.
i. Pergeseran dari pemenuhan system adminsitrasi menjadi focus pada pelayanan
dan pengendalian, memperluas pilihan public, mendorong tindakan kolektif,
pemberian insentif, pengukuran dan analisis hasil kinerja serta pemberian
feedback.
3. Reinventing Government David Osborne & Ted Gaebler
Konsep NPM adalah konsep manajemen public yang telah muncul di Eropa.
Konseo ini tidak hanya berkembang di Eropa, tetapi juga berkembang di Amerika
Serikat. Ketidak percayaan terhadap kinerja pemerintah dan untuk terjadinya
kebangkrutan demokrasi di Amerika mengakibatkan konsep reinventing government
sebagai model manajemen public yang baru. Konsep ini mengandung 10 Prinsip,
yaitu:
14
a. Pemerintahan katalis, berfokus pada pemberian pengarahan bukan produksi si
pelayanan public.
b. Pemerintah milik masyarakat hendaknya lebih berorientasi untuk
memberdayakan masyarakat tidak sekedar melayani.
c. Pemerintah yang competitive perlu memunculkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publilk.
d. Pemerintah yang digerakkan oleh misi dapat mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi
e. Pemerintah yang berorientasi hasil mampu membiayai hasil bukan masukan.
f. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan bukan birokrasi.
g. Pemerintah wirausaha, dapat menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
h. Pemerintah antisipatif, berupaya mencegah daripada mengobati.
i. Pemerintah berorientasi desentralisasi, menyatakan bahwa dari hirarki menuju
partisipatif dan kinerja tim.
j. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar dapat melakukan perubahan
dengan mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme
administrasi.
4. Manajerialisme Menurut Konsep OECD
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) merupakan
organisasi internasional yang memiliki suatu kepentingan untuk memajukan praktek
manajemen di negara-negara berkembang. OECD ini juga memiliki konsep yang tidak
jauh berbeda degan konsep NPM, sebab memiliki tujuan yang sama untuk memajukan
praktik manajemen public di negara-negara berkembang. Manajerialisem yang
dipromosikan oleh OECD antara lain :
a. Focus yang lebih besar rehadap hasil (efesiensi, efektivitas dan kualitas
pelayanan)
b. Mengganti struktur organisasi hirarkis-sentralistis menjadi desentralisasi.
c. Fleksibilitas untuk mencari alternative penyediaan pelayanan public yang
lebih tinggi tinggkat daripada efektivitas biayanya.
d. Focus yang lebih besar terhadap efesiensi pelayanan, termasuk penetapan
target kinerja dan penciptaan persaingan dalam sector public.
15
(Mahmudi 2015)
Negara yang memiliki anggota OECD berusaha untuk menjadikan sector public lebih
manajerial melalui beberapa karakteristik antara lain ; adanya partisipasi yang lebih besar,
mekanisme kontrak dskresi yang lebih besar, penggunaan tekonologi informasi, kualitas
pelayanan dan pengadopsian mekanisme pasar. Dalam table tersebut menyajikan perbandingan
manajemen public dari berbagai sudut pandang.
Sedangkan budaya organisasi yang ada di lingkungan sektor publik atau di sector
pemerintah adalah budaya birokratis, yang dianggap sangat menghambat kinerja, tetapi pada
saat ini sedang digalakkan penerapan konsep new public management, konsep baru ini dikenal
membuat birokrasi menjadi lebih sederhana karena lebih fleksibel, lebih berorientasi pada
kepentingan publik, terbuka dan luas serta cenderung kepada budaya suportif. Selanjutnya
16
tidak ada istilah budaya baik atau budaya buruk. Suatu budaya akan efektif bila budaya tersebut
mendukung visi, misi, dan strategi organisasi, supaya budaya efektif dan budaya tidak saja
harus efisien tetapi juga harus sesuai dengan kebutuhan bisnis, kebutuhan organisasi dan
kebutuhan pegawai (Indrawati 2020).
Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah adalah alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan (program) sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah.
Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi pegawai dalam mencapai sasaran
organisasi dengan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan, sedangkan manfaatnya
adalah untuk melakukan upaya perbaikan secara terus menerus untuk mencapai keberhasilan
dimana yang akan datang. Walaupun sampai saat ini pengukuran kinerja masih mempunyai
keterbatasan, karena data kinerja tidak menyiratkan secara langsung proses yang terjadi, juga
beberapa outcome tidak dapat diukur secara langsung serta informasi yang diperoleh bukanlah
merupakan informasi yang lengkap. Tetapi pengukuran kinerja tetap dapat mencerminkan baik
tidaknya pengelolaan organisasi yang bersangkutan (Indrawati 2020).
Akuntansi memiliki suatu peran yang sangat penting dalam menentukan indicator
kinerja sebagai dasar untuk mengukur kinerja. Peran akuntansi dalam NPM adalah
berhubungan dengna perlunya dilakukan perubahan system, permasalahan efesiensi,
permasalhan akuntabilitas, dan system pengendalian manajemen.NPM memiliki konsep
dimana setiap unit kerja diharapkan dapa mengembangkan indicator kinerja sebagai alat untuk
megukur kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. System
penilaian kinerja dilakukan dengan pendekatan informal menurut NPM itu tidak efektif karena
tidak mampu menjadikan organisasi dapat mencapai hasil terbaik. Untuk pengukuran kinerja
17
yang tersistem dengan baik dapat memungkinkan manajer untuk mengontrol dan mengawasi
kemampuan bawahan dalam mencapai tujuannya.
Sistem pengukuran kinerja dalam sector public masih menjadi “thematic issue” yang
artinya adalah tema pengukuran kinerja harus dimunculkan dalam sebuah pikiran para
pemegang otoritas public. Sebab pengukuran kinerja bukan sesuatu yang bersifat netral, tetapi
dapat memberikan dampak yang lebih besar pada perilaku individu, kelompok, dan organisasi.
NPM telah memberikan kontirbusi positif dalam memperbaiki kinerja sector public melalu
mekanisme pengukuran kinerja yang berorientsi pada pengukuran ekonomi.
Tujuan NPM yang penting adalah menjadikan sector public sebagai suatu organisasi
penyedia layanan public yang efisien dan efektif. Sedangkan kontribusi yang penting dalam
pengukuran kinerja sector public adalah dapat menghasilkan perbaikan kinerja melalui
penerapan mekanisme pasar di sector public sebagaimana yang dilakukan di sector swasta.
Organisais sector public by nature bersifat monopoli, dan pengukuran kinerja yang berfungsi
sebagai alat untuk mencipakan persaingan (Mahmudi 2015).
Beberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tepat diterapkan untuk negara
berkembang. Pengadopsian model New Public Management yang dilakukan negara-negara
berkembang apakah memang benar-benar menjadikan lebih baik ataukan hanya sekadar
perubahan luarnya saja. Apakah manajerialisme yang dilakukan di negara-negara maju bisa
diimplementasikan di negara berkembang. Hal tersebut menjadi pertanyaan mendasar, karena
gaya manajemen yang ada di negara-negara barat mungkin sekali akan berbeda hasilnya jika
dinerapkan di tempat yang berbeda. Hal yang sangat mungkin terjadi adalah bahwa penerapan
NPM dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural. Tingkat keberhasilan negara berkembang dalam
mengadopsi prinsip manajerialism model barat bervariasi. Sebagai contoh, Malaysia
menerapkan Total Quality Management (TQM) sebagai bentuk modernisasi manajemen publik
18
dan penerapannya dinilai sukses, namun Bangladesh dan beberapa negara Afrika banyak
mengalami kegagalan. Implementasi NPM di negara-negara berkembang tidak mudah
dilakukan karena kecenderungan birokrasi masih sulit dihilangkan.
Argumen bahwa NPM tidak tepat untuk negara-negara berkembang karena alasan
korupsi dan rendahnya kapasitas administrasi tidaklah tepat. Penerapan NPM di negara negara
berkembang tergantung pada faktor-faktor kontinjensi lokal (localised contingency) bkan
karena karakteristik nasional secara umum. Faktor-faktor seperti korupsi dan-lemahnya
kemampuan administrasi memang mempengaruhi kinerja pemerintah, akan tetapi localised
contingencies lebih besar pengaruhnya sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan upaya
reformasi (Mahmudi 2015).
1. NPM didasarkan pada penerapan prinsip/mekanisme pasar atas kebijakan public dan
manajemennya. Hal ini juga terkait dengan pengurangan peran pemerintah yang
digantikan dengan pengembangan pasar, yaitu dari pendekatan pemerintah sentris (state
centered) menjadi pasar sentris (market contered approach). Negara-negara
berkembang memiliki pengalaman yang sedikit dalam ekonomi pasar. Pasar di negara
berkembang relative tidak kuat dan tidak efektif. Perekonomian pasamya lebih banyak
didominasi oleh asing atau perusahaan asing, bukan pengusaha pribumi atau lokal. Di
samping itu, pasar di Negara berkembang tidak efektif karena tidak ada kepastian
hukum yang kuat. Sebagai contoh masalah kepatuhan terhadap kontrak kerja sama
(contract right) sering menjadi masalah.
2. Adanya permasalahan dalam privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi di
negara berkembang bukan merupakan tugas yang mudah. Karena pasar di negara
berkembang belum kuat, maka privatisasi akhirnya akan berarti kepemilikan asing atau
kelompok etnis tertentu yang hal ini dapat membahayakan, misalnya menciptakan
keretakan sosial.
19
3. Perubahan mekanisme birokrasi ke mekanisme pasar apabila tidak dilakukan secara
hati-hati bisa menciptakan wabah korupsi. Hal ini juga terkait dengan permasalahan
budaya korupsi yang kebanyakan dialami negara-negara berkembang. Pergeseran dari
budaya birokrasi yang bersifat patronistik menjadi budaya pasar yang penuh persaingan
membutuhkan upaya yang kuat untuk mengurangi kekuasaan birokrasi.
4. Adanya keengganan untuk berpindah ke model pengontrakan dalam pemberian
pelayanan publik jika aluran hukum dan penegakanya tidak kuat. Model pengontrakan
akan berjalan baik jika outcome-nya mudah ditentukan. Jika tujuan organisasi tidak
jelas, atau terjadi wabah korupsi yang sudah membudaya maka penggunaan model-
model kontrak kurang berhasil. Terdapat permasalahan politisasi yang lebih besar di
negara berkembang dibandingkan negara maju, termasuk dalam hal politisasi
penyediaan pelayanan publik, pemberian kontrak kepada krooni-kroninya.
5. Adanya permasalahan kelembagaan, lemahnya penegakan hukum, permodalan, dan
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu, cara berkembang terus melakukan
reformasi yang tidak terkait atau bahkan berlawanan dengan agenda NPM. Paket dalam
agenda NPM tidak dilaksanakan sepenuhnya. Permasalahan dalam penerapannya juga
tidak dialami oleh negara berkebang saja. Australia yang juga menerapkan NPM
menghadapi permasalahan berupa kekecewaan publik terkait dengan efisiensi dan
kualitas pelayanan, permasalahan dalam proses tender, dampak perubahan manajerial
terhadap proses demokratisasi, dan kegagalan beberapa agenda reformasi dengan
harapan publik yang disebabkan oleh retorika kehebatan NPM (Hughes dan
O'Neill,2002) Pemerintah Australia juga mencoba mengoreksi NPM yang lebih
mengutamakan pada policy outcame dan mengabaikan policy process. Karena NPM
berfokus pada managing outcome, perubahan yang dilakukan kadang tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, proses juga sangat penting tidak hanya outcome
(Di Francisco, 2002) Barzelay (1997) juga menyatakan perlunya pemahaman terhadap
proses kebijakan bukan hanya policy outcome karena harus disadari bahwa NPM
sebenarnya masuk dalam proses kebijakan.
20
jelas dalam kontrol sentral. Namun demikian pada umumnya bentuk desentralisasi yang
diinginkan tetap hendaknya dijaga dalam rangka kesatuan politik, kulturil, ekonomi, dan
bahkan administratif suatu negara (Akbar 2015).
21
KESIMPULAN
Salah satu gerakan reformasi sector public ialah adanya konsep New Publik
Management (NPM). NPM muncul di Eropa pada tahun 1980-an dan pada tahun 1990-an
NPM sebagai reaksi yang tidak memadai model adminstrasi sector public tradisional. Dalam
perkembangannya pendekatan manajerial modern tersebut memiliki banyak sebutan,antara
lain : managerialisme, mew public management, market –based public administration,
postbureaucratic paradigm, dan entrepreneurial government. Dan istilah yang sering dipakai
untuk model manajemen public modern adalah NPM.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Mohammad. 2015. “Penerapan Prinsip Prinsip New Public Management Dan
Governance Dalam Reformasi Administrasi.” Reformasi 5(2):1–17.
Indrawati, Lili. 2020. “Peran Budaya Organisasi Terhadap Implementasi New Public
Management Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial Sektor Publik.” 9(November
2017):239 – 249.
Indrawati, Novita. 2010. “Penyusunan Anggaran Dalam Era New Public Management:
Implementasinya Di Indonesia.” Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis 10(2):176–93.
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. 3th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sayidah, Nur, Alvy Mulyaningtyas, and Mustika Winedar. 2015. “Implementasi Konsep New
Public Management Di Dinas Koperasi Dan UMKM Kota Surabaya.” Jurnal Akuntansi
Dan Auditing 12(1):39–52. doi: 10.14710/jaa.v12i1.13857.
Sudarmanto, Eko, and Dkk. 2020. Manajemen Sektor Publik. edited by Wahyudin. Yayasan
Kita Menulis.