Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“TEORI DAN KONSEP NEW PUBLIC MANAGEMENT “


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Sektor Publik

Dosen Pengampu Dr. Siti Musyarofah, SE., Msi., Ak.

Disusun Oleh Kelompok :

1. Nur Zahizah 190221100103


2. Moh. Faisal Affandi 190221100114
3. Rima Novita Sari 190221100136
4. M. Hasan Basri 190221100179

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik ......................................................................... 1
1.3 Model Reformai Manajemen Sektor Publik ............................................................................ 2
1.4 New Public Management ............................................................................................................ 4
1.5 Manajemen Publik VS Administrasi Publik ............................................................................ 7
(Mahmudi 2015) ............................................................................................................................... 10
1.6 Perbandingan Manajemen Model Sektor Publik dengan Sektor Swasta ............................ 10
1.8 Pengukuran Kinerja Sebagai Elemen NPM ........................................................................... 17
1.9 New Public Management di Negara Berkembang ................................................................. 18
1.10 Permasalahan Dalam Penerapan New Public Management ............................................... 19
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. i

i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk pembahasan pada bab ini adalah membahas mengenai reformasi sektor publik
yang meliputi latar belakang, tujuan, dan konsep yang melandasi reformasi manajemen pada
organisasi sektor publik. Hal yang akan dibahas adalah mengenai New Public Management
(NPM) yang merupakan salah satu model dari reformasi manajemen sektor publik yang sangat
berpengaruh di Eropa pada tahun 1990-an. Keunggulan dan kelemahan dari NPM juga akan
dibahas pada bab ini. Selain konsep NPM, konsep reformasi manajemen sektor publik yang
diadopsi pemerintah Amerika Serikat di era pemerintahan Bill Clinton juga akan dibahas pada
bab ini.

Di bab ini juga dijelaskan tentang perbandingan konsep manajerialisme dari berbagai sudut
pandang yang bertujuan untuk menunjukkan adanya pandangan yang hampir sama mengenai
konsep manajemen modern sektor publik. Perbandingan ini juga diharapkan akan memberikan
kecermatan dan kekritisan dalam melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing konsep
tersebut. Hal ini juga akan bermanfaat bagi manajer publik untuk menentukan arah pilihan
pendekatan manajemen sektor publik yang sesuai dengan kondisi nasional suatu negara atau
kondisi lokal suatu daerah.

PEMBAHASAN
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik
Untuk perubahan manajemen sektor publik ini, dapat terjadi secara revolusioner maupun
evolusioner. Untuk perubahan yang bersifat revolusioner ini terjadi secara radikal, mendasar
dan menyeluruh pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu untuk
perubahan yang bersifat evolusioner, perubahan ini terjadi secara bertahap. Lalu untuk kedua
perubahan ini membutuhkan tiga aspek kunci yang sangat penting, diantaranya adalah :

1. Dukungan rakyat,
2. Pemimpin yang visioner, dan
3. Konsep perubahan yang jelas,

Reformasi merupakan suatu bentuk dari perubahan yang bersifat evolusioner, gradual, dan
bertahap. Reformasi ini juga dapat diaplikasikan ke semua birokrasi dan perubahannya dimulai
dari birokrasi tingkat elit atau di level pemerintah pusat yang kemudian diikuti perubahan
birokrasi di level bawah dan di level pemerintah daerah. Reformasi sektor publik ini lebih

1
dipilih karena memiliki biaya sosial dan politik reformasi lebih kecil jika dibandingkan dengan
revolusi. Dan juga adanya ketidakpastian dari perubahan yang bersifat revolusioner dapat
menghasilkan tatanan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dari
perubahan yang bersifat evolusioner.

Tujuan dari perubahan sektor publik ini secara umum adalah menggantikan sistem dan
model pemerintahan lama ke sistem pemerintahan yang baru dan diharapkan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat, demokratisasi pemerintahan yang lebih efisien, efektif,
transparan dan akuntanbel, meningkatkan kinerja, pelayanan publik yang lebih baik dan
berkeadilan.

1.3 Model Reformai Manajemen Sektor Publik


Pada buku (Mahmudi 2015), dijelaskan pengajukan model tentang reformasi manajemen
sektor publik yang dirumuskan berdasar pada pengamatan terhadap proses reformasi di
berbagai negara. Terjadinya reformasi manajemen publik ini dapat dipengaruhi oleh tiga
kekuatan, yaitu :

1. Faktor ekonomi dan sosio-demogrofim


2. Faktor politik dan intelektual, dan
3. Faktor administratif.

Kekuatan sosial-ekonomi dan sistem politikakan mempengaruhi persepsi elit politik


mengenai reformasi manajemen seperti apa yang dikehendaki. Tetapi tidak semua cita-cita
reformasi dapat dicapai seluruhnya yang mengakibatkan persepsi elit tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi pilihan model reformasi manajemen yang bisa dilakukan.

2
(Mahmudi 2015)

Berdasarkan model reformasi diatas, tampak bahwa faktor politik dan intelektual
khususnya ide atua gagasan tentang manajemen publik baru bisa dikatakan sebagai faktor
penting yang berpengaruh pada proses reformasi manajemen. Reformasi manajemen publik
memerlukan suatu landasan konsep reformasi yang akan diimplementasikan dalam bentuk
paket-paket reformasi yang konkrit dan lebih operasional.

3
1.4 New Public Management
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. Munculnya kritik keras yang ditujukan kepada
organisasi-organisasi sektor publik tersebut kemudian menimbulkan Gerakan untuk melakukan
reformasi manajemen sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah
munculnya konsep New Public Management ((Mahmudi 2015).

Pada Perkembanganya, pendekatan manajerial modern memiliki banyak sebutan.


Misalnya : ‘managerialism, ‘new public management, ‘Market-based public administration’,
‘post-bureaucratic paradigm’, dan ‘entrepreneurial government’. Istilah yang kemudian banyak
dipakai untuk menyebut model manajemen publik modern tersebut adalah New Public
Management. Istilah New Public Management dan Managerialism sering saling menggantikan,
namun istilah New Public Management-lah yang kemudian banyak dipakai (Mahmudi 2015).

Berbagai nama untuk menyebut pendekatan manajemen modern di sektor publik tersebut
pada dasarnya bermuara pada pandangan umum yang sama yaitu : pertama, perubahan model
manajemen publik tersebut menunjukkan adanya pergeseran besar model administrasi publik
tradisional menuju sistem manajemen publik modern yang memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas manajer publik. Kedua, menunjukkan
adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan model birokrasi klasik menuju model
organisasi modern yang lebih fleksibel. Ketiga, perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas
dan tujuan personal. Hal itu berdampak pada perlunya dilakukan pengukuran atas prestasi yang
mereka capai melalui indikator kinerja dan evaluasi program secara sistematik. Keempat, staf
senior tampaknya secara politis lebih berkomitmen terhadap pemerintah saat itu daripada
bersikap netral atau non-partisan. Kelima, fungsi pemerintah akan lebih banyak berhadapan
dengan pasar, misalnya tender. Keterlibatan pemerintah tidak selalu berarti pemfasilitasan
pemerintah melalui sarana birokrasi. Keenam, terdapat kecenderungan untuk mengurangi
fungsi pemerintah melalui privatisasi dan bentuk lain dari pengadopsian mekanisme pasar di
sektor publik.

NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen
sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor publik. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan
Teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering CCT),
dan privatisasi perusahaan-perusahaan.
4
Penerapan konsep New Publik Management telah menyebabkan terjadi perubahan
manajemen sektor publik yang drastis dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis,
dan hierarki menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
pasar. Penerapan konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau
reformasi manajemen dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi
wewenang yang mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran
pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat.

Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah
fenomena internasional sebagai bagian proses global. Konsep NPM begitu cepat
mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga membentuk sebuah
gerakan yang mendunia. Namun, masih terdapat perbedaan pandangan apakah New Public
Management merupakan sebuah fenomena internasional ataukah hanya merupakan fenomena
nasional atau tingkat lokal saja. Pihak yang memandang NPM hanya sebagai fenomena
nasional atau lokal berargumen bahwa negara yang berbeda melakukan perubahan secara
berbeda pada waktu yang berbeda untuk alasan yang berbeda.

Terjadinya trend di dunia yang mengarah pada penggunaan anggaran berbasis kinerja,
manajemen berbasis outcame (hasil), penggunaan akuntansi berbasis akrual yang terjadi
hampir di setiap negara meskipun tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Perubahan
teoritis, misalnya dari administrasi publik ke arah manajemen publik, pemangkasan birokrasi
pemerintah, privatisasi, penggunaan sistem kontrak telah meluas di seluruh dunia sekalipun
secara rinci reformasinya bervariasi. Terdapat motivasi yang berbeda-beda bagi setiap negara
dalam menerapkan New Public Management. Sebagai contoh, privatisasi yang dilakukan di
Inggris terutama untuk tujuan efisiensi, cost cutting, dan memperbaiki kualitas pelayanan.
Akan tetapi pada negara berkembang (seperti Indonesia) privatisasi dilakukan untuk
menaikkan pendapatan dalam rangka menutup defisit fisikal. New Public Management
merupakan fenomena global, akan tetapi penerapanya bisa berbeda-beda tergantung faktor
kontinjensi yang bersifat lokal.

Meskipun penerapan New Public Management bervariasi di seluruh dunia, upaya


pemerintah akhir-akhir ini untuk melakukan reinventing government, restrukturisasi, dan
pembaruan sistem birokrasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki efisiensi
dan efektivitas sektor publik, meningkatkan daya respons lembaga publik terhadap klien dan
pelangganya, mengurangi pengeluaran publik, dan memperbaiki akuntabilitas manajerial.

5
Pemilihan instrument kebijakanya pun juga hampir sama, yaitu : komersialisasi, korporatisasi,
dan privatisasi ; desentralisasi dan pelimpahan kewenangan (devolved management) ;
pergeseran dari pengendalian input (input control) menjadi pengukuran output dan outcame ;
spesifikasi kinerja yang lebih ketat ; dan meluasnya penggunaan mekanisme kontrak. Hal
tersebut memberikan gambaran mengenai NPM yang telah mempengaruhi proses perubahan
organisasi sektor publik secara komprehensif di hampir seluruh dunia (Mahmudi 2015).

Fokus dari NPM sebagai sebuah gerakan adalah pengadopsian keunggulan


teknik manajemen perusahaan swasta untuk diimplementasikan dalam sektor publik. dan
pengadministrasiannya. Sementara pemerintah distereotipkan kaku, birokratis,
dan inefisien, sektor swasta ternyata jauh lebih berkembang karena terbiasa
berkompetisi dan menemukan peluang-peluang baru. Sektor swasta banyak
melakukan inovasi-inovasi baru dan prinsip-prinsip kemanajemenannya. Dalam
NPM, pemerintah dipaksa untuk mengadopsi, baik teknik-teknik manajemen bisnis
juga nilai-nilai bisnis. Ini meliputi nilai-nilai seperti kompetisi, pilihan pelanggan,
dan respek atas semangat kewirausahaan (Indrawati 2010).

Sementara itu di Indonesia, sebagai negara yang juga turut ingin berbenah, berusaha
menerapkan paradigma NPM tersebut, meski ada sikap pesimis dari berbagai
pihak mengenai kesanggupan penerapannya. Salah satu yang menonjol adalah
adanya reformasi birokrasi di Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa
Keuangan. Dalam reformasinya, kedua instansi ini berfokus pada pilar-pilar yang
menjadi pokok perubahan birokrasi, yaitu: kelembagaan/organisasi, proses bisnis,
sumber daya manusia, serta prasarana dan sarana. Tidak salah lagi, bahwa upaya
ini dilakukan untuk memperbaiki standar pelayanan umum yang diberikan kepada
publik (Akbar 2015).

NPM ini telah di coba diterapkan juga pada


Pemerintahan Daerah, yaitu sejalan dengan penerapan otonomi daerah di
Indonesia. Bisa dikatakan, bahwa penerapan NPM ini memberikan dampak positif
pada beberapa hal, misalnya peningkatan efisiensi dan produktivitas kinerja
pemerintahan daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas
pelayanan publik. Hal ini dapat dipahami melalui salah satu karakteristik NPM
menurut Christopher Hoods, yaitu menciptakan persaingan di sektor publik.
Sehingga apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah berusaha bersaing

6
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, dan pada
gilirannya, publiklah yang diuntungkan atas upaya ini (Akbar 2015).

1.5 Manajemen Publik VS Administrasi Publik


Pada bukunya (Sudarmanto and Dkk 2020), disebutkan ada 5 karakteristik utama
Manajemen Publik, yaitu :
• A separation of strategic policy from operasional management.
Public Management lebih banyak terkait dengan tugas-tugas operasional pemerintahan
dari pada perumusan kebijakan.
• A concern with results rather than process and procedure.
Public Management lebih berkonsentrasi pada upaya mencapai tujuan daripada upaya
berkutat dengan proses dan prosedur.
• An orientation the needs of customer rather than those of bureaucratic organizations.
Public Management lebih banyak berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan
daripada kebutuhan birikrasi.
• A withdrawal from direct service provision in favour of a steering or enabling role.
Public Management menghindarkan diri dari berperan memberikan pelayanan langsung
kepada masyarakat sesuai dengan peran utamanya memberikan arahan saja atau
pemberdayaan kepada masyarakat.
• A trans formed bureaucratic culture/ A change to entrepreneurial management culture.
Public management mengubah diri dari budaya birokrasi
NPM merupakan paradigma alternatif yang menggeser model administrasi publik
tradisional. Terdapat pro dan kontra terhadap manajerialisme yang terjadi pada organisasi
sektor publik. Pihak yang pro memandang NPM menawarkan suatu cara baru dalam mengelola
organisasi sektor publik dengan membawa fungsi-fungsi manajemen sektor swasta ke dalam
sektor publik. Sementara itu, bagi yang kontra mereka mengkritik bahwa pengadopsian prinsip-
prinsip manajemen sektor swasta ke dalam sektor publik tersebut merupakan adopsi yang tidak
kritis karena tidak semua praktik manajemen sektor swasta baik. Bila sektor publik mengadopsi
praktik manajemen sektor swasta maka hal itu juga berarti mengadopsi keburukan di sektor
swasta ke dalam sektor publik. Selain itu, pengadopsian itu juga mengabaikan perbedaan yang
fundamental antara organisasi sektor publik dengan sektor swasta. Manajerialisme bagi mereka
yang kontra, bertentangan dengan prinsip demokrasi. Kritik pendukung administrasi publik
menyatakan bahwa hal-hal baik yang terdapat dalam model lama seperti : standar etika yang
tinggi dan pelayanan kepada negara, menjadi dikesampingkan apabila sektor publik
mengadopsi prinsip manajerialisme. Manajerialisme dicurigai sebagai bentuk kapitalisme
yang masuk ke sektor publik. Namun meskipun berbagai kritikan muncul, model baru
manajemen sektor publik tersebut terus berkembang baik secara teori maupun praktik.

7
Konsep NPM dengan cepat mampu menggeser pendekatan administrasi publik
tradisional. Kebutuhan terhadap manajerialisme dalam organisasi sektor publik adalah adanya
tuntutan masyarakat yang semakin besar agar sektor publik dapat menghasilkan produk
(barang/jasa) yang memiliki kualitas lebih baik atau minimal sama dengan yang dihasilkan
sektor swasta. Jika sektor publik masih terpaku pada pendekatan administrasi, maka sektor
publik akan gagal menjawab tantangan tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor publik perlu
mengadopsi prinsip-prinsip manajerialisme.

Bila ditelaah lebih dalam, manajemen publik memiliki pengertian dan konsep yang
berbeda dengan administrasi publik. Secara etimologi, administrasi mengandung pengertian
mengikuti prosedur-prosedur, aturan, dan perintah sedangkan manajemen mengandung
pencapaian hasil atau tujuan. Manajemen memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan
administrasi. Manajemen mencakup fungsi-fungsi yang luas, antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, koordinasi, staffing, motivasi, dan pembuatan
keputusan. Sementara itu, administrasi hanya terbatas pada pengorganisasian.

Menurut Allison dalam bukunya (Mahmudi 2015), mengidentifikasi terdapat tiga fungsi
manajemen yang secara umum berlaku di sektor publik maupun swasta, yaitu :

1. Fungsi Strategi, meliputi :


a. Penetapan tujuan dan prioritas organisasi
b. Membuat rencana operasional untuk mencapai tujuan
c. Fungsi Manajemen komponen internal, meliputi :
• Pengorganisasian dan penyusunan staf
• Pengarahan dan manajemen sumber daya manusia
• Pengendalian kinerja
2. Fungsi Manajemen konstituen eksternal, meliputi :
a. Hubungan dengan unit eksternal organisasi
b. Hubungan dengan organisasi lain
c. Hubungan dengan pers dan publik

Salah satu fungsi penting yang membedakan pendekatan manajemen sektor publik
dengan administrasi publik adalah fungsi strategi. Dalam pendekatan manajerialisme, fungsi-
fungsi strategik seperti perumusan strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program
merupakan hal yang harus dilakukan oleh manajer publik, namun dalam pendekatan
administrasi publik konsepsi strategi tidak menjadi perhatian utama. Fokus utamanya adalah

8
pemenuhan prosedur dan peraturan, serta pelaksanaan instruksi atasan. Administrasi publik
berorientasi pada pemenuhan tujuan jangka pendek, yaitu kelancaran tugas sehari-hari.
Sementara, manajerialisme lebih berorientasi jangka Panjang, tidak sekadar terselesaikanya
tugas-tugas jangka pendek, akan tetapi pencapaian tujuan, visi dan misi organisasi yang bersifat
jangka Panjang. Pendekatan administrasi hanya berorientasi pada manajemen internal, seperti
mengorganisasikan biro-biro, merekrut pegawai, melatih dan promosi pegawai, serta hal-hal
lain yang terkait dengan aspek sistem kepegawaian (personalia). Sementara itu, perhatian
terhadap pengendalian kinerja lemah. Manajerialisme bukan hanya menekankan pada
mengorganisasian dan sistem kepegawaian, namun juga pengendalian kinerja, baik kinerja
organisasi maupun kinerja individual. Oleh karena itu, dibuat berbagai cara untuk mengukur
kinerja. Manajerialisme juga menjalankan fungsi manajemen terhadap konsituen eksternal,
misalnya melalui pembuatan jaringan dengan pihak luar dan komunikasi dengan masyarakat.
Pendekatan administrasi publik memandang kegiatan seperti itu bukan menjadi tugas manajer,
akan tetapi menjadi tugas politisi. NPM menilai bahwa hal tersebut juga menjadi tanggung
jawab manajer publik. Manajer publik perlu juga muncul dalam suatu forum-forum tertentu,
menulis artikel di koran, majalah atau jurnal, dating di arena olahraga untuk memberi
dukungan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pertemuan pihak luar.

Fungsi manajemen yang diajukan Allison merupakan fungsi fungsi manajemen umum
yang bisa dipraktikan baik di sektor swasta maupun sektor publik. Padahal sebagaimana telah
diketahui sifat dan karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Masih
menjadi perdebatan apakah prinsip manajamen umum berbeda penerapanya di sektor publik
dan sektor swasta. Terdapag beberapa perbedaan mendasar antara manajemen generik untuk
sektor swasta dengan sektor publik yang lebih berorientasi pada pelayanan publik. Perbedaan
tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut :

Generic Management vs Public Service Orientation (PSO)

Model Sektor Swasta Model Sektor Publik


Pilihan individual dalam pasar Pilihan kolektif dalam pemerintahan
Permintaan & harga Kebutuhan sumber daya
Tertutup Keterbukaan untuk publik
Keadilan pasar (equity of market) Keadilan kebutuhan (equity of need)
Mencari kepuasan pasar (pelanggan) Mencari keadilan (justice)
Pelanggan adalah raja Masyarakat adalah penguasa tertinggi

9
Persaingan sebagai instrumen pasar Tindakan kolektif sebagai instrumen
pemerintahan
(Mahmudi 2015)

1.6 Perbandingan Manajemen Model Sektor Publik dengan Sektor Swasta


Model manajemen sektor publik memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta yaitu :

Pertama, sektor swasta mendasarkan pada pilihan individu (individual choice) dalam
pasar. Perusahaan di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual
untuk memenuhi kepuasan tiap-tiap individu pelanggan. Oleh karena itu, tren manajemen
produksi di sektor swasta bukan lagi produksi masal, akan tetapi produksi yang menghasilkan
customize product, yaitu produk yang sesuai dengan selera dan pilihan tiap-tiap pelanggan.
Alasanya adalah bahwa tiap-tiap orang memiliki selera yang berbeda-beda. Tiap-tiap orang
ingin memiliki eksklusivitas dan tidak ingin disamakan seleranya begitu saja dengan orang
lain. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memberikan produk-produk yang lebih
variative dan fleksibel untuk memenuhi permintaan pelanggan yang juga sangat bervariatif.
Keadaan seperti itu sangat berbeda dengan yang terjadi di sektor publik.

Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar akan tetapi
pilihan kolektif dalam pemerintahan. Sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat
yang difatnya kolektif (massa). Pilihan kolektif masyarakat tersebut biasanya disampaikan
melalui perwakilanya, dalam hal ini partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk
memenuhi tuntutan individual tentu berbeda dengan pemenuhan tuntutan kolektif. Oleh karena
itu, manajemen yang digunakan tentunya juga mengandung perbedaan.

Kedua, karakteristik sektor swasta adalah dipengaruhi hukum permintaan dan


penawaran (supply & demand). Permintaan dan penawaran tersebut akan berdampak pada
harga suatu produk barang atau jasa. Sementara itu, penggerak sektor publik adalah karena
kebutuhan sumber daya. Adanya kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya, seperti air
bersih, listrik, keamanan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya menjadi alasan utama bagi
sektor publik untuk menyediakanya. Dalam hal penyediaan produk barang atau jasa pelayanan
publik tersebut, sektor publik tidak bisa sepenuhnya menggunakan prinsip mekanisme pasar.
Dalam sistem pasar, harga ditentukan sepenuhnya oleh penawaran dan permintaan, namun di
sektor publik harga pelayanan publik tidak bisa ditentukan murni berdasarkan harga pasar.
Mungkin saja harga pelayanan publik tersebut berada di bawah harga pasar sehingga harus
10
disubsidi. Pemerintah mungkin perlu melakukan intervensi pasar, misalnya melalui operasi
pasar, untuk menurunkan harga produk tertentu yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Ketiga, sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan sektor publik
bersifat terbuka untuk masyarakat. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan
kepada publik seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik.
Informasi seperti laporan kinerja, laporan keuangan, serta anggaran harus disampaikan secara
terbuka. Sementara itu, di sektor swasta informasi yang disampaikan kepada publik relatif
terbatas. Informasi yang disampaikan pada laporan keuangan dan prospektus, sedangkan
anggaran dan rencana strategik perusahaan merupakan bagian dari rahasia perusahaan sehingga
tidak disampaikan ke publik.

Keempat, sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Keadilan
pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta berkepentingan
untuk menghilangkan hambatan untuk masuk ke pasar (barrier to entry). Sebagai contoh,
adanya monopoli dan monopsoni akan menciptakan keadilan pasar. Keadilan pasar akan terjadi
apabila terdapat kompetisi yang adil dalam pasar sempurna. Sementara itu, orientasi sektor
publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equity of need). Organisasi sektor publik
berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,
dan sarana-sarana umum lainya.

Kelima, tujuan manajamen sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan pelanggan
(selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan
kesejahteraan sosial. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi
kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan
distributif seperti itu.

Keenam, sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja. Pelanggan
merupakan penguasa tertinggi. Sementara itu, dalam organisasi sektor publik kekuasaan
tertinggi adalah masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat merupakan pelanggan, akan tetapi
dalam keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan. Sebagai contoh,
masyarakat yang membeli jasa listrik atau air bersih dari PT PLN atau PDAM adalah pelanggan
PT PLN atau PDAM, sedangkan yang tidak berlangganan listrik dan air hanya memperhatikan
masyarakat yang sudah berlangganan listrik dan air bersih saja. Pemerintah juga harus
memperhatikan masyarakat yang belum memperoleh akses listrik dan air bersih tersebut,

11
karena pada dasarnya setiap masyarakat berhak untuk memperoleh fasilitas listrik dan air
bersih.

Ketujuh, dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrumen pasar,


sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif merupakan instrumen pemerintahan. Keadaan
seperti ini menyebabkan sektor publik tidak bisa menjadi murni pasar, akan tetapi bersifat
setengah pasar (quasi competition). Sektor publik tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme
pasar bebas (free market, free competition). Tindakan kolektif masyarakat bisa membatasi
tindakan pemerintah. Tindakan kolektif tersebut diwujudkan dalam sistem perwakilan rakyat
melalui proses pemilihan umum. Dalam sistem pemerintahan, sangat sulit bagi pemerintah
untuk memenuhi keinginan dan kepuasaan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan adalah
pemenuhan keinginan kolektif. Oleh karena itu, diperlukan partai politik sebagai alat untuk
melakukan tindakan kolektif.

Selain tujuh karakteristik diatas masih terdapat beberapa karakteristik unik lainya, yaitu
organisasi sektor publik tidak menjadikan laba sebagai tujuan utamanya. Keputusan sektor
publik dapat bersifat memaksa. Hal ini sangat berbeda dengan sektor swasta yang tidak bisa
memaksa pelanggannya. Masyarakat bisa dipaksa untuk mematuhi aturan atau keputusan
pemerintah. Misalnya penetapan tarif pajak dan harga pelayanan tertentu. Kekuatan untuk
memaksa tersebut tidak dimiliki sektor swasta. Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar,
sehingga kekuatan pasar yang akan memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Jika sektor
swasta menaikkan harga suatu produk, pelanggan atau konsumen tidak akan melakukan aksi
protes atau demonstrasi atas kenaikan harga tersebut. Sektor swasta bisa membebankan harga
yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal itu tidak akan mengundang protes berupa
demonstrasi. Pelanggan memiliki pilihan untuk tetap membeli produk itu atau akan berpindah
ke produk lain yang memberikan harga yang lebih murah. Akan tetapi, jika pemerintah
menaikkan harga pelayanan publik, misalnya harga BBM, tarif dasar listrik dan telepon, tarif
PDAM, maka hal itu akan mengundang reaksi yang luar biasa dari masyarakat (Mahmudi
2015).

1.7 Karakteristik New Publik Management

Tulisan tentang NPM dimulai pada awal tahun 80-an yang merefleksikan gabungan
antara prinsip normative dan usaha dalam melakukan mapping pengembangan institusional
pada tingkat deskriptif (Sayidah et al. 2015).

12
Karakteristik utama NPM adalah suatu perubahan lingkungan birokrasi berdasarkan
aturan baku menuju system manajemen public yang lebih fleksibel dan berorientasi pada
kepentingan public. Menurut manajerialisme, permasalahan birokrasi muncul bukan
dikarenakan kesalahan undang-undang, kebijakan dan program, tetapi karena manajemen yang
buruk. NPM memiliki pandangan sebagai berikut :

a. Berfokus pada manajemen bukan kebijakan debirokratisasi


b. Berfokus pada kinerja dan penilaian kinerja
c. Akuntabilitas berbasis hasil
d. Pemecahan birokrasi public kedalam unit-unit kerja
e. Penerapan mekanisme pasar melalui pengontrakan untuk membantu perkembangan
persaingan di sector public
f. Pemangkasan biaya dan efesiensi
g. Kompensasi berbasis kinerja dan kebebasan manajer untuk mengelola organisasi

Karakteristik NPM menurut Hood (1991, pp4-5) seperti yang djelaskan oleh Mahmudi
(2010), mengandung 7 (tujuh) komponen utama, yaitu organisasi public harus dikelola secara
profesiaonal dengan memiliki sistem perencanaan dan pengendalian manajemen yang rapi,
seperti sistem perumusan strategi dan perencanaan stratejik, sistem reward & punishment,
struktur organisasi, jejaring informasi, sistem manajemen kinerja dan sistem penganggaran.
Supayaprofesionalisme kerja dapat dipertanggungjawabkan, maka disyaratkan mempunyai
standar kinerja untuk memberikan nilai terbaik dan praktek terbaik dan mempunyai ukuran
kinerja untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target kinerja dan tujuan
organisasi. Selanjutnya perlu dikerahkan dan diarahkan semua sumber daya untuk mencapai
taget dengan menggunakan ukuran kinerja dengan penekanan pada capaian hasil (output) dan
pemenuhan hasil (outcome). Selain itu konsep NPM lebih menekankan pada pemangkasan
birokrasi pemerintah, sehingga lebih fleksibel (Mahmudi, 2010).

Pandangan tersebut menegaskan bahwa NPM sangat berhubungan dengan pentingnya


pelayanan kepada pelanggan.

1. Karakteristik NPM menurut Christopher Hood


Menejelaskan bahwa konsep NPM mengandung tujuh komponen utama, antara lain :
a. Manajemen Profesional di sector public
b. Adanya standar Kinerja dan ukuran kinerja
c. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome

13
d. Pemecahan unit-unit kerja di sector public
e. Menciptakan persaingan di sector public
f. Pengadopsian gaya manajemen di sector bisnis ke dalam sector public
g. Penekanan pada kedisiplinan dan penghematan yang lebih besar dalam
menggunakan sumber daya
2. Konsep Manajerialisme Michael Barzeley
Seperti yang telah dijelaskan oleh (Mahmudi 2015), dalam bukunya “Breaking
Through Bureaucracy : A New Vision For Managing In Government “ (1992).
Konsep manajemen public baru karakteristiknya sebagai berikut ;
a. Pergeseran dari kepentingan public menjadi focus pada hasil dan Citizen’s
value
b. Pergeseran dari efesiensi menjadi focus pada kualitas dan value efektivitas.
c. Pergeseran dari administrasi menjadi produksi pelayanan
d. Pergeseran dari ketaatan pada aturan (norma) ke focus pada pengendalian
e. Pergeseran dari penentuan fungsi,otoritas dan struktur menjadi focus pada
misi, pelayanan pelanggan dan outcomes.
f. Pergeseran dari pertimbangan biaya menjadi focus pada pemberian nilai
g. Pergeseran dari memaksakan tanggungjawab menjadi membangun
tanggungjawab
h. Pergeseran dari mengikuti aturan dan prosedur menjadi berfokus pada
pemahaman dan penerapan norma,idetifikasi dan penyelesaian masalah, serta
perbaikan proses secara berkelanjutan.
i. Pergeseran dari pemenuhan system adminsitrasi menjadi focus pada pelayanan
dan pengendalian, memperluas pilihan public, mendorong tindakan kolektif,
pemberian insentif, pengukuran dan analisis hasil kinerja serta pemberian
feedback.
3. Reinventing Government David Osborne & Ted Gaebler
Konsep NPM adalah konsep manajemen public yang telah muncul di Eropa.
Konseo ini tidak hanya berkembang di Eropa, tetapi juga berkembang di Amerika
Serikat. Ketidak percayaan terhadap kinerja pemerintah dan untuk terjadinya
kebangkrutan demokrasi di Amerika mengakibatkan konsep reinventing government
sebagai model manajemen public yang baru. Konsep ini mengandung 10 Prinsip,
yaitu:

14
a. Pemerintahan katalis, berfokus pada pemberian pengarahan bukan produksi si
pelayanan public.
b. Pemerintah milik masyarakat hendaknya lebih berorientasi untuk
memberdayakan masyarakat tidak sekedar melayani.
c. Pemerintah yang competitive perlu memunculkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publilk.
d. Pemerintah yang digerakkan oleh misi dapat mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi
e. Pemerintah yang berorientasi hasil mampu membiayai hasil bukan masukan.
f. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan bukan birokrasi.
g. Pemerintah wirausaha, dapat menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
h. Pemerintah antisipatif, berupaya mencegah daripada mengobati.
i. Pemerintah berorientasi desentralisasi, menyatakan bahwa dari hirarki menuju
partisipatif dan kinerja tim.
j. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar dapat melakukan perubahan
dengan mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme
administrasi.
4. Manajerialisme Menurut Konsep OECD
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) merupakan
organisasi internasional yang memiliki suatu kepentingan untuk memajukan praktek
manajemen di negara-negara berkembang. OECD ini juga memiliki konsep yang tidak
jauh berbeda degan konsep NPM, sebab memiliki tujuan yang sama untuk memajukan
praktik manajemen public di negara-negara berkembang. Manajerialisem yang
dipromosikan oleh OECD antara lain :
a. Focus yang lebih besar rehadap hasil (efesiensi, efektivitas dan kualitas
pelayanan)
b. Mengganti struktur organisasi hirarkis-sentralistis menjadi desentralisasi.
c. Fleksibilitas untuk mencari alternative penyediaan pelayanan public yang
lebih tinggi tinggkat daripada efektivitas biayanya.
d. Focus yang lebih besar terhadap efesiensi pelayanan, termasuk penetapan
target kinerja dan penciptaan persaingan dalam sector public.

15
(Mahmudi 2015)

Negara yang memiliki anggota OECD berusaha untuk menjadikan sector public lebih
manajerial melalui beberapa karakteristik antara lain ; adanya partisipasi yang lebih besar,
mekanisme kontrak dskresi yang lebih besar, penggunaan tekonologi informasi, kualitas
pelayanan dan pengadopsian mekanisme pasar. Dalam table tersebut menyajikan perbandingan
manajemen public dari berbagai sudut pandang.

Sedangkan budaya organisasi yang ada di lingkungan sektor publik atau di sector
pemerintah adalah budaya birokratis, yang dianggap sangat menghambat kinerja, tetapi pada
saat ini sedang digalakkan penerapan konsep new public management, konsep baru ini dikenal
membuat birokrasi menjadi lebih sederhana karena lebih fleksibel, lebih berorientasi pada
kepentingan publik, terbuka dan luas serta cenderung kepada budaya suportif. Selanjutnya

16
tidak ada istilah budaya baik atau budaya buruk. Suatu budaya akan efektif bila budaya tersebut
mendukung visi, misi, dan strategi organisasi, supaya budaya efektif dan budaya tidak saja
harus efisien tetapi juga harus sesuai dengan kebutuhan bisnis, kebutuhan organisasi dan
kebutuhan pegawai (Indrawati 2020).

1.8 Pengukuran Kinerja Sebagai Elemen NPM


Pengukuran kinerja yaitu merupakan suatu pandangan yang esensial terkait konsep
NPM yang dibandingkan dengan keenam prinsip lainnya. Pengukuran kinerja memiliki
keterkaitan dengan suatu pandangann ; penekanan terhadap oengendalian output dalam
menciptakan gya manajemen persaingan di sector public,penekanan pengadopsian gaya
manajemen sector bisnis kedalam sector public dan penekanan terhadapa kedisiplinan dan
penghematan dalam menggunakan sumber daya.

Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah adalah alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan (program) sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah.

Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi pegawai dalam mencapai sasaran
organisasi dengan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan, sedangkan manfaatnya
adalah untuk melakukan upaya perbaikan secara terus menerus untuk mencapai keberhasilan
dimana yang akan datang. Walaupun sampai saat ini pengukuran kinerja masih mempunyai
keterbatasan, karena data kinerja tidak menyiratkan secara langsung proses yang terjadi, juga
beberapa outcome tidak dapat diukur secara langsung serta informasi yang diperoleh bukanlah
merupakan informasi yang lengkap. Tetapi pengukuran kinerja tetap dapat mencerminkan baik
tidaknya pengelolaan organisasi yang bersangkutan (Indrawati 2020).

Akuntansi memiliki suatu peran yang sangat penting dalam menentukan indicator
kinerja sebagai dasar untuk mengukur kinerja. Peran akuntansi dalam NPM adalah
berhubungan dengna perlunya dilakukan perubahan system, permasalahan efesiensi,
permasalhan akuntabilitas, dan system pengendalian manajemen.NPM memiliki konsep
dimana setiap unit kerja diharapkan dapa mengembangkan indicator kinerja sebagai alat untuk
megukur kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. System
penilaian kinerja dilakukan dengan pendekatan informal menurut NPM itu tidak efektif karena
tidak mampu menjadikan organisasi dapat mencapai hasil terbaik. Untuk pengukuran kinerja

17
yang tersistem dengan baik dapat memungkinkan manajer untuk mengontrol dan mengawasi
kemampuan bawahan dalam mencapai tujuannya.

Sistem pengukuran kinerja dalam sector public masih menjadi “thematic issue” yang
artinya adalah tema pengukuran kinerja harus dimunculkan dalam sebuah pikiran para
pemegang otoritas public. Sebab pengukuran kinerja bukan sesuatu yang bersifat netral, tetapi
dapat memberikan dampak yang lebih besar pada perilaku individu, kelompok, dan organisasi.
NPM telah memberikan kontirbusi positif dalam memperbaiki kinerja sector public melalu
mekanisme pengukuran kinerja yang berorientsi pada pengukuran ekonomi.

Tujuan NPM yang penting adalah menjadikan sector public sebagai suatu organisasi
penyedia layanan public yang efisien dan efektif. Sedangkan kontribusi yang penting dalam
pengukuran kinerja sector public adalah dapat menghasilkan perbaikan kinerja melalui
penerapan mekanisme pasar di sector public sebagaimana yang dilakukan di sector swasta.
Organisais sector public by nature bersifat monopoli, dan pengukuran kinerja yang berfungsi
sebagai alat untuk mencipakan persaingan (Mahmudi 2015).

1.9 New Public Management di Negara Berkembang


Reformasi sektor publik tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi beberapa
negara berkembang secara aktif terus melakukan reformasi lembaga publiknya. Reformasi
sektor publik di negara berkembang banyak dipengaruhi oleh peran World Bank, UNDP, IMF,
dan OECD. Reformasi sektor publik di negara-negara yang sedang berkembang banyak yang
mengarah pada penerapan NPM. Perubahan yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
tersebut bercermin kepada perubahan manajerial yang dilakukan oleh negara-negara maju
terutama Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan New Zealand.

Beberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tepat diterapkan untuk negara
berkembang. Pengadopsian model New Public Management yang dilakukan negara-negara
berkembang apakah memang benar-benar menjadikan lebih baik ataukan hanya sekadar
perubahan luarnya saja. Apakah manajerialisme yang dilakukan di negara-negara maju bisa
diimplementasikan di negara berkembang. Hal tersebut menjadi pertanyaan mendasar, karena
gaya manajemen yang ada di negara-negara barat mungkin sekali akan berbeda hasilnya jika
dinerapkan di tempat yang berbeda. Hal yang sangat mungkin terjadi adalah bahwa penerapan
NPM dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural. Tingkat keberhasilan negara berkembang dalam
mengadopsi prinsip manajerialism model barat bervariasi. Sebagai contoh, Malaysia
menerapkan Total Quality Management (TQM) sebagai bentuk modernisasi manajemen publik

18
dan penerapannya dinilai sukses, namun Bangladesh dan beberapa negara Afrika banyak
mengalami kegagalan. Implementasi NPM di negara-negara berkembang tidak mudah
dilakukan karena kecenderungan birokrasi masih sulit dihilangkan.

Argumen bahwa NPM tidak tepat untuk negara-negara berkembang karena alasan
korupsi dan rendahnya kapasitas administrasi tidaklah tepat. Penerapan NPM di negara negara
berkembang tergantung pada faktor-faktor kontinjensi lokal (localised contingency) bkan
karena karakteristik nasional secara umum. Faktor-faktor seperti korupsi dan-lemahnya
kemampuan administrasi memang mempengaruhi kinerja pemerintah, akan tetapi localised
contingencies lebih besar pengaruhnya sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan upaya
reformasi (Mahmudi 2015).

1.10 Permasalahan Dalam Penerapan New Public Management


Implimentasi konsep NPM di sektor publik tidaklah bebas dari kendala dan masalah.
Masalah tersebut terutama berakar di mental birokrat tradisional, pengetahun dan
keterampilanyang tidak memadai, dan peraturan perundang-undangan yang tidak memberi
peluang yang cukup untuk menciptakan fleksibilitas dalam pembuatan keputusan. Beberapa
masalah dalam menerapkan konsep NPM di negara berkembang adalah sebagai berikut :

1. NPM didasarkan pada penerapan prinsip/mekanisme pasar atas kebijakan public dan
manajemennya. Hal ini juga terkait dengan pengurangan peran pemerintah yang
digantikan dengan pengembangan pasar, yaitu dari pendekatan pemerintah sentris (state
centered) menjadi pasar sentris (market contered approach). Negara-negara
berkembang memiliki pengalaman yang sedikit dalam ekonomi pasar. Pasar di negara
berkembang relative tidak kuat dan tidak efektif. Perekonomian pasamya lebih banyak
didominasi oleh asing atau perusahaan asing, bukan pengusaha pribumi atau lokal. Di
samping itu, pasar di Negara berkembang tidak efektif karena tidak ada kepastian
hukum yang kuat. Sebagai contoh masalah kepatuhan terhadap kontrak kerja sama
(contract right) sering menjadi masalah.
2. Adanya permasalahan dalam privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi di
negara berkembang bukan merupakan tugas yang mudah. Karena pasar di negara
berkembang belum kuat, maka privatisasi akhirnya akan berarti kepemilikan asing atau
kelompok etnis tertentu yang hal ini dapat membahayakan, misalnya menciptakan
keretakan sosial.

19
3. Perubahan mekanisme birokrasi ke mekanisme pasar apabila tidak dilakukan secara
hati-hati bisa menciptakan wabah korupsi. Hal ini juga terkait dengan permasalahan
budaya korupsi yang kebanyakan dialami negara-negara berkembang. Pergeseran dari
budaya birokrasi yang bersifat patronistik menjadi budaya pasar yang penuh persaingan
membutuhkan upaya yang kuat untuk mengurangi kekuasaan birokrasi.
4. Adanya keengganan untuk berpindah ke model pengontrakan dalam pemberian
pelayanan publik jika aluran hukum dan penegakanya tidak kuat. Model pengontrakan
akan berjalan baik jika outcome-nya mudah ditentukan. Jika tujuan organisasi tidak
jelas, atau terjadi wabah korupsi yang sudah membudaya maka penggunaan model-
model kontrak kurang berhasil. Terdapat permasalahan politisasi yang lebih besar di
negara berkembang dibandingkan negara maju, termasuk dalam hal politisasi
penyediaan pelayanan publik, pemberian kontrak kepada krooni-kroninya.
5. Adanya permasalahan kelembagaan, lemahnya penegakan hukum, permodalan, dan
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu, cara berkembang terus melakukan
reformasi yang tidak terkait atau bahkan berlawanan dengan agenda NPM. Paket dalam
agenda NPM tidak dilaksanakan sepenuhnya. Permasalahan dalam penerapannya juga
tidak dialami oleh negara berkebang saja. Australia yang juga menerapkan NPM
menghadapi permasalahan berupa kekecewaan publik terkait dengan efisiensi dan
kualitas pelayanan, permasalahan dalam proses tender, dampak perubahan manajerial
terhadap proses demokratisasi, dan kegagalan beberapa agenda reformasi dengan
harapan publik yang disebabkan oleh retorika kehebatan NPM (Hughes dan
O'Neill,2002) Pemerintah Australia juga mencoba mengoreksi NPM yang lebih
mengutamakan pada policy outcame dan mengabaikan policy process. Karena NPM
berfokus pada managing outcome, perubahan yang dilakukan kadang tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, proses juga sangat penting tidak hanya outcome
(Di Francisco, 2002) Barzelay (1997) juga menyatakan perlunya pemahaman terhadap
proses kebijakan bukan hanya policy outcome karena harus disadari bahwa NPM
sebenarnya masuk dalam proses kebijakan.

Seringkali masalah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip


sentralisasi dan desentralisasi berhubungan dengan tingkat perkembangan bangsa dan negara-
negara baru merdeka. Konsep desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan terasa
semakin sangat dipentingkan di tengah-tengah pembangunan bangsa di negaranegara
berkembang. Hal ini bersamaan dengan terlihatnya berbagai kelemahan yang tampak dengan

20
jelas dalam kontrol sentral. Namun demikian pada umumnya bentuk desentralisasi yang
diinginkan tetap hendaknya dijaga dalam rangka kesatuan politik, kulturil, ekonomi, dan
bahkan administratif suatu negara (Akbar 2015).

21
KESIMPULAN
Salah satu gerakan reformasi sector public ialah adanya konsep New Publik
Management (NPM). NPM muncul di Eropa pada tahun 1980-an dan pada tahun 1990-an
NPM sebagai reaksi yang tidak memadai model adminstrasi sector public tradisional. Dalam
perkembangannya pendekatan manajerial modern tersebut memiliki banyak sebutan,antara
lain : managerialisme, mew public management, market –based public administration,
postbureaucratic paradigm, dan entrepreneurial government. Dan istilah yang sering dipakai
untuk model manajemen public modern adalah NPM.

Konsep NPM mengandung tujuh komponen utama, antara lain 1) Manajemen


professional di sector public, 2) Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja. 3) Penekanan
yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome. 4) Pemecahan unit-unit kerja di
sector public, 5) Menciptakan persaingan di sector public. 6) Pengadopsian gaya manajemen
di sector bisnis ke dalam sector public. 7) Penekanan pada disipilin dan penghematan yang
lebih besar dalam menggunakan sumberdaya.

Penerapan konsep New Publik Management telah menyebabkan terjadinya perubahan


manajemen sector public dari system manajemen tradisional yang kaku, birokratis, dan hirarkis
menjadi model manajemen sector public yang fleksibel dan lebih mengakomodas pasar.
Penerapan ini juga dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi , reformasi manajemen dan
administrasi public, depolitisasi kekuasaan atau desentrlisasi wewenang yang mendorong
demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran pemerintahan terutama dalam hal
hubungan antara pemerintahan dengan masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Mohammad. 2015. “Penerapan Prinsip Prinsip New Public Management Dan
Governance Dalam Reformasi Administrasi.” Reformasi 5(2):1–17.

Indrawati, Lili. 2020. “Peran Budaya Organisasi Terhadap Implementasi New Public
Management Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial Sektor Publik.” 9(November
2017):239 – 249.

Indrawati, Novita. 2010. “Penyusunan Anggaran Dalam Era New Public Management:
Implementasinya Di Indonesia.” Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis 10(2):176–93.

Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. 3th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sayidah, Nur, Alvy Mulyaningtyas, and Mustika Winedar. 2015. “Implementasi Konsep New
Public Management Di Dinas Koperasi Dan UMKM Kota Surabaya.” Jurnal Akuntansi
Dan Auditing 12(1):39–52. doi: 10.14710/jaa.v12i1.13857.

Sudarmanto, Eko, and Dkk. 2020. Manajemen Sektor Publik. edited by Wahyudin. Yayasan
Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai