NEW PUBLIC
MENAJEMEN
Kelompok 1
Team
Vaneshaadk 5017
Bintang 5011
Widiani 5029
Pembahasan Materi :
Istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan oleh Christopher Hood
tahun 1991, ia kemudian menyingkat istilah tersebut menjadi NPM (Lihat:
Hughes, 1998). Ditinjau dari perspektif historis, pendekatan manajemen modern
di sektor publik tersebut pada awalnya muncul di Eropa tahun 1980-an dan
1990-an sebagai reaksi dari tidak memadainya model administrasi publik
tradisional.
Contens
New Public Management (NPM) adalah suatu sistem manajemen desentral dengan perangkat-perangkat manajemen baru
seperti controlling, benchmarking dan lean management. NPM dipahami sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas
pemerintah. NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi publik yang menerapkan pengetahuan
dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas
kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.
Contens
Tulisan tentang NPM dimulai pada awal tahun 80-an yang merefleksikan gabungan antara prinsip normative dan
usaha dalam melakukan mapping pengembangan institusional pada tingkat deskriptif (Hood dan Peter, 2004). Menurut
Hood (1991) walaupun beberapa penulis NPM menekankan pada aspek yang berbeda mengenai doktrin NPM, tetapi
sebenarnya kalau diringkas ada tujuh aspek. Konsep New Public Management pada dasarnya mengandung tujuh aspek
utama, yaitu:
a. Manajemen profesional di sektor publik
b. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja
c. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome
d. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik
e. Menciptakan persaingan di sektor publik
f. Pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor publik
g. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih besar dalam menggunakan sumber daya.
Contens
Konsep Reinventing Government yang ditawarkan oleh Osborne dan Gaeblerdirasa paling mendekati tentang apa dan
bagaimana NPM itu. Osborne dan Gaebler (1992) menawarkan 10 prinsip pemerintahan yang berjiwa wirausaha, yaitu:
1. Pemerintahan katalis; Pemerintahan katalis adalah pemerintahan yang mengarahkan bukan mengayuh. Disini pemerintah hanya menjalankan
fungsi strategis saja tidak ikut campur dalam pelaksanaan atau kegiatan tekniknya.
2. Pemerintahan milik masyarakat; Menekankan adanya kontrol dari masyarakat sebagai akibat dari pemberdayaan yang diberikan pemerintah.
Sehingga masyarakat lebih mampu dan kreatif dalam menyelesaikan masalahnya, tanpa bergantung pada pemerintah.
3. Pemerintahan Kompetetif; Pemerintahan yang memasukkan semangat kompetisi dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Masyarakat
disini sebagai konsumen yang secara pribadi berhak memilih layanan mana yang lebih baik, sehingga akhirnya pemerintah saling
berkompetisi untuk dapat menjadi yang terbaik.
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; Pemerintahan yang mampu merubah orientasi dari pemerintahan yang digerakkan oleh aturan
menjadi pemerintahan yang digerakkan oleh misi. Artinya adalah pemerintah tidak harus berjalan sesuai aturan, karena dengan aturan
pemerintah menjadi lamban dan lebih mengutamakan prosedur yang sesuai dengan aturan.
5. Pemerintahan yang berorientasi hasil; Pemerintahan yang membiayai hasil bukan input. Pemerintah dalam hal ini akan bekerja sebaik
mungkin karena penghargaan yang diterima berdasarkan hasil yang dikeluarkan oleh masing-masing instansi. akan mekanisme administratif,
seperti menyampaikan pelayanan atau pemerintah dan kontrol dengan menggunakan peraturan.
Contens
6. Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; Pemerintahan yang memenuhi kebutuhan pelanggan bukan birokrasi.
Pemerintah memenuhi apa yang di inginkan masyarakat bukan menjalankan pelayanan berdasar aturan birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha; Pemerintahan yang menghasilkan profit bukan menghabiskan. Berupaya untuk meningkatkan
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh instansi pemerintah dari yang tidak produktif menjadi produktif, dari yang
produksinya rendah menjadi berproduksi tinggi.
8. Pemerintahan antisipatif; Pemerintahan yang berorientasi pencegahan bukan penyembuhan. Pemerintah antisipatif adalah
suatu pemerintahan yang berpikir ke depan.
9. Pemerintahan desentralisasi; Merubah pemerintahan yang digerakkan oleh hierarki menjadi pemerintahan partisipatif dan
kerjasama tim. Pemerintah desentralisasi adalah suatu pemerintah yang melimpahkan sebagian wewenang pusat kepada
daerah melalui organisasi atau sistem yang ada.
10. Pemerintahan yang berorientasi pasar; Pemerintahan yang mendorong perubahan melalui pasar. Pemerintah yang
berorientasi pasar kerap kali memanfaatkan struktur pasar swasta untuk memecahkan masalah dari pada menggunakan
mekanisme administratif, seperti menyampaikan pelayanan atau pemerintah dan kontrol dengan menggunakan peraturan.
Contens
Konsep New Public Management (NPM) merupakan isu penting dalam reformasi sektor publik. Konsep NPM juga
memiliki keterkaitan dengan permasalahan manajemen kinerja sektor publik karena pengukuran kinerja menjadi salah
satu prinsip NPM yang utama. Pada masa sebelum NPM hadir, manajemen yang diterapkan di sektor publik diketahui sangat
birokratis. Birokrasi dinilai banyak melakukan inefisiensi yang menjadi penghambat dalam pembangunan, yang seharusnya
bertindak menjadi fasilitator dalam pembangunan. Beberapa dampak penerapan konsep NMP pada sektor public yaitu:
1. NPM dianggap semacam panacea/ obat mujarab untuk reformasi penyelenggaraan manajemen pemerintahan (Arief, dkk;
2009).
2. Penerapan konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau reformasi manajemen dan administrasi
publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang yang mendorong demokrasi. Hal ini turut mengubah peran
pemerintah terutama dalam hal hubungan dengan masyarakat (Hughes, 1998).
3. NPM telah berkontribusi secara positif dalam memperbaiki kinerja sektor publik melalui mekanisme kinerja yang
diorientasikan pada pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektifitas atau value for money (Mahmudi, 2015). Fokus perhatian
NPM adalah pada pelaksanaan desentralisasi, devolusi, dan modernisasi dalam pelayanan publik (Drechles, 2005).
Contens
Reformasi sektor publik pada dasarnya tidak hanya terjadi di negara-negara maju saja. Akan tetapi
beberapa negara berkembang juga secara aktif terus melakukan reformasi lembaga publiknya. Reformasi
sektor publik di negara berkembang banyak dipengaruhi oleh peran World Bank, UNDP, IMF, dan OECD.
Reformasi sektor publik di negara-negara yang sedang berkembang banyak yang mengarah pada penerapan
New Public Management.
Beberapa pihak berpendapat bahwa New Public Management tidak tepat diterapkan untuk negara
berkembang. Argumen bahwa New Public Management tidak tepat untuk negara-negara berkembang karena
alasan korupsi dan rendahnya kapasitas administrasi tidaklah tepat. Penerapan NPM pada negara-negara
berkembang tergantung pada faktor-faktor kontinjensi lokal (localised contingency) bukan karena
karakteristik nasional secara umum. Faktor-faktor seperti korupsi dan lemahnya kemampuan administrasi
memang mempengaruhi kinerja pemerintah, akan tetapi localised contingencies lebih besar penga-ruhnya
sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan upaya reformasi.
Contens
Terdapat beberapa masalah dalam menerapkan konsep New Public Management di negara berkembang.
Diantaranya yaitu:
1. New Public Management didasarkan pada penerapan prinsip/mekanisme pasar atas kebijakan publik dan
manejemennya. Hal ini juga terkait dengan pengurangan peran pemerintah yang digantikan dengan
pengembangan pasar, yaitu dari pendekatan pemerintah sentris (state centered) menjadi pasar sentris (market
centered approach). Negara-negara berkembang memiliki pengalaman yang sedikit dalam ekonomi pasar.
Pasar di negara berkembang relatif tidak kuat dan tidak efektif. Perekonomian pasarnya lebih banyak
didominasi oleh asing atau perusahaan asing, bukan pengusaha pribumi atau lokal. Di samping itu, pasar di
negara berkembang tidak efektif karena tidak ada kepastian hukum yang kuat. Sebagai contoh, masalah
kepatuhan terhadap kontrak kerja sama (contract right) sering menjadi masalah.
2. Terdapat permasalahan dalam privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi di negara berkembang
bukan merupakan tugas yang mudah. Karena pasar di negara berkembang belum kuat, maka privatisasi
akhirnya akan berarti kepemilikan asing atau kelompok etnis tertentu yang hal ini dapat membahayakan,
misalnya menciptakan keretakan sosial.
Contens
3. Perubahan dari mekanisme birokrasi ke mekanisme pasar apabila tidak dilakukan secara hati-hati bisa menciptakan wabah
korupsi. Hal ini juga terkait dengan permasalahan budaya korupsi yang kebanyakan dialami negara-negara berkembang.
Pergeseran dari budaya birokrasi yang bersifat patronistik menjadi budaya pasar yang penuh persaingan membutuhkan
upaya yang kuat untuk mengurangi kekuasaan birokrasi.
4. Terdapat masalah untuk berpindah menuju pada model pengontrakan dalam pemberian pelayanan publik jika aturan
hukum dan penegakannya tidak kuat. Model pengontrakan akan berjalan baik jika outcomenya mudah ditentukan. Jika
tujuan organisasi tidak jelas, atau terjadi wabah korupsi yang sudah membudaya maka penggunaan model-model kontrak
kurang berhasil. Terdapat permasalahan politisasi yang lebih besar di negara berkembang dibandingkan di negara maju,
termasuk dalam hal politisasi penyediaan pelayanan publik, pemberian kontrak kepada kroni-kroninya.
5. Kesulitan penerapan New Public Management di negara berkembang juga terkait dengan adanya permasalahan
kelembagaan, lemahnya penegakan hukum, permodalan, dan kapabilitas sumber daya manusia. terjadi karena Selain itu,
negara berkembang terus melakukan reformasi yang tidak terkait atau bahkan berlawanan dengan agenda NPM.
Closing
Thank You
By :
Group 01