Anda di halaman 1dari 20

NEW PUBLIC MANAGEMENT

Sumber : Anggriani Alamsyah (2016 : 182-192), “Jurnal Perkembangan


Paradigma Administrasi Publik”.

New Public Management (NPM)

 Latar belakang

Perspektif ini lahir pertama kali di Amerika Serikat. Kelahirannya diawali


dengan sejumlah krisis sebagaimana yang dijelaskan oleh Osborne dan
Geabler (1996). Pertama, ketidakmampuan pemerintah menangani sejumlah
masalah masyarakat seperti penggunaan obat bius, kejahatan, kemiskinan,
ketiadaan rumah, buta huruf, sampah beracun, melonjaknya biaya perawatan
medis; Kedua, Birokrasi pemerintah yang besar dan tersentralisasi serta
layanan yang baku, tidak bergantung pada berbagai tantangan dari
masyarakat informasi yang berubah dengan cepat di era industri terkesan
lamban dalam mengatasi berbagai permasalahan aktual di masyarakat;
Ketiga, sistem birokrasi yang kolot menghalangi kreativitas dan melemahkan
energi para pegawai. Bukan birokratnya semata sebagai penyebab tetapi
sistemlah yang menjadi penyebab utama, walaupun diakui bahwa ada birokrat
yang tidak kreatif. Keempat, Kebanyakan pemerintah Amerika tidak
mengetahui siapa publik/pelanggan yang harus dilayani, dipenuhi
kebutuhannya. Dari semua masalah ini kemudian muncul krisis kepercayaan
bangsa Amerika terhadap pemerintah, dan mengalihkan tema berbagai buku
dari mengenai kebijakan negara ke pertumbuhan industri, sebagian besar
berkaitan dengan apa yang seharunya dilakukan pemerintah.

Hope dalam Keban (2008:245) juga mengemukakan bahwa kemunculan


perspektif ini diawali dengan adanya krisis fiskal pada 1970-an dan 1980-an,
adanya keluhan bahwa sektor publik terlalu besar, boros, inefisien,
merosotnya kinerja pelayanan publik, kurangnya perhatian terhadap
pengembangan dan kepuasan kerja pegawai pemerintah. Memasuki
dasawarsa 1980-an itulah mulai tampil manajemen publik (public
management) sebagai bidang studi yang makin penting dalam administrasi
negara. Manajemen publik yang sebelumnya menaruh perhatian pada masalah
anggaran dan personil telah berkembang bersama teknologi informasi dan
kini mencakup sistem pengambilan keputusan, sistem perencanaan, sistem
pengendalian, pengawasan, dan berbagai aspek lainnya. Bersamaan dengan
kehadiran manajemen publik dalam ranah administrasi publik, di Inggris dan
beberapa negara lainnya termasuk Amerika Serikat muncul pemikiran baru
dengan konsep “New Public Management (NPM)”. Konsep ini oleh
Kartasasmita digagas oleh Patrick Dunleavy berserta rekan-rekannya.

 Mengapa dikatakan baru?

Perspektif ini dikatakan baru karena menekankan nilai-nilai efisiensi,


produktiitas, dan bisnis ke dalam sector publik untuk memperbaiki kondisi
birokrasi publik yang cenderung terlalu besar, boros, inefisien, merosotnya
kinerja pelayanan publik, kurangnya perhatian terhadap pengembangan dan
kepuasan kerja pegawai pemerintah.

 Pokok-pokok Pikiran dalam New Public Management

New Public Management sebagai suatu paket yang bertujuan untuk


meningkatkan kinerja administrasi publik melalui penggunaan konsep-konsep
yang diambil dari sektor swasta. Walaupun secara harfiah belum muncul
pembatasan mana yang termasuk NPM dan mana yang bukan, Aucoin (1993),
Hood (1991) mendefinisikan NPM dengan “deregulasi terhadap jalur
manajemen, pengalihan departemen pelayanan publik dalam lembaga sendiri
maupun perusahaan; akuntabilitas berbasiskan kinerja, serta mekanisme
kompetitif seperti kontrak dengan pihak luar serta pasar internal”. Penulis
lainnya seperti Ingraham (1996), Minouque (1998) memasukkan privatisasi
dan downsizing sebagai bagian dari paket ini.

Menurut Rosenbloom & Kravchuck, 2005, manfaat yang diperoleh dari


penerapan NPM adalah pembangunan birokrasi senantiasa memperhatikan
mekanisme pasar, mendorong kompetisi dan kontrak untuk mencapai hasil,
harus lebih responsive terhadap kebutuhan pelanggan, harus lebih bersifat
mengarahkan (steering), daripada menjalankan sendiri (rowing), harus
melakukan deregulasi, memberdayakan para pelaksana agar lebih efektif.

Selain itu NPM juga menekankan budaya organisasi yang lebih fleksibel,
inovatif, berjiwa wirausaha, dan pencapaian hasil, ketimbang budaya taat
asas, orientasi pada proses dan input. Osborne dan McLaughlin, 2002 dalam
Hoadly mengemukakan sejumlah cirri dasar NPM seperti: (a) hands-on,
manajemen wirausaha, bukan bentuk-bentuk birokrasi tradisional, (b)
menggunakan standar yang eksplisit dan ukuran kinerja, (c) memfokuskan
pada control hasil, (d) pentingnya dis-agregasi dan desentralisasi pelayanan
publik, (e) kompetisi dalam penyediaan pelayanan publik, (f) penekanan pada
manajemen dengan model ala sector swasta, (g) promosi disiplin dan
penghematan sumberdaya, (h) pemisahan pembuatan keputusan politik
dengan dari manajemen langsung yang menangani pelayanan publik.

New Public Management tidak selalu dipahami sama oleh semua orang.
Bagi sementara orang, NPM adalah suatu sistem manajemen desentral dengan
perangkatperangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking dan
lean management; bagi yang lain, NPM dipahami sebagai privatisasi sejauh
mungkin atas aktivitas pemerintah. Sebagian besar penulis membedakan
antara pendekatan manajemen sebagai perangkat baru pengendalian
pemerintah dan pendekatan persaingan sebagai deregulasi secara maksimal
serta penciptaan persaingan pada penyediaan layanan pemerintah kepada
rakyat.

Terlepas dari keragaman pemahaman di atas, NPM sebenarnya hadir


dengan tujuan untuk merubah administrasi publik sedemikian rupa sehingga,
kalaupun belum bisa menjadi perusahaan, ia bisa lebih bersifat seperti
perusahaan. Administrasi publik sebagai penyedia jasa bagi warga harus
sadar akan tugasnya untuk menghasilkan layanan yang efisien dan efektif.
Tapi, di lain pihak ia tidak boleh berorientasi pada laba. Padahal ini wajib
bagi sebuah perusahaan kalau ia ingin tetap bertahan dalam pasar yang penuh
persaingan. Justru tujuan NPM inilah yang kemudian mendatangkan banyak
kritikan sebagaimana diuraikan berikut. Semua komponen yang dibahas
sebagai fokus kajian NPM inilah yang menunjukkan kebaruan dari NPM itu
sendiri.
Sumber : Beddy Iriawan Maksudi (2018 : 270-279) Buku Dasar-dasar
Administrasi Publik, Depok : PT RajaGrafindo Persada.

 Paradigma New Public Management (Manajemen Publik Baru)


Christopher Cropper Hood lahir 1947, adalah Professor pemerintahan
(government) di All Souls College, Oxford University dan sekarang menjadi
Emeritus Fellow of All Souls.
Crishtopher Hood adalah orang yang pertama kali menciptakan istilah
New Public Management disingkat NPM pada 1991, yaitu sebagai nama
singkatan untuk seperangkat doktrin administrasi umum mirip yang
mendominasi birokrasi agenda reformasi di banyak negara OECD dari akhir
1970-an. (http://thjodmalastofnu diakses pada 8 september 2016)
New Public Management adalah kebijakan untuk memodernisasi sektor
publik dan membuat itu lebih efektif. Ide dasar dari NPM adalah bahwa
manajemen berorientasi pada dasar dari sektor publik akan menyebabkan
lebih besar efisiensi biaya bagi pemerintah, tanpa efek samping negatif pada
tujuan dan pertimbangan lainnya. Ferlie, Ashburner, Fitzgerald, dan Pettigrew
(1996) menggambarkan ‘New Public Management in Action’ sebagai
pengenalan ke pelayanan publik dari ‘tiga Ms’ : Market (Pasar), Manager
(Manajer), dan Meresument (Pengukuran) (http://www.mbabrief.com, diakses
8 september 2016).
Seiring menguatnya liberalisme mulai 1980, model administrasi publik
pro-bisnis bangkit kembali dalam nama baru “The New Public Management”.
Di Amerika Serikat, paradigma ini dipelopori oleh tulisan David Osborne dan
Ted Gaebler “Reinventing Government” dan di Inggris oleh Elwan Ferlie dan
kawan-kawan. Paradigma The New Public Management (NPM) pada
dasarnya mengkritisi peran negara yang gagal dalam menggerakan roda
pembangunan. Negara yang korup dan birokratis dianggap sebagai salah satu
suumber penyebab kegagalan pembangunan. Untuk menyembuhkan penyakit
sektor publik ini solusinya dengan menyuntikan semangat wirausaha ke
sektor publik.
Tetapi, NPM muncul secara meluas pada 1990-an, khususnya di New
Zealand, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat sebagai akibat dari
munculnya krisis kesjahteraan negara. Paradigma ini kemudian menyebar
secara luas khususnya pada 1990-an disebabkan karena adanya promosi dari
lembaga internasional seperti, Bank Dunia, IMF, Sekretariat Negara
Persemakmuran dan kelompok-kelompok konsultan manajemen.
Pada perkembangannya, pendekatan manajerial modern tersebut memiliki
banyak sebutan. Dalam literatur konsep yang berlabel NPM ditemukan
dengan berbagai istilah, yaitu:
 “New Public Administration”(Bellon, 1980);
 “The New Science of Organization” (Ramos, 1981);
 “New Public Management” (Ferlie, 1996);
 “Managerialism” (Pollit, 1993);
 “Post-Bureaucratic Paradigm” (Barzelay, 1992); dan
 “Reinventing Government” (David Osborne and Ted Gaebler,
1992).

Meskipun dalam praktiknya penggunaan istilah tersebut digunakan untuk


saling menggantikan oleh para ahli, namun sebutan istilah “New Public
Management” (NPM) yang paling populer dan kemudian banyak dipakai di
kalangan teoretikus maupun praktisi administrasi publik.

Adanya perbedaan penyebutan istilah dan pandangan antar teoretisi


mengenai paradigma NPM tersebut, yaitu menurut Ewan Ferlie, Lynn
Ashburner, Louise Fitzgerald dan Andrew Pettigrew (1996) yang
mengibaratkan New Public Management (NPM) sebagai sebuah kanvas
kosong (putih) yang dapat digambar oleh siapapun tentang apa saja yang
disuka. Karena itu, tidak ada satu definisi pun yang jelas tentang, apakah itu
New Public Management (NPM), bagaimana prosesnya, bahkan bagaimana
seharusnya New Public Management (NPM) itu sendiri.
Meskipun muncul berbagai nama untuk menyebut istilah pendekatan
manajemen modern di sektor publik tersebut, namun pada dasarnya bermuara
pada pandangan umum yang sama, yaitu:

1. Menunjukkan adanya pergeseran besar model administrasi publik


tradisional menuju sistem manajemen publik modern yang
memberikan perhatian lebih besar terhadap pencapaian kinerja dan
akuntabilitas manajer publik.
2. Menunjukkan adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan
model birokrasi klasik menuju model organisasi modern yang lebih
fleksibel.
3. Perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas dan tujuan personal.
4. Staf senior tampaknya secara politis lebih berkomitmen terhadap
pemerintah saat itu dari pada bersikap netral atau non partisan.
5. Fungsi pemerintah lebih banyak berhadapan dengan pasar,
misalnya tender, yang oleh Osborne dan Gaebler (1992) disebut
“catalytic government : steering rather than rowing.”
6. Terdapat ketergantungan untuk mengurangi fungsi pemerintah
melalui privatisasi dan bentuk lain dari pengadopsian mekanisme
pasar di sektor publik (Hughes, 1998: 52-53)

Menurut Owen E. Hughes (1994), ada 6 (enam) alasan munculnya


paradigma Public Management, yaitu:

1. Administrasi publik tradisional telah gagal mencapai tujuannya


secara efektif dan efisien sehingga perlu diubah menuju ke
orientasi yang lebih memusatkan perhatian pada pencapaian hasil
(kinerja) dan akuntabilitas;
2. Adanya dorongan yang kuat untuk mengganti tipe birokrasi klasik
yang kaku menuju ke kondisi organisasi publik, kepegawaian, dan
pekerjaan yang lebih luwes;
3. Perlunya menetapkan tujuan organisasi dan pribadi secara jelas dan
juga perlu ditetapkan alat ukur keberhasilan kinerja lewat indikator
kinerja;
4. Perlunya para pegawai senior lebih punya komitmen politik pada
pemerintah yang sedang berkuasa daripada bersikap netral atau non
partisan;
5. Fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah hendaknya lebih
disesuaikan dengan tuntutan dan signal pasar; dan
6. Adanya kecenderungan untuk mereduksi peran dan fungsi
pemerintah dengan melakukan kontrak kerja dengan pihak lain
(contracting out) dan privatisasi.

Sedangkan menurut Owen (1994):

1. Adanya tekanan yang kuat atas peran sektor publik


2. Terjadinya perubahan teori ekonomi
3. Adanya pengaruh globalisasi terhadap sektor publik
(http://blogspot.co.id/2011/03/public-management-dan-new-
public.html diakses 10 September 2016).

Adanya gelombang perubahan paradigma pemerintah itu sendiri


merupakan tekanan perubahan tidak hanya karena ia merupakan perubahan
yang fundamental dalam nilai-nilai sektor publik, tetapi juga karena ia
memberikan peluang bagi perumus kebijakan untuk menemukan solusi
terhadap tekanan yang positif (meningkatkan mutu kinerja pemerintah) atau
tekanan yang negatif (mereduksi ukuran dan peran pemerintah).

1. Pemahaman Dasar Konsep NPM


Istilah New Public Management (NPM) pertama kali dikemukakan
Crishtopher Hood pada 1991 dalam “All Public Management of All
Seasons.” NPM sebagai konsep baru didefinisikan antara satu ahli dengan
ahli lainnya berbeda, dan sama halnya ketika kita membahas sebutan
untuk NPM ini, juga banyak variannya-seperti telah disinggung di atas.
Ewan Ferlie, Lynn Ashburner, Louise Fitzgerald dan Andrew Pettigrew
(1996) yang mengibaratkan New Public Management (NPM) sebagai
sebuah kanvas kosong (putih) yang dapat digambar oleh siapapun tentang
apa saja yang disuka. Sehingga tidak ada satu definisi pun yang jelas
tentang apa itu New Public Management (NPM).
Jadi, NPM tidak selalu dipahami sama oleh semua orang, bagi
sementara orang, NPM adalah suatu sistem manajemen desentral dengan
perangkat-perangkat manajemen baru, seperti controlling,benchmarking
dan lean management. Mungkin bagi yang lain, NPM dipahami sebagai
privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah. Sebagian besar ahli
membedakan antara pendekatan manajemen sebagai perangkat baru
pengendalian pemerintah dan pendekatan persaingan sebagai deregulasi
secara maksimal, serta penciptaan persaingan pada penyediaan layanan
pemerintah kepada masyarakat.
Menurut Bovaird dan Loffer (2013: 17), New Public Management
adalah sebuah gerakan perampingan sektor publik dan membuatnya lebih
kompetitif dan mencoba untuk membuat administrasi publik yang lebih
responsif terhadap kebutuhan warga dengan menawarkan pengukuran
ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for money), fleksibilitas pilihan,
dantransparansi.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53882/4/
Chapter%2011.pdf, diakses 12 September 2016).
New Public Management (NPM) adalah sebuah konsep manajemen
publik/pemerintahan baru, yang menerapkan praktik kerja sektor privat ke
sektor publik untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas kinerja
pemerintah daerah sehingga akan tercipta welfare society (kesejahteraan
masyarakat). Ide utama yang dikemukakan dalam konsep-konsep tersebut
menyatakan bahwa dalam sektor publik harus berorientasi pasar sehingga
terdapat efisiensi biaya yang besar bagi pemerintahan
(ile:///C:/Users/ACCER/Downloads/474-541-1-PB-.pdf, diakses 12
September 2016).
Dari penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa konsep NPM
adalah konsep yang menunjukkan adanya pergeseran dari model
administrasi publik tradisional/klasik (old public administration) menuju
sistem manajemen publik modern yang berlandaskan pada mekanisme
pasar dengan pelaku utama swasta dan masyarakat. Hal ini berarti
mengurangi peran pemerintah, membuka peran swasta, dan pemerintah
lebih berfokus pada kepentingan publik yang luas. Intinya, konsep NPM
merupakan pengadopsian gaya manajemen di sektor swasta (bisnis) ke
sektor publik.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa konsep NPM adalah
merupakan genealogis dari ideologi neo-liberalisme karena menganjurkan
pelepasan sebagian fungsi-fungsi pemerintahan kepada sektor swasta,
yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menganjurkan kepada pemerintah untuk tidak lagi
menggunakan paradigma administrasi klasik dan beralih ke
paradigma NPM yang fokus terhadap kinerja dan hasil kerja
(output). Hal ini berarti adanya pergeseran dari model
administrasi publik tradisional/klasik (old public
administration) menuju sistem manajemen publik modern
yang berlandaskan pada mekanisme pasar dengan pelaku
utama swasta dan masyarakat. Hal ini berarti mengurangi
peran pemerintah, membuka peran swasta, dan pemerintah
lebih berfokus pada kepentingan publik yang luas.
b. Menganjurkan kepada pemerintah untuk melepaskan diri dari
birokrasi klasik dan dengan membuat situasi dan kondisi
organisasi, pegawai dan para pekerja lebih fleksibel.
c. Menganjurkan birokrasi pemerintah menetapkan tujuan dan
target organisasi dan menetapkan penggunaan sumber daya
lebih jelas sehingga memudahkan untuk dilakukan pengukuran
hasil melalui indikator yang jelas.
d. Menganjurkan pemerintah menjalankan fungsi pemantauan
terhadap pasar, kontrak kerja keluar yang berarti pemberian
pelayanan tidak selamanya melalui birokrasi, melainkan dapat
juga diberikan kepada pihak swasta.
e. Menganjurkan fungsi pemerintah dikurangi melalui privatisasi.
Intinya, konsep NPM merupakan pengadopsian gaya
manajemen di sektor swasta (bisnis) ke sektor publik.

Sumber : Miftah Thoha (2008 : 74-76) Buku Ilmu Administrasi Publik


Kontemporer, Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.

Miftah Thoha (2008 : 74-76), tema pokok dalam New Public Management
ini antara lain bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan terminologi di
sektor publik. Bahwa dalam melakukan hubungan antara instansi-instansi
pemerintah dengan pelanggannya (customers) dipahami sama dengan proses
hubungan transaksi yang dilakukan oleh mereka dunia pasar (market place).
Dengan mentransformasikan kinerja pasar seperti ini maka dengan kata lain
akan mengganti atau mereform kebiasaan kinerja sektor publik dari tradisi
berlandaskan aturan (rule-based) dan proses yang menguntungkan pada
otoritas pejabat (authority-driven process) menjadi orientasi pasar (market-
based), dan dipacu untuk berkompetisi sehat (competition-driven tactics).

Dalam konsep New Public Management semua pimpinan (manajer)


didorong untuk menemukan cara-cara baru dan inovatif untuk memperoleh
hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi
pemerintahan. Mereka tidak lagi memimpin dengan cara-cara melakukan
semuanya sampai jenis pekerjaan yang kecil-kecil. Mereka tidak lagi
melakukan “rowing” menyapu bersih semua pekerjaan. Melainkan mereka
melakukan “steering” membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi
mengendalikan, memimpin, mengarahkan yang strategis saja.

Dengan demikian, kunci dari New Public Management adalah sangat


menitikberatkan pada mekanisme pada mekanisme pasar dalam mengarahkan
program-program publik. Pengaturan seperti ini termasuk upaya melakukan
kompetisi di dalam istansi pemerintah dan unit-unit lintas batas bagi sektor
organisasi yang berorientasi profit maupun nonprofit.

Konsep New Public Management ini dapat dipandang sebagai suatu


konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien
yang dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep
seperti inilah maka Christopher Hood dari london School of Economics (1995)
mengatakan bahwa New Public Management mengubah cara-cara dan model
birokrasi-publik yang tradisional ke arah cara-cara dan model bisnis privat dan
perkembangan pasar. Cara-cara legitimasi birokrasi publik untuk
menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak lagi dipraktikan oleh
New Public management dalam birokrasi pemerintah.

Untuk lebih mewujudkan proses New Public management dalam birokrasi


publik, maka diupayakan agar para pemimpin birokrasi meningkatkan
produktivitas dan menemukan alternatif cara-cara pelayanan publik
berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki dan
mewujudkan akuntanbilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja,
restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi organisasi,
melakukan streamlining proses dan prosedur birokrasi, dan melakukan
desentralisasi proses pengambilan kebijakan.

Semenjak konsep New Public Management ini dikemukakan, maka telah


banyak kemajuan dari praktika konsep ini di beberapa negara dunia. Seperti
misalnya, upaya melakukan privatisasi fungsi-fungsi yang selama ini
dimonopoli pemerintah di beberapa negara mengalami banyak perubahan dan
kemajuan. Pimpinan eksekutif yang diwajibkan melakukan proses akuntabilitas
terhadap tercapainya tujuan organisasi, menciptakan proses baru untuk
mengukur peningkatan produktifitas kerja, dan melakukan reegineering sistem
yang merefleksi terhadap kuatnya komitmen pada akuntanbilitas publik
(Barzelay,2001;Boston et al.,1996; Pollit dan Bouckaert,2000).
Donald Kettl (2000) menyebutnya dengan “the global public management
reform” yang memfokuskan pada enam hal berikut ini:

1) Bagaimana pemerintah bisa menemukan cara untuk mengubah pelayanan


dari hal yang sama dan dari dasar pendapatan yang lebih kecil.
2) Bagaimana pemerintah bisa menggunakan insentif pola pasar untuk
memperbaiki patologi birokrasi; bagaimana pemerintah bisa mengganti
mekanisme tradisional “komando-kontrol” yang birokratis dengan strategi
pasar yang mampu mengubah perilaku birokrat.
3) Bagaimana pemerintah bisa menggunakan mekanisme pasar untuk
memberikan kepada warga negara (pelanggan) alternatif yag luas untuk
memilih bentuk dan macam pelayanan publik. Atau paling sedikit
pemerintah bisa mendorong timbulnya keberanian untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada warganya.
4) Bagaimana pemerintah bisa membuat program yang lebih responsif.
Bagaimana pemerintah bisa melakukan desentralisasi responsibilitas yang
lebih besar dengan memberikan kepada manajer-manajer terdepan insentif
untuk memberikan pelayanan.
5) Bagaimana pemerintah bisa menyempurnakan kemampuan untuk
membuat dan merumuskan kebijakan. Bagaimana pemrintah bisa
memisahkan perannya sebagai pembeli pelayanan (kontraktor) dari
perannya sebagai pemberi pelayanan yang sesungguhnya.
6) Bagaimana pemerintah bisa memusatkan perhatiannya pada hasil dan
dampaknya (output dan outcome) ketimbang perhatiannya pada proses dan
struktur. Bagaimana mereka bisa mengganti sistem yang menekankan
pada alur atas-bawah (top-down), dan sistem yang berorientasi pada aturan
(rule-driven system) kepada suatu sistem yang berorientasi pada alur
bawah-atas (buttom-up) dan sistem berorientasi hasil.

Sama dengan pendapat Kettl di atas Jonathan Buston (1991) menyatakan


bahwa pusat perhatian dan doktrin New Public Management itu pada intinya
sebagai berikut : lebih menekankan pada proses pengelolaan (manajemen)
ketimbang perumusan kebijakan; perubahan dari penggunaan kontrol
masukan (input controls) ke penggunaan ukuran-ukuran yang bisa dihitung
terhadap output dan kinerja target; devolusi manajemen kontrol sejalan
bersama dengan pengembangan mekanisme sistem pelaporan, monitoring,
akuntanbilitas baru, disagregasi struktur birokrasi yang besar menjadi
struktur instansi yang kuasai otonomi; secara khusus melakukan pemisahan
antara fungsi-fungsi komersial dengan yang nonkomersial; menggunakan
prefensi untuk kegiatan privat seperti privatisasi, sistem kontrak sampai
dengan penggunaan sistem penggajian dan ranumerasi yang efektif dan
efisien.

Sumber : Andy Fefta Wijaya, Ph.D & Oscar Radyan Danar, M.AP (2014 :
9-11) Buku Manajemen Publik Teori dan Praktik, Malang : UB
Press.

Andy Pefta Wijaya & Oscar Radyan Danar (2014 : 9-11) dengan kontras,
para sarjana yang setuju dengan New Public Management (NPM) menyatakan
bahwa, organisasi dan manajemen pada sektor publik dianjurkan mengadopsi
organisasi dan manajemen pada sektor swasta (private). Paradigma NPM
mengkritik pendekatan yang digunakan dalam OPA. Secara konseptual OPA
berbeda dengan NPM. NPM mengacu kepada sekelompok ide dan praktik
kontemporer untuk menggunakan pendekatan-pendekatan dalam sektor privat
(bisnis) pada organisasi sektor publik. NPM adalah suatu gerakan yang
mencoba menginjeksikan prinsip-prinsip organisasi sektor privat ke dalam
organisasi pemeritah. Pemerintahan yang kaku dan sentralistik, sebagaimana
yang dianut oleh pendekatan OPA. Harus diganti dengan pemerintahan yang
terdesentralisasi dan memiliki spirit entrepreneur.

NPM sering diasosiasikan juga dengan managerialism (Christopher Pollit)


ataupun entrepreneurial government (Osborne dan Gaebler). Inti dari NPM
adalah bagaimana menjalankan roda pemerintahan. Layaknya menjalankan
sebuah perusahaan atau ‘run government like a bussiness’.

para sarjana pendukung NPM menganggap bahwa menjalankan


pemerintahan tidak jauh berbeda dengan menjalankan bisnis. Dalam NPM,
manajer publik dituntut dan ditantang untuk mencapai hasil yang sebelumnya
dilakukan oleh pemerintah. Penerapan paradigma NPM awalnya dilaksanakan
dibeberapa negara seperti misalnya Amerika Serikat, Inggris dan Selandia
Baru. Praktik NPM di Amerika Serikat populer dengan pemerintahan
wirausaha (entreprenuerial government) yang dirancang oleh David Osborne
dan Ted Gaebler. Osborne dan Gaebler dalam bukunya “Reinventing
Government” menawarkan 10 prinsip pemerintahan yang berjiwa wirausaha,
yang menginjeksikan semangat sektor bisnis kedalam sektor publik yaitu
(Osborne & Gaebler, 2003, h.,5).

1) Pemerintahan katalis; pemerintahan yang mengarahkan bukan mengayuh.


2) Pemerintahan milik masyarakat; pemerintahan yang memberdayakan
bukan melayani.
3) Pemerintahan kompetitif; pemerintahan yang menginjeksikan semangat
kompetisi dalam pelayanan publik.
4) Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; pemerintahan yang mampu
mengubah orientasi dari pemerintahan yang digerakkan oleh aturan.
5) Pemerintahan yang berorientasi hasil; pemerintahan yang membiayai hasil
bukan input.
6) Pemerintahan yang berorientasi pelanggan; pemerintahan yang memenuhi
kebutuhan pelanggan bukan birokrasi.
7) Pemerintahan wirausaha; pemerintahan yang menghasilkan provit bukan
menghabiskan.
8) Pemerintahan antisipatif; pemerintahan yang berorientasi pencegahan
bukan penyembuhan.
9) Pemerintahan desentralisasi; mengubah pemerintahan yang digerakkan
oleh hierarki menjadi pemerintahan partisipatif dan kerjasama tim.
10) Pemerintahan yang berorientasi pasar; pemerintahan yang mendorong
perubahan melalui pasar.

Sumber : Beddy Iriawan Maksudi (2018 : 279-296) Buku Dasar-dasar


Administrasi Publik, Depok : PT RajaGrafindo Persada.

2. Akar Teori New Public Management


New Public Management (NPM) ini menganut falsafah Economic
Theory-Run Government Like a Business (Menjalankan Pemerintahan
Seperti Bisnis), atau mengelola pemerintahan dengan pendekatan bisnis
dan memanfaatkan sektor privat/swasta. Hal ini berarti organisasi publik
harus menerapkan prinsip-prinsip yang biasa digunakan pada sektor
‘private’ dan pendekatan bisnis dalam sektor publik (run government like a
business), yaitu mencakup (a) Kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dilakukan
secara efisien dan efektif oleh pemerintah ditangani oleh sektor swasta; (b)
Sistem manajemen yang dilakukan adalah sistem pelayanan sipil, yaitu
manajer diperkenankan menegosiasikan kontrak mereka dengan para
pekerja; (c) Fokus sistem anggaran pada kinerja dan hasil; (d) Manajemen
berorientasi pada hasil (managing for result); (e) Menggagas konsep
“citizens charter”(pendekatan dalam penyelenggaraan pelayan publik yang
menempatkan pengguna layanan sebagai pusat perhatian); (f)
Mengenalkan konsep Reinventing Government; dan (g) Menciptakan
pemerintahan “works better & costs less”(kerja bagus dan biaya rendah),
atau efisien dan efektif.
Selain itu, menurut pandangan Denhardt, bahwa perspektif ini
konsisten dengan ekonomi pilihan publik (theory public choice). Karena
itu, apakah yang dimaksud dengan teori pilihan publik itu? Penulis
jelaskan secara singkat sebagai berikut.
New Public Management (NPM) didasarkan pada public choice
theory, yang menekankan pada kemampuan individu seseorang
dibandingkan dengan kemampuan publik secara bersama-sama. Dengan
pendekatan pilihan publik, tidak ada lagi sekat-sekat pemisah antara
ekonomi dan politik, antara pasar dan pemerintah, antara pribadi dan
masyarakat publik. Dalam model pilihan publik, ekonomi diperluas
mencakup politik, pasar diperluas mencakup pemerintah, dan pribadi
diperluas menjadi masyarakat. Pendekatan seperti perluasan seperti ini
lazim disebut dengan catallactic.
Dalam model pasar persaingan sempurna yang dikembangkan pakar-
pakar ekonomi murni, harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran di pasar. Dalam proses ini, baik konsumen maupun produsen
tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk bisa memengaruhi harga-
harga dipasar. Secara perorangan konsumen dan produsen bisa menaikkan
atau menurunkan permintaan dan penawaran mereka, tetapi karena jumlah
pembeli dan penjual di pasar sangat banyak maka tindakan perorangan
tersebut tidak cukup signifikan untuk bisa memengaruhi harga di pasar.
Pada akhirnya baik konsumen maupun produsen bertindak sebagai price
takers, menerima tingkat harga yang terbentuk di pasar. Dalam model
pasar persaingan sempurna, harga terbentuk sebagai proses interaksi
sukarela antara konsumen dan produsen.
Dengan pengaplikasian metodologi ekonomi ke politik, proses-proses
dan keputusan-keputusan politik juga akan tercapai secara sukarela.
Adanya pertukaran yang terjadi secara sukarela dalam masyarakat, sesuai
pilihan publik, jelas lebih baik ketimbang model pemaksaan kekuasaan
yang selama ini melekat dalam politik. Sebagaimana diketahui, dalam
pendekatan politik tradisional, proses-proses dan pengembalian keputusan
politik lebih didominasi oleh kekuasaan yang sifatnya bukan sukarela.
Karena dalam pilihan publik proses-proses dan keputusan politik dicapai
berdasarkan persetujuan sukarela, berarti dengan menerapkan konsep-
konsep ekonomi ke dalam proses dan pengambilan keputusan politik,
politik justru “lebih lembut”. Implikasi penerapan pilihan publik tersebut,
yaitu:
a. Perlu reformasi kelembagaan publik, yaitu reformasi aturan-
aturan dan kerangka dasar di mana proses-proses dan
pengambilan keputusan berlangsung.
b. Perlu desentralisasi kekuasaan dan kewenangan politik, sebab
tatanan seperti transaksi pasar dipandang lebih baik dibanding
tatanan dominasi kekuasaan.
c. Perlu dilakukan reorganisasi aturan-aturan perdagangan,
kontrak dan persetujuan.
3. Karakteristik New Public Management

Menurut C. Hood (1991) terdapat 7 (tujuh) karakteristik New Public


Management yang telah diterapkan yakni sebagai berikut :

1) Pelaksanaan tugas manajemen pemerintah di sektor publik


diserahkan kepada manajemen profesional
2) Adanya standar dan ukuran kinerja yang jelas
3) Penekanan lebih besar pada output kontrol
4) Pembagian tugas ke dalam unit-unit yang di bawah
5) Ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor publik
6) Lebih menekankan diterapkannya gaya manajemen sektor privat
7) Lebih menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros
dalam menggunakan berbagai sumber. Sektor publik seyogianya
bekerja lebih keras dengan sumber-sumber yang terbatas (to do
more with less).
4. Tujuan New Public Management
1) Menurut Rainey (1990), “public management aims to skills and
improve skills and improve accountbility” (Manajemen publik itu
ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan sektor publik
(lebih efektif dan efisien), pegawainya lebih berkeahlian dan lebih
mampu mempertanggung jawabkan kinerjanya).
2) Menurut Graham & Hays (1991), “public management are
concerned with efficiency, accountability, goal achlevement and
dozen of other managerial and tehnical question” (manajemen
publik itu bertujuan untuk menjadikan sektor publik lebih efisien,
akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani
berbagai masalah manajerial dan teknis).
Dengan demikian, tujuan New Public Management adalah untuk
mengubah administrasi publik sedemikian rupa sehingga, kalau pun
belum bisa menjadi perusahaan, ia bisa lebih bersifat seperti perusahaan.
Administrasi publik sebagai penyedia jasa bagi warga harus sadar akan
tugasnya untuk menghasilkan layanan yang efisien dan efektf. Tapi, di
lain pihak ia tidak boleh berorientasi pada laba. Padahal ini wajib bagi
sebuah perusahaan kalau ia ingin tetap bertahan dalam pasar yang penuh
persaingan.
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, M, 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Jakarta: Kencana


Pranata Media Group.

Wijaya, A.F. and O.R. Danar. 2014. Manajemen Publik Teori dan Praktik.

Malang: UB Press.

Maksudi, B.I, 2018. Dasar-dasar Administrasi Publik, Depok: PT RajaGrafindo


Persada.

Anggriani, Alamsyah. Perkembangan Paradigma Administrasi Publik. Jurnal


Politik Profetik volume 04 No. 2, Makassar, 2016.
Teori Administrasi Publik

“New Public Management”

Disusun

Oleh:

Hardiana
S1A118221

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai