DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik ......................................................................... 1
1.3 Model Reformai Manajemen Sektor Publik ............................................................................ 2
1.4 New Public Management ............................................................................................................ 4
1.5 Manajemen Publik VS Administrasi Publik ............................................................................ 6
1.6 Perbandingan Manajemen Model Sektor Publik dengan Sektor Swasta .............................. 8
1.7 Karakteristik New Publik Management ................................................................................. 11
1.8 Pengukuran KInerja Sebagai Elemen NPM .......................................................................... 15
1.9 New Public Management di Negara Berkembang ................................................................. 16
1.10 Permasalahan Dalam Penerapan New Public Management ............................................... 17
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. i
i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk pembahasan pada bab ini adalah membahas mengenai reformasi sektor publik
yang meliputi latar belakang, tujuan, dan konsep yang melandasi reformasi manajemen pada
organisasi sektor publik. Hal yang akan dibahas adalah mengenai New Public Management
(NPM) yang merupakan salah satu model dari reformasi manajemen sektor publik yang sangat
berpengaruh di Eropa pada tahun 1990-an. Keunggulan dan kelemahan dari NPM juga akan
dibahas pada bab ini. Selain konsep NPM, konsep reformasi manajemen sektor publik yang
diadopsi pemerintah Amerika Serikat di era pemerintahan Bill Clinton juga akan dibahas pada
bab ini.
Di bab ini juga dijelaskan tentang perbandingan konsep manajerialisme dari berbagai sudut
pandang yang bertujuan untuk menunjukkan adanya pandangan yang hampir sama mengenai
konsep manajemen modern sektor publik. Perbandingan ini juga diharapkan akan memberikan
kecermatan dan kekritisan dalam melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing konsep
tersebut. Hal ini juga akan bermanfaat bagi manajer publik untuk menentukan arah pilihan
pendekatan manajemen sektor publik yang sesuai dengan kondisi nasional suatu negara atau
kondisi lokal suatu daerah.
PEMBAHASAN
1.2 Tujuan Reformasi Manajemen Sektor Publik
Untuk perubahan manajemen sektor publik ini, dapat terjadi secara revolusioner
maupun evolusioner. Untuk perubahan yang bersifat revolusioner ini terjadi secara radikal,
mendasar dan menyeluruh pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara
itu untuk perubahan yang bersifat evolusioner, perubahan ini terjadi secara bertahap. Lalu
untuk kedua perubahan ini membutuhkan tiga aspek kunci yang sangat penting, diantaranya
adalah :
1. Dukungan rakyat,
2. Pemimpin yang visioner, dan
3. Konsep perubahan yang jelas,
Reformasi merupakan suatu bentuk dari perubahan yang bersifat evolusioner, gradual,
dan bertahap. Reformasi ini juga dapat diaplikasikan ke semua birokrasi dan perubahannya
dimulai dari birokrasi tingkat elit atau di level pemerintah pusat yang kemudian diikuti
1
perubahan birokrasi di level bawah dan di level pemerintah daerah. Reformasi sektor publik
ini lebih dipilih karena memiliki biaya sosial dan politik reformasi lebih kecil jika dibandingkan
dengan revolusi. Dan juga adanya ketidakpastian dari perubahan yang bersifat revolusioner
dapat menghasilkan tatanan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dari
perubahan yang bersifat evolusioner.
Tujuan dari perubahan sektor publik ini secara umum adalah menggantikan sistem dan
model pemerintahan lama ke sistem pemerintahan yang baru dan diharapkan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat, demokratisasi pemerintahan yang lebih efisien, efektif,
transparan dan akuntanbel, meningkatkan kinerja, pelayanan publik yang lebih baik dan
berkeadilan.
2
(Pollite and Bouckaert 2002)
Berdasarkan model reformasi diatas, tampak bahwa faktor politik dan intelektual
khususnya ide atua gagasan tentang manajemen publik baru bisa dikatakan sebagai faktor
penting yang berpengaruh pada proses reformasi manajemen. Reformasi manajemen publik
memerlukan suatu landasan konsep reformasi yang akan diimplementasikan dalam bentuk
paket-paket reformasi yang konkrit dan lebih operasional.
3
1.4 New Public Management
Organisasi sektor publik sering digambarkan tidak produktif, tidak efisien, selalu rugi,
rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. Munculnya kritik keras yang ditujukan kepada
organisasi-organisasi sektor publik tersebut kemudian menimbulkan Gerakan untuk melakukan
reformasi manajemen sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah
munculnya konsep New Public Management (NPM) (Mahmudi 2015).
Berbagai nama untuk menyebut pendekatan manajemen modern di sektor publik tersebut
pada dasarnya bermuara pada pandangan umum yang sama yaitu : pertama, perubahan model
manajemen publik tersebut menunjukkan adanya pergeseran besar model administrasi publik
tradisional menuju sistem manajemen publik modern yang memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas manajer publik. Kedua, menunjukkan
adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan model birokrasi klasik menuju model
organisasi modern yang lebih fleksibel. Ketiga, perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas
dan tujuan personal. Hal itu berdampak pada perlunya dilakukan pengukuran atas prestasi yang
mereka capai melalui indikator kinerja dan evaluasi program secara sistematik. Keempat, staf
senior tampaknya secara politis lebih berkomitmen terhadap pemerintah saat itu daripada
bersikap netral atau non-partisan. Kelima, fungsi pemerintah akan lebih banyak berhadapan
dengan pasar, misalnya tender. Keterlibatan pemerintah tidak selalu berarti pemfasilitasan
pemerintah melalui sarana birokrasi. Keenam, terdapat kecenderungan untuk mengurangi
fungsi pemerintah melalui privatisasi dan bentuk lain dari pengadopsian mekanisme pasar di
sektor public (Hughes 1998).
NPM merupakan teori manajemen public yang beranggapan bahwa praktik manajemen
sector swasta adalag lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen sektor publik. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor public perlu diadopsi beberapa praktik dan
Teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering CCT),
4
dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik (Hughes 1998 ; Jackson 1995 ; Broadbent and
Guthrie 1992)
Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah
fenomena internasional sebagai bagian proses global. Konsep NPM begitu cepat
mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga membentuk sebuah
gerakan yang mendunia. Namun, masih terdapat perbedaan pandangan apakah New Public
Management merupakan sebuah fenomena internasional ataukah hanya merupakan fenomena
nasional atau tingkat lokal saja. Pihak yang memandang NPM hanya sebagai fenomena
nasional atau lokal berargumen bahwa negara yang berbeda melakukan perubahan secara
berbeda pada waktu yang berbeda untuk alasan yang berbeda.
Terjadinya trend di dunia yang mengarah pada penggunaan anggaran berbasis kinerja,
manajemen berbasis outcame (hasil), penggunaan akuntansi berbasis akrual yang terjadi
hampir di setiap negara meskipun tidak terjadi dalam waktu yang bersamaan. Perubahan
teoritis, misalnya dari administrasi publik ke arah manajemen publik, pemangkasan birokrasi
pemerintah, privatisasi, penggunaan sistem kontrak telah meluas di seluruh dunia sekalipun
secara rinci reformasinya bervariasi. Terdapat motivasi yang berbeda-beda bagi setiap negara
dalam menerapkan New Public Management. Sebagai contoh, privatisasi yang dilakukan di
Inggris terutama untuk tujuan efisiensi, cost cutting, dan memperbaiki kualitas pelayanan.
Akan tetapi pada negara berkembang (seperti Indonesia) privatisasi dilakukan untuk
menaikkan pendapatan dalam rangka menutup defisit fisikal. New Public Management
merupakan fenomena global, akan tetapi penerapanya bisa berbeda-beda tergantung faktor
kontinjensi yang bersifat lokal.
5
pembaruan sistem birokrasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki efisiensi
dan efektivitas sektor publik, meningkatkan daya respons lembaga publik terhadap klien dan
pelangganya, mengurangi pengeluaran publik, dan memperbaiki akuntabilitas manajerial.
Pemilihan instrument kebijakanya pun juga hampir sama, yaitu : komersialisasi, korporatisasi,
dan privatisasi ; desentralisasi dan pelimpahan kewenangan (devolved management) ;
pergeseran dari pengendalian input (input control) menjadi pengukuran output dan outcame ;
spesifikasi kinerja yang lebih ketat ; dan meluasnya penggunaan mekanisme kontrak. Hal
tersebut memberikan gambaran mengenai NPM yang telah mempengaruhi proses perubahan
organisasi sektor publik secara komprehensif di hampir seluruh dunia (Mahmudi 2015).
6
Bila ditelaah lebih dalam, manajemen publik memiliki pengertian dan konsep yang
berbeda dengan administrasi publik. Secara etimologi, administrasi mengandung pengertian
mengikuti prosedur-prosedur, aturan, dan perintah sedangkan manajemen mengandung
pencapaian hasil atau tujuan. Manajemen memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan
administrasi. Manajemen mencakup fungsi-fungsi yang luas, antara lain : perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, koordinasi, staffing, motivasi, dan pembuatan
keputusan. Sementara itu, administrasi hanya terbatas pada pengorganisasian.
Menurut Allison mengidentifikasi terdapat tiga fungsi manajemen yang secara umum berlaku
di sektor publik maupun swasta, yaitu :
Salah satu fungsi penting yang membedakan pendekatan manajemen sektor publik
dengan administrasi publik adalah fungsi strategi. Dalam pendekatan manajerialisme, fungsi-
fungsi strategik seperti perumusan strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program
merupakan hal yang harus dilakukan oleh manajer publik, namun dalam pendekatan
administrasi publik konsepsi strategi tidak menjadi perhatian utama. Fokus utamanya adalah
pemenuhan prosedur dan peraturan, serta pelaksanaan instruksi atasan. Administrasi publik
berorientasi pada pemenuhan tujuan jangka pendek, yaitu kelancaran tugas sehari-hari.
Sementara, manajerialisme lebih berorientasi jangka Panjang, tidak sekadar terselesaikanya
tugas-tugas jangka pendek, akan tetapi pencapaian tujuan, visi dan misi organisasi yang bersifat
jangka Panjang. Pendekatan administrasi hanya berorientasi pada manajemen internal, seperti
mengorganisasikan biro-biro, merekrut pegawai, melatih dan promosi pegawai, serta hal-hal
lain yang terkait dengan aspek sistem kepegawaian (personalia). Sementara itu, perhatian
7
terhadap pengendalian kinerja lemah. Manajerialisme bukan hanya menekankan pada
mengorganisasian dan sistem kepegawaian, namun juga pengendalian kinerja, baik kinerja
organisasi maupun kinerja individual. Oleh karena itu, dibuat berbagai cara untuk mengukur
kinerja. Manajerialisme juga menjalankan fungsi manajemen terhadap konsituen eksternal,
misalnya melalui pembuatan jaringan dengan pihak luar dan komunikasi dengan masyarakat.
Pendekatan administrasi publik memandang kegiatan seperti itu bukan menjadi tugas manajer,
akan tetapi menjadi tugas politisi. NPM menilai bahwa hal tersebut juga menjadi tanggung
jawab manajer publik. Manajer publik perlu juga muncul dalam suatu forum-forum tertentu,
menulis artikel di koran, majalah atau jurnal, dating di arena olahraga untuk memberi
dukungan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pertemuan pihak luar.
Fungsi manajemen yang diajukan Allison merupakan fungsi fungsi manajemen umum
yang bisa dipraktikan baik di sektor swasta maupun sektor publik. Padahal sebagaimana telah
diketahui sifat dan karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Masih
menjadi perdebatan apakah prinsip manajamen umum berbeda penerapanya di sektor publik
dan sektor swasta. (Stewart and Ranson 1988) mengidentifikasi terdapat beberapa perbedaan
mendasar antara manajemen generik untuk sektor swasta dengan sektor publik yang lebih
berorientasi pada pelayanan publik. Perbedaan tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut :
8
Pertama, sektor swasta mendasarkan pada pilihan individu (individual choice) dalam
pasar. Perusahaan di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual
untuk memenuhi kepuasan tiap-tiap individu pelanggan. Oleh karena itu, tren manajemen
produksi di sektor swasta bukan lagi produksi masal, akan tetapi produksi yang menghasilkan
customize product, yaitu produk yang sesuai dengan selera dan pilihan tiap-tiap pelanggan.
Alasanya adalah bahwa tiap-tiap orang memiliki selera yang berbeda-beda. Tiap-tiap orang
ingin memiliki eksklusivitas dan tidak ingin disamakan seleranya begitu saja dengan orang
lain. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu memberikan produk-produk yang lebih
variative dan fleksibel untuk memenuhi permintaan pelanggan yang juga sangat bervariatif.
Keadaan seperti itu sangat berbeda dengan yang terjadi di sektor publik.
Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar akan tetapi
pilihan kolektif dalam pemerintahan. Sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat
yang difatnya kolektif (massa). Pilihan kolektif masyarakat tersebut biasanya disampaikan
melalui perwakilanya, dalam hal ini partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk
memenuhi tuntutan individual tentu berbeda dengan pemenuhan tuntutan kolektif. Oleh karena
itu, manajemen yang digunakan tentunya juga mengandung perbedaan.
Ketiga, sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan sektor publik
bersifat terbuka untuk masyarakat. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan
kepada publik seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik.
Informasi seperti laporan kinerja, laporan keuangan, serta anggaran harus disampaikan secara
9
terbuka. Sementara itu, di sektor swasta informasi yang disampaikan kepada publik relatif
terbatas. Informasi yang disampaikan pada laporan keuangan dan prospektus, sedangkan
anggaran dan rencana strategik perusahaan merupakan bagian dari rahasia perusahaan sehingga
tidak disampaikan ke publik.
Keempat, sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Keadilan
pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta berkepentingan
untuk menghilangkan hambatan untuk masuk ke pasar (barrier to entry). Sebagai contoh,
adanya monopoli dan monopsoni akan menciptakan keadilan pasar. Keadilan pasar akan terjadi
apabila terdapat kompetisi yang adil dalam pasar sempurna. Sementara itu, orientasi sektor
publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equity of need). Organisasi sektor publik
berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,
dan sarana-sarana umum lainya.
Kelima, tujuan manajamen sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan pelanggan
(selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan
kesejahteraan sosial. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi
kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan
distributif seperti itu.
Keenam, sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja. Pelanggan
merupakan penguasa tertinggi. Sementara itu, dalam organisasi sektor publik kekuasaan
tertinggi adalah masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat merupakan pelanggan, akan tetapi
dalam keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan. Sebagai contoh,
masyarakat yang membeli jasa listrik atau air bersih dari PT PLN atau PDAM adalah pelanggan
PT PLN atau PDAM, sedangkan yang tidak berlangganan listrik dan air hanya memperhatikan
masyarakat yang sudah berlangganan listrik dan air bersih saja. Pemerintah juga harus
memperhatikan masyarakat yang belum memperoleh akses listrik dan air bersih tersebut,
karena pada dasarnya setiap masyarakat berhak untuk memperoleh fasilitas listrik dan air
bersih.
10
pasar bebas (free market, free competition). Tindakan kolektif masyarakat bisa membatasi
tindakan pemerintah. Tindakan kolektif tersebut diwujudkan dalam sistem perwakilan rakyat
melalui proses pemilihan umum. Dalam sistem pemerintahan, sangat sulit bagi pemerintah
untuk memenuhi keinginan dan kepuasaan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan adalah
pemenuhan keinginan kolektif. Oleh karena itu, diperlukan partai politik sebagai alat untuk
melakukan tindakan kolektif.
Selain tujuh karakteristik diatas masih terdapat beberapa karakteristik unik lainya, yaitu
organisasi sektor publik tidak menjadikan laba sebagai tujuan utamanya. Keputusan sektor
publik dapat bersifat memaksa. Hal ini sangat berbeda dengan sektor swasta yang tidak bisa
memaksa pelanggannya. Masyarakat bisa dipaksa untuk mematuhi aturan atau keputusan
pemerintah. Misalnya penetapan tarif pajak dan harga pelayanan tertentu. Kekuatan untuk
memaksa tersebut tidak dimiliki sektor swasta. Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar,
sehingga kekuatan pasar yang akan memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Jika sektor
swasta menaikkan harga suatu produk, pelanggan atau konsumen tidak akan melakukan aksi
protes atau demonstrasi atas kenaikan harga tersebut. Sektor swasta bisa membebankan harga
yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal itu tidak akan mengundang protes berupa
demonstrasi. Pelanggan memiliki pilihan untuk tetap membeli produk itu atau akan berpindah
ke produk lain yang memberikan harga yang lebih murah. Akan tetapi, jika pemerintah
menaikkan harga pelayanan publik, misalnya harga BBM, tarif dasar listrik dan telepon, tarif
PDAM, maka hal itu akan mengundang reaksi yang luar biasa dari masyarakat (Mahmudi
2015).
11
e. Penerapan mekanisme pasar melalui pengontrakan untuk membantu perkembangan
persaingan di sector public
f. Pemangkasan biaya dan efesiensi
g. Kompensasi berbasis kinerja dan kebebasan manajer untuk mengelola organisasi
12
i. Pergeseran dari pemenuhan system adminsitrasi menjadi focus pada pelayanan
dan pengendalian, memperluas pilihan public, mendorong tindakan kolektif,
pemberian insentif, pengukuran dan analisis hasil kinerja serta pemberian
feedback.
3. Reinventing Government David Osborne & Ted Gaebler
Konsep NPM adalah konsep manajemen public yang telah muncul di Eropa.
Konseo ini tidak hanya berkembang di Eropa, tetapi juga berkembang di Amerika
Serikat. Ketidak percayaan terhadap kinerja pemerintah dan untuk terjadinya
kebangkrutan demokrasi di Amerika mengakibatkan konsep reinventing government
sebagai model manajemen public yang baru. Konsep ini mengandung 10 Prinsip,
yaitu:
a. Pemerintahan katalis, berfokus pada pemberian pengarahan bukan produksi si
pelayanan public.
b. Pemerintah milik masyarakat hendaknya lebih berorientasi untuk
memberdayakan masyarakat tidak sekedar melayani.
c. Pemerintah yang competitive perlu memunculkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publilk.
d. Pemerintah yang digerakkan oleh misi dapat mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi
e. Pemerintah yang berorientasi hasil mampu membiayai hasil bukan masukan.
f. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan bukan birokrasi.
g. Pemerintah wirausaha, dapat menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
h. Pemerintah antisipatif, berupaya mencegah daripada mengobati.
i. Pemerintah berorientasi desentralisasi, menyatakan bahwa dari hirarki menuju
partisipatif dan kinerja tim.
j. Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar dapat melakukan perubahan
dengan mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme
administrasi.
4. Manajerialisme Menurut Konsep OECD
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
merupakan organisasi internasional yang memiliki suatu kepentingan untuk
memajukan praktek manajemen di negara-negara berkembang. OECD ini juga
13
memiliki konsep yang tidak jauh berbeda degan konsep NPM, sebab memiliki tujuan
yang sama untuk memajukan praktik manajemen public di negara-negara
berkembang. Manajerialisem yang dipromosikan oleh OECD antara lain :
a. Focus yang lebih besar rehadap hasil (efesiensi, efektivitas dan kualitas
pelayanan)
b. Mengganti struktur organisasi hirarkis-sentralistis menjadi desentralisasi.
c. Fleksibilitas untuk mencari alternative penyediaan pelayanan public yang
lebih tinggi tinggkat daripada efektivitas biayanya.
d. Focus yang lebih besar terhadap efesiensi pelayanan, termasuk penetapan
target kinerja dan penciptaan persaingan dalam sektor publik.
14
Negara yang memiliki anggota OECD berusaha untuk menjadikan sector public lebih
manajerial melalui beberapa karakteristik antara lain ; adanya partisipasi yang lebih besar,
mekanisme kontrak dskresi yang lebih besar, penggunaan tekonologi informasi, kualitas
pelayanan dan pengadopsian mekanisme pasar. Dalam table tersebut menyajikan perbandingan
manajemen public dari berbagai sudut pandang.
Akuntansi memiliki suatu peran yang sangat penting dalam menentukan indicator
kinerja sebagai dasar untuk mengukur kinerja. Peran akuntansi dalam NPM adalah
berhubungan dengna perlunya dilakukan perubahan system, permasalahan efesiensi,
permasalhan akuntabilitas, dan system pengendalian manajemen. NPM memiliki konsep
dimana setiap unit kerja diharapkan dapa mengembangkan indicator kinerja sebagai alat untuk
megukur kemajuan dalam pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. System
penilaian kinerja dilakukan dengan pendekatan informal menurut NPM itu tidak efektif karena
tidak mampu menjadikan organisasi dapat mencapai hasil terbaik. Untuk pengukuran kinerja
yang tersistem dengan baik dapat memungkinkan manajer untuk mengontrol dan mengawasi
kemampuan bawahan dalam mencapai tujuannya.
Sistem pengukuran kinerja dalam sektor publik masih menjadi “thematic issue” yang
artinya adalah tema pengukuran kinerja harus dimunculkan dalam sebuah pikiran para
pemegang otoritas publik (Rogers. S 1990). Sebab pengukuran kinerja bukan sesuatu yang
bersifat netral, tetapi dapat memberikan dampak yang lebih besar pada perilaku individu,
kelompok, dan organisasi. NPM telah memberikan kontirbusi positif dalam memperbaiki
kinerja sektor publik melalu mekanisme pengukuran kinerja yang berorientsi pada pengukuran
ekonomi.
Tujuan NPM yang penting adalah menjadikan sektor publik sebagai suatu organisasi
penyedia layanan public yang efisien dan efektif. Sedangkan kontribusi yang penting dalam
pengukuran kinerja sektor publik adalah dapat menghasilkan perbaikan kinerja melalui
15
penerapan mekanisme pasar di sektor publik sebagaimana yang dilakukan di sektor swasta.
Organisais sektor publik by nature bersifat monopoli, dan pengukuran kinerja yang berfungsi
sebagai alat untuk mencipakan persaingan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa NPM tidak tepat diterapkan untuk negara
berkembang. Pengadopsian model New Public Management yang dilakukan negara-negara
berkembang apakah memang benar-benar menjadikan lebih baik ataukan hanya sekadar
perubahan luarnya saja. Apakah manajerialisme yang dilakukan di negara-negara maju bisa
diimplementasikan di negara berkembang. Hal tersebut menjadi pertanyaan mendasar, karena
gaya manajemen yang ada di negara-negara barat mungkin sekali akan berbeda hasilnya jika
dinerapkan di tempat yang berbeda. Hal yang sangat mungkin terjadi adalah bahwa penerapan
NPM dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural. Tingkat keberhasilan negara berkembang dalam
mengadopsi prinsip manajerialism model barat bervariasi. Sebagai contoh, Malaysia
menerapkan Total Quality Management (TQM) sebagai bentuk modernisasi manajemen publik
dan penerapannya dinilai sukses, namun Bangladesh dan beberapa negara Afrika banyak
mengalami kegagalan. Implementasi NPM di negara-negara berkembang tidak mudah
dilakukan karena kecenderungan birokrasi masih sulit dihilangkan.
Argumen bahwa NPM tidak tepat untuk negara-negara berkembang karena alasan
korupsi dan rendahnya kapasitas administrasi tidaklah tepat. Penerapan NPM di negara negara
berkembang tergantung pada faktor-faktor kontinjensi lokal (localised contingency) bkan
karena karakteristik nasional secara umum. Faktor-faktor seperti korupsi dan-lemahnya
kemampuan administrasi memang mempengaruhi kinerja pemerintah, akan tetapi localised
contingencies lebih besar pengaruhnya sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan upaya
reformasi.
16
1.10 Permasalahan Dalam Penerapan New Public Management
Implimentasi konsep NPM di sektor publik tidaklah bebas dari kendala dan masalah.
Masalah tersebut terutama berakar di mental birokrat tradisional, pengetahun dan
keterampilanyang tidak memadai, dan peraturan perundang-undangan yang tidak memberi
peluang yang cukup untuk menciptakan fleksibilitas dalam pembuatan keputusan. Beberapa
masalah dalam menerapkan konsep NPM di negara berkembang adalah sebagai berikut :
1. NPM didasarkan pada penerapan prinsip/mekanisme pasar atas kebijakan public dan
manajemennya. Hal ini juga terkait dengan pengurangan peran pemerintah yang
digantikan dengan pengembangan pasar, yaitu dari pendekatan pemerintah sentris (state
centered) menjadi pasar sentris (market contered approach). Negara-negara
berkembang memiliki pengalaman yang sedikit dalam ekonomi pasar. Pasar di negara
berkembang relative tidak kuat dan tidak efektif. Perekonomian pasamya lebih banyak
didominasi oleh asing atau perusahaan asing, bukan pengusaha pribumi atau lokal. Di
samping itu, pasar di Negara berkembang tidak efektif karena tidak ada kepastian
hukum yang kuat. Sebagai contoh masalah kepatuhan terhadap kontrak kerja sama
(contract right) sering menjadi masalah.
2. Adanya permasalahan dalam privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi di
negara berkembang bukan merupakan tugas yang mudah. Karena pasar di negara
berkembang belum kuat, maka privatisasi akhirnya akan berarti kepemilikan asing atau
kelompok etnis tertentu yang hal ini dapat membahayakan, misalnya menciptakan
keretakan sosial.
3. Perubahan mekanisme birokrasi ke mekanisme pasar apabila tidak dilakukan secara
hati-hati bisa menciptakan wabah korupsi. Hal ini juga terkait dengan permasalahan
budaya korupsi yang kebanyakan dialami negara-negara berkembang. Pergeseran dari
budaya birokrasi yang bersifat patronistik menjadi budaya pasar yang penuh persaingan
membutuhkan upaya yang kuat untuk mengurangi kekuasaan birokrasi.
4. Adanya keengganan untuk berpindah ke model pengontrakan dalam pemberian
pelayanan publik jika aluran hukum dan penegakanya tidak kuat. Model pengontrakan
akan berjalan baik jika outcome-nya mudah ditentukan. Jika tujuan organisasi tidak
jelas, atau terjadi wabah korupsi yang sudah membudaya maka penggunaan model-
model kontrak kurang berhasil. Terdapat permasalahan politisasi yang lebih besar di
negara berkembang dibandingkan negara maju, termasuk dalam hal politisasi
penyediaan pelayanan publik, pemberian kontrak kepada krooni-kroninya.
17
5. Adanya permasalahan kelembagaan, lemahnya penegakan hukum, permodalan, dan
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu, cara berkembang terus melakukan
reformasi yang tidak terkait atau bahkan berlawanan dengan agenda NPM. Paket dalam
agenda NPM tidak dilaksanakan sepenuhnya. Permasalahan dalam penerapannya juga
tidak dialami oleh negara berkebang saja. Australia yang juga menerapkan NPM
menghadapi permasalahan berupa kekecewaan publik terkait dengan efisiensi dan
kualitas pelayanan, permasalahan dalam proses tender, dampak perubahan manajerial
terhadap proses demokratisasi, dan kegagalan beberapa agenda reformasi dengan
harapan publik yang disebabkan oleh retorika kehebatan NPM (Hughes and O’Neill D
2002). Pemerintah Australia juga mencoba mengoreksi NPM yang lebih
mengutamakan pada policy outcame dan mengabaikan policy process. Karena NPM
berfokus pada managing outcome, perubahan yang dilakukan kadang tidak memberikan
hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, proses juga sangat penting tidak hanya outcome
Di Fransisco, (2001) (Barzelay and Michael 1997) juga menyatakan perlunya
pemahaman terhadap proses kebijakan bukan hanya policy outcome karena harus
disadari bahwa NPM sebenarnya masuk dalam proses kebijakan.
18
KESIMPULAN
Salah satu gerakan reformasi sector public ialah adanya konsep New Publik
Management (NPM). NPM muncul di Eropa pada tahun 1980-an dan pada tahun 1990-an
NPM sebagai reaksi yang tidak memadai model adminstrasi sector public tradisional. Dalam
perkembangannya pendekatan manajerial modern tersebut memiliki banyak sebutan,antara
lain : managerialisme, mew public management, market –based public administration,
postbureaucratic paradigm, dan entrepreneurial government. Dan istilah yang sering dipakai
untuk model manajemen public modern adalah NPM.
19
DAFTAR PUSTAKA
Barzelay, and Michael. 1997. Reasearching The Politics of New Public Management :
Changing The Questions, Not The Subjects, Paper Delivered at the Summer Workshop
of the International Public Management Network Berlin/Potsdam. Germany.
Broadbent, and J Guthrie. 1992. “Changes in the Public Sector : A Review of Recent
‘Alternative’ Accounting Research.” Accounting Auditing Accountability 5: 3–31.
Di Fransisco, and Mickael. 2001. “Process Not Outcomes in New Public Management?
‘Policy Coherence’ in Australia Government, "The Drawing Board.” An Australian
Review of Public Affairs Vol. 1 No. 3 : pp 103-116.
Hughes, Owen E. 1998. Public Management and Administration. 2nd ed. London:
MacMillan Press Ltd.
Hughes, Owen E., and O’Neill D. 2002. The Limits of New Public Management : Reflections
on the Kennett ’Revolution ’in Victoria. Monash University.
Jackson. 1995. Measures for Success in the Public Sector : A Public Finance Foundation
Reader. ed. Peter M.
de Leon, and Green. 2000. Cowboys and the New Public Management : Political Corruption
as a Harbinger. University of Colorado (Denver).
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. 3th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Stewart, John, and Stewart Ranson. 1988. “Management in the Public Domain.” Public
Money & Management 8(1–2): 13–19. https://doi.org/10.1080/09540968809387456.