Dosen Pengampu :
Anisatun Humayrah, S.Pd., M Ak
Kelas G
Disusun Oleh :
NURDIFNA AZ-ZAHRA
(220901501102)
7
Untuk menghemat waktu, kewenangan persetujuan ditandatangani langsung oleh
Manajer Pelayanan DPM-PTSP. Hal ini sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh
Walikota. DPM-PTSP juga mencakup rencana strategis (Renstra), rencana kerja (RENJA),
indikator kinerja utama (IKU), rencana kerja dan anggaran (RKA)/RKPA, dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA), dan kontrak kinerja (PK). Sebagaimana dilaporkan dalam
Akuntabilitas Kinerja Instansi (LAKIP)/Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi (SAKIP). Selain
itu, pegawai yang berhasil melaksanakan tugas pokoknya diakui melalui penerbitan sertifikat
dan materi.
Manajemen profesional diterapkan di DPM-PTSP dengan kebijakan yang sangat baik
dan dukungan dari berbagai instansi untuk meningkatkan kualitas layanan. Diperlukan
peningkatan profesional lebih lanjut dari segi sumber daya manusia, terutama dari segi kualitas.
Harapan terbaik bagi karier birokrat adalah memberikan penghargaan kepada pejabat yang
berprestasi dengan promosi jabatan, namun hal ini belum mendapat dukungan penuh karena
faktor politik masih sangat kuat.
2. Adanya Indikator dan Standar Kinerja
Menurut Peraturan Walikota Makassar Nomor 60 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, izin diberikan kepada DPM-PTSP Kota Makassar.
Masyarakat dapat menghubungi petugas Pelayanan DPM-PTSP secara langsung. Layanan
dimulai dengan penerimaan permohonan kualifikasi dan pemrosesan selanjutnya hingga
diperoleh persetujuan dengan memperoleh penerbitan izin.
Ada 32 jenis perizinan yang tersedia untuk layanan di DPM-PTSP. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada DPM-PTSP Kota Makassar setiap jenis izin
memiliki masa berlaku. Organisasi baru akan secara signifikan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk mengaktifkan layanan mereka. Saat ini, persetujuan izin baru hanya
membutuhkan tiga hari, sedangkan perpanjangan atau izin lanjutan hanya membutuhkan satu
hari. Pengurusan IMB memakan waktu kurang lebih empat belas hari karena dilakukan survey
lokasi dan dampak lingkungan.
Karakteristik tersebut telah diterapkan dengan baik sebab adanya dukungan kebijakan
dan prosedur perizinan operasional yang juga memenuhi standar yang ditetapkan. Sebenarnya
pelayanan melalui satu pintu tidak ribet dan penggunaan sistem antrian lebih adil serta
membatasi ruang gerak petugas yang ingin melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
3. Fokus pada output dan hasil
DPM-PTSP Kota Makassar merupakan lembaga yang tergolong muda, sehingga
pelayanan DPM-PTSP fokus pada pengendalian input, sedangkan pelayanan perizinan masih
fokus pada output dan hasil. Meskipun dari sudut pandang ekonomi, hal ini tetap menjadi
8
andalan dalam memperoleh pendapatan daerah. Target pendapatan perekonomian masih belum
optimal karena pelayanan perizinan belum terintegrasi dan persetujuan dari otoritas pendapatan
daerah, seperti persetujuan untuk restoran, hotel, periklanan, dan lain-lain, masih tertunda.
Fitur ini belum berfungsi dengan baik. Masih diperlukan perbaikan terutama dalam
mengintegrasikan segala macam persetujuan ke dalam OPD untuk memudahkan pengendalian
output dan hasil. Sebagaimana dikemukakan oleh Hood (1991), fokus organisasi harus pada
pengelolaan keluaran dan hasil, bukan hanya pengelolaan masukan seperti anggaran, jumlah
karyawan, dan material.
4. Pembagian kewenangan pada unit kinerja
Dengan adanya DPM-PTSP, maka desentralisasi perizinan sepenuhnya beralih pada
kewenangan tersebut, terhitung sejak Keputusan Walikota memberikan kewenangan kepada
kepala lembaga kewenangan menandatangani penerbitan izin usaha. Struktur organisasi dibagi
menjadi unit-unit yang lebih kecil (wilayah dan bagian) untuk memastikan pembagian kinerja
pelayanan perizinan yang tepat.
Karakteristik tersebut diterapkan dengan sangat baik dan lancar karena tidak hanya tugas
pokok dan fungsi yang jelas, tetapi juga terdapat prosedur operasi standar (SOP) untuk
menjalankan operasinya. Oleh karena itu, hanya ada beberapa duplikasi tugas, dan semua orang
tahu siapa yang melakukan apa dan siapa yang bertanggung jawab.
5. Penciptaan persaingan di sektor publik
Untuk meningkatkan kualitas kerja dalam beberapa pelaksanaan kegiatan di DPM-PTSP,
mekanisme kontrak yang melibatkan pihak swasta melalui tender yang kompetitif dan terbuka
telah diimplementasikan. Beberapa tugas dikontrakkan kepada pihak ketiga atau organisasi
swasta. Ini termasuk pembuatan prosedur standar operasi (SOP), pembelian komputer, furnitur,
dan peralatan kantor, serta layanan pembersihan dan pemeliharaan kantor. Tujuannya adalah
untuk mendorong pertumbuhan sektor swasta. Beberapa program DPM-PTSP melibatkan sektor
swasta melalui mekanisme kontrak dan penawaran yang kompetitif, seperti layanan kebersihan
yang diberikan oleh perusahaan konsultan, dan pengembangan prosedur operasi standar (SOP)
dan indeks kepuasan masyarakat (IKM).
Sistem kontrak, yang mencakup pengumuman dan persyaratan yang sangat transparan,
menunjukkan bahwa fitur tersebut digunakan dengan baik.
6. Implementasi Gaya Manajemen Pada Sektor Korporasi
Untuk pelayanan kepada masyarakat secara fisik, ruangan dan sistem pelayanan sudah
memadai, seperti ruang tunggu, AC, dispenser, dan kursi yang sangat nyaman
pelayanan. Namun, mungkin ada situasi di mana jumlah tersebut tidak mencukupi.Selain itu,
tersedianya teknologi informasi layar sentuh sudah ada di sistem pelayanan.
9
Meskipun terkait dengan praktik manajemen sektor swasta, beberapa konsep NPM,
termasuk sistem penilaian kinerja dan sistem promosi berbasis kinerja, belum sepenuhnya
diterapkan dalam pelayanan DPM-PTSP. Pengaruh politik tidak sepenuhnya selaras dengan
proses rekrutmen pegawai negeri, tidak seperti di sektor swasta yang mengevaluasi bakat dan
kinerja. Meskipun sumber daya manusia merupakan faktor utama keberhasilan suatu
perusahaan, namun promosi jabatan memerlukan perhatian khusus, seiring dengan penerapan
sistem khusus yang mengutamakan keterampilan/kompetensi berdasarkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan.
7. Fokus pada konservasi sumber daya
Pelayanan DPM-PTSP masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan baik dari segi kuantitas maupun kualitas petugas. Pegawai yang melaksanakan
pekerjaannya tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Namun kami masih harus
meningkatkan staf kami baik dari segi jumlah maupun kualitas. Jenis izin yang diberlakukan
kurang mendapat dukungan lengkap dari personel yang ahli. Pelayanan teknis masih
mengandalkan tenaga ahli tersebut. Penggunaan berbagai sumber daya seperti penerangan dan
komputer belum optimal, dan masih terdapat pegawai yang menggunakan komputer pada
waktu-waktu tertentu pada waktu istirahat. Meskipun beberapa brosur mengenai jenis layanan
yang ditawarkan dan prosedur perizinan telah diterbitkan, namun prinsip efisiensi dan
efektivitas belum sepenuhnya diterapkan.
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa pelaksanaan NPM di DPM-PTSP Kota Makassar
didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Hood yang menjadi karakteristik NPM.
Tentu saja, tidak semua hal ini kompatibel. NPM memiliki empat karakteristik yang diterapkan
dengan baik pada DPM-PTSP Kota Makassar, di antaranya yaitu pengelolaan yang profesional,
adanya evaluasi dan standar kinerja, pembagian unit kerja, dan terciptanya persaingan di sektor
publik. Di sisi lain, ada beberapa hal yang belum sepenuhnya terlaksana, seperti penekanan pada
outcome dan outcome, pengenalan gaya manajemen dari sektor korporasi ke sektor publik, dan
penekanan pada pemanfaatan sumber daya. Kedepannya diharapkan DPM-PTS Kota Makassar
dapat melaksanakan NPM dengan lebih efektif dan efisien. (Hamid, 2022)
10
REFERENSI
Denhardt, J. V, & Denhardt, R. B. (2019). The New Public Service: Serving, Not Steering. Taylor
\& Francis. https://books.google.co.id/books?id=FpMYDQAAQBAJ
Hamid, H. (2022). Implementasi New Public Management (Npm) Dalam Pelayanan Publik Di
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Jurnal Pallangga
Praja (JPP), 4(2), 117–123. https://doi.org/10.61076/jpp.v4i2.3064
Indrawati, L. (2018). Peran Gaya Kepemimpinan Terhadap Implementasi New Public Management
Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial Sektor Publik. Politeknik Negeri Jakarta, 1(8), 494–
501. https://jurnal.polban.ac.id/ojs-3.1.2/akuntansi/article/view/924%0
Intan Puspitarini. (2019). Penerapan Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Dalam Tata Kelola
Barang Milik Negara: Analisa Atas Dampak Dan Manfaat. Jurnal Manajemen Keuangan
Publik, 1(2), 67–78.
Lino, A. F., de Azevedo, R. R., de Aquino, A. C. B., & Steccolini, I. (2022). Fighting or supporting
corruption? The role of public sector audit organizations in Brazil. Critical Perspectives on
Accounting, 83, 102384. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cpa.2021.102384
Mahmudi. (2019). Manajemen kinerja sektor publik (Edisi Keti). UPP STIM YKPN.
Rachman, M. (2021). MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK. In Revista Brasileira de Linguística
Aplicada (Vol. 5, Issue 1). PENERBIT TAHTA MEDIA GROUP.
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0
11