Anda di halaman 1dari 22

Paradigma

Administrasi Publik
Nur Wulan Intan Palupi
PARADIGMA 1
Dikotomi Politik-Administrasi (1900-1926)
Tokoh : Frank J Goodnow dan Leonard D. White

Frank J Goodnow dan Leonard D White dalam bukunya Politics and Administration
menyatakan dua fungsi pokok dari pemerintah yang berbeda:
1. Fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara,
2. Fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.
Penekanan pada Paradigma ini terletak pada Locusnya, menurut Goodnow Locusnya
berpusat pada (government Bureucracy) birokrasi Pemerintahan. Administrasi negara
memperoleh legitimasi akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of
Public Administration oleh Leoanrd D White yang menyatakan dengan tegas bahwa
politik seharusnya tidak ikut mencampuri administrasi, dan administrasi negara
harus bersifat studi ilimiah yang bersifat bebas nilai.
PARADIGMA 2
Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937) Tokoh :
Gulick dan Urwick, F.W. Taylor, Henry Fayol, Mary
Parker Follet, dan Willooghby

Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F


Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh berbagai macam
kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai
bidang inilah yang membawa dampak yang besar pada timbulnya prinsip-
prinsip administrasi, Prinsip-prinsip tersebut yang menjadi Focus kajian
Administrasi Publik sedangkan Locus dari paradigma ini kurang ditekankan
karena esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana dalam kenyataan bahwa
prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan, misi atau kerangka
institusi, ataupun kebudayaan, dengan demikian administrasi bisa hidup
dimanapun asalkan Prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.
Pada paradigma kedua ini pengaruh manajemen Kalsik sangat
besar Tokoh-tokohnya adalah :
• F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar yaitu ; perlu
mengembangkan ilmu manajemen sejati untuk memperoleh
kinerja terbaik ; perlu dilakukukan proses seleksi pegawai
ilmiah agar mereka bisa tanggung jawan dengan kerjanya ;
perlu ada pendidikan dan pengembangan pada pegawai
secara ilmiah ; perlu kerjasama yang intim antara pegawai dan
atasan ( prinsip management ilmiah Taylor )
• Kemudian disempurnakan oleh Fayol ( POCCC ) dan
Gullick dan Urwick ( Posdcorb )
PARADIGMA 3
Administrasi Negara Sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Tokoh : Nicholas Henry

• Menurut HERBERT SIMON ( The Poverb Administration ) Prinsip


Managemen ilmiah POSDCORB tidak menjelaskan makna “ Public” dari “public
Administration “ menurut Simon bahwa POSDCORB tidak menjelaskan apa
yang seharusnya dilakukan oleh administrator publik terutama dalam decision
making. Kritik Simon ini kemudian menghidupkan kembali perdebatan
Dikotomi administrasi dan Politik
• Kemudian munculah pendapat Morstein-Mark ( element Of Public
Administration yang kemudian kembali mempertanyakan pemisahan politik
dan ekonomi sebagai suatu hal yang tidak realistik dan tidak mungkin
Kesimpulannya Secara singkat dapat dipahami bahwa fase
Paradigma ini menerapkan suatu usaha untuk
menetapkan kembali hubungan konseptual antara
administrasi saat itu, karena hal itulah administrasi pulang
kembali menemui induk ilmunya yaitu Ilmu Politik,
akibatnya terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya
yakni birokrasi pemerintahan akan tetapi konsekuensi dari
usaha ini adalah keharusan untuk merumuskan bidang ini
dalam hubungannya dengan focus keahliannya yang
esensial. Terdapat perkembangan baru yang dicatat pada
fase ini yaitu timbulnya studi perbandingan dan
pembangunan administrasi sebagi bagian dari
Administrasi negara.
PARADIGma 4
Administrasi Negara Sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)
Tokoh : Henderson, Thompson, Caldwen

• Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigma IV ini untuk


menunjukkan isi dan focus pembicaraan, sebagai suatu paradigma pada
fase ini Ilmu Administrasi hanya menekankan pada focus tetapi tidak
pada locusnya, Ia menawarkan teknik-teknik yang memerlukan keahlian
dan spesialisasi, pengembangan paradigma ke-4 ini bukannya tanpa
hambatan, banyak persoalan yang harus dijawab seperti misal adalah
apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara yakni
ilmu administrasi, apakah ia berhak bicara tentang public (negara) dalam
administrasi tersebut dan banyak persoalan lainnya.
Paradigma 5
Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)

Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu


dikembangkan dalam disiplain Administrasi Negara:
1. Ahli Administrasi Negara meminati pengembangan suatu ilmu
Administrasi Negara yang murni
2. Satu kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan
mengenai kebijaksanaan publik.
Lebih dari itu administrasi negara lebih fokus ranah-ranah
ilmu kebijaksanaan (Policy Science) dan cara pengukuran dari
hasil- hasil kebijaksanan yang telah dibuat, aspek perhatian ini
dapat dianggap sebagi mata rantai yang menghubungkan
antara fokus administrasi negara dengan locusnya. Fokusnya
adalah teori-teori organisasi, public policy dan tekhnik
administrasi ataupun manajemen yang sudah maju, sedangkan
locusnya ialah pada birokrasi pemerintahan dan persoalan-
persoalan masyarakat (Public Affairs).
Paradigma 6
Model Birokrasi Klasik.
Tokoh : Taylor, Wilson, Weber,Gullick Urwick

Birokrasi adalah suatu usaha dalam mengorganisir berbagai pekerjaan agar


terselenggara dengan teratur. Pekerjaan ini bukan hanya melibatkan banyak
personil (birokrat), tetapi juga terdiri dari berbagai peraturan dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan. Birokrasi diperlukan agar
penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut terlaksana secara efisien,
efektif dan ekonomis.
Dalam memahami lebih jelas pengertian birokrasi ini, maka dikemukakan ciri-ciri
idealnya dari Max Weber (Frederickson, 1984) yang dikenal sebagai salah satu tokoh
dalam aliran birokrasi klasik (atau aliran tradisional). Ciri-ciri ini antara lain; suatu
birokrasi terdiri dari berbagai kegiatan, pelaksanaan kegiatannya didasarkan pada
peraturan yang konsisten, jabatan dalam organisasi tersusun dalam bentuk hierarki,
pelaksanaan tugas dengan impersonality, sistem rekruitmen birokrat berdasar pada
sistem kecakapan (karier) dan menganut sistem spesialisasi, dan penyelenggaraan
pemerintahan dilakukan secara terpusat (sentralisasi).

Meskipun birokrasi klasik ini banyak dikritik, namun sampai sekarang, tetap ada
beberapa karakteristik dari model ini yang bertahan dalam birokrasi pemerintahan.
Kelemahan-kelemahannya antara lain, seperti terlalu kakunya peraturan yang
menyertai model ini, menyebabkan banyak ahli yang melakukan penelitian untuk
penyempurnaannya.
Paradigma 7
Model Neo Birokrasi
Tokoh : Simon, Cyert, March, Gore

Model pendekatan neo-birokrasi merupakan salah satu model dalam erabehavioral.


Nilai yang dimaksimumkan adalah efisiensi, ekonomi, dan tingkat rasionalisme yang
tinggi dari penyelenggaraan pemerintahan. Unit analisisnya lebih banyak tertuju
pada fungsi “pengambilan keputusan” (decision making) dalam organisasi
pemerintahan.
Dalam proses pengambilan keputusan ini, pola pemikirannya bersifat “rasional”;
yakni keputusan-keputusan yang dibuat sedapat mungkin rasional untuk dapat
mencapai tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; model pengambilan
keputusan didasarkan pada prinsip manajemen modern; pendekatan dalam
mengambil keputusan didasarkan pada analisis sistem; dan di dalam praktiknya
banyak menggunakan penelitian operasi (operation research).
Kelebihan model ini, telah banyak dibuktikan melalui “unit analisisnya”
yang lebih didasarkan pada teknik-teknik ilmu manajemen yang telah
mapan sebagai kelengkapan pemecahan masalah dalam banyak organisasi
besar, termasuk organisasi militer dan pemerintahan. Teknik manajemen
ilmiah telah banyak digunakan dalam kegiatan penganggaran,
penjadwalan proyek, manajemen persediaan, program perencanaan
karyawan, serta pengembangan produk untuk mencapai produktivitas
yang tinggi. Dibalik kelebihannya, juga memiliki berbagai kelemahan,
antara lain tidak semua persoalan dalam pemerintahan dapat
dikuantitatifkan dalam menerapkan prinsip manajemen ilmiah seperti
yang diharapkan dalam penerapan model ini.
Paradigma 8
Model Kelembagaan
Tokoh : Lindbloom, J. Thompson, Mosher, Blau, Riggs

Model kelembagaan merupakan penjelmaan dari era behavioralisme. Ciri-

cirinya, antara lain bersifat empiris. Di samping memperhatikan aspek

internal, juga pada aspek ekstemal, seperti aspek budaya turut menjadi

perhatian utama dalam kajian organisasi pemerintahan (sistem terbuka).


Para penganut model ini lebih tertarik mempelajari organisasi
pemerintahan apa adanya (netral), dibanding mengajukan resep
perbaikan (intervensi) yang harus dilakukan dalam peningkatan
kinerja organisasi pemerintahan. Namun demikian, hasil karya
dari tokoh penganut aliran sangat berjasa dalam pengembangan
teori organisasi, karena hasil-hasil karya yang ada sebelumnya
cenderung menganalisis organisasi dengan “sistem tertutup”
tanpa memperhitungkan aspek eksternal organisasi, yang secara
realita sangat menentukan terhadap kinerja organisasi
pemerintahan.
Paradigma 9
Model Hubungan Kemanusiaan
Tokoh : Mcgregor, Argyris

Model hubungan kemanusiaan mengkritik model-model birokrasi. pemerintahan


yang ada sebelumnya, yakni model birokrasi klasik dan model neo-birokrasi yang
terlalu memformalkan seluruh kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Model
hubungan kemanusiaan melihat secara empiris, bahwa ternyata aturan yang terlalu
kaku, dapat menimbulkan kebosanan orang (birokrat) bekerja dalam organisasi.
Ciri-ciri model ini, antara lain melihat perlunya diperhatikan; hubungan
antarpribadi, dinamika kelompok, komunikasi, sanksi yang tidak perlu
merata, pelatihan, motivasi kerja dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintahan. Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, maka nilai yang
dimaksimalkan adalah kepuasan kerja, perkembangan pribadi, harga diri
individu dalam organisasi pemerintahan. Model ini tetap menganjurkan
perlunya pengawasan, namun tidak perlu dilakukan secara ketat dan merata
kepada semua anggota organisasi. Hanya mereka yang memerlukan
pengawasan adalah yang perlu diberikan. Hal yang paling penting dilakukan
adalah memperbaiki sistem organisasi agar tercipta suasana kerja yang
memungkinkan anggota organisasi dapat berhubungan secara baik dengan
rekan kerjanya agar tercipta suasana yang dapat meningkatkan inovasi
aparatur pemerintahan.
Paradigma 10
Model Hubungan Publik
Tokoh : Ostrom, Buchanan, Olson, Oppenheimer

Model birokrasi pilihan publik merupakan pendekatan yang paling


mutakhir dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pendekatan ini masih
banyak bersifat teoretis dibanding bukti empiris di lapangan. Resep-
resep yang ada dalam penyelenggaraan pemerintahan kebanyakan
bersifat ideal, namun bukti penerapannya, masih tergolong langka. Hal
ini antara lain disebabkan karena pendekatan ini memang relatif masih
muda usianya.
Ciri-cirinya, antara lain; lebih bersifat anti birokratis, berdasar pada distribusi
pelayanan, desentralisasi, dan tawar-menawar yang berorientasi kepada klien.
Ada berbagai prasyarat yang seharusnya terpenuhi dalam penerapan model
ini, antara lain:
(1)sistem politik harus dapat menjamin partisipasi dalam mengemukakan
pendapat secara objektif dan bertanggung jawab;
(2)sistem administrasi pemerintahan yang selalu dinamis, mampu
menyesuaikan diri dengan fungsi yang terus berubah;
(3)Birokrat harus mampu mengoreksi diri sendiri, dan;
(4)perlu ada langkah kongkrit yang dapat dilakukan dalam mengefektifkan
pemberdayaan masyarakat, antara lain adalah meningkatkan kesadaran
kritis dalam hal politik pada berbagai lapisan masyarakat.
Langkah ini terlaksana apabila terjadi komunikasi yang “dialogis” antara
perumus kebijaksanaan dan masyarakat pengguna pelayanan.
Paradigma 11
Administrasi Negara Baru (New Public Administration)
Tokoh : J. V. Denhard

• Melayani warga masyarakat bukan pelanggan;


• Mengutamakan kepentingan Publik
• Lebih menghargai warga negara bukan kewirausahaan
• Berfikir strategis dan bertindak demokratis
• Menyadari akuntabilitas bukan suatu yang mudah
• Melayani dari pada mengendalikan
• Menghargai orang buka produktivitas semata
Konsep mutakhir administrasi negara adalah good governance yang
memberikan lebih banyak hal yang harus dihadirkan pemerintahan dalam
pelayanan kepada masyarakat.

Good governance lahir di tengah-tengah masyarakat yang kompleks, kritis,


dan turunnya sumber daya yang dimiliki pemerintah jika dibandingkan
permasalahan yangdihadapi, sehingga konsep ini menjadi sangat relevan
untuk diadopsi dalam penyusunan kabinet jika memang benar presiden
yang terpilih nantinya memiliki political will yang besar terhadap
perbaikan bangsa. JIka sungguh-sungguh ingin melaksanakan good
governance, dari penyusunan kabinet itu sudah tercermin. Konsep
Administrasi negara baru yang lahir pada tahun 1980-an, mendorong
pemerintah untuk tidak saja adil tetapi juga berpihak pada yang lemah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai