Anda di halaman 1dari 15

Imbuhan

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas B.


Indonesia pada akhir Semester I

Disusun oleh
Nama : Doni
Kelas : IX SMP
No : 15
Kata Pengantar

Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan karunianyalah saya dapat menyelesaikan tugas
Bahasa Indonesia tentang karya tulis dengan tema imbuhan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “ Imbuhan ” yaitu


bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk
kata baru, afiks. Sedangkan “ asing ” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), yaitu datang dari luar (negeri, daerah, lingkungan).

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Imbuhan sama dengan bunyi yang
ditambahkan pada sebuah kata baik di awal (prefiks), di akhir (sufiks), di tengah
(infiks) atau gabungan di antara tiga imbuhan itu untuk membentuk kata baru yang
artinya berhubungan dengan kata pertama. Sedangkan imbuhan asing yaitu
imbuhan yang datang (diserap) dari luar, baik dari luar negeri, luar daerah, maupun
dari luar lingkungan, dan lain-lain.

Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk
dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata
berimbuhan atau kata turunan. Imbuhan memiliki makna dan fungsi yang berbeda-
beda jika dimasukkan kedalam kalimat.
Adapun yang dimaksud dengan gabungan imbuhan .Gabungan imbuhan
adalah pemakaian beberapa imbuhan sekaligus pada suatu kata dasar, yang
masing-masing mempertahankan arti dan fungsinya. Imbuhan-imbuhan yang biasa
dipakai bersama-sama adalah: me-kan, mem-per-kan, di-per-kan, ter-kan, ber-
kan, dan lain-lain.

Demikian kata pengantar dari saya, jika ada penyusunan kata yang salah
saya mohon maaf. Kritik dan saran selalu saya harapkan .Terima kasih

Medan, 12 Oktober 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Judul

Kata Pengantar………………………………………………………………...…...i

Daftar Isi……………………………………………………………………….......ii

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………....1

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………...…….…...1


1.2 Batasan Masalah………………………………………………….…......2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………..2
1.4 Metode Penulisan…………………………………………...…….…….2

Bab II Pembahasan………………………………………………………...………3

2.1. Pengertian Imbuhan Asing……………………………...…………....3


2.2. Jenis-Jenis Imbuhan Asing…………………………………………...3
2.2.1 Imbuhan Serapan dari Bahasa Sansekerta…………………......3
2.2.2 Imbuhan Serapan dari Bahasa Arab…………………………....5
2.2.3 Imbuhan Serapan dari Bahasa Inggris……………………...….6
2.3. Cara Mencari Arti Imbuhan………………………………………..…7
2.4. Menggunakan Kata Imbuhan Ter-, Ter-kan, dan Ter-i…………........7
2.4.1 Imbuhan ter-……………………………………………….…..7
2.4.2 Imbuhan ter-kan……………………………………………….8
2.4.3 Imbuhan ter-i……………………………………………….….9

Bab III Penutup……………………………………………………………………11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………..iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang bertitik tolak dari


bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahwa Indonesia banyak menyerap dari
bahasa derah maupun dari bahasa asing, Misalnya : Inggris, Belanda, Sansekerta,
dan lain-lain.

Sudah diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar dan kata
bentukan. Kata dasar disusun menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses
pembentukan, yaitu: afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan
komposisi (pemajemukan). Dalam proses pembentukan afiksasi telah dikenal
adanya imbuhan atau afiks yang meliputi prefiks (awalan), sufiks (akhiran), dan
infiks (sisipan). Kata-kata imbuhan tersebut sering juga kita gunakan dalam
percakapan kita sehari-hari.

Untuk memperkaya bentuk gramatikalnya, bahasa Indonesia menyerap


sejumlah imbuhan dari bahasa asing. Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing
yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat
dinamis tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing,
baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah
yang kemudian dikenal dengan unsur serapan.

Kata serapan, masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui bidang pendidikan,


ilmu dan teknologi, agama, dan perdagangan. Sufiks serapan berasal dari bahasa
Arab, Sansekerta, Belanda, dan Inggris. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan
imbuhan serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia. Seperti sufiks -isme dalam
bahasa Indonesia tidak hanya dilekatkan dengan bahasa asing, kata-kata asli
Indonesia pun ada yang telah diberi sufiks asing. Setiap unsur serapan pasti
memilik problematik, Baik yang berhubungan dengan bunyi, bentukan kata,
penulisan, maupun pemakaian kalimat. Seperti pada penulisan kata gerejani dan
gerejawi, manakah yang paling dianggap benar secara morfologis.

Selain imbuhan dari serapan asing, ada juga imbuhan yang lain, Misalnya :
ter-, ter-kan, dan ter-i . Imbuhan ter -, biasanya berfungsi untuk membentuk verba
(kata kerja pasif), tetapi pada kata-kata tertentu berfungsi sebagai pembentuk
nomina (kata benda), kecuali awalan ter- yang melekat pada kata sifat.

1
Imbuhan ter-kan yaitu bukan konfiks dan masing-masing memiliki fungsi dan
makna sendiri. Awalan ter- berfungsi membentuk kata kerja pasif, sedangkan
akhiran –kan membentuk kata kerja aktif transitif. Imbuhan ter- berfungsi
membentuk kalimat pasif, sedangkan akhiran –i membentuk kata kerja aktif
transitif.

1.2 Batasan Masalah


1.2.1 Imbuhan Serapan dari dari bahasa Sansekerta
1.2.2 Imbuhan Serapan dari dari bahasa Arab
1.2.3 Imbuhan Serapan dari dari bahasa Inggris
1.2.4 Menggunakan kata imbuhan ter-
1.2.5 Menggunakan kata imbuhan ter-kan
1.2.6 Menggunakan kata imbuhan ter-i

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan imbuhan serapan dari berbagai bahasa


1.3.2 Untuk mengetahui makna dari imbuhan asing
1.3.3 Untuk mengetahui makna dari imbuhan ter-
1.3.4 Untuk mengetahui makna dari imbuhan ter-kan
1.3.5 Untuk mengetahui makna dari imbuhan ter-i
1.3.6 Untuk mengetahui cara penulisan imbuhan di dalam kalimat

1.4 Metode Penulisan


Metode Penulisan diambil dari buku Bahasa dan Sastra Indonesia dan dari
internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imbuhan Asing

Imbuhan Asing adalah imbuhan yang diserap dari bahasa daerah maupun
dari bahasa asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia dan didalam kata
tersebut mempunyai makna dan fungsi.

2.2 Jenis-Jenis Imbuhan Asing

2.2.1 Imbuhan Serapan dari Bahasa Sansekerta

Dalam bahasa Indonesia, terdapat akhiran -wan dan -man yang kita pungut
dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Indonesia, muncul kata-kata baru dengan
akhiran -wan dan -man sebagai analog bentuk hartawan dan bangsawan
sehingga terbentuk kata-kata seperti: negarawan, usahawan, wartawan,
olahragawan dan sejarawan. Akhiran -man dapat kita jumpai, seperti pada kata
budiman dan seniman. Dalam bahasa Indonesia akhiran -wan dan -man merujuk
pada pria (laki-laki), sedangkan yang berakhir -wati merujuk kepada wanita
(perempuan).

Sebelum kita membahas kata imbuhan diatas, kita akan membahas dulu
kepada prefiks di bawah ini :

a. Prefiks maha mempunyai makna dan arti besar/sangat. Contoh :


Mahakuasa, Mahaadil. Contoh dalam kalimat : Dia berdoa kepada Tuhan
yang Mahakuasa.

b. Prefiks pra mempunyai makna dan arti sebelum. Contoh : Prasejarah,


Prapanen, dan lain-lain. Contoh dalam kalimat :
Zaman prasejarah manusia belum mengenal tulisan.

c. Prefiks pasca mempunyai makna dan arti sesuda. Contoh : Pascapanen,


Pasca operasi, dan lain-lain. Contoh dalam kalimat : Nenek Budi
meninggal pasca operasi

d. Prefiks swa mempunyai makna dan arti sendiri. Contoh : Swalayan,


Swadaya, dan lain-lain. Contoh dalam kalimat : Swalayan itu buka pukul
07.00 dan tutup pukul 21.00

e. Prefiks dwi mempunyai makna dan arti dua. Contoh : Dwiwarna,


Dwilingga. Contoh dalam kalimat : Dwilingga adalah kata ulang yang
diulang keseluruhan tanpa mengalami perubahan bentuk

3
f. Prefiks pari mempunyai makna dan arti sekitar. Contoh: Paripurna

Di samping imbuhan diatas, ada beberapa imbuhan serapan (asing) dari


bahasa sansekerta yang bersifat produktif yaitu : wan, man, dan wati.
Ketiga imbuhan tersebut membentuk kata benda.

Berikut makna dari ketiga imbuhan tersebut :

a. Menyatakan orang yang ahli.


Contoh : ilmuwan, seniman, budayawan, sastrawan, dan lain-lain.
b. Menyatakan orang yang berkecimpung atau memiliki pekerjaan.
Contoh : wartawan, biarawan, biarawati, usahawan, usahawati.
c. Menyatakan orang yang memiliki sifat.
Contoh : rupawan, budiman, dermawan, setiawan.

Contoh kalimat yang menggunakan imbuhan –man, -wan, dan –wati,


beserta maknanya :
 - Man :
1. Budi bercita-cita ingin menjadi seniman yang terkenal.
(Menyatakan orang yang ahli)
2. Peneliti yang datang dari Eropa mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dengan cara mewawancarai informan yang berada di
Indonesia.
(Menyatakan orang yang berkecimpung atau orang yang
memiliki pekerjaan)
3. Dodo adalah seorang anak yang baik dan budiman di sekolahku.
(Menyatakan orang yang memiliki sifat)
 - Wan :
1. Budayawan Indonesia mengikuti program pertukaran budaya
Internasional dengan memperkenalkan pertunjukkan wayang.
(Menyatakan orang yang ahli)
2. Chairil Anwar adalah seorang sastrawan yang menjadi salah
satu pelopor yang berpengaruh pada zamannya.
(Menyatakan orang yang ahli)
3. Dia sering pergi ke rumah ibadah dan berkonsultasi dengan
biarawan.
(Menyatakan orang yang berkecimpung atau orang yang
memiliki pekerjaan)
 - Wati :
1. Tidak banyak wanita yang menekuni pekerjaan sebagai
olahragawati.
(Menyatakan orang yang memiliki pekerjaan)

4
2.2.2 Imbuhan Serapan dari Bahasa Arab

Contoh imbuhan dari bahasa Arab antara lain sebagai berikut :

a. Sufiks i menyatakan mempunyai sifat (bersifat) berhubungan dengan.


Contoh : hewani, insani, dan lain-lain
b. Sufiks in menyatakan petunjuk jamak pada pria.
Contoh : muslimin, hadirin, dan lain-lain
c. Sufiks at menyatakan petunjuk jamak untuk wanita.
Contoh : muslimat, hadirat, dan lain-lain
d. Sufiks wi sama dengan sufiks i menyatakan mempunyai sifat.
Contoh : duniawi, surgawi, dan lain-lain
e. Menyatakan memenuhi syarat.
Contoh : manusiawi, ilmiah, dan lain-lain

Contoh kalimat yang menggunakan imbuhan dari bahasa Arab beserta


maknanya :

 -i:
1. Dido suka sekali masakan yang mengandung hewani seperti:
ikan, ayam, itik dan lain-lain.
(Menyatakan memiliki sifat)
2. Pelajaran yang disukai Budi adalah pelajaran-pelajaran tentang
botani.
(Menyatakan memiliki sifat)
 - in :
1. Para muslimin sedang melakukan ibadah di Masjid.
(Menyatakan petunjuk jamak pada pria)
2. Para hadirin sedang berkumpul di ruang tamu.
(Menyatakan petunjuk jamak pada pria)
 - at :
1. Para muslimat sedang melakukan ibadah di Masjid.
(Menyatakan petunjuk jamak pada wanita)
2. Para hadirat sedang berkumpul di ruang tamu.
(Menyatakan petunjuk jamak wanita)
 - wi :
1. Linda sedang membaca buku tentang duniawi.
(Menyatakan memiliki sifat)
2. Anto dan teman-temannya sedang berkumpul dan bercerita
mengenai topik tentang surgawi.
(Menyatakan memiliki sifat)

5
2.2.3 Imbuhan Serapan dari Bahasa Inggris

Contoh imbuhan yang diserap dari bahasa Inggris :

a. Sufiks –isme menyatakan paham/ajaran.


Contoh : liberalisme, komunisme, nasionalisme, rasionalisme, dan lain-
lain.
b. Sufiks –logi menyatakan ilmu pengetahuan tentang.
Contoh : zoologi, biologi, dan lain-lain
c. Sufiks –itas menyatakan bentuk golongan kata benda.
Contoh : kualitas, kuantitas,dan lain-lain
d. Sufiks isasi/sasi menyatakan (proses hal yang berhubungan dengan).
Contoh : modernisasi, sosialisasi, urbanisasi, dan lain-lain.
e. Sufiks -us/i menyatakan ahli atau pelaku.
(us : tunggal, i : jamak)
Contoh : politikus, alumnus, alumni, dan lain-lain
f. Sufiks –is menyatakan :
Membentuk kata benda : resepsionis, nasionalis, praktis, pianis dan
lain-lain
Membentuk kata sifat : ekonomis, dinamis, dan lain-lain

Contoh kalimat yang menggunakan imbuhan dari bahasa Inggris beserta


maknanya :

 - isme :
1. Pak Budi mempunyai jiwa nasionalisme dan jiwa tersebut
diturunkan pada anak-anaknya.
(Menyatakan paham/ajaran)
2. Amerika Serikat merupakan negara yang menganut paham
liberalisme.
(Menyatakan paham/ajaran)
 - logi :
1. Dinda sangat suka pelajaran tentang biologi.
(Menyatakan ilmu pengetahuan tentang)
2. Zoologi merupakan pelajaran kesukaan Dido.
(Menyatakan ilmu pengetahuan tentang)
 - itas :
1. Ibu Sari senang memakai baju yang kualitasnya tinggi.
(Menyatakan golongan kata benda)
 -isasi :
1. Tono mengadakan sosialisasi kepada masyarakat di desa.
(Menyatakan proses/hal yang berhubungan dengan)

6
 - is :
1. Dina pergi ke pesta menggunakan baju yang praktis.
(Menyatakan membentuk kata benda)

2.3 Cara Mencari Arti Imbuhan

Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk mencari arti imbuhan adalah
sebagai berikut:

a) Pemerintah sedang mengadakan program komputerisasi di


perkantoran.
Kata komputer mendapat imbuhan isasi
Cara yang dapat kita lakukan untuk mencari arti atau makna dari
imbuhan tersebut dengan cara melihat kalimatnya, sehingga dapat
kita simpulkan bahwa kalimat imbuhan diatas berarti/bermakna
menyatakan proses (hal yang berhubungan dengan).
b) Sejarah + wan = sejarawan — bukan sejarahwan
Rohani + iah = rohaniah —- bukan rohaniiah
Sejarah di akhiri konsonan “h” dan mendapat imbuhan yang
diawali Konsonan “w”
Rohani di akhiri vocal “i”dan mendapat imbuhan yang diawali
vocal “i”
Jadi jika huruf akhir bertemu dengan akhiran yang sejenis akan
luluh salah satunya.

2.4 Menggunakan Kata Imbuhan Ter-, Ter-kan, dan Ter-i

2.4.1 Imbuhan ter-

Kata berawalan ter- biasanya berfungsi membentuk verba (kata


kerja pasif), tetapi pada kata-kata tertentu berfungsi sebagai
pembentuk nomina (kata benda), kecuali awalan ter- yang melekat
pada kata sifat.

Berikut makna awalan ter- :


1. Menyatakan makna perfektif (sudah di)
Contoh :
 Benda itu tersimpan di museum.
 Lampu itu terpasang dua hari yang lalu.
2. Menyatakan kontinutatif (sedang berlangsung)
Contoh :
 Dua hari dia terapung di lautan.
3. Menyatakan spontanitas
Contoh:
 Kenangan itu terlintas lagi dibenakku.
 Ibu terbangun di malam hari karena tangisan adik.
 Andi tiba-tiba teringat dengan masa lalunya.

7
 Seketika itu dia terduduk lemas, ketika mendapat kabar buruk
tentang anaknya.
 Ani tertunduk malu ketika ditanya tentang orang tuanya.
 Ketika mendengar lelucon Andi,kami semua tertawa terbahak-
bahak.
 Terulang lagi kejadian yang mengerikan itu dalam pikiranku.
4. Menyatakan intensitas
Contoh :
 Dengan tersipu-sipu, dijawabnya juga pertanyaanku.
5. Menyatakan potensial (dapat di)
Contoh :
 Soal Matematika itu terkerjakan juga akhirnya.
 Sepatu itu dapat terlihat di dalam gelap.
 Surat wasiat Nenek tertulis juga dengan tinta hitam.
 Keindahan wajahnya terlukis di dalam sebuah foto.
 Cita-cita anak itu tergambar dengan jelas di dalam benaknya.
 Tulisanku tidak terbaca oleh siapa pun.
 Keindahan pemandangan ini tergambar di atas kanvas.
6. Menyatakan superlatif
Contoh :
 Ia memperoleh nilai tertinggi semester ini.
 Surabaya adalah kota yang terpanas di Indonesia.
 Shinta merupakan anak yang terpandai di dalam kelas.
 Ketika kami mengunjungi Amerika, kami melihat air terjun
terpanjang di dunia.
 Aku sangat beruntung memiliki Andi sebagai sahabat
terbaikku.
 Pak Raden memecahkan rekor untuk terlama tidak bernafas di
dalam air.
 Dia merupakan orang terpendek di dunia.
 Dia merupakan orang termalas dikelasku.
7. Menyatakan sampai ke
Contoh :
 Dinginnya tertulang sekali di Brastagi ini.
8. Menyatakan yang di :
Contoh :
 Saya terjebak perangkap yang saya buat sendiri
 Terdakwa perampokan itu telah ditangkap polisi
 Tersangka perusakan fasilitas umum itu sudah di tangkap.

2.4.2 Imbuhan ter-kan


Imbuhan ter-kan, bukan konfiks, masing-masing memiliki
fungsi dan makna sendiri. Awalan ter- berfungsi membentuk kata
kerja pasif sedangkan akhiran – kan membentuk kata kerja aktif
transitif.

8
Makna yang ditimbulkan oleh imbuhan ter-kan adalah antara lain
sebagai berikut :
1. Menyatakan tak sengaja terjadi
Contoh :
 Uangnya tertanamkan modal di usaha itu.
 Acara yang bagus itu terlewatkan begitu saja tanpa kita sadari.
 Peristiwa itu terlupakan begitu saja dibenak masyarakat.
 Penjahat itu tersadarkan karena kematian adiknya.
 Tikus itu tak sengaja terlindaskan ban mobil.
 Budaya-budaya tradisional telah terpinggirkan karena budaya
asing yang masuk ke Indonesia.
 Berita mengenai kegagalan Andi tersampaikan kepada
keluarganya yang berada di kampung.
 Kesempatan yang sangat bagus itu telah terlewatkan begitu saja.
2. Menyatakan dapat dilakukan
Contoh :
 Pekerjaan itu terselesaikan juga olehku.
 Pertanyaan itu terjawabkan juga olehku.
 Buku itu terjualkan juga di pasar.
 Akhirnya dia terkalahkan olehku.
 Mukanya tergambarkan olehku.
 Keindahan wajahnya terlukiskan di dalam sebuah foto.
 Cita-cita anak itu tergambarkan dengan jelas di dalam
benaknya.
 Larangan tentang merokok tertuliskan di dalam undang-undang.
 Semangatnya untuk maju tidak akan tergoyahkan oleh apa-pun
selama dia masih hidup.
 Pendapat yang keluar dari hasil penelitian sudah tidak
dapat terbantahkan lagi.

2.4.3 Imbuhan ter-i


Imbuhan ter-i berfungsi membentuk kalimat pasif, sedangkan
akhiran –i membentuk kata kerja aktif transitif.

Makna yang ditimbulkan oleh imbuhan ter-I adalah antara lain


sebagai berikut :

1. Menyatakan dapat dilakukan


Contoh :

 Lautan itu terseberangi olehnya


 Akhirnya nilai 100 terlampaui juga olehku.
 Target itu terselesai pada bulan kemarin.
 Masalah dan kesulitan hidupnya kini terlewati dengan baik.
 Anak-anak di Panti Asuhan terkasihi oleh semua para relawan.
 Para alim ulama terbekahi oleh anugerah Tuhan Yang Maha
Esa.

9
2. Menyatakan tak sengaja terjadi
Contoh :
 Rumahnya terlempari serpihan batu akibat letusan Sunung
Sinabung.
 Dina teracuni dengan perkataan yang bersifat provokasi.
 Shinta telah terpengaruhi oleh bujuk rayu teman-teman
dekatnya.
 Air sungai itu tercemari oleh limbah-limbah pabrik.
 Nama baik yang telah aku jaga selama ini ternodai oleh fitnah
dari dirinya.
 Andi tertimpai beberapa batu dan kerikil akibat letusan gunung.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Sufiks dalam bahasa asing terbagi ke dalam bahasa Arab, Sansekerta,
dan bahasa Inggris. Sufiks dalam bahasa Arab terdiri dari sufiks -i, -
iah, dan -wi yang berfungsi membentuk kata sifat, seperti alami,
badani, harafiah, rohaniah, manusiawi, gerejawi.

3.1.2 Sufiks dalam bahasa Sansekerta terdiri dari -man, -wan dan -wati yang
berfungsi membentuk nomina, seperti budiman, seniman, usahawan,
relawan, karyawan dan karyawati. Dalam pembentukannya, sufiks –
wan merupakan sufiks yang paling produktif. Pada mulanya arti
akhiran ini hanya sebatas ʻorang yang memiliki ʼ. Akan tetapi, dalam
perkembangan bahasa Indonesia, akhiran -wan mengalami perluasan
makna, sehingga dapat bermakna ʻorang yang ahli dalam bidang.

3.1.3 Setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dalam pemakaiannya selalu


timbul masalah-masalah. Seperti pada pembentukan kata gerejani dan
gerejawi. Pembentukan kata yang benar yaitu gerejawi, karena sufiks -
i hanya dapat dilekatkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan
konsonan. Sedangkan sufiks -ni tidak terdapat dalam bahasa Arab.

3.2 Saran

Sebaiknya ketika kita menggunakan imbuhan serapan asing dan imbuhan


ter-, ter-kan serta ter-i , kita harus tahu mana imbuhan yang mempunyai sufiks
yang maknanya produktif, dan sebaiknya penulisan imbuhan tersebut dilengkapi
dengan bahasa yang baik dan benar. Sehingga tercipta imbuhan yang sesuai
dengan ketetapan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

11
Daftar Pustaka

Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Chaer Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharma, dkk.2010.Bahasa dan Sastra Indonesia.Bogor : Yudhistira

Sumber:
https://bagas.wordpress.com/2007/09/05/imbuhan-asing/
http://www.wartabahasa.com/2012/02/imbuhan-asing-man-wan-wati-i-wi-iah-
is.html
http://dianludia-wanti.blogspot.com/2013/03/makalah-sufiks-serapan_16.html

iii

Anda mungkin juga menyukai