Anda di halaman 1dari 22

1

MAKALAH BAHASA INDONESIA


EJAAN BAHASA INDONESIA YANG
DISEMPURNAKAN

Oleh:
Kelompok I
Ahsan Wahyudin (20600111003)
Alifah Nur Rochmah (20600111004)
Ayu Lestari (20600111014)
Azrar Mubarak (20600111017)
Hani Rahmadianti (20600111028)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam
semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah
sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
makalah Bahasa Indonesia ini dengan judul Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang merupakan tugas kami dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia di semester tujuh ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke permukaan bumi ini menuntun
manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti sekarang
ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak
langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini dapat kami susun seperti sekarang ini. Olehnya
itu, secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya
kepada ALLAH SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini
dapat menjadi referensi dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua,
Aamiin Yaa Robb.
Makassar, 20 September 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................i
DAFTAR ISI..............................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................1-2
A. Latar Belakang Masalah...............................................1
B. Rumusan Masalah........................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................3-23
A. Pemakaian Huruf..........................................................5
B. Penulisan Huruf............................................................9
C. Penulisan Kata..............................................................14

BAB III PENUTUP...............................................24


A. Kesimpulan...................................................................24
B. Saran............................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................25

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada dasarnya
merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas
ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di

Indonesia pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan
Soewandi) dan ejaan Malindo.
Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya,
melainkan ejannya yakni tata cara penulisan yang baku.
Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum
dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada
pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu
sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan
bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap
warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa
Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di
dalamnya.
Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah
dalam kaitan dengan teknik penulisan karya ilmiah, tulisan ini terbit.
Diharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi
masyarakat di semua lingkungan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan
diperlukan sumbangan pemikiran dari para pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah ini, permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemakaian huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
2. Bagaimana penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
3. Bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
C. Tujuan Penulisan
Pada makalah ini penulis menguraikan bentuk tulisan dengan tujuan
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian huruf yang benar sesuai dengan


pedoman EYD.
2. Untuk mengetahui bagaimana penulisan huruf yang benar sesuai dengan
pedoman EYD.
3. Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan
pedoman EYD.

BAB II
PEMBAHASAN

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang


distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis
yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca. Keraf mengatakan
bahwa ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambanglambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Adapun menurut KBBI
ejaan ialah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah
seperangkat kaidah tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan
tanda baca.

Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang
pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Ejaan van Ophuysen
2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Sebagaimana yang telah umum diketahui, Ejaan van Ophuysen -- sesuai


dengan namanya -- diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen, seorang berkebangsaan
Belanda. Ejaan ini mulai diberlakukan sejak 1901 hingga munculnya Ejaan
Soewandi. Ejaan van Ophuysen ini merupakan ejaan yang pertama kali berlaku
dalam bahasa Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu.
Sebelum ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendirisendiri di dalam menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat
dipahami jika tulisan mereka cukup bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka
itu sering sulit dipahami. Kenyataan itu terjadi karena belum ada ejaan yang
dapat dipakai sebagai pedoman dalam penulisan. Dengan demikian, ditetapkannya
Ejaan van Ophuyson merupakan hal yang sangat bermanfaat pada masa itu.
Setelah

negara

kesatuan

Republik

Indonesia

terbentuk

dan

diproklamasikan menjadi negara yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu
menyusun ejaan lagi karena tidak puas dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru
yang disusun itu selesai pada tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret tahun itu
juga diresmikan oleh Mr. Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan,

Pengajaran, dan Kebudayaan). Ejaan baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal
juga dengan nama Ejaan Soewandi.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari
dirasakan bahwa Ejaan Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu,
dibentuklah tim untuk menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu
selesai dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16
Agustus 1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
A. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia ada 26 huruf, yaitu:
Huruf
Abjad
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg
Hh
Ii
Jj
Kk
Ll
Mm

Dibaca
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em

Huruf
Abjad
Nn
Oo
Pp
Qq
Rr
Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx
Yy
Zz

Dibaca
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
a
e*

Contoh pemakaian dalam kata


Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

azrar
enak
emas

hani
petak
kena

Ifa
sore
tipe

i
itu
simpan
murni
o
oleh
kota
radio
u
ulang
bumi
wahyu
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia
terdiri atas 21 huruf, yaitu:
Huruf
Konsonan

Contoh pemakaian dalam kata


Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

b
c
d
f
g
h
j
k

bahasa
sebut
Adab
cakap
kaca
dua
ada
abad
fakir
kafir
maaf
guna
tiga
balig
hari
saham
tuah
jalan
manja
mikraj
kami
paksa
sesak
rakyat*
bapak*
l
lekas
alas
kesal
m
maka
kami
diam
n
nama
anak
daun
p
pasang
apa
siap
q**
Quran
furqan
r
raih
bara
putar
s
sampai
asli
lemas
t
tali
mata
rapat
v
varia
lava
w
wanita
hawa
x**
xenon
y
yakin
payung
z
zeni
lazim
Juz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Contoh pemakaian dalam kata

Huruf
Diftong

Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

Ai
au

ain
aula

syaitan
saudara

Pandai
harimau

oi

boikot

amboi

5. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Kh
ng
ny
sy

Contoh pemakaian dalam kata


Di Awal

Di Tengan

Di Akhir

khusus
ngilu
nyata
syarat

akhir
bangun
hanyut
isyarat

Tarikh
senang
Arasy

Singkatan kata (termasuk singkatan kata asing) yang dibaca huruf


demi huruf dilafalkan menurut cara bahasa Indonesia, seperti:
Singkatan

Dibaca

Bukan Dibaca

ABC
BBC
ICCU
LCD
IUD
LCC
LPG
YMCA
MTQ
TV

a-be-ce
be-be-ce
i-ce-ce-u
el-ce-de
i-u-de
el-ce-ce
el-pe-ge
ye-em-ce-a
em-te-ki
te-ve

ei-bi-si
bi-bi-si
ai-si-si-yu
el-si-di
ai-yu-di
el-si-si
el-pi-ji
wai-em-si-ei
em-te-kyu
ti-vi

6. Pemenggalan Kata pada Kata Dasar


Hal yang terpenting dalam pemenggalan kata pada kata dasar
sebagai berikut:
a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh:
Ma-in
Sa-at
b. Jika di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan itu.
Contoh:
Pan-dai
Cap-lok
Swas-ta
Ap-ril

10

c. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama (termasuk
ng) dengan huruf konsonan yang kedua.
Contoh:
In-stru-men
in-tra
Bang-krut
ben-trok
d. Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk, serta
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Contoh:
Lapa-ngan
beri-kan
Mem-bangun
pergi-lah
e. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di
antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan
kaidah a, b, c, dan d diatas.
Contoh:
Biografi
bio-grafi
Kilogram
kilo-gram
Pascapanen
pasca-panen

bi-o-gra-fi
ki-lo-gram
pas-ca-pa-nen

7. Penulisan Nama Diri


Penulisan nama diri (nama sungai, gunung, jalan dan sebagainya)
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali
jika ada pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus itu menyangkut segi
adat, hukum atau sejarah.
a. Penulisan nama diri
Contoh:
Sungai Walanae
Gunung Bawakaraeng
Jalan Sultan Alauddin
b. Penulisan nama diri dengan pertimbangan khusus
Contoh:
Universitas Gadjah Mada
Husni Djamaluddin
NV Hadji Kalla
Dji Sam Soe
Tjahaja Satoe Lima
B. Penulisan Huruf
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar

11

Dalam

Pedoman

Umum

Ejaan

Bahasa

Indonesia

yang

Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut


ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan
yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama
Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT
Nabi Muhammad SAW
Al Quran
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai

atas rahmat-Ku
dengan kuasa-Nya
dengan izin-Mu
sebagai huruf pertama untuk

menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa, dan misa.


Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Benar
Salah
ayahnya menunaikan
Ayahnya menunaikan
ibadah haji
Ibadah Haji
sebagai seorang sultan
Sebagai seorang Sultan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
(bukan)

12

Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di


daerahnya

untuk

berkenalan

dengan

masyarakat

yang

dipimpinnya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Benar
tahun Hijriah
tahun Masehi
bulan Agustus
Perang Diponegoro
Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia

Salah
Tahun Hijriah
Tahun Masehi
Bulan Agustus
perang Diponegoro
proklamasi kemerdekaan
republik Indonesia

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:
Benar
Salah
Teluk Bone
teluk Bone
Gunung Bawakaraeng
gunung Bawakaraeng
Danau Tempe
danau Tempe
Selat Selayar
selat Selayar
Sungai Jeneberang
sungai Jeneberang
Asia Tenggara
asia tenggara
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:

13

Departemen Pendidikan Nasional


Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu Hanifah?
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Benar
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
2. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau
ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1)
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau
kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya.
Contoh:

14

Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?


Majalah Dunia Pendidikan sangat digemari oleh guru.
Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.
Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana
C. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh:
Dikelola
Penetapan
Menengok
Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan
Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi
Menyebarluaskan
Dilipatgandakan
Penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati
Mahasiswa
Aerodinamika
Mancanegara
Antarkota
Narapidana
Audiogram
Nonkolaborasi
Pancasila
Bikarbonat
Biokimia
Paripurna
Dasawarsa
Poligami
Pramugari
Dekameter
Prasangka
Reinkarnasi
3. Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung (-).

15

Contoh:
Anak-anak
buku-buku
Hati-hati
huru-hara
Biri-biri
lauk-pauk
Mondar-mandir
porak-poranda
Kuda-kuda
sayur-mayur
Ramah-tamah
tukar-menukar
Kupu-kupu
tukar-menukar
Laba-laba
terus-menerus
Mata-mata
sia-sia
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
Duta besar
mata pelajaran
Orang tua
simpang empat
Kambing hitam
meja tulis
Persegi panjang
rumah sakit umum
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami
anak-istri saya
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali
manakala
Adakalanya
manasuka
Akhirulkalam
mangkubumi
Alhamdulillah
astagfirullah
Olahraga
bagaimana
Padahal
barangkali
Beasiswa
peribahasa
Belasungkawa
bismillah
Radioaktif
saputangan
Daripada
saripati
Kacamata
sukarela
5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Kata depan di, ke, dan dari

16

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
7. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8. Partikel
a. Partikel lah dan kah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Makassar adalah tempat yang indah.
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun,
meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.

17

9. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Suman Hs.
M. Rais
Sukanto S.A.
M.B.A.
master of business administration
M.Sc.
master of science
S.E.
sarjana ekonomi
Bpk.
bapak
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
DRP
PGRI
GBHN
KTP
3) Singkatan umum yang terdiri
tanda titik.
Contoh:
dll.
dsb.
dst.
hlm.
sda.
Yth.

Dewan Perwakilan Rakyat


Persatuan Guru Rakyat Indonesia
Garis-Garis Besar Haluan Negara
Kartu Tanda Penduduk
atas tiga kata atau lebih diikuti satu

Dan lain-lain
Dan sebagainya
Dan seterusnya
Halaman
Sama dengan atas
Yang terhormat

Tetapi:
a.n.
atas nama
d.a.
dengan alamat
u.b.
untuk beliau
u.p.
untuk perhatian
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu
kuprum
TNT
trinitrotoluen

18

kVA
kilovolt-ampere
kg
kilogram
Rp
rupiah
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN
Lembaga Administrasi Negara
SIM
Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital
Contoh:
Akabri

Akademi Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu
pemilihan umum
rapim
rapat pimpinan
rudal
peluru kendali
10. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan
isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter
1 jam 20 menit
5 kilogram
pukul 15.00
10 liter
tahun 1928

c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


apartemen, atau kamar pada alamat.

19

Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23
Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas
12
Dua puluh dua
22
2) Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah

Tiga perempat

Satu persen
1%
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
Ayat 5).
Contoh:
Tahun 50-an
Uang 5000-an

atau
atau

tahun lima puluhan


uang lima ribuan

h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

20

i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan
majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75
(sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus) rupiah.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad,
huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.

2. Penulisan huruf sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf
miring. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan

ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan


nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf
miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan
dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3)
menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang
telah disesuaika ejaannya
3. Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang
bilangan.

B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan olehnya itu :
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan perbaikan yang
semestinya demi kesempuranaan makalah ini.
2. Diharapkan agar pembaca memberikan koreksi terhadap materi-materi EYD
yang sekiranya ada tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

22

3. Diharapkan kepada para pembaca untuk mencari referensi lain agar dapat
menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA

Rijal, Syamsul dkk. 2008. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia di Provinsi


Sulawesi Selatan. Makassar: Departemen Pendidikan Nasional Pusat
Bahasa Balai Bahasa Ujung Pandang.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sumber Online:
Luk.tsipil.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf

Anda mungkin juga menyukai