Pengertian Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki
makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda,
bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata
benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda
terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang
yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak
bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya.
2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis
kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks.
Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Verba + (-an).
contoh: Makanan yang dimasak itu untuk korban badai.
2. (Pe-) + Verba.
contoh: Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini.
3. (Pe-) + Adjektiva.
contoh: Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah.
4. (Per-) + Nomina + (-an).
contoh: Di jaman yang maju ini masih saja ada perbudakan di Tangerang.
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek.
Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang berupa morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.
Contoh kalimat: - Andi duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi.
- Saya makan siang di warteg depan gang itu.
- Sebaiknya kita mandi minimal 2 kali sehari.
- Sebaiknya kita tidak minum sambil berdiri.
2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.
Contoh kalimat: - Dia tidak mampu berbuat apa-apa karena posisinya yang
terjepit.
- Ayah saya selalu memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan
oleh orang lain.
Contoh kalimat: - Kemarin sore kami berdua jalan-jalan ke desa untuk cuci
mata.
- Orang itu cuci tangan setelah melakukan kejahatan.
1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat &
cukup.
Contoh: - Anak yang tinggi itu lebih sopan dibandingkan anak yang disebelahnya.
- Orang yang jarang olah raga agak lemah dibandingkan yang sering berolah
raga.
- Rani adalah gadis paling ramah di kampung ini.
- Juned salah satu orang yang sangat menyenangkan yang pernah saya kenal.
- Pak Andi merupakan pribadi yang cukup baik.
3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.
1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.
1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan,
misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.
3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau
benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
Contoh: Kami sedang menyaksikan pertandingan sepak bola yang disiarkan langsung
dari Myanmar.
5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai
sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
Contoh: Siapa yang menjadi pemain terbaik di Liga Indonesia tahun lalu?
6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.
Contoh: Para siswa diminta untuk membawa buku catatan saat seminar nanti.
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dll.
3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
Contoh: Kamu sekarang pasti masih mencintaiku seandainya orang itu tidak hadir ke
kehidupan kita.
5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu
itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
Contoh: Kecelakaan itu terjadi karena tidak tertibnya para pengguna jalan.
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Contoh: Berpuluh-puluh kilometer jarak yang aku tempuh hanya untuk menemuimu.
H. Kata Tugas
Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat
transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk.
Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan.
Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat
terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi
menidakkan & menyudahkan.
Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan
& kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari
kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya
sama tapi kategorinya berbeda.
H.2.1. Preposisi
Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata
yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di
rumah, ke pasar, dari kantor.
H.2.2. Konjungsi
Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa
yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu
menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik ....
maupun, tidak .... tetapi.
Contoh kalimat: - Saya tidak suka ucapannya. Biarpun begitu, saya harus tetap santun
kepadanya.
- Sosial media salah satu wadah kita berhubungan dengan teman
lama. Akan tetapi, banyak dari kita yang menyalahgunakannya.
4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan
klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok,
yaitu:
1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
Contoh kalimat: Kita akan mendapat pahala, jika kita berbuat kebaikan.
Contoh kalimat: Iwan sangat gelisah semenjak kehilangan tas, seperti orang
kebakaran jenggot.
Contoh kalimat: Adik saya sangat rajin belajar sehingga mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Contoh kalimat: Siapa yang bersalah maka dia yang akan dihukum.
12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
Contoh kalimat: Lebih baik yang merah dari pada yang hitam.
H.2.3. Artikula
Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti
tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda,
mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata
sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang,
hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam
kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang.
Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk
menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa
kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang
dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang,
dang, sri.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para.
Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya
tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok
guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-
guru.
Contoh: Si Kabayan merupakan salah satu judul cerita rakyat Jawa Barat.
H.2.4. Interjeksi
1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan
Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah,
Insya Allah, dll.
Contoh: - Insya Allah, jika tidak ada halangan saya akan hadir.
- Demi Allah, saya tidak melakukan hal buruk itu.
- Ya ampun, kamu tidak percaya dengan saya?
Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam
partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.