MATERI DEBAT
Disusun Oleh :
1. Dimas Amrullohi Akbar (09)
2. Fatmawati (11)
3. Khoirul Nisa (15)
4. Sholekhah Putri Utami (28)
5. Syahidah Amania (29)
MAN 1 SRAGEN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses berfikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai dengan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti berlatih pula keterampilan berfikir. (Tarigan, 1980:1; Dawson {et al},
1963: 27). Pembelajaran peningkatan keterampilan berbahasa dikembalikan pada
peningkatan keterampilan berbahasa. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya
kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: Mula-mula pada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Menyimak dan berbicara kita pelajari pada saat sebelum memasuki sekolah.
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan seseorang, yang hanya didahului dengan
keterampilan menyimak. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan kosa kata
yang diperoleh oleh seseorang; melalui kegiatan menyimak dan membaca.
Kekurang matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan
dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita sadari pula bahwa keterampilan yang
diperlukan bagi kegiatan berbicara aktif yang efektif banyak persamaan
dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif.
Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa konstruksi untuk
dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini penyedia jasa konstruksi atau
calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat pemahaman tentang debat dan
penggunaan keterampilan bahasa memperoleh proyek tersebut. Namun dalam proses debat
sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan
karena pemahaman terhadap bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh
para owner.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:
C. TUJUAN
Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Berbicara
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEBAT
Setelah anggota suatu kelompok mempergunakan teknik diskusi untuk mencapai
penyelesaian yang paling baik terhadap suatu masalah, maka mereka pun memakai prinsip-
prinsip debat untuk mempengaruhi orang lain di luar kelompok untuk menerima usul yang
terpilih itu. Teknik yang satu tidak dapat digantikan oleh yang lainnya. Keduanya
mempunyai bidang masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan.
Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan dan
kontroversi. Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul
tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau alternatif, dan ditolak,
disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkalan atau negatif. Biasanya ada dua tim
yang masing-masing mempunyai tiga orang anggota. Setelah batasan setiap istilah
ditentukan, maka kedua tim tersebut mempersiapkan laporan-laporan singkat mereka yang
ada kaitannya dengan masalah-masalah yang bersangkutan. Pembicara pertama
mengemukakan kasus bagi afirmatif serta menyatakan masalah-masalah yang harus di
perhatikan oleh kedua rekannya. Begitupula pihak negatif pun membuat persiapan yang
sama. Seorang pembicara, penangkis atau penyangkal pun dipilih dari pihak, dan setelah
pidato-pidato resmi disajikan, para pembicara penangkas pun mengemukakan sangkaln-
sangkalan mereka. Suatu persiapan yang matang jelas sangat diperlukan.
Diskusi terlukis dengan jelas di dalam pertimbangan-pertimbangan mendalam yang
dilakukan oleh suatu komite yang menangani tugas pengkajian serta penganjuran suatu
kebijaksanaan bagi seluruh kelompok atau organisasi orang tua. Debat terlukis dengan jelas
dalam pembicaraan-pembicaraan atau pidato-pidato yang pro dan kontra dalam organisasi
yang lebih besar sebelum diadakan pemilihan atau pemungutan suara dilangsungkan,
menentukan kebijaksanaan yang mana yang akan diterima. Pada dasarnya debat merupakan
suatu latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi.
B. PENGGUNAAN DEBAT
Dalam masyarakat demokratis, debat memegang peranan penting dalam:
Perundang-undangan.
Amandemen-amandemen dapat diketengahkan dan debat perlu tidaknya
mengenai amandemen-amandemen akan mendahului tindakan yang akan diambil
terhadapnya. Kalau dalam perdebatan kedua belah pihak mengemukakan suatu analisis
yang lengkap mengenai kegunaan dan kelemahan rencana undang-undang itu, maka
para pembuat undang-undang (legislator) haruslah siap melaksanakan pemungutan
suara (voting) terhadap masalah itu.
Politik.
Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat bersama
memudahkan para pemilih atau pemberi suara mendengar para calon yang bertentangan
saling mempertahankan pendapat dan menyerang kelemahan lawan.
Bisnis.
Dewan pimpinan dan komite-komite eksekutif dalam suatu perusahaan,
disamping diskusi, mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan dalam
berbagai kebijakan.
Hukum.
Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang sering kali tergantung
pada debat yang terjadi antara pihak penuntut dan pembela, dimuka dewan juri atau
hakim, hak-hak milik, hak-hak penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak lagi
masala h kewarganegaraan yang membutuhkan keputusan hakim.
Pendidikan.
Pada beberapa kampus perguruan tinggi di universitas, debat telah menjadi suatu
sarana penting untuk memperkenalkan komunitas atau masyarakat tersebut dengan
masalah-masalah yang hangat diperbincangkan dalamkehidupan sehari-hari. Debat yang
demikian bermanfaat sekali apabila dibarengi oleh komentor-komentor yang terperinci,
analitis oleh suatu panel yang terdiri dari tiga atau empat orang ahli dan
dilanjutkan dengan forum tanya jawab. (Mulgrave, 1954 :64-65)
C. JENIS-JENIS DEBAT
Berdasarkan bentuk maksud dan metodenya debat diklasifikasikan menjadi: (a). Debat
parlementer/majelis; (b). Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran
pemeriksaan terdahulu; dan (c). Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan.
Ketiga tipe ini dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, namun debat
parlementer merupakan ciri-ciri badan legislatif. Debat pemeriksaan ulangan adalah suatu
teknik yang dikembangkan di kantor-kantor pengadilan dan debat formal berdasarkan pada
konversi-konversi debat bersama secarapolitis (Mulgrave, 1954 :650).
a. Debat Majelis atau Debat Parlementer.
Maksud dan tujuan debat majelis adalah untuk memberi dan menambah
dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan
pandangan dan pendapatnya, berbicara mendukung atau menentang usul tersebut
setelah mendapat izin dari majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat
diatur oleh tindakan parlementer majelis itu.
b. Debat Pemeriksaan Ulangan
Debat ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut
persiapan yang lebih matang dari pada gaya perdebatan formal.Prosedurnya adalah
sebagai berikut:
Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidato resminya. Segera setelah
itu, dia diperiksa dengan teliti oleh pembicara negatifyang pertama.
Setelah tujuh menit pemeriksaan, sang penanya diberi kesempatan selama empat
menit untuk menyajikan kepada para pendengar pengakuan-pengakuan apa yang
telah diperolehnya dengan pemeriksaan ulang itu. Dia dibatasi pada apa-apa yang
telah diperolehnya secara aktual dengan pengakuan-pengakuan itu, dan tidak
diperkenankan memperkenalkan fakta-fakta atau argumen-argumen baru.
Selanjutnya, anggota pembicara negatif yang kedua mengemukakan kasus
negatif, dan seterusnya diteliti ulang oleh pembicara afirmatif yang kedua. Teknik
ini memang agak sulit dan menuntut keterampilan berbahasa yang tinggi yang ada
hubungannya dengan pokok permasalahannya.
Maksud dan tujuan debat ini adalah mengajukan serangkaian pertanyaan yang
satu dan lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya
menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya. Setiap
pertanyaan haruslah disampaikan dengan tepat dan jawabanya haruslah singkat, lebih
disukai ya atau tidak. Batas waktu dari setiap pembicara telah ditetapkan
sebelumnya, biasanya 8-15 menit perorang.
c. Debat Formal
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk
mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau
membantah suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-
pembicara konstruktif dan bantahan.
E. POKOK-POKOK PERSOALAN
Untuk memperoleh pokok-pokok persoalan yang menarik serta merangsang bagi suatu
perdebatan, pembicara sepatutnya mempertimbangkan masak-masak mengapa usul atau
proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan pada saat ini.
Pembicara haruslah membatasi secara tegas dan tepat segala istilah yang terdapat pada
proposisi tersebut. Dia harus menentukan dengan tegas apa yang harus diakui/diterima,
dilepaskan, atau dikeluarkan karena tidak ada hubungannya dengan masalah yang
dikemukakan. Masalah-masalah utama akan membuahkan pokok-pokok persoalan dasar
dalam perdebatan dan selanjutnya membimbing ke arah pokok-pokok persoalan tambahan.
Terhadap usul-usul yang ada kaitanya dengan kebijaksanaan, biasanya tiga persediaan
pokok persoalan dapat dimanfaatkan, yaitu:
a. Apakah diperlukan suatu perubahan.
b. Apakah usul itu menawarkan terbaik yang mungkin dibuat.
c. Apakah usul itu memberikan kerugian-kerugian yang lebih besar ketimbang
keuntungan-keuntungan yang diharapkan.
I. KEPUTUSAN
Dalam suatu badan legislatif, keputusan terhadap suatu perdebatan diadakan dengan cara
pemungutan suara atau voting, resolusi, atau rancangan undang-undang. Dalam kantor
pengadilan keputusan yang diambil oleh hakim atau juri. Dalam perdebatan-perdebatan yang
berhubungan dengan pendidikan, keputusan mempunyai jenis yang beraneka ragam.
Beberapa perdebatan diadakan tanpa suatu keputusan resmi di antaranya:
1. Jenis-jenis keputusan pada perdebatan antar perguruan tinggi.
Pada perdebatan antar perguruan tinggi, keputusan dapat diambil dengan cara
pemungutan suara dari pendengar, suatu komite hakim atau juri maka seorang hakim
juga dapat menyajikan suatu kritik yaitu:
a. Keputusan oleh para pendengar. Apabila suatu pemungutan suara dilemparkan
kepada para pendengar, maka kepeda mereka dapat diminta untuk mengemukakan
pendapat terhadap usul itu sendiri setelah mempertimbangkan argumen pada kedua
belah pihak, atau kegunaan perdebatan, ataupun keduanya.
b. Keputusan oleh para hakim. Karena para pendegar belum tentu merupakan orang
yang ahli dalam teknik pengambilan keputusan mengenai manfaat perdebatan lebih
baik keputusan seorang hakim yang ahli dalam teori perdebatan. Mereka mungkin
mengadakan perundingan untuk mecapai suatu keputusan.
c. Keputusan dengan kritik. Pada masa akhir ini telah sering diadakan keputusan
dengan kritik. Seorang ahli mengenai argumentasi dan perdebatan diundang untuk
memberikan suatu keputusan mengenai perdebatan itu dan suatu keputusan
mengenai karya para pendebat. Diapun dapat mengomentari aspek dasar dan
penampilan.
2. Perdebatan tanpa keputusan resmi
Diskusi itu akan memperlihatkan sampai di mana taraf dan kemampuan para
pendengar dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan mencerminkan butir-butir
yang belum dibuat jelas, serta argumen-argumen yang tidak ditunjang secara
memuaskan. Banyak perguruan tinggi yang lebih mengutamakan perdebatan tanpa
keputusan karena mereka ingin memusatkan perhatian terhadap pemberitahuan atau
pelaporan kepada para pendengar saja.
3. Pentingnya keputusan
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap penataan perdebatan hendaknya
memilih hakim-hakim yang berwenang dan tidak berprangsangka sehingga keputusan
yang diambil benar-benar jujur, adil dan tepat sasaran. Penekanan yang berlebihan akan
mengubah program perdebatan dan membuatnya menjadi pertandingan belaka.
J. TURNAMEN DEBAT
Turnamen debat mempunyai beberapa nilai yang berhubungan dengan pendidikan.
Sebagai latihan tunggal suatu program debat memberi keuntungan yang tidak sedikit. Tetapi
tujuan dari suatu masa perdebatan hal itu akan mengarah pada tujuan yang salah. Bahayanya
ialah para pastisipan beranggapan bahwa keputusan yang memenangkannya
merupakan kriteria utama keberhasilan.
1. Prosedur turnamen debat
Prosedur yang lazim di suatu turnamen debat ialah turut mengundang beberapa
lembaga untuk mengirimkan suatu tim afirmatif dan suatu tim negatif. Bagi perdebatan
mengenai sebuah suatu tema, pasangan-pasangan yang berdebat sebaiknya adalah
kelipatan empat, contohnya kita analogikan 16, masing-masing tim berarti mempunyai
16 perdebatan pada putaran pertama. Selanjutnya pada putaran kedua 16 tim pendebat
dieliminasi oleh seorang hakim yang akhirnya didapatkan tim yang tersisih dan yang
melanjutkan ke putaran kedua.
2. Masalah-masalah dalam turnamen debat
Yang menjadi masalah pokok turnamen debat ini adalah menemukan sejumlah
hakim yang cukup berwenang untuk memberi keputusan-keputusan yang akan mendapat
respek. Masalah lain adalah daya tahan dari semua yang bersangkutan mewajibkan
perdebatan yang berkesinambungan selama beberapa jam mengenai suatu masalah.
Ketika para anggota debat beranggapan tujuan utama karir berbicara mereka selaku
mahasiswa tingkat prasarjana, perdebatan itu hendaklah mempertimbangkannya serta
menyesuaikannya dengan tujuannya.
K. NORMA-NORMA DALAM BERDEBAT DAN BERTANYA
1. Norma-norma dalam berdebat
Semua pembicara hendaknya memiliki:
a. Pengetahuan mengenai pokok pembicaraan.
b. Kemampuan menganalisis.
c. Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi.
d. Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta.
e. Kecakapan menemukan buah pikiran.
f. Keterampilan dalam membuktikan kesalahan.
g. Keterarahan, kelancaran dalam penyampaian pidato (Mulgrave, 1954:75).
2. Norma-norma bertanya
a. Mengetahui yang akan didiskusikan sebelum bertanya.
b. Bersungguh-sungguh dalam mencari informasi.
c. Janganlah kita ingin menguji pembicara.
d. Singkat dan tepat.
e. Tidak terlalu berbelit-belit.
f. Hindarkan pertanyaan dari prasangka emosional.
g. Pertanyaan mempunyai tujuan tertentu yaitu mencari penjelasan dan fakta-fakta
yang telah dikemukakan pembicara.
h. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan khusus.
i. Hindarkan cara berfikir yang tidak masuk akal dengan tidak untuk
mendemonstrasikan keterampilan kita sendiri (powers,1951:311).
BAB III
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu argumen
untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang
disebut pendukung/afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak lain yang disebut
penyangkal atau negatif.
B. SARAN
Penulis mempunyai saran-saran yaitu:
1. Sebaiknya dalam debat kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.
2. Jangan menggunakan emosi ketika berpendapat maupun menyanggah.
3. Menerima kritikan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA