Anda di halaman 1dari 19

KAIDAH PENATAAN BAHASA TULIS

PENYUSUN :

ABD RIFAI

MARIANA

YOSUA LANTE

CHANDRA

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MADAKO

TOLITOLI
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami berjudul
kaidah penataan bahasa tulis sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba untuk
menjelaskan tentang perbedaan, fungsi dan konsep bagian-bagian dari bahasa tulis yang kami mulai dari bahasa
Indonesia.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu mendatang.

Tolitoli,16 Desember 2020.


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sugihastuti (dalam Kusumaningsih, 2014:14) menyatakan bahasa merupakan alat komunikasi yang
efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Masyarakat tidak akan berjalan
tanpa komunikasi. Komunikasi dalam hal ini dengan “mempergunakan bahasa”, adalah alat vital bagi
masyarakat manusia, Anwar (dalam Kusumaningsih, 2014:13).

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia perlu
berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi diperlukan aturan, norma, dan etika agar
hubungan manusia satu dengan yang lain harmonis. Dalam berkomunikasi secara lisan seseorang harus
memperhatikan etika berbahasanya dan kalimat atau tutur kata yang diucapkannya agar tidak
menyinggung perasaan. Hal-hal yang berhubungan dengan etika berbahasa ini diantaranya adalah
kaidah dan norma yang berlaku pada masyarakat tempat seseorang berkomunikasi dengan orang lain.

Demikian halnya dalam berkomunikasi secara tertulis. Penulis harus memperhatikan kalimat-kalimat,
pemakaian bahasa resmi yang sesuai dengan ejaan, dan penggunaan kalimat efektif agar orang lain
yang membacanya memahami maksud tulisan yang kita tulis, mudah, cepat, tepat, tidak menimbulkan
salah pengertian, dan tidak menimbulkan keraguan bagi pembaca atau pendengarnya. Sebagai pemakai
bahasa indonesia, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa yang dinyatakan dalam EYD. Soedjito
(dalam Markhamah, 2008: 8) menyatakan pemakaian bahasa tulis harus memperhatikan ciri-ciri tertentu,
ciri yang dimaksud adalah ciri gramatikal, ciri diktis (pilihan kata), dan penalaran atau keserasian.

Menurut Kusumaningsih (2014:17) bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku, dan bahasa Indonesia yang benar
adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang
baku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, penyusunan paragraf, dan
penataan penalaran, Arifin dan Hadi (dalam Kusumaningsih, 2014:18).

Materi kaidah penataan bahasa tulis ini diarahkan untuk membantu mahasiswa dalam berekspresi
dengan menggunakan bahasa tulis. Materi ini akan melliputi penjelasan serba singkat tentang perbedaan
huruf, kata, kalimat, dan paragraph, fungsi penggunaan kata, frasa, klausa, diksi, kalimat, dan paragraph,
konsep penataan huruf menjadi kata, kalimat, hingga paragraph, serta fungsi tanda baca.
B. Rumusan Masalah

 Perbedaan huruf, kata, kalimat, dan paragraph

 Fungsi penggunaan kata, frasa, klausa, diksi, kalimat, dan paragraph.

 Konsep penataan huruf menjadi kata, kalimat, hingga paragraph

 Mengenai fungsi tanda baca

C. Tujuan

 Pembaca dapat mengetahui perbedaan huruf, kata, kalimat, dan paragraf.

 Pembaca dapat mengetahui fungsi penggunaan kata, frasa, klausa, diksi, kalimat, dan paragraf.

 Pembaca dapat mengetahui konsep penataan huruf menjadi kata, kalimat, hingga paragraf.

 Pembaca dapat mengetahui fungsi tanda baca


BAB II

PEMBAHASAN

A. PERBEDAAN HURUF, KATA, KALIMAT, DAN PARAGRAF.


1. HURUF
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan aksara yang
diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem tersebut membentuk suatu
bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-
beda. Dalam aksara jenis alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu
fonem atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili ungkapan atau
makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara jenis silabis atau aksara suku kata,
suatu huruf melambangkan suatu suku kata, contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang
digunakan di Jepang. Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian
dari satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil. Huruf besar biasanya
dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis setelahnya.
Dalam Bahasa Indonesia huruf terbagi menjadi 4 jenis yaitu :
• Huruf vokal
• Huruf abjad
• Huruf konsonan
• Huruf diftong

2. KATA

Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau
lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan
kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan
kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata
berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal
(prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang
adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian
sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti
baru.

3. KALIMAT

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran
yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara
naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud
tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk
menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan
dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak
memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah
yang membedakan frasa dengan kalimat.

4. PARAGRAF

Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah
penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan.
Dalam 1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat
utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu
kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi
penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

B. FUNGSI PENGGUNAAN KATA, FRASA, KLAUSA, DIKSI, KALIMAT, DAN


PARAGRAF.
1. KATA

Sebagai satuan gramatikal terkecil yang membentuk suatu kalimat, kata memiliki beberapa fungsi
yaitu fungsi subjek, fungsi predikat, fungsi objek, fungsi keterangan, dan fungsi pelengkap.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai fungsi tersebut.

3.1 Fungsi sebagai Subjek

Subjek adalah bagian dari kalimat yang menandakan apa yang sedang dibicarakan.

Namun hal ini tidak selalu sama dengan aktor atau pelaku sebagai subjek, termasuk dalam kalimat
pasif.

Fungsinya sebagai subjek dapat ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut.

 Jawaban dari siapa yang melakukan kegiatan atau aktivitas. Contohnya pada kalimat, “Ayah bekerja
di kantor hingga sore hari.” Jika dibuat kalimat tanya: siapa yang bekerja di kantor hingga sore
hari? Maka, jawabannya adalah Ayah. Maka dapat dipastikan bahwa Ayah berfungsi sebagai subjek
yang sedang melakukan sebuah aktivitas.

 Bagian dari kalimat yang dijelaskan oleh predikat. Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di kantor
hingga sore hari.” Ayah  sebagai subjek diterangkan dengan tindakan bekerja sebagai predikat.

 Bagian yang diikuti oleh salah satu kata kerja sambung. Contohnya pada kalimat, “Ayah adalah
seorang karyawan.” Adalah merupakan kata kerja sambung sehingga di belakangnya berfungsi
sebagai subjek, yaitu Ayah.

 Diikuti partikel –nya.  Contoh pada kalimat, “Mobilnya memiliki roda yang bagus.” Mobil yang diikuti
oleh partikel –nya menandakan bahwa kata tersebut berfungsi sebagai subjek.
3.2 Fungsi sebagai Predikat

Predikat merupakan bagian dari kalimat yang menandakan apa yang dibicarakan oleh subjek dan
biasanya harus mengandung unsur verba. Setelahnya, dapat diikuti oleh objek atau adverbia. Fungsi
kata sebagai predikat memberi keterangan tentang apa yang dilakukan oleh subjek.

Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di kantor hingga sore hari.” Bekerja sebagai predikat menjelaskan
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh ayah di kantor hingga sore hari.

3.3 Fungsi sebagai Objek

Objek merupakan bagian dari kalimat yang memiliki peran sebagai penderita atau yang mengalami
suatu hal. Letak objek memiliki fungsi sebagai pemberi keterangan predikat.

Contoh pada kalimat, “Kakak membeli tas di toko dekat rumah.” Tas sebagai objek memberikan
keterangan terhadap barang yang Kakak beli di toko dekat rumah.

3.4 Fungsi sebagai Keterangan

Kata keterangan merupakan bagian dari kalimat yang berfungsi untuk memberikan keterangan
terhadap unsur lainnya. Meskipun hadirnya tidak terlalu penting, namun dapat memberikan penjelasan
lebih lanjut tentang suatu kalimat.

Contohnya pada kalimat, “Kakak membeli tas di toko dekat rumah.”

Di toko dekat rumah merupakan keterangan yang memberikan penjelasan di mana Kakak membeli
tasnya. Keterangan tersebut tidak wajib untuk dimasukkan ke dalam kalimat, namun ketika Anda
memasukkannya, pembaca tidak perlu bertanya lagi tempat Kakak membeli tasnya.

3.5 Fungsi sebagai Pelengkap

Fungsi yang satu ini sedikit sulit untuk menganalisis keberadaannya. Terkadang ia dapat berfungsi
sebagai keterangan dan/atau objek.

Contoh pada kalimat, “Ayah bekerja di kantor hingga sore hari.”

Sore hari merupakan kata pelengkap karena melengkapi bekerja sebagai batasan waktu ia melakukan


aktivitasnya di kantor.

Contoh pada kalimat, “Kakak makan ayam.”

Ayam dapat berfungsi sebagai pelengkap dan objek secara bersamaan.

2. FRASA

Berikut ini adalah 2 bentuk frasa berdasarkan fungsinya yakni sebagai berikut:

1. Frasa endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu unsur atau kedua kata didalamnya termasuk kedalam
unsur inti (pusat). Contoh frasa endosentris adalah sebagai berikut :

 Anak kerbau.

 Sapi putih.

 Tujuh anak.

 Belum mulai.

Selain itu frasa endosentris juga dibagi menjadi 3 bentuk. Adapun ketiga bentuk frasa endosentris
adalah sebagai berikut :

a. Frasa atribut

Frasa atribut adalah frasa yang kata didalam unsur pembentukannya terdapat pola diterangkan dan
menerangkan (DM) atau sebaliknya yakni menerangkan dan diterangkan (MD). Contoh frasa atribut
adalah sebagai berikut :

 Anak kandung (kedua kata tersebut berunsur diterangkan dan menerangkan).

 Sebatang pohon (kedua kata tersebut berunsur menerangkan dan diterangkan).

b. Frasa apositif

Frasa apositif adalah frasa yang salah satu kata didalam unsur pembentukannya bisa berguna untuk
pengganti unsur inti. Contoh frasa apositif adalah : Dewi si penari ular sangat cantik. Kata Dewi posisinya
sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).

c. Frasa koordinatif

Frasa koordinatif adalah frasa yang unsur¬unsur kata didalam pembentukannya berperan sebagai
unsur inti (menduduki fungsi setara). Contoh frasa koordinatif adalah sebagai berikut :

 Adik kakak.

 Ayah ibu.

 Warta berita.

 Kakek nenek.

2. Frasa eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang pada salah satu unsur kata didalamnya menggunakan kata
tugas. Contoh frasa eksosentris adalah sebagai berikut :

 Dari Balikpapan.

 Kepada sahabat.
 Di kecamatan.

 Pada malam.

3. KLAUSA

1. Klausa Subjek
Klausa ini merupakan klausa yang berfungsi menjadi subjek pada suatu pola kalimat dasar.
Pada jenis-jenis kalimat aktif, klausa ini biasanya beada di awal kalimat atau sebelum predikat.
Namun, apabila kalimat aktifnya diubah ke dalam bentuk kalimat pasif, maka klausa ini akan menjadi
klausa objek dan akan diletakkan setelah predikat atau di tengah-tengah kalimat. Supaya pembaca
lebih paham berikut ditampikan beberapa contoh dari klausa subjek!
 Ibu di dapur  sedang memasak gulai ikan kakap.
 Ayah sangat marah  saat mengetahui adik bolos sekolah.
 Kami dari tadi menungguimu sejak lama.
 Ibu dari toko  membeli sepatu baru untuk adikku.
 Kami sedang menunggu kepulangan Ayah dari Yogyakarta.
2. Klausa Objek
Merupakan klausa yang berfungsi sebagai objek yang merupakan salah satu unsur-unsur kalimat
dalam bahasa Indonesia. Jika klausa subjek letaknya sebelum predikat, maka klausa ini terletka
setelah predikat atau di tengah-tengah kalimat. Klausa ojek sendiri dapat berupa objek langsung
maupun objek tidak langsung.
Objek langsung adalah objek yang dikenai langsung perbuatan yang tercantum pada predikat yang
berimbuhan awalan me-. Sementara itu, objek tidak langsung adalah objek yang menerima perbuatan
dari predikat yang berimbuhan me-an. Adapun beberapa contoh dari klausa ini antara lain:
 Ibu memasak beras hasil panen.  (objek langsung)
 Bibi memasak ikan yang dibelinya.  (objek langsung)
 Ayah mengetes mobil yang diperbaikinya. (objek langsung)
 Ibu membelikan sepatu baru untuk Andi yang berulang tahun  pada hari ini. (objek tidak langsung)
 Bibi membuatkan parsel untuk kami di kampung halaman  pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini. (objek
tidak langsung)
 Paman membuatkan kandang untuk kucing berbulu halus itu  dari kayu bekas. (objek tidak langsung)
3. Klausa Pelengkap
Sesuai namanya, klausa ini merupakan klausa yang berfungsi sebagai pelengkap dalam suatu
kalimat. Klausa ini biasanya terletak setelah objek ataupun setelah predikat. Dalam kalimat pasif,
klausa ini tidak dapat dipindahkan ke awal predikat. Hal ini berbeda dengan klausa objek yang dapat
dipindahkan ke awal kalimat saat kalimat tersebut berbentuk kalimat pasif. Supaya lebih paham,
berikut ditampilkan beberapa contoh diantaranya!
 Danis menjadi peserta termuda pada lomba musikalisasi puisi tahun ini.
 Pak Mulyadi menjadi kepala  desa termuda  di seantero kecamatan ini.
 Adikku menjadi pencetak gol paling banyak pada kejuaraan futsal tahun ini.
4. Klausa Keterangan
Merupakan klausa yang berfungsi sebagai keterangan suatu kalimat. Letak klausa ini bisa di awal, di
tengah, ataupun di akhir sebuah kalimat. Adapun contoh-contoh dari klausa ini antara lain:
 Karena pak dosen sedang sakit,  maka perkuliahan hari ini tidak dilaksanakan.
 Kami bermain sepakbola dengan aku sebagai penjaga gawangnya.
 Karena pelayanannya yang tidak memuaskan,  restoran itu pun harus kehilangan banyak pelanggan.

4. DIKSI

Diksi dalam pembuatan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:


 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham mengenai
apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis atau pun terucap”.
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau
pun pembacanya.

5. KALIMAT

Fungsi dari kalimat tersusun atas subjek, predikat, objek, keterangan, dan juga pelengkap.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan ulasan berikut ini:
1. Subjek
Subjek merupakan sebuah pokok kalimat. Fungsi dalam subjek bisa dicari dengan pertanyaan
“Siapa/Apa yang dibicarakan oleh kalimat ini?”
Subjek berjenis kata benda atau frasa benda, karena definisi subjek merupakan sesuatu yang
disebutkan oleh kalimat.
2. Predikat
Predikat merupakan keterangan langsung terhadap suatu subjek. Predikat bisa ditemukan dengan
pertanyaan “Ada apa dengan subjek? Apa yang dilakukan subjek? Bagaimana keadaan subjek?”
3. Objek
Objek merupakan bagian dari kalimat yang bida diubah menjadi subjek dengan cara dipasifkan
ataupun diaktifkan.
Objek bisa ditemukan dengan memasifkan atau mengaktifkan sebuah kalimat.
Bagian yang berubah menjadi subjek merupakan objeknya.
4. Keterangan
Keterangan merupakan bagian sifatnya menjelaskan.
Adapun ciri dari keterangan yakni bida dipindahkan dengan melewati subjek serta predikat, tanpa
mengubah arti dari kalimat itu sendiri.
5. Pelengkap
Pelengkap bentuknya menyerupai objek.
Adapun ciri pelengkap yakni tidak bisa dipindahkan atau melompati subjek dan predikat serta tidak
dapat diubah menjadi subjek.

6. PARAGRAF

Paragraf mempunyai berbagai macam fungsi, diantara beberapa fungsi paragraf diantaranya adalah;
1. Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan kalimat
penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
2. Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat dalam bentuk
tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.
3. Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan topik dalam
sebuah tulisan.
4. Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan dibuatnya.
5. Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala sesuatu
yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis  menjadi sebuah karya tulis.

C. KONSEP PENATAAN HURUF MENJADI KATA, KALIMAT, HINGGA PARAGRAF.


1. HURUF

Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan aksara yang
diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem tersebut membentuk suatu bunyi
dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda.
Dalam aksara jenis alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem atau
bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili ungkapan atau makna suatu
lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara jenis silabis atau aksara suku kata, suatu huruf
melambangkan suatu suku kata, contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.
Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian dari satu huruf yang sama,
disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil. Huruf besar biasanya dipakai di awal kata, sedangkan
huruf kecil ditulis setelahnya.
Dalam Bahasa Indonesia huruf terbagi menjadi 4 jenis yaitu :
• Huruf vokal
• Huruf abjad
• Huruf konsonan
• Huruf diftong

2. KATA

Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau
lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan
kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan
kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata
berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal
(prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang
adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian
sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti
baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan, misalnya buku, kuda.
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya
baca, lari.
• Verba transitif (membunuh),
• Verba kerja intransitif (meninggal),
• Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata
benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
• Orang pertama (kami),
• Orang kedua (engkau),
• Orang ketiga (mereka),
• Kata ganti kepunyaan (-nya),
• Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan
urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
• Angka kardinal (duabelas),
• Angka ordinal (keduabelas) vf
7. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat
dibagi menjadi lima subkelompok:
• preposisi (kata depan) (contoh: dari),
• konjungsi (kata sambung) – Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
• artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) – Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
• interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
• partikel.

3. KALIMAT DAN PARAGRAF

Sebagaimana telah dikemukakan, kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap. Selain kata, konstituen (unsur pengisi) kalimat adalah frase dan klausa. Setiap
unsur tersebut bersatu membentuk berbagai jenis kalimat. Berdasarkan jumlah klausanya, dikenal ada
kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
Bagaimana posisi kalimat dalam paragraf? Kalimat menjadi satuan pembentuk paragraf. Paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang tersusun logis dan sistematis sebagai satu kesatuan pikiran
yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Dengan kata
lain, paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran yang utuh dalam sebuah tulisan atau karangan.
Tulisan atau karangan yang utuh dan sitematis pada dasarnya dibangun oleh kalimat-kalimat dan
sekumpulan paragraf. Karena itu, kemampuan menulis paragraf sangat penting. Dalam karangan,
paragraf merupakan satuan pokok. Isi setiap paragraf harus relevan dan menunjang keseluruhan isi
dan tema karangan.
Peran paragraf dalam karangan begitu penting dan vital. Paragraf berfungsi untuk memudahkan
pengertian dan pemahaman pembaca, yaitu adanya gagasan-gagasan yang dipilah-pilah. Selain itu,
paragraf berfungsi untuk memisah bagian uraian agar memudahkan pembaca berhenti lebih lama
pada bagian karangan yang panjang.
Bagaimana menulis kalimat agar menjadi paragraf yang baik? Paragraf yang baik harus memiliki
kohesi, koherensi, konsistensi pengembangan, keutuhan, dan ketuntasan.
Paragraf harus memiliki kesatuan (koherensi), maksudnya semua kalimat harus bersama-sama
digerakkan untuk menunjang sebuah ide pokok. Jika ide pokok membicarakan A, maka kalimat-
kalimat selanjutnya harus menjelaskan A. Perhatikan contoh berikut.
   _Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. Tanah di sekitarnya sangat subur. Banyak
pendatang baru yang datang untuk mencari pekerjaan. Pada malam hari banyak orang berjalan-jalan
di sepanjang Jalan Malioboro untuk menghirup udara malam._
Contoh di atas bukan sebuah paragraf yang baik, walau disusun dalam beberapa kalimat.
Mengapa? Karena informasi yang dinyatakan dalam sejumlah kalimat tersebut sama sekali tidak
memiliki hubungan erat atau tidak memiliki kepaduan informasi. Tanpa adanya kesatuan informasi
yang dinyatakan dalam kalimat-kalimat, kumpulan informasi itu tidak menghasilkan paragraf yang
baik, melainkan hutan rimba kalimat. Jadi, sebuah paragraf harus memiliki kesatuan informasi atau
makna yang sering disebut _koherensi._
Analisis koherensi rumpun kalimat di atas sebagai berikut. Pada kalimat (1) yang merupakan
kalimat topik dinyatakan bahwa 'Kota Yogyakarta dikenal juga sebagai kota pelajar' sebagai ide
pokoknya. Sebagai 'kota pelajar' seharusnya dijelaskan bahwa di kota itu banyak lembaga pendidikan.
Akan tetapi, penjelasan yang diberikan pada contoh di atas tidak demikian. Pada kalimat (2)
dikemukakan tentang kesuburan tanah di sekotar Yogya, yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan ide pokok. Demikian pula informasi yang terdapat pada kalimat (3) dan (4) tidak ada
hubungannya dengan ide pokok. 
Selanjutnya, kita amati contoh tulisan berikut.
    _Ratih gadis pujaan. Wajah cantik. Tutur kata sopan. Murah senyum. Tidak sombong. Pandai
bergaul._
Tulisan di atas juga bukan sebuah paragraf yang baik. Mengapa? Karena di bidang bentuk, tidak
mencerminkan _kohesi_ antarkalimat. Analisis koheseivitas pada paragraf tersebut adalah tidak
adanya unsur-unsur kebahasaan dan penanda hubungan antarkalimat yang disajikan secara implisit
dengan baik. Penanda kohesivitas yang hilang antara lain ialah kata ganti dan kata hubung. Selain itu,
penanda hubungan kohesif paragraf yang lain adalah kata-kata penanda hubungan : penunjukkan,
penggantian, pelesapan, perangkaian, dan lain-lain.
  
Ada dua aspek paragraf yang perlu diperhatikan, yaitu 1) masalah alur pikiran dan 2) masalah
kepaduan paragraf, yang dapat dibedakan menjadi a) kepaduan di bidang bentuk (kohesi) dan b)
kepaduan di bidang makna (koherensi). Selain itu, perlu memahami hakikat paragraf dalam konteks
komposisi tulisan, fungsi paragraf, pengertian paragraf, ciri-ciri paragraf, struktur paragraf, jenis-jenis
paragraf, syarat paragraf yang baik, dan cara menulis paragraf yang baik. Apabila pemahaman dan
kemampuan menulis paragraf sudah dikuasai, maka tulisan yang dihasilkan akan logis, padu, dan
sistematis.

D. Fungsi Tanda Baca


1. Pengertian Tanda Baca
Tanda baca yaitu simbol dalam bahasa, simbol bahasa tersebut mempunyai beberapa bentuk dengan
fungsi masing-masing. Suatu kalimat tidak lengkap jika tidak ada tanda bacanya.
Definisi lain dari tanda baca adalah simbol yang tidak berkaitan dengan fenom (suara) atau kata dan
frasa di sebuah bahasa, tetapi mempunyai peranan dalam menunjukkan struktur organisasi suatu tulisan,
serta intonasi dan jeda yang bisa diamati sewaktu pembacaan.
Aturan tanda baca tidak sama antar bahasa, lokasi, waktu dan terus mengalami perkembangan.
Terdapat aspek tanda baca yakni suatu gaya khusus yang karenanya bergantung terhadap pilihan
penulis.
2. Fungsi Tanda Baca
Suatu tanda baca tentu memiliki kegunaan atau fungsi yang dijelaskan berikut ini:
 Untuk mengatur jeda ketika seseorang membaca suatu kalimat.
 Untuk mengatur intonasi dalam pembacaan suatu kalimat.
 Untuk memberi penegasan kalimat (seperti kalimat tanya, kalimat perintah dan lain sebagainya)
 Untuk menggambarkan struktur kata atau kalimat yang ada dalam sebuah tulisan.
 Untuk menunjukkan tata kata yang ada di dalam suatu tulisan.
3. Jenis-Jenis dan Contoh Penggunaan Tanda Baca
Dibawah ini adalah beberapa jenis tanda baca serta penggunaanya, yaitu:
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik mempunyai fungsi sesuai dengan letak tanda titik tersebut berada, pemakaian tanda titik (.)
antara lain adalah:
 Di akhir kalimat atau tulisan yang berupa bukan suatu seruan atau pernyataan.
 Di belakang angka atau hurug yang ada dalam bagan, daftar dan juga ikhtisar.
 Sebagai pemisah angka pada jam, menit dan detik yang menjelaskan waktu.
 Di daftar pustaka, letak tanda titik ini berada pada nama penulis dan judul tulisan yang berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.
 Sebagai pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh Penggunaan Tanda Baca Titik
 Kakaknya seorang Tentara.
 Reni tiba pukul 13.05 (13 lewat 5 menit)
Tanda titik dipakai pada akhir judul kerangka karangan , judul tabel dan lain sebagainya; sebagai
pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menjelaskan jumlah; serta di akhir alamat
pengirim dan tanggal surat serta nama dan alamat penerima surat.
2. Tanda Koma (,)
Tanda baca koma memiliki aturan yaitu sebagai berikut:
 Menjadi pemisah kaliat setara dengan kalimat setara setelahnya.
 Dipakai diantara unsur dalam perincian atau pembilangan
 Menjadi pemisah anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimatnya.
 Dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang ada pada awal kalimat. Dan
juga didalamnya “oleh karena itu”, “jadi”, , “lagi pula, “meskipun begitu”, “akan tetapi”, dan lain
sebagainya.
 Menjadi kata pemisah seperti “o”, “ya”, “wah” “aduh” dan lain sebagainya dari kata lain yang terdapat
pada kalimat.
 Menjadi pemisah petikan langsung dari bagian lain dari kalimat
 Dipakai antara nama dan alamat; bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal dan nama tempat dan
wilayah atau negara yang ditulis secara urut.
 Dipakai untuk menjelaskan bagian nama yang dibalik susunannya dalam penulisan daftar pustaka.
 Dipaka antara nama orang dan gelar akademik yang menempel untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga serta marga.
 Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh Penggunaan Tanda Baca, antara lain:
 Ayah membeli sepeda, buku dan tas.
 Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
3. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan pada kalimat antara lain yakni:
 Menjadi pemisah di bagian kalimat yang sejenis dan setara.
 Menjadi pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara dalam kalimat majemuk.
Contoh Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;) antara lain:
 Sudah terlanjur datang; Andi belum ada dirumah.
 Nimas mencuci sepeda; Nila mencuci piring; Nindi mengepel lantai.
4. Tanda Titik Dua (:)
Pemakaian tanda titik dua pada suatu kalimat antara lain:
 Dipakai untuk setelah kata atau ungkatap yang membutuhkan pemerian.
 Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, diantara surat dan ayat dalam kitab suci, di antara
juudl dan anak judul sebuah karangan, dan juga nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
 Dipakai dalam teks drama setelah kata yang menggambarkan pelaku dalam percakapan.
 Dipakai diakhir pernyataan lengkap apabila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh Penggunaan Tanda Baca Titik Dua, antara lain:
 Nama: Andre Setiadi
 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda Hubung (-)
Pemakaian tanda hubung dalam tulisan antara lain yakni:
 Dipakai untuk menjadi penghubung suku kata dasar atau kata yang memiliki himbuan yang terpisah
oleh pergantian baris.
 Dipakai untuk menyambungkan unsur kata ulang.
 Dipakai unutk menghubungkan hurud dari kata yang dieja satu-satu dan bagian tanggal
 Dipakai untuk merangkai satu kata dengan kata selanjutnya atau sebelumnya yang diawali dengan
huruf kapital, kata atau huruf dengan angka dan angka dengan kata/huruf.
 Dipakai merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh Penggunaan Tanda Hubung dalam tulisan, antara lain:
 24-03-18
 Besok kita akan pergi jalan-jalan ke desa.
 Mimim menjadi peringkat ke-2 di kelasnya.
6. Tanda Pisah (–)
Pemakain tanda pisah, antara lain yakni
 Sebagai pembatas penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun
kalimat
 Untuk memberi penegasan terdapatnya keterangan aposisi atau keterangan yang lain menjadikan
kalimat lebih jelas
 Dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti “sampai dengan” atau “sampai ke”
Contoh Penggunaan Tanda Pisah antara lain:
 Doni bekerja di kantor itu mulai Januari 2016 – Maret 2017
7. Tanda Elipsis (…)
Pemakaian tanda elipsis yakni dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus dan untuk
memberikan petunjuk bahwa dalam suatu kalimat atau naskah terdapat bagian yang dihilangkan.
Contoh Penggunaan Tanda Elipsis yakni:
 Aku ingin….liburan, bagaimana kalau kita berangkat minggu ini.
 ….kemudian dia akan pulang ke rumahnya.
8. Tanda Tanya (?)
Pemakaian tanda tangan adalah diakhir suatu kalimat tanya dan dalam kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Contoh Penggunaan Tanda Tanya adalah:
 Ia dilahiran di tahun 2000 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
 Apakah jurusanmu?
9. Tanda Seru (!)
Pemakaiann tanda seru adalah pada akhir kalimat perintah, diakhir ungkapan atau pernyataan yang
memberi gambaran kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban maupun rasa emosi yang kuat.
Contoh Penggunaan Tanda Seru antara lain:
 Hebat!
 Semangat!
 Segera selesaikan tugasmu!
 Diam!
10.Tanda Kurung ((…))
Pemakaian tanda kurung yakni untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan; untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan integral pokok pembicaraan; untuk mengapit angka
atau huru yang merinci suatu urutan keterangan; dan juga mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh Penggunaan Tanda Kurung yakni:
 Dilaksanakan sesuai dengan GBHN (Garis Besar Haluan Negara)
 Tabel itu (tabel 2.1) menjelaskan tentang perbedaan antara hewan karnivora, herbivora dan
omnivora.
11.Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Umumnya tanda ini dipakai untuk
menyatakan bahwa terdapat kesalahan dalam naskah asli; dan juga mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang telah bertanda kurung.
Contoh Penggunaan Tanda Kurung Siku yakni:
 Perbedaan kedua proses ini (persamaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 30-35]) perlu
diceritakan kembali di sini.
 Permaisuri itu me[l]hat raja dibunuh.
12.Tanda Petik (“…”)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang bersumber dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lainnya; mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat,
dan juga mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh Penggunaan Tanda Petik antara lain:
 Dia dikenal dengan julukan “si pahit lidah”
 “aku tidak mengenai dia”, kata Indri.
13.Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan dan juga
mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau uangkapan asing.
Contoh Penggunaan Tanda Petik Tunggal antara lain:
 ‘tok,tok,tok’ pintunya sudah diketuk tapi tidak ada orang yang membuka.
 Beautiful berarti ‘cantik’

14.Tanda Garis Miring (/)


Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada kalimat dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim dan juga sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Contoh Penggunaan Tanda Garis Miring antara lain:
 Motor itu melaju kecepatan 100 Km/jam
 No. 17/PK/2018 Jalan Merdeka III/10 Masa Bakti 2018/2019 Tahun Ajaran 2018/2019.
15.Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Secara umum, tanda penyingkat dipakai untuk menggambarkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Contoh Penggunaan Tanda Penyingkat antara lain:
 UUD ’45 (’45 menunjukkan tahun 1945)
 Walau ke ujung dunia kau ‘kan ku cari (‘kan menunjukkan kata akan)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa tulis adalah bentuk bahasa
lisan yang menggunakan aksara sebagai sarananya. Lain dengan bahasa lisan yang memiliki unsur
utama berupa bunyi, bahasa tulis unsur utamanya adalah huruf-huruf. Bahasa tulis harus memenuhi
kaidah dan etika penulisan yang benar.
Bahasa tulis terdiri dari huruf, kata, kalimat, serta paragraph. Bahasa tulis juga tidak terlepas dari
penggunaan tanda baca, yang berfungsi untuk mempermudah pembaca memahami maksud dan tujuan
penulis.

B. SARAN

Sebagaimana kita ketahui, kaidah penataan bahasa tulis bagian-bagian atau unsur unsur baik itu
huruf, kata, kalimat, dan paragraph, serta frasa, klausa, diksi, dan tanda baca. Kita sebagai masyarakat
Indonesia harus tahu, karena pengunaan bahasa tulis tidak pernah terlepas dari aktivitas harian kita
terutama di era modern sekarang ini.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
Dedi. Definisi Dari Huruf Kata Kalimat dan Paragraf.Makalah. Dikutip Dari
https://dediciptoanugrah.wordpress.com/2014/10/28/makalah-bahasa-indonesia-1definisi-
hurufkatakalimat-dan-paragraf/. 16 Desember.
Ananda. 2019. Kata: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, Bentuk, dan Contoh Lengkap. [Internet].
Tersedia di: https://bahasa.foresteract.com/kata/2/.
Munir Rajil. 2017. Pengertian Frasa, Ciri-ciri, Jenis, Fungsi dan Contoh Frasa [Internet].
https://teropong.id/forum/2017/08/16/pengertian-frasa-ciri-ciri-jenis-fungsi-dan-contoh-frasa/.

Rizki. 2018. 4 Jenis-Jenis Klausa Berdasarkan Fungsinya dalam Bahasa Indonesia. [Internet].
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-klausa-berdasarkan-fungsinya#:~:text=Merupakan%20klausa
%20yang%20berfungsi%20sebagai%20keterangan%20suatu%20kalimat.,perkuliahan%20hari%20ini
%20tidak%20dilaksanakan.
Samhis. 2020. Diksi ( Pilihan Kata ) Pengertian Dan ( Fungsi – Syarat – Contoh ). [Internet].
https://www.gurupendidikan.co.id/diksi/.
Ahmad. 2020. Kalimat: Pengertian, Ciri, Jenis, Unsur, Struktur, Bentuk, Fungsi. [Internet].
https://www.yuksinau.id/bentuk-kalimat/#:~:text=Bentuk%20Kalimat%2D%20Kalimat%20biasanya
%20merupakan,terlibat%20disusun%20sesuai%20dengan%20kaidahnya.&text=Peran%20kalimat
%20memang%20sangatlah%20penting,mengekspresikan%20emosi%20yang%20sedang%20dirasa.

Salamadian. 2018. PENGERTIAN PARAGRAF : Fungsi, Ciri, Jenis-Jenis Paragraf dan


Penjelasannya. [Internet]. https://salamadian.com/pengertian-paragraf/#:~:text=Fungsi%20Paragraf,-
Paragraf%20mempunyai%20berbagai&text=Paragraf%20dalam%20sebuah%20kalimat%20dapat,tulisan
%20yang%20dibuat%20oleh%20penulis.&text=Paragraf%20dapat%20membantu%20pembaca
%20untuk,dan%20topik%20dalam%20sebuah%20tulisan.
Cahyadi, Nurdin. 2020. KALIMAT DAN PARAGRAF.[Internet].
https://disdik.purwakartakab.go.id/berita/detail/kalimat-dan-paragraf.
Tanda Baca : Pengertian, Fungsi, Jenis dan Contoh. [Internet].
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/tanda-baca.html.
Kaidah Bahasa. [ Internet]. https://www.zenius.net/prologmateri/bahasa-indonesia/a/952/kaidah-
bahasa.
Bahasa Tulis. [Internet]. https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_tulis.

Anda mungkin juga menyukai