Anda di halaman 1dari 13

United Nations Development Programme

Permintaan Pengajuan Proposal (Call for Proposals) dari CSO/LSM

I. LATAR BELAKANG

UNDP bermitra dengan semua lapisan masyarakat untuk membantu membangun negara yang tahan
terhadap krisis, dan mendorong serta mempertahankan pertumbuhan yang meningkatkan kualitas
hidup bagi semua orang. Hadir di 177 negara dan wilayah, kami menawarkan perspektif global dan
wawasan lokal untuk membantu memberdayakan kehidupan dan membangun bangsa yang tangguh.

Call for Proposals (CFP) ini secara khusus terkait dengan proyek UNDP, Perencanaan dan Pembayaran
untuk Rencana Aksi Lokal untuk mengatasi Kekerasan Berbasis Gender di Papua, Indonesia

II. TUJUAN DAN OUTPUT/HASIL YANG DIHARAPKAN

Tujuan dari Call for Proposals ini adalah untuk mendukung pencapaian SDGs dengan membantu negara-
negara membuat kemajuan pada kekerasan berbasis gender dan target terkait (proyek “Mengakhiri GBV
dan Mencapai SDGs”). Dalam hal ini, LSM / CSO terpilih akan memfokuskan upayanya pada tindakan
pada empat (4) focus area berikut:

• Memperkuat advokasi kebijakan nasional tentang GBV oleh Desk Papua di Bappenas
• Mendukung desain, implementasi dan evaluasi rencana aksi GBV lokal
• Mendukung kesiapan dari elemen pendukung dan sistem rujukan
• Mendukung pembiayaan untuk rencana aksi local

Rincian tujuan, keluaran dan hasil terkait disediakan dalam Kerangka Acuan Kerja- Lampiran 1

III. KELAYAKAN DAN KRITERIA KUALIFIKASI

Parameter yang akan menentukan apakah LSM memenuhi syarat untuk dipertimbangkan oleh UNDP
mengacu pada template Permintaan Informasi/Request for Information (RFI).

Template Permintaan Informasi - Lampiran 2

Diharapkan bahwa LSM / CSO akan memenuhi persyaratan berikut:


Pengalaman:
- Pengalaman bekerja dengan pemerintah daerah, khususnya dalam menyediakan layanan
konsultasi kebijakan dan strategi untuk sektor publik.
- Pengalaman bekerja dalam GBV (kekerasan berbasis gender dan / atau kekerasan terhadap
perempuan (VAW).
- Memahami kebijakan dan program utama Indonesia terkait GBV
- Pengalaman bekerja dengan agen internasional adalah aset.
 

1
United Nations Development Programme

Kompetensi:
- Kemampuan untuk bekerja dengan kerangka waktu yang ketat
- Kemampuan untuk merencanakan, dan mengatur pekerjaan untuk memberikan hasil
- Kemampuan terbukti berfungsi di tingkat penasihat teknis
- Menunjukkan komitmen kuat untuk bekerja dengan pengawasan minimal
- Menampilkan budaya, jenis kelamin, agama, ras, kebangsaan dan sensitivitas usia dan kemampuan
beradaptasi

IV. PROPOSAL

Usulan Metodologi, Pendekatan, rencana penjaminan mutu dan Rencana Implementasi - bagian ini
harus menunjukkan respons LSM terhadap Kerangka Acuan Kerja dengan mengidentifikasi komponen
spesifik yang diajukan, bagaimana output/hasil akan dicapai, sebagaimana ditentukan; memberikan
uraian terperinci tentang karakteristik kinerja penting yang diusulkan; mengidentifikasi
pekerjaan/bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan.

Selain itu, proposal harus menunjukkan bagaimana metodologi yang diusulkan memenuhi atau melebihi
Kerangka Acuan Kerja (ToR), sambil memastikan kesesuaian pendekatan dengan kondisi lokal dan
seluruh lingkungan operasi proyek. Metodologi ini harus dituangkan dalam jadwal implementasi dan
kerangka penjaminan mutu.

Struktur Manajemen dan Sumber Daya (Personel Kunci) - Bagian ini harus mencakup uraian yang
komprehensif tentang struktur manajemen dan informasi tentang sumber daya yang diperlukan
termasuk daftar riwayat hidup (CV) personel kunci yang akan ditugaskan untuk mendukung
implementasi metodologi yang diusulkan, dengan jelas mendefinisikan peran dan tanggung jawab
sehubungan dengan metodologi yang diusulkan. CV harus menetapkan kompetensi dan menunjukkan
kualifikasi di bidang yang relevan dengan ToR.

V. KRITERIA & METODOLOGI EVALUASI

Proposal akan dievaluasi berdasarkan kriteria berikut:

1) Proposal teknis yang baik yang mencakup mekanisme inklusi yang inovatif dan dapat direplikasi
untuk memaksimalkan alih nilai kepada penerima manfaat.
2) Intervensi berdampak tinggi secara langsung menarget dan merespon kebutuhan yang ditetapkan
dalam Kerangka Acuan Kerja (ToR).
3) Jumlah anggaran yang diminta sesuai dengan kapasitas administrasi dan manajemen keuangan
organisasi yang telah terbukti.
4) Pemantauan dan evaluasi partisipatif yang akan berkontribusi untuk membangun rasa kepemilikan di
antara penerima manfaat untuk mempromosikan keberlanjutan intervensi.

2
United Nations Development Programme

Poin yang Dapat


Ringkasan Formulir Evaluasi Proposal Teknis Bobot Skor
Diperoleh

1. Kelayakan dan kualifikasi LSM 35% 350

Usulan Metodologi, Pendekatan dan Rencana


2. 30% 300
Implementasi

3. Struktur Manajemen dan Personel Utama 35% 350

Total 1,000

Rincian sub-kriteria dapat dilihat di Lampiran 1

Jumlah dan durasi anggaran

Jumlah proposal harus maksimal USD 90,800 untuk semua kegiatan seperti yang tercantum dalam
Kerangka Acuan. Jumlah total yang dikutip harus mencakup semua dan mencakup semua biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan hasil yang diidentifikasi dalam TOR, termasuk biaya layanan profesional,
dan biaya lain yang berlaku yang harus dikeluarkan oleh kontraktor dalam menyelesaikan penugasan.
Harga kontrak akan menjadi harga berbasis-output yang tetap terlepas dari perpanjangan durasi yang
ditentukan di sini.

umlah yang diminta dalam proposal harus sepadan dengan kemampuan administrasi dan manajemen
keuangan organisasi. Pada prinsipnya, durasi proyek akan Februari 2019 - 31 September 2020.

Disarankan bahwa anggaran harus ikuti perkiraan perhitungan:

3
United Nations Development Programme

Output Budget
(USD)

Planning, costing, and evaluating localized GBV action plans 30,000

Support the design, implementation and evaluation of localized 19,000


GBV action plans

Support the readiness of the supply side effective response and 25,000
referral system

Support the advocacy for financing for local action plans 16,800

Total 90,800

Biaya manajemen tidak boleh melebihi 20% dari total anggaran yang diusulkan. Jumlah yang diminta
dalam proposal harus sepadan dengan kemampuan administrasi dan manajemen keuangan organisasi.

Pembayaran akan dilakukan berdasarkan pengiriman output yang memuaskan, seperti disertifikasi oleh
Siprianus Bato Soro, Kepala DPGRU UNDP Indonesia.

VI. PROSES SELEKSI

UNDP akan meninjau proposal melalui proses lima langkah: (i) penentuan kelayakan; (ii) tinjauan teknis
proposal yang memenuhi syarat; (iii) penilaian dan pemeringkatan proposal yang memenuhi syarat
berdasarkan kriteria penilaian yang diuraikan dalam bagian sebelumnya untuk mengidentifikasi proposal
dengan peringkat tertinggi; (iv) klarifikasi (jika perlu) proposal dengan skor tertinggi; dan (v)
penandatanganan Perjanjian Hibah Mikro.

VII. PROSES PENGAJUAN

Semua biaya terkait dengan penyiapan dan pengajuan proposal ditanggung pelamar.

Pelamar harus mengirimkan proposal dalam satu amplop ke:


Democratic Governance and Poverty Reduction Unit
United Nations Development Programme
Menara Thamrin 7-9th Floor
Jl. MH Thamrin Kav. 3
Jakarta 10250, Indonesia

- Jumlah salinan: 1

atau email ke bids.id@undp.org dengan subyek Planning and Paying for Local Action Plans to address
Gender –Based Violence in Papua, Indonesia.

4
United Nations Development Programme

Dokumen-dokumen berikut harus dilampirkan dalam pengajuan proposal:

1) Sesuai dengan Template/Format Proposal (Subtansi dan Keuangan)


2) Sinopsis Proyek
3) Dokumentasi yang diminta dalam Permintaan Informasi/Request for Information (RFI)
4) Laporan keuangan yang diaudit selama dua tahun terakhir, termasuk laporan manajemen dan catatan
kaki yang menyertai laporan keuangan.

Setiap organisasi hanya diperbolehkan mengajukan satu proposal. Setelah aplikasi lengkap dan
diserahkan, versi revisi dokumen proposal tidak akan diterima setelah tanggal penutupan.

Batas waktu pengiriman


Proposal, dengan dokumen pendukung, harus diterima paling lambat [8 February 2019] at [17:00 WIB].

Untuk pertanyaan lebih lanjut tentang Pedoman Call for Proposal atau formulir aplikasi, silakan e-mail
kepada: Usman Situmorang [usman.situmorang@undp.org]

Catatan: UNDP berhak untuk tidak mendanai proposal yang diajukan dalam Call for Proposals ini

Perkirakan Jadwal Pengajuan Proposal


Di bawah ini adalah perkiraan waktu untuk pengajuan proposal ini.

25  Januari  2019:  Permintaan Pengajuan Proposal (Call for Proposals) dibuka, dan dokumen yang
relevan diposting secara online.
8 Februari  2019:  Batas waktu bagi organisasi untuk mengajukan proposal berdasarkan permintaan ini.
11  hingga  13 Februari  2019:  Proses penilaian dan seleksi akan berlangsung.
15 February 2019:  Pelamar yang terpilih akan diberi tahu.

VIII. INFORMASI TAMBAHAN PENTING

UNDP menerapkan kebijakan tanpa toleransi terhadap praktik terlarang, termasuk penipuan, korupsi,
kolusi, praktik tidak etis dan menghalangi proses pengajuan proposal. UNDP berkomitmen untuk
mencegah, mengidentifikasi dan mengatasi semua tindakan penipuan dan praktik korupsi terhadap
UNDP serta pihak ketiga yang terlibat dalam kegiatan UNDP. (Lihat
http://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/Transparency/UNDP_Anti_Fraud_Policy_En
glish_FINAL_june_2011.pdf and
http://www.undp.org/content/undp/en/home/operations/procurement/protestandsanctions/ untuk
deskripsi lengkap kebijakan)

Dalam merespon Call for Proposals ini, UNDP mengharuskan semua pelamar untuk bertindak secara
profesional, obyektif dan tidak memihak, dan mereka harus senantiasa memprioritaskan
kepentingan UNDP. Pelamar harus menghindari konflik dengan penugasan lain atau kepentingan sendiri,
dan bertindak tanpa pertimbangan untuk pekerjaan di masa depan. Semua pelamar yang ditemukan
memiliki konflik kepentingan akan didiskualifikasi. Tanpa batasan pada sifat umum dari yang disebutkan
di atas, pelamar, dan salah satu dari afiliasinya, akan dianggap memiliki konflik kepentingan dengan satu
pihak atau lebih dalam proses permohonan ini, jika mereka:

5
United Nations Development Programme

* Berasosiasi atau pernah berasosiasi di masa lalu dengan perusahaan atau afiliasinya yang telah terlibat
dengan UNDP untuk menyediakan layanan untuk penyiapan desain, Kerangka Acuan Kerja, analisa/
estimasi biaya dan dokumen lain yang akan digunakan dalam proses seleksi kompetitif ini;

* Terlibat dalam penyiapan dan/atau desain program/proyek yang terkait dengan layanan yang diminta
dalam Call for Proposals ini; atau

* Didapati terlibat konflik karena alasan lain, sebagaimana ditetapkan oleh atau atas diskresi UNDP.

Dalam hal terjadi ketidakpastian dalam interpretasi tentang apa yang berpotensi sebagai konflik
kepentingan, pelamar harus mengungkapkan kondisi tersebut kepada UNDP dan mengkonfirmasi
dengan UNDP apakah terdapat potensi konflik kepentingan atau tidak.

Hormat kami,

Siprianus Bate Soro


Head of DGPRU

6
United Nations Development Programme

Lampiran 1.
KERANGKA ACUAN
Perencanaan dan Pembiayaan Rencana Aksi Lokal tentang Kekerasan Berbasis Gender di
Papua, Indonesia
Lokasi : Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia
Tipe Kontrak : CSO Micro-grant
Durasi : February 2019 – 31 September 2020
Total Dana : 90,800 USD

A. LATAR BELAKANG

Dalam survey yang dilakukan UNDP tentang kekerasan terhadap perempuan di Papua, Indonesia
mengungkapkan 38% perempuan yang pernah bermitra telah mengalami setidaknya satu dari empat
jenis kekerasan dalam hidup mereka. Diantaranya ada 16% perempuan yang mengalami salah satu dari
jenis kekerasan ini pada tahun sebelum survey dilakukan. Undang-undang tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga) menyatakan
bahwa semua warga negara berhak atas rasa aman dan bebas dari kekerasan, termasuk kekerasan fisik,
seksual, kelalaian, ancaman, atau kesengsaraan psikologis. Walaupun Indonesia telah mengkriminalisasi
kekerasan terhadap perempuan, implementasi yang efektif dari upaya hukum terhalang oleh norma-
norma budaya yang menggambarkan kekerasan seperti ini sebagai masalah pribadi. Di tingkat desa,
perempuan cenderung melaporkan pelecehan kepada pemimpin informal dan/atau pemerintah desa
mereka. Sebagian besar kasus diselesaikan melalui cara informal di bawah pengawasan ketat pejabat
desa yang dapat mengabaikan undang-undang perlindungan.

Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia memberlakukan UU Desa untuk mengalihkan kekuasaan dari
ibukota di Jakarta ke desa-desa, yang mewakili 50% dari populasi Indonesia. Undang-undang ini
menjamin alokasi dana ke sekitar 74.000 desa di Indonesia untuk mengembangkan anggaran mereka
sendiri berdasarkan kebutuhan dan prioritas lokal.

Namun, fokus Pemerintah pada pembangunan ekonomi dan perencanaan desa untuk mengurangi
ketidaksetaraan dan kemiskinan dapat mengabaikan prioritas isu-isu terkait dengan pengembangan
keluarga dan gender dalam agenda desa. Meskipun UU Desa membuat ketentuan untuk keterlibatan
perwakilan masyarakat dari berbagai kelompok; seperti perempuan, untuk memastikan adanya
partisipasi mereka dalam perencanaan dan penganggaran desa, forum musyawarah desa (Musdes) ini
menciptakan peluang langka untuk melibatkan suara-suara dari berbagai kelompok yang terpinggirkan
di masyarakat, dan memiliki kekuatan untuk membawa isu-isu tentang kesetaraan gender dan
pengembangan keluarga kedepan.

Pada tahun 2018, UNDP meluncurkan inisiatif baru untuk mendukung pencapaian SDGs dengan
membantu negara-negara membuat kemajuan pada kekerasan berbasis gender dan target – targetnya
(proyek “Mengakhiri GBV dan Mencapai SDGs”). Proyek ini akan mengujicobakan pendekatan inovatif
untuk pencegahan dan tanggapan GBV dan akan menggunakan temuan apa yang berhasil untuk

7
United Nations Development Programme

mengadvokasi kebijakan dan program lokal yang lebih baik dalam mengatasi dan mencegah GBV. Pilot
akan dirancang, dievaluasi, dan dihitung biayanya, termasuk analisis ekonomi. Tujuan dari analisis
ekonomi (yang akan dilakukan dalam kemitraan dengan United Nations University-International
Institute for Global Health) adalah: 1) untuk mengidentifikasi dan merekomendasikan pilihan dalam
pembiayaan bersama yang layak untuk rencana aksi lokal; dan 2) untuk memperkirakan biaya ekonomi
dari perencanaan partisipatif dan proses advokasi untuk menginformasikan replikasi lebih lanjut atau
peningkatan pendekatan di kabupaten dan provinsi lain di Indonesia dengan konteks geografis yang
serupa.

Proyek percontohan ini bertujuan untuk menetapkan kekerasan berbasis gender sebagai item agenda
prioritas untuk perencanaan dan penganggaran kabupaten dan provinsi di Papua. Ini juga akan
mendukung desa-desa dengan perencanaan dan pembiayaan untuk mekanisme pencegahan dan
respons GBV. Ini akan dicapai melalui model advokasi tingkat desa, yang menargetkan masyarakat di
kecamatan Sentani Timur dan Kabupaten Jayapura. Pilot ini akan memberikan pelajaran tentang
kelayakan pembiayaan bersama dari rencana aksi partisipatif lokal untuk mengatasi GBV, serta
identifikasi fasilitator dan hambatan untuk model pembagian biaya tersebut. Sebagai hasil dari uji coba,
otoritas Indonesia akan mendapat manfaat dari kapasitas yang lebih besar untuk menganggarkan dan
melaksanakan rencana aksi, dan masyarakat akan mendapat manfaat dari peningkatan layanan terkait
GBV, program pencegahan dan mekanisme respons. Temuan ini juga akan dimasukkan ke dalam laporan
sintesis dari pelajaran yang dipetik di seluruh negara percontohan UNDP, untuk menginformasikan
peningkatan dan penyebarluasan program serupa.

Singkatnya, pilot akan fokus pada 4 hal berikut:

• Memperkuat advokasi kebijakan nasional tentang GBV oleh Desk Papua di Bappenas
• Mendukung desain, implementasi dan evaluasi rencana aksi GBV lokal
• Mendukung kesiapan dari elemen pendukung dan sistem rujukan
• Mendukung pembiayaan untuk rencana aksi lokal

B. RUANG LINGKUP KERJA

Di bawah panduan keseluruhan dari Democratic Governance and Poverty Reduction Unit (DGPRU) UNDP
dan pengawasan Petugas Proyek GBV yang berbasis di Jayapura, Lembaga mitra terpilih akan melakukan
tugas-tugas berikut:

1. Melakukan analisis situasional untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang GBV, dan
kekuatan serta hambatan dalam menangani GBV. Ini akan mengidentifikasi prioritas lokal untuk
GBV, pemangku kepentingan utama yang relevan, program dan layanan yang ada, sumber daya
dan sumber pendanaan potensial untuk pencegahan dan respon GBV. Lembaga Mitra terpilih
harus melakukan analisis menggunakan metode partisipatif dan analisis berbasis gender.
2. Mengembangkan pedoman tentang Intervensi GBV di pengaturan desa, mengadaptasi alat
global untuk konteks lokal. Pedoman dan/atau alat ini diharapkan dapat digunakan dalam
membantu masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk merancang dan
mengimplementasikan rencana aksi pada GBV. Pedoman harus dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan partisipatif, seperti melalui FGD, lokakarya, dll.

8
United Nations Development Programme

3. Membangun kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan melalui sesi pelatihan dan
lokakarya, sesuai kebutuhan.
4. Membantu komunitas, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam desain dan
implementasi Rencana Aksi GBV. Rencana tersebut harus disiapkan untuk mengatasi sisi
penawaran tanggapan GBV, termasuk mekanisme rujukan dan pembiayaan. lembaga mitra yang
dipilih perlu mempersiapkan dan mendukung pembiayaan bersama Rencana Aksi GBV.
5. Mengembangkan kerangka kerja Monitoring dan Evaluasi, termasuk pengumpulan data yang
relevan. Proses pemantauan dan evaluasi harus mencakup konsultasi dengan pria dan wanita
untuk mengukur kemajuan dan pencapaian.
6. Menghasilkan pembaharuan rutin dan berita media tentang kemajuan implementasi proyek,
dengan foto.
7. Menghasilkan laporan akhir menggunakan model dan standar laporan UNDP.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN

Lembaga Mitra yang dipilih diharuskan untuk menyerahkan rencana implementasi dan rencana kerja
tahunan dalam jangka waktu implementasi hingga 2020, berdasarkan garis besar yang disediakan oleh
UNDP. Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Laporan analisis situasional GBV.


2. Pedoman dan/atau Alat intervensi GBV di pengaturan desa.
3. Rencana Aksi GBV untuk desa-desa terpilih
4. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi, termasuk:
a. Sebuah Laporan narasi dan ringkasan triwulanan menggunakan model yang disediakan oleh
UNDP. Semua laporan harus menyertakan bukti/dokumen pendukung
b. Data garis akhir menggunakan format yang disediakan oleh UNDP
c. Laporan Tugas Akhir
5. Dokumen lain sebagai berikut:
a. Sebuah Analisis kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan
rencana aksi GBV lokal.
b. Laporkan komitmen dan tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam
mengintegrasikan Rencana Aksi GBV ke dalam sistem perencanaan pembangunan mereka.
6. Dokumentasi pembelajaran dan publikasi
7. Strategi replikasi yang disarankan, untuk didukung oleh aktor kunci dan pembuat keputusan.

D. PENGATURAN KELEMBAGAAN

Lembaga Mitra terpilih akan bekerja sama dengan focal point dari UNDP, DPPPA Kabupaten Jayapura,
Bappeda Papua dan Kabupaten Jayapura, DPMK Papua dan Kabupaten Jayapura. Lembaga Mitra yang
dipilih bertanggung jawab untuk menyerahkan laporan kegiatan dan laporan kemajuan proyek setiap
kuartal. Setiap laporan akan ditinjau oleh Focal Point Gender UNDP dan kemudian diterima oleh DGPRU-
UNDP yang berbasis di Jakarta.

Lembaga Mitra selanjutnya diharapkan untuk tetap berkomunikasi dengan Project Officer GBV UNDP
yang berbasis di Jayapura untuk mengkoordinasikan pelaksanaan proyek dan berbagi pembaruan rutin.
DGPRU akan bekerja dengan Lembaga Mitra yang dipilih untuk memastikan transparansi dan

9
United Nations Development Programme

akuntabilitas pendanaan yang tersedia. DGPRU mengharapkan Lembaga Mitra untuk responsif terhadap
permintaan UNDP yang selaras dengan tujuan keseluruhan proyek. Terakhir, Lembaga Mitra diharapkan
untuk menyajikan laporan, hasil, temuan kepada berbagai pihak sebagaimana diminta.

E. LOKASI TUGAS

Lembaga Mitra terpilih akan bekerja terutama di Kabupaten Jayapura dan diharapkan untuk
berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait di tingkat pemerintah provinsi Papua. Lebih
lanjut, Lembaga Mitra terpilih bertanggung jawab untuk menjaga komunikasi reguler dengan focal point
dari UNDP, UNU, kantor DPPPA Kabupaten Jayapura, kantor Bappeda Provinsi Papua dan Kabupaten
Jayapura, kantor DPMK Provinsi Papua dan Kabupaten Jayapura.

F. KUALIFIKASI

Pengalaman Kerja:

- Pengalaman bekerja dengan pemerintah daerah, khususnya dalam memberikan kebijakan dan
layanan konsultasi strategis untuk sektor publik.
- Pengalaman bekerja dalam GBV (kekerasan berbasis gender) dan / atau kekerasan terhadap
perempuan (VAW), termasuk pengalaman dengan M&E proyek EVAW. Menunjukkan
Pengetahuan tentang protokol keselamatan dan etika.
- Pengalaman bekerja pada proses partisipatif inklusif.
- Memahami kebijakan dan program utama Indonesia yang berkaitan dengan gender secara
umum dan GBV pada khususnya adalah aset.
- Pengalaman bekerja dengan lembaga internasional adalah aset.

Kompetensi:

- Kemampuan untuk bekerja dalam kerangka waktu yang ketat


- Kemampuan untuk merencanakan, dan mengatur pekerjaan
- Memiliki Kemampuan bekerja pada tingkatan penasehat teknis
- Menunjukkan komitmen kuat untuk bekerja dengan pengawasan minimal
- Menampilkan sensitivitas dan kemampuan beradaptasi terhadap budaya, gender, agama, ras,
kebangsaan dan usia

Berdasarkan kerangka acuan ini, kami dengan hormat mengundang Lembaga Anda untuk mengirimkan
proposal teknis dan keuangan ke UNDP pada paling lambat 8 Februari 2019

10
United Nations Development Programme

Lampiran 2.
Permintaan Informasi/Request for Information (RFI) dari CSO/LSM

1. Tujuan

Ini adalah Permintaan Informasi (RFI) dari CSO/LSM nasional dan/atau internasional untuk
kemitraan potensial dengan UNDP untuk pencapaian keluaran proyek pembangunan yang
membutuhkan keahlian dan pengalaman di bidang berikut: Inisiatif Kemitraan untuk
Pengembangan Kelembagaan Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular Indonesia.

2. Informasi yang diminta

CSO/LSM yang berminat diminta untuk mengisi kuesioner di bawah ini, melampirkan semua
dokumentasi pendukung yang diminta. Untuk LSM internasional, mohon berikan informasi
dan dokumentasi yang berkaitan dengan izin untuk beroperasi di Indonesia.
 
Informasi pendukung harus dilampirkan untuk mendukung setiap jawaban pertanyaan. 
Semua pertanyaan harus dijawab dengan tepat dan jelas. Informasi berlebihan yang tidak
secara langsung menjawab pertanyaan hanya akan menghambat UNDP untuk memberikan
penilaian positif tentang kesesuaian CSO/LSM dengan persyaratan UNDP.
 
Semua CSO/LSM yang informasinya konsisten dengan kebutuhan program UNDP akan
mendapat kuesioner berikutnya untuk memungkinkan UNDP melakukan Penilaian
Kapasitas.  Berdasarkan hasil Daftar Periksa Penilaian Kapasitas/Capacity Assessment
Checklist (CACHE) ini, UNDP akan menentukan apakah CSO/LSM dapat dimasukkan dalam
daftar, untuk dikerahkan dengan cepat bila diperlukan.

Daftar Periksa Penilaian Kapasitas/Capacity Assessment Checklist (CACHE) Untuk CSO/LSM

Pertanyaan
Mohon Lampirkan Dokumentasi
Topik Respon
Pendukung untuk Jawaban Setiap
Pertanyaan
1. Sumber 1. Siapa donor utama CSO/LSM?
Pendanaan 2. Berapa persentase kontribusi
setiap donor selama 2 tahun
terakhir?

11
United Nations Development Programme

3. Berapa proyek yang didanai


setiap donor sejak awal CSO/LSM?
4. Berapa jumlah kontribusi
keuangan kumulatif yang
diberikan untuk setiap
proyek oleh setiap donor?
5. Bagaimana biaya manajemen
CSO/LSM didanai?
2. Audit 1. Apakah CSO/LSM diaudit dalam
dua tahun terakhir?
2. Apakah audit dilakukan oleh
entitas independen yang
terakreditasi secara resmi? 
Jika ya, berikan nama.
3. Kapasitas 1. Bagaimana struktur manajemen
Kepemimpinan CSO / LSM? Mohon berikan
dan Tata Kelola Organigram.
2. Apakah CSO/LSM memiliki
mekanisme pengawasan formal?
3. Apakah CSO/LSM telah secara
formal menetapkan prosedur
internal di bidang:
 Perencanaan dan
Penganggaran Proyek
 Manajemen Keuangan dan
Kerangka Kontrol Internal
 Pengadaan
 Sumber daya manusia
 Pelaporan
 Pemantauan dan evaluasi
 Manajemen Aset dan
Inventaris
 Lainnya
4. Apa mekanisme CSO/LSM untuk
menangani urusan hukum?
5. Kemampuan untuk bekerja
(menyiapkan proposal) dan
membuat laporan dalam bahasa
Inggris
4. Kapasitas 1. Apakah posisi dalam CSO/LSM
Personel yang membuat keputusan penting
perusahaan? 
Harap berikan CV staf tersebut.

12
United Nations Development Programme

2. Posisi mana dalam CSO/LSM


yang bertanggung jawab
menangani
bidang manajemen proyek,
keuangan, pengadaan, dan
sumber daya manusia? 
Harap berikan CV staf tersebut.
5. Kapasitas 1. Di mana CSO/LSM memiliki
Infrastruktur dan fasilitas resmi? Harap berikan
Peralatan rincian tentang durasi dan jenis
fasilitas (contohnya Kantor
lapangan, laboratorium,
peralatan,
perangkat lunak, database teknis,
dll.)
2. Sumber daya dan mekanisme
apa yang dimiliki CSO/LSM untuk
transportasi orang dan barang?
6. Penjaminan Harap berikan referensi yang
Mutu dapat dihubungi untuk
mendapatkan umpan balik
tentang kinerja CSO/LSM terkait:
 Realisasi terhadap
perencanaan awal
 Pengeluaran terhadap
anggaran
 Ketepatan waktu
implementasi
 Ketepatan waktu dan
mutu laporan
 Kualitas Hasil

13

Anda mungkin juga menyukai