Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

RESUME BUKU BAHASA INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Afrinaldi, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Vania Mustika (2301125895)

Kelas A

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2023
RESUME BUKU 1
“Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
(Membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa)”
BAB 1
Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting karena bahasa Indonesia bahasa
Nasional, kedudukannya di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia
yang menyatakan bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua
macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasioanl sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928; dan kedua, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa Negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggan
kebangsaan, (2) lambang identitas nasioan, (3) alat perhubungan antarwarga dan antarbudaya,
dan (4) alat mempersatukan suku-suku bangsa dengan latar belakang budaya dan bahasa yang
berbeda ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar
di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula
bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai media massa. Media massa cetak dan
elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media
massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
BAB 2
Ragam Bahasa
Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis. Kedua ragam
bahasa itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut: 1. Ragam lisan menghendaki adanya
orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak
mengharuskan adanya teman bicara berada di depan. 2. Di dalam ragam lisan unsur-unsur
fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu
kadang-kadang dapat ditinggalkan, karena bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak,
mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Contoh: Orang yang berbelanja di pasar. “Bu,
berapa cabenya?” “Lima belas.” “Bisa kurang?” “Sepuluh saja, Nak.” Ragam tulis perlu lebih
terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsifungsi gramatikal harus lebih jelas karena
ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Contoh ragam tulis
ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar. 3. Ragam lisan sangat terikat pada
kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam ruang kuliah,
hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu
ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu.
Sebaliknya ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Suatu tulisan dalam
sebuah buku yang ditulis oleh penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di
Amerika atau Inggris. 4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang
pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi oleh tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring. C. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan
terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku. 10 Bahasa Indonesia Ragam baku adalah
ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat penggunaannya sebagai
bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunannya. Ragam tidak
baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
norma ragam baku. Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam
tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu, muncul ragam baku tulis dan ragam
baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku
pelajaran atau buku-buku lainnya. Pemerintah sekarang berusaha menerbitkan buku-buku
pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang berusaha menerbitkan buku-
buku panduannya yang menyangkut masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Demikian pula,
pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, merupakan pula usaha kearah penyeragaman itu.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini
tergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Seseorang
dapat dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol
pengaruh logat atau dialek daerahnya. Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia
ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang
yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu ragam sosial, kadang-kadang
bisa mewakili tinggi rendahnya status sosial itu sendiri, sedangkan ragam baku bahasa daerah
atau ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
Ragam fungsional yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional yaitu ragam bahasa
yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Dalam kenyataannya, ragam fungsional menjelma sebagai bahasa Negara dan bahasa teknis
keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi (seperti istilah-istilah dalam
ilmu komputer), kedokteran (seperti istilah-istilah dalam ilmu kedokteran), dan keagamaan.
BAB 3
Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna.*) Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau gabungan
huruf dengan morfem, baru kita akui sebagai kata bila bentuk itu mempunyai makna.
Perhatikan kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Keempat kata yang diambil secara acak itu kita
akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan
memastikan bahwa adepes, libma, ningid, haliuk bukan kata bahasa Indonesia karena tidak
mempunyai makna. Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata
yang bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal
disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi
untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata imbuhan. Secara sintaksis, sebuah satuan
gramatikal dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar;
jadi sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakni
dalam hal kemungkinannya satuan itu didampingi pertikel tidak dalam konstruksi dan dalam
hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel
seperti sangat, lebih, atau agak. Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya
untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi
partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, (5) dibentuk menjadi
nomina dengan konfiks ke-an. Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan
nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Selain itu, jenis
kata juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri (proper noun) dan
kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda nama diri adalah kata benda
yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya, Jakarta atau Ali), sedangkan kata benda umum
adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya, kota atau orang). Pronomina atau
kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah
saya, kapan, -nya, ini. Cara pembagian kata ganti bermacammacam tergantung rujukan yang
digunakan. Pronomina yang menggantikan nomina yang referennya jelas disebut sebagai
pronominal taktif (misalnya pronominal persona), sedangkan yang tidak menunjuk pada orang
atau benda tertentu disebut sebagai pronominal tak taktif. Dalam ragam non-standar, jumlah
pronominal lebih banyak dari yang tersebut di atas, bergantung dari daerah pemakaiannya.
Numerelia/Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan
atau urutan tempat dari nama-nama benda. Adverbia adalah kelas kata yang memberikan
keterangan kepada kata lain, seperti verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang bukan
nomina (kata benda). Introgativa adalah kategori dalam kalimat introgatif yang berfungsi
menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah
diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu disebut
antesenden (ada di luar wacana) dan arena baru akan diketahui kemudian, introgativa bersifat
kataforis. Demonstrativa Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai
orang atau benda secara khusus. Artikula Artikula (Kata Sandang) adalah kata yang
menentukan atau membatasi kata benda. Kata sandang umumnya terletak di depan (sebelum)
kata benda. Kata sandang berupa partikel, jadi tidak dapat berafiksasi (diberi imbuhan).
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga
terbentuk frasa eksosentris direktif. Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung
yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragrap atau lebih. Dalam
bahasa Indonesia ada beberapa macam konjungsi yang dapat ditemukan, antara lain: Konjungsi
antar klausa, antar kalimat, dan konjungsi antar paragrap. Fatis adalah kelas kata yang bertugas
memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan pendengar
dan biasanya terdapat dalam konteks dialog. Konsep phatic communion diperkenalkan pada
awal abad ke-20 oleh Bronislaw Malionowski, seorang antropolog Polandia, dan diambil dari
bahasa Yunani phanein (muncul). Dalam bahasa Indonesia, kelas kata fatis diusulkan oleh
Hrimurti Kridalaksana (2008). Menurutnya, bentuk fatis biasanya terdapat dalam bahasa lisan
yang umumnya merupakan ragam non-standar. Bentuk fatis dapat terdapat di awal, tengah,
maupun di akhir kalimat. Contoh bentuk fatis dalam bahasa Indonesia adalah kok, deh, dan
selamat. Bentuk ini tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas kata interjeksi karena interjeksi
bersifat emotif sedangkan fatis bersifat komunikatif. Pengertian interjeksi merupakan kata seru
yang mengungkapkan isi hati dari si pembicara. Kebanyakan orang, untuk mengungkapkan isi
hati seperti rasa kagum, jijik, heran, atau takut, mereka (dan juga kita) menggunakan berbagai
kata seperti wow, ih, oh, dan sebagainya. Nah kata-kata seperti itulah yang dimaksud dengan
interjeksi. Partikel sebenarnya bermakna ‘unsur-unsur kecil dari satu benda’. Analog dengan
makna tersebut, unsur kecil dalam bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya, disebut
partikel. Dalam kaitan dengan kata tugas, partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang
berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu -kah dan -tah ditambah dengan -lah yang
dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta pun hanya
dipakai dalah kalimat pernyataan.
BAB 4
Notasi Ilmiah
Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam penulisan karya ilmiah. Dalam
penulisan karya ilmiah, baik itu makalah, skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian yang
dilakukan oleh seorang penulis sudah tentu mengutip dari buku atau karya orang lain. Dalam
penulisan kutipan, terdapat aturan main yang harus diikuti oleh setiap penulis karya ilmiah
tanpa kecuali. Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang atau
ucapan seseorang yang terkenal baik yang terdapat dalam buku-buku maupun majalahmajalah
(Keraf, 2001:179). Ketika menulis pasti membutuhkan sumber dari berbagai referensi maka
dari itu perlu diketahui bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan
oranng lain. Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap
kata demi kata atau kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli (Keraf, 2001:179–180). Kutipan
langsung ada yang merupakan kutipan langsung pendek dan ada pula yang merupakan kutipan
langsung panjang. Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang diambil dari salah satu sumber
dengan menggunakan gaya bahasa dan pola penyajian ala penulis (Widodo, 2004:11). Metode
kutipan ini adalah untuk menyerap inti sari atau maksud dari suatu tulisan yang panjang dengan
tidak mengurangi atau mengubah makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Oleh karena
itu, kutipan tidak langsung harus dilakukan secara hati-hati, cermat, dan akurat serta dilengkapi
dengan identitas sumber kutipan yang jelas. Kutipan tidak langsung terdiri atas kutipan tidak
langsung pendek dan kutipan tidak langsung panjang. Metode penulisan dalam kutipan tidak
langsung sama dengan kutipan langsung, yaitu apabila kutipan terdiri dari tiga baris atau
kurang, kutipan diintegrasikan langsung ke dalam teks dengan menggunakan spasi ganda,
tetapi tidak diapit tanda petik ganda. Sebaliknya, apabila kutipan lebih dari tiga baris (empat
baris ke atas), penulisannya dipisahkan dari teks sehingga membentuk paragraf tersendiri
dengan jarak antarbaris satu spasi atau satu setengah spasi. Ada tiga teknik yang populer yang
banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni footnote,
bodynote, dan endnote. Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber
suatu kutipan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga berisi
komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan wawancara,
pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak
disertakan serta nama pengarang/penulis tidak dibalik. Bodynote, Pada teknik ini, sumber
kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat
sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada teknik endnote, nama pengarang
diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi. Daftar pustaka
merupakan daftar yang tercantum secara spesifik dari berbagai buku, majalah, artikel, atau
wawancara yang menjadi sumber bacaan atau acuan dan berhubungan secara erat dengan
karangan yang ditulis. Daftar pustaka merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam suatu
karya ilmiah, baik dalam makalah, paper, skripsi, tesis, maupun disertasi. Letak daftar pustaka
dalam suatu karya ilmiah adalah setelah bab simpulan. Penulisan DAFTAR PUSTAKA
dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi tanda baca apa pun dan dituliskan di tengah-
tengah kertas dengan jarak dari pinggir atas sekitar empat sentimeter. Dalam daftar pustaka
sebagaimana yang dinyatakan Arifin (2003:57) harus dicantumkan semua kepustakaan, baik
yang dijadikan sebagai acuan atau landasan penyusunan karya ilmiah maupun yang hanya
dijadikan sebagai bahan bacaan, seperti artikel baik yang disadur dari majalah maupun surat
kabar, makalah, skripsi, disertasi, buku, diktat, dan antologi. Daftar pustaka ditulis secara
alfabetis sesuai nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya. Adapun urutan
penulisan daftar pustaka adalah: nama penulis titik (.), tahun terbit titik (.), judul buku yang
diberi garis bawah putus-putus atau dicetak miring titik (.), kemudian kota tempat terbit buku
titik dua (:), nama penerbit titik (.).
BAB 5
Plagiarisme
Plagiarisme juga kadang disebut plagiat atau plagiasi adalah suatu tindakan pelanggaran
akademik yang serius. Penjiplakan (plagiarisme) merupakan kegiatan mengambil atau
menjadikan ide-ide atau kata-kata orang lain menjadi milik sendiri tanpa menyebutkan
sumbernya (Hindun dan Fitriyah, 2012). Menurut Webster’s World University Dictionary,
kegiatan plagiarisme merupakan kegiatan pencurian literal. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, plagiarisme diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang mengambil,
menyalin, menduplikasi, dan sebagainya, karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri
tanpa sepengetahuan atau izin pemiliknya. Plagiat merupakan pengambikan karangan
(pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat)
sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri (Soelistyo,
2011:19). Plagiarisme juga bisa dikatakan mencuri bahasa dan pikiran orang lain, dan lewat itu
dijadikan sebagai karya pribadi. Hal ini juga dianggap sebagai pelanggaran etika ilmiah dan
kekayaan intelektual oleh banyak akademisi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor
17 Tahun 2010 dikatakan: “Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan
mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai
karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai”
BAB 6
Resensi
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere (re “kembali”, videre
“melihat”) yang diartikan melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk
istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas
buku atau tinjauan buku. Meresensi buku merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk
memberikan tanggapan dan penilian terhadap isi sebuah buku. Resensi adalah pertimbangan
buku, pembicaraan buku, atau ulasan buku atau dengan bahasa yang agak mentereng, berarti
membedah, menganalisis, dan mencari roh/inti buku (Rahayu, 2007: 151). Adapun Keraf
(2001: 274) menjelaskan bahwa resensi yaitu suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah
hasil karya atau buku. Dengan kata lain, resensi merupakan tulisan yang di dalamnya
mengungkapkan suatu penilaian, gagasan, terhadap suatu buku yang telah dibaca. Setelah
membaca, mencermati, dan menelaah/menganalisis, penulis resensi memberikan tanggapan
dengan mengungkapkan keunggulan dan kelemahan isi buku. Aspek yang dicermati dan
ditanggapi bisa tentang latar belakang, tujuan, isi, bahasa, gaya penyajian dan manfaat buku
itu. Menulis resensi merupakan proses menuangkan atau memaparkan nilai sebuah hasil karya
atau buku berdasarkan tatanan tertentu. Pada dasarnya, keterampilan menulis resensi tidak
datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Selain itu, menulis resensi merupakan suatu proses perkembangan. Seperti halnya, dengan
kegiatan menulis pada umumnya, Menulis resensi menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,
latihan, dan keterampilan-keterampilan khusus, serta pengajaran langsung untuk menjadi
seorang peresensi. Resensi merupakan tulisan yang sisinya memberikan penilaian,
mengungkapkan kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Pengertian lain, resensi
dapat pula dikatakan timbangan atas baik atau buruknya sebuah buku. Dalam menulis resensi
ada beberapa kriteria penulisan guna mencapai resensi yang baik. Kriteria-kriteria tersebut
yaitu judul resensi, data buku, pendahuluan, isi pernyataan resensi, dan terakhir adalah penutup.
BAB 7
Pemakaian Huruf
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan aksara yang
diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem tersebut membentuk
suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi
yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis alfabet atau abjad biasanya suatu huruf melambangkan
suatu fonem atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili
ungkapan atau makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Beberapa aksara, misalnya
alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian dari satu huruf yang sama, disebut dengan
istilah huruf Kapital dan huruf kecil. Huruf Kapital biasanya dipakai di awal kata, sedangkan
huruf kecil ditulis setelahnya.
BAB 8
Pemakaian Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan. Tanda baca dapat membantu
pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan jika tulisan tanpa tanda
baca, pasti tulisan tersebut membingungkan bagi pembaca. Tidak seperti ketika berbicara,
lawan bicara dapat memahami maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan
intonasi, gerak tubuh, atau unsur nonbahasa lainnya. Bahkan, lawan bicara dapat bertanya
langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya. Hal Ini tidak terjadi dalam
interaksi penulis dan pembaca. Oleh karena itulah, penulis perlu menguasai tanda baca sebagai
“jembatan” yang dapat mewakili maksud dan pikirannya. Tanda Titik (.),Tanda Koma (,),Tanda
Seru (!),Tanda Titik Koma (;),Tanda Titik Dua (:),Tanda Hubung (-),Tanda Elipsis (…),Tanda
Tanya (?),Tanda Kurung (),Tanda Kurung Siku ([..]),Tanda Petik (“…”),Tanda Petik Tunggal
(‘..’), Tanda Garis Miring (/),Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘),Tanda pisah (--)
BAB 9
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya merupakan hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah kata
yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai kata itu dipilih satu kata yang paling
tepat untuk mengungkapan suatu pengertian. Pemakaian kata bukanlah sekadar memilih kata
yang tepat, melainkan juga kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks
di mana kita berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat
pemakainya. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat,
mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, Tuhan, dan lain sebagainya. Akan
tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa nuansa makna
yang membedakannya. Kita tidak akan mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam.
Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Dalam
uraian di atas ada tiga hal yang dapat kita petik. Pertama, kemahiran memilih kata hanya
dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi atau pilihan
kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang
memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan
untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi tertentu.
BAB 10
Kalimat
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena
dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap
dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat
adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa tidak
dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu
sedang berperan sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi yang menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini
menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak
mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau
penuturnya.
BAB 11
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulis secara
tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat. Efektif dalam hal ini
adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pembaca/pendengar. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/ pembaca memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut di atas, kalimat efektif harus
memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3)
kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, (6) kelogisan.
BAB 12
Penulisan Karangan
Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata
mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan.
Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan
menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan merangkai bunga.
Tanpa ada orang yang merangkai melati, misalnya, tidak akan ada rangkaian melati. Pada
awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata
merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti
merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa,
lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat;
kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau
menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang
untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga
disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi,
kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung
secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara
serta-merta (impromtu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya
berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja keras”
mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan
susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau
induktif, klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau yang ditangkap orang dari
penyajian lisan itu, itulah karangan lisan. Akan tetapi, karena tujuan penguraian dalam bab ini
terutama mengenai karangan tulis, pembicaraan tentang karangan lisan tidak dilanjutkan di
dalam buku ini. Uraian singkat tentang mengarang secara lisan tadi dimaksudkan untuk
membantu pemahaman akan arti kata mengarang. Bertalian dengan uraian di atas, penulis
berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa
karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian
bunga). Untuk bahan perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti
(1997: 77). Menurut keduanya, mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
untuk mengukapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami”. Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis adalah hasil penjabaran
suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan
yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
RESUME BUKU 2
“Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik”
Teks akademik atau yang sering juga di sebut teks ilmiah adalah tulisan yang diperoleh dari
pegamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dan
dapat dipertanggungjawabkan.
GENRE MAKRO
Genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan.
Contoh : ulasan buku, laporan penelitian, laporan praktikum, makalah, artikel, skripsi.
GENRE MIKRO
Subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre
makro tersebut.
Contoh : teks deskpripsi, teks eksplanasi, teks diskusi, dan teks eksposisi.
Macam-macam Teks Akademik (Makro)
1. Artikel Ilmiah/Makalah
2. Paper/Jurnal
3. Proposal
4. Laporan Penelitian (Skripsi/Tesis/Disertasi)
Artikel ilmiah/makalah merupakan tulisan yang membahas hingga menyimpulkan suatu topik
permasalahan. Susunannya terdiri atas:
Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
Pendahuluan
Studi Pustaka
Pembahasan
Penutup
Daftar Pustaka
Artikel paper/jurnal merupakan tulisan ilmiah yang berisi pembahasan suatu penelitian secara
ringkas. Susunannya terdiri atas:
Abstrak
Pendahuluan
Studi Pustaka (sebagian besar ada)
Metode Penelitian
Hasil
Simpulan
Daftar Pustaka
Proposal yaitu tulisan yang bertujuan untuk mengusulkan suatu program pekerjaan.
Susunannya terdiri atas:
Cover, Kata Pengantar, Daftar Isi
Pendahuluan (penekanan alasan-alasan yang penting)
Studi Pustaka
Metode
Hasil yang diharapkan
Daftar Pustaka
Laporan penelitian adalah tulisan akademik yang berfungsi untuk melaporkan suatu hasil
penelitian secara rinci dan detail. Susunannya terdiri atas:
Cover, Kata pengantar, Daftar Isi
Abstrak
Pendahuluan
Studi Pustaka
Metode
Hasil
Pembahasan Hasil
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Pendahuluan
-Berisi latar belakang secara umum mengenai topik yang dibahas
-Membuat spesifikasi masalah, mulai dari yang umum hingga lebih rinci
-Merumuskan permasalahan yang dibahas
-Membangun alasan pentingnya membahas topik tersebut
Kajian Pustaka
-Berisi tentang bahasan-bahasan penting yang berhubungan dengan topik pembahasan
-Setiap bahasan berbeda, namun tetap berhubungan dengan topik dan dipisahkan dengan sub-
bab
-Didominasi oleh kutipan dari berbagai pustaka
-Diurutkan dari pembahasan umum hingga khusus, lalu diakhiri dengan simpulan keseluruhan
kajian pustaka.
Hasil
-Berupa angka, pola, dan keputusan dari prosedur metode yang digunakan
-Semua tulisan murni berasal dari metode yang digunakan, tidak lagi menggunakan kutipan
didalamnya
-Teknik berhubungan dengan angka
-Angka tersebut harus dianalisa secara statistik sebagai bentuk simpulan dari seluruh angka
yang didapatkan
Pembahasan
-Berisi perbandingan dan hubungan antara Kajian Pustaka dan Hasil
-Berisi penjelasan mengapa dan bagaimana hasil itu didapatkan
-Menjelaskan proses fenomena tersebut terjadi

-Menyimpulkan perbandingan dan hubungan antara kajian pustaka dan hasil


Kesimpulan
-Berisi simpulan dari semua bab
-Tidak terdapat kutipan
-Terdapat rekomendasi berdasarkan hasil penelitian
Membangun Konteks Teks Ulasan Buku
Sebagai insan akademik, Anda tentu harus membaca karya-karya ilmiah, antara lain
buku. Pada saat Anda membaca buku, Anda harus mencernanya dengan seksama agar Anda
dapat memahami isinya. Di pihak lain, Anda perlu mengomunikasikan pemahaman Anda itu
dalam berbagai bentuk untuk keperluan presentasi atau menulis, seperti proposal penelitian,
laporan penelitian, artikel ilmiah, tugas akhir, atau skripsi.
Bab Menjelajah Dunia Pustaka ini merupakan sarana pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks yang membantu Anda untuk memperoleh wawasan yang lebih luas, cara berpikir
secara lebih kritis dan kreatif, serta keterampilan membaca dan menulis teks, khususnya ulasan
buku, secara lebih memadai.
Teks ulasan juga disebut teks review. Ulasan pada umumnya ditulis dalam bentuk
artikel, sehingga teks ulasan dapat disebut artikel ulasan. Ulasan merupakan teks yang
berfungsi untuk menimbang, menilai, dan mengajukan kritik terhadap karya atau peristiwa
yang diulas tersebut (Gerot & Wignell, 1994; Hyland & Diani, 2009). Dalam menulis teks
ulasan buku tidak sekadar menguraikan isi buku yang diulas, tetapi Anda juga harus
menjelaskan bagaimana buku tersebut dapat memenuhi tujuan atau fungsi sosialnya. Sebagai
sebuah genre, teks ulasan buku berisi deskripsi dan evaluasi terhadap buku itu. Ulasan buku
memaparkan tujuan buku ditulis, menguraikan strukturnya, menjelaskan gaya penulisannya,
dan meletakkan isinya ke dalam konteks yang lebih luas dengan cara membandingkannya
dengan buku-buku lain yang sejenis. Oleh karena itu, dalam membuat ulasan buku, Anda perlu
menggabungkan kemahiran menguraikan isi buku, menganalisis bagaimana buku memenuhi
tujuannya bagi pembaca, dan mengekspresikan reaksi Anda sendiri. Secara keseluruhan, proses
menguraikan, menganalisis, dan mengekspresikan pandangan personal melalui teks ulasan ini
dapat disebut mengevaluasi buku (Hyland & Diani, 2009). Kata kunci yang perlu Anda pegang
ketika akan menulis ulasan buku adalah menilai atau mengevaluasi.
B. Kegiatan 2 : Struktur Teks Ulasan
Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Ulasan Buku
Anda di harapkan untuk menelusuri kandungan genre mikro yang terdapat dalam
masing-masing tahapan pada struktur teks itu dan menjelaskan fungsi retorisnya. Anda juga
diminta untuk mengajukan pertanyaan tentang pentingnya ulasan buku bagi kehidupan
akademik Anda.
1.1 Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Teks Ulasan Buku
Struktur teks Ulasan
Identitas, Orientasi, Tafsiran Isi, Evaluasi, Rangkuman.
Teks ulasan dibuka dengan orientasi (orientation) yang mendiskripsikan buku yang
diulas.Tafsiran isi ( Interpretative recount) yang memaparkan isi buku. Kemudian evaluasi
(evaluation) yang menggambarkan penilaian.Dibagian akhir , teks ditutup dengan rangkuman
evaluasi (evaluative summation) yang erupakan penegasan ulang terhadap hasil evaluasi.Genre
adalah jenis teks. Genre didefinisikan luas dengan mengadopsi pendapat Martin, sebagai
“proses social” yang berorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap.Genre merupakan
proses social karena melalui genre atau teks anggota masyarakat berkomunikasi.Genre
berorientasi kepada tujuan karena orang menggunakan jenis teks tertentu untuk melakukan
sesuatu.
Genre dikatakan bertahap karena untuk mencapai tujuan nya,teks disusun dalam
struktur yang mengandung tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan itu tidak lain adalah tahapan-
tahapanpada struktur teks.Melalui tahapan-tahapan itulah tujuan social atau fungsi social teks
dapat dicapai.
Ulasan buku merupakan perwujudan dari proses social yang terjadi di lingkungan
budaya, dan teks akademik disuse dengan struktur teks khusus melalui tahapan-tahapan
tertentu untuk merealisasikan tujuan social-akademik teks tersebut.
Genre dibagi menjadi 2 yaitu : genre makro dan genre mikro.Genre makro adalah genre
yang secara global menjadi nama jenis teks yang dimaksud,yang di dalamnya masih terdapa
sejumlah subgenre yang disebut genre mikro. Beberapa contoh genre makro antara lain
iklan,berita,editorial,artikel jurnal,brosur,ulasa buku (review),dan buku.Genre mikro adalah
deskripsi,prosedur,rekon,narasi,eksplanasi,eksposisi,dan diskusi.
1.1.1 Identitas
Ulasan buku lazimnya diawali dengan memberikan informasi tetang identitas buku
yang diulas.Identitas bersifat opsional pada struktur teks.Informasi penting di dalam buku
biasanya berisi judul,penuis,penerbit,tahun penerbitan,hak cipta,jumlah halaman,bahasa yang
digunakan,dan warna sampul buku. Semua informasi itu merupakan fakta-fakta penting
mengenai identitas buku yang diulas.
Identitas pada ulasan buku berfungsi utuk memberikan deskripsi tentang wujud fisik
buku itu beserta cirri-cirinya. Genre mikro yang digunakan untuk memaparkan identitas adalah
deskripsi. Informasi mengenai identitas bersifat factual,artinya segala sesuatu yang disebutkan
pada bagian ini merupakan fakta tentang identitas buku.Setiap buku memiliki identitas yang
dapat dilihat pda sampul luar,halaman sampul dalam,dan halaman hak cipta.
1.1.2 Orientasi
Tahapan orientasi identik dengan pengantar kepada seluruh ulasan. Tahapan ini berfungsi
untuk
1. Menyampaikan informasi tentang buku apa yang diulas (dalam hal jenis dan aliran ilmu yang
disajikan), siapa penulisnya (dalam hal jati dirinya),dan siapa pembaca yang dituju (dalam hal
segmentasinya)
2. Memposisikan buku yang diulas
3. Menyatakan pendapat pengulas tentang buku itu.
Genre mikro yang digunakan untuk merealisasikan tahapan orietasi adalah deskripsi da
eksposisi.Perlu dicatatat bahwa argumentasi tentang kebenaran pedapat tersebut belum
disampaikan pada tahapan orientasi, tetapi diuraikan pada tahapan-tahapan
berikutnya,terutama pada tahapan evaluasi.Argumentasi yang disajikan pada tahapan evaluasi
adalah argumentasi dua sisi dalam diskusi.
Tahapan orientasi sejajar dengan tahapan rangkuman evaluasi. Pokok tertentu yang
disampaikan pada tahapan orientasi ditegaskan kembali pada tahapan rangkuman
evaluasi.Oleh sebab itu, dapat dimengerti apabila genre mikro yang digunakan pada tahapan
itu sama
1.1.3 Tahapan Tafsiran Isi
Tahapan tafsiran isi memuat :
1. Penceritaan ulang buku
2. Isi atau ringkasan buku
3. Perbandingan isi buku yang diulas
Teks ulasan buku tidak sama dengan ringkasan buku. Ringkasan hanya merupakan
bagian kecil dari ulasan buku seluruhnya, dan hanya terletak di Tahapan Tafsiran Isi.
Ringkasan harus menggambarkan keseluruhan isi buku yang diulas. Oleh sebab itu, pembuat
ulasan harus memiliki keterampilan membaca kritis, mencerna dan mengungkapkan kembali
materi yang dibaca itu tanpa mengubah isinya.
Genre mikro utama yang digunakan untuk mengungkapkan Tahapan Tafsiran Isi adalah
deskripsi dan rekon. Deskripsi digunakan untuk memaparkan hal-hal yang terkait dengan isi
materi, ciri-ciri, keadaan, kualitas dan sifat-sifat lain yang dimiliki oleh buku yng diulas itu.
Rekon digunakan untuk menceritakan kembali kegiatan yang dilakukan penulis buku pada saat
menulis buku tersebut. Misalnya untuk memperkuat kebenaran isi bukunya, penulis terlebih
dahulu mencari data-data empiris yang diperlukan melalui penilitian.
1.1.4 Evaluasi
Tahapan evaluasi berfungsi untuk menilai karya yang diulas. Asek-aspek yang dinilai
meliputi :
1. Kedalaman isi buku.
2. Tata organisasi gagasan yang tergambar pada penataan bab.
3. Gaya penulisan yang terungkap.
4. Keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan buku itu.
Dasar penilaian dikembangkan dari empat aspek tersebut. Dari aspek kedalaman isi dapat
dinilai :
1. Apakah buku itu dapat memenuhi tujuan sosialnya sebagaiman disebutkan di bagian Kata
Pengantar atau Pendahuuan.
2. Apakah buku itu dapat memenuhi kebutuhan target pembaca yang dituju.

Dari aspek tata organisasi gagasan dapat dinilai :


1. Apakah bab-bab pada buku itu disusun secara berimbang.
2. Apakah trdapat kesesuaian hubungan antarbab.
Dari aspek gaya penulisan dapat dinilai dapat dinilai :
1. Apakah buku itu dinilai dari penulisan bahasa akademik dan baku.
2. Apakah buku itu ditulis dengan bahasa bahasa yang mudah dipahami.
Dari aspek keunggulan dan kelemahan dapat dinilai :
1. Apakah buku itu dapat memberikan sumbangan baik secara praktis maupun teoretis.
2. Apakah buku itu dapat mengungguli buku lain yang sejenis.
Genre mikro yang digunakan pada Tahapan Evaluasi adalah diskusi. Jawaban dari
pertanyaan diatas harus didukung dengan argumentasi yang kuat. Untuk mempertentang hal
tersebut menggunakan genre diskusi. Formulasi bahasa yang digunakan untuk mempertentang
kedua sudut pandang terlihat pada kosakata keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dan
kelemahan itu dipertentangkan dengan menggunakan penanda wacana akan tetapi.
Genre lain yang dapat digunakan bersamaan dengan diskusi adalah eksplanasi. Melalui
eksplanasi berbagai sudut pandangan tersebut dapat dijelaskan dalam hal hubungan sebab-
akibat atau hubungan logis yang timbul pada masing-masing aspek dan sudut pandang peniaian
tersebut.
Rangkuman Evaluasi
Tahapan Rangkuman Evaluasi berisi simpulan dan saran atas buku yang dibuat. Genre
yang digunakan adalah deskripsi dan eksposisi. Pada bagian pertama, penulis teks ulasan
memberi simpulan akhir mengenai buku dan pandangan subjektif berdasarkan pada Tahapan
Orientasi, Tafsiran Isi dan Evaluasi yang sebelumnya. Simpulan yang dibuat merupakan
penegasan kembali bahwa pendapat pengulas yang disampaikan di Tahap Orientasi. Pada
bagian kedua, pengulas mengajukan saran tentang buku.
Genre yang digunakan adalah deskripsi dan eksposisi. Deskripsi digunakan untuk
memaparkan simpulan itu, dan paparan simpulan tersebut sekaligus digunakan sebagai alat
untuk menegaskan ulang kebenaran pendapat awal. Pada eksposisi, yang mengandung struktur
teks pernyataan pendapat (tesis)^argumentasi^penegasan ulang pendapat (reiterasi), reiterasi
tidak lain adalah Tahapan Penegasan Ulang Pendapat yang sudah dikemukakan di Tahapan
Pernyataan Tesis.
Menganalisis Aspek Penilaian
Struktur teks ulasan buku merupakan alat untuk mewadahi gagasan-gagasan yang
disajikan mengenai buku itu. Ternyata gagasan dan struktur teks tidak dapat dipisahkan. Itulah
sebabnya, setiap jenis teks mempunyai struktur teks baku sendiri-sendiri. Akan tetapi, untuk
tujuan tertentu struktur teks dapat disederhanakan, tanpa meninggalkan tahapan-tahapan yang
inti. Sebagai contoh, struktur teks ulasan buku dapat disederhanakan dengan menghilangkan
Tahapan Identitas atau menyisipkannya ke dalam tahapan-tahapan yang lain. Dari sini, dapat
dimengerti bahwa Tahapan Identitas pada ulasan buku bersifat opsional: boleh ada atau boleh
tidak ada.
Menganalisis Formulasi Bahasa Evaluasi
Kali ini kita akan menganalisis formulasi bahasa pada Tahapan Evaluasi. Kenyataannya
adalah bahwa unsur penilaian atau evaluasi dalam ulasan buku terletak pada Tahapan Evaluasi.
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa penilaian harus selalu berada di tahapan tersebut.
Penilaian dapat muncul di tahapan - tahapan mana pun, kecuali Tahapan Identitas. Mengingant
betapa pentingnya penilaian pada teks ulasan buku, perlu mempertanyakan formulasi bahasa
yeng di gunakan dalam penilaian.
Menilai atau mengevaluasi adalah menyatakan pandangan, sikap, dan posisi terhadap
sesuatu yang dinilai. Pandangan, sikap, dan penilai sulit didefinisikan secara berpisah- pisah.
Ketiga hal itu meliputi gradiasi antara positif dan negatif, baik dan buruk, objektif dan subjektif,
menghargai dan tidak menghargai, serta kadar emosi yang terungkap dalam teks ulasan.
Pandangan, sikap dan posisi penilai yang menunjukan gradiasi itu terlihat terutama pada
penggunaan leksis nomina, verba, adjektiva, dan adverbia (khususnya adverbia cara). Atau,
pada tatanan kalimat, hal itu terlihat pada polaritas: kalimat positif atau kalimat negatif.
Menganalisis Manfaat Teks Ulasan Buku
Untuk keprluan presentasi atau menulis, seperti proposal penelitian, laporan penelitian,
artikel ilmiah, tugas akhir atau skripsi, perlu memiliki kemahiran dalam membuat ulasan
terhadap buku dan materi lain. Lebih khusus lagi, untuk mengungkap isi buku atau materi yang
diulas harus mempunyai ketrampilan dalam meringkas. Telah dikatakan diatas bahwa dalam
menulis sintesis atau gagasan, penulis proposal penelitian, artikel ilmiah, tugas akhir atau
skripsi harus dapat meringkas satu buku atau satu karya menjadi beberapa kalimat saja. Dengan
beberapa ringkasan buku atau karya, dapat membuat sintesis teori, dan sintesis teori itulah yang
disajikan dalam bab Landasan Teori atau Tinjauan Pustaka pada proposal penelitian, laporan
penelitian (dalam bentuk skripsi), dan artikel ilmiah yang harus di buat pada masa akhir studi.
Untuk dapat membuat sintesis teori, beberapa teori yang di peroleh dengan meringkas
sejumlah sumber tadi dapat di banding-bandingkan dan di kritisi. Salah satu cara yang di
tempuh adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan sekaligus jawaban-jawaban yang
memungkinkan. Pada akhirnya, dapat di uji apakah teori hasil sintesis itu dapat membantu
memecahkan masalah yang di ajukan dalam skripsi. Poin inilah yang pasti menyadari bahwa
membaca dan mengulas sumber pustaka merupakan ketrampilan yang di butuhkan.
Membangun Teks Ulasan Buku Secara Bersama-sama
Di subbab ini Anda akan dapat membuat teks ulasan buku dengan dua cara. Pertama,
Anda diminta untuk merekontruksi ulasan buku yang sudah ada. Caranya terlebih dahulu
mengamati dan mengevaluasi teks ulasan buku, kemudian merekontruksi dengan bahasa
sendiri. Merekontruksi artinya menyusun kembali. Untuk mencari buku yang diulas, dapat
memanfaatkan perpustakan maupun berselancar di dunia maya. Agar mudah dalam bekerja,
ikutilah petunjuk yang diberikan pada setiap subbab dibawah ini.

Merekontruksi Teks Ulasan Buku


Ada tiga teks teks ulasan yang dijadikan bahan rekontruksi. Teks yang pertama teks
ulasan terhadap buku hasil terjemahan dari bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia. Dua teks
yang lain adalah ulasan terhadap buku bahasa yang ditulis dalam bahasa inggris. Melalui ulasan
yang kedua dan ketiga, Anda dapat mempromosikan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa
internasional seperti bahasa inggris. Selain untuk mengungkapkan kebutuhan akademik
melalui bahsa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia hendaknya dapat pula
digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan akademik pada konteks internasional.
1.1 Merekontruksi Teks Ulasan Buku Terjemahan
Ulasan yang akan direkontruksi berjudul “Melacak Akar Terorisme”. Ulasan itu dibuat
untuk menilai buku yang berjudul Melawan Negara Teroris: Dominasi Amerika Serikat
terhadap Irak dan kedaulatan dunia (2005). Dalam membaca boleh memberikan tanda-tanda
atau coretan tertentu paada bagian yang di anggap penting.
1.2 Merekontruksi Teks Ulasan Buku Bahasa Inggris
Teks ulasan yang akan dihadapi berjudul “Filateli” dan “Resensi buku tentang variasi
bahasa Inggris”. Ulasan yang pertama dibuat terhadap buku yang berjudul Japanese occupation
stamps in Southeast Asia. Buku itu juga ditulis dalam bahasa JEpang. Ulasan yang kedua dibuat
terhadap buku yang berjudul World Englishes: The study of new linguistic varieties. Dalam
membaca boleh memberikan tanda-tanda atau coretan tertentu paada bagian yang di anggap
penting.
2. Membuat Teks Ulasan buku
Dalam mengulas buku harusnya bersifat jujur, berarti harus bersikap terbuka dalam
menyampaikan kelebihan dan kekurangan buku. Sebagai pengulas sebuah karya juga
mengemukakan bagian-bagian positif dan negatif, dalam mengulas sisi negatif juga disertai
pemikiran untuk memecahkannya. Selain jujur, mengulas sebuah karya harus bernilai benar
dan objektif. Langkah-langkah menghasilkan ulasan yang baik :
1. Mencari buku yang diulas
Untuk mempermudah membuat ulasan sebaiknya mencari buku yang menjadi minat sang
pengulas
2. Membaca secara kritis
Baca lebih dahulu bagian-bagian yang ada termasuk bab pendahuluan, pada bab pendahuluan
diuraikan logika dan arah penulisan buku tersebut,wilayah dan aliran ilmu serta tujuan atau
pembaca yang ditargetkan.
3. Membuat ringkasan
Meringkas adalah menulis kembali buku yang dibaca dengan lebih singkat dengan
mengungkapkan pokok-pokoknya saja,tetapi harus mencakup isi buku secara keseluruhan.
4. Menentukan kriteria penilaian
Kriteria berdasarkan cakupan isi buku yang diulas, kedalamannya, kualitasnya, gaya
penulisannya, atau pokok-pokok yang menjadi perhatian khusus.
5. Mencari buku pembanding dan referensi untuk rujukan
Referensi diperlukan untuk mempertajam penilaian,agar penilaian seimbang dan tidak sepihak.
Pembanding dapat diperoleh dari buku tau bahan yang lebih dahulu terbit.
6. Menulis ulasan yang dimaksud
Pengulas selalu berpegangan pada struktur teks dengan tahapan-tahapan yang menjadi
kerangka teks. Nama tahapan tidak harus jadi judul ulasan tetapi esensi isi dan genre digunakan
untuk merealisasikan tahapan.
Proposal
Membangun Konteks Teks Proposal
Proposal pada dasarnya adalah sebuah ulasan, usulan, rencana, atau tawaran. Akan
tetapi, kini kata proposal lebih sering digunakan daripada ketiga kata yang lain itu. Kamus
Besar Bahasa Indonesai (KBBI) memberikan makna proposal sebagai “rencana yang
dituangkan dalam bentuk rancangan kerja”. Proposal Penelitian atau Proposal Kegiatan
dinyatakan layak apabila dirancang dengan baik dan mengikuti kelaziman yang telah disepakati
dalam tradisi akademik di Indonesai. Proposal harus disusun secara objektif, sistematis, dan
terencana dalam mengeksplorasi masalah, serta harus diungkapkan secara akurat dan berterima
dalam hal gaya penulisannya, yang pertama terkait dengan isi, dan kedua terkait dengan
formulasi Bahasa.

Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Proposal

Hal penting hendaknya diperhatikan dalam mendesain sebagai genre makro adalah
bahwa seluruh isi dan gagasan dalam proposal seharusnya disampaikan dengan bahasa
Indonesia yang baku.
Menelusuri Model Teks Proposal
Baik proposal penelitian maupun proposal kegiatan disusun menurut struktur teks
tertentu. Struktur teks itu terdiri atas tahapan-tahapan yang direalisasikan oleh genre mikro
yang sesuai dengan isi dan fungsi tahapan tersebut.
Menganalisis Hubungan Genre pada Setiap Tahapan Proposal
Mengenalisis Hubungan Genre pada Setiap Tahapan Proposal Penelitian
Secara umum, proposal penelitian memuat memuat unsur-unsur yang terdiri atas (1)
latar belakang dilakukannya penelitian; (2) rumusan masalah dan tujuan penelitian; (3) manfaat
atau pentingnya penelitian; (4) tinjauan teoritis yang menguraikan acuan teori utama (grand
theory) dan elaborasinya, serta keterkaitnya dengan berbagai hasil penelitian terdahulu; (5)
kerangka piker atau bingkai acuan (frame of reference) dalam melakukan penelitian terhadap
masalah itu; (6) asumsi atau hipotesis yang akan diuji; (7) sumber data atau subjek penelitian;
(8) instrumen pengumpulan data yang akan digunakan; (9) metode atau prosedur penelitian;
(10) Teknik analisis data yang akan dilakukan; dan (11) daftar pustaka sementara.
Pendahuluan.
Mengandung unsur : (a) latar belakang penelitian (logika pemikiran yang menuntun ke arah
akan dilaksanakannya penelitian itu), (b) rumusan masalah penelitian (pokok persoalan yang
akan diteliti), (c) tujuan penelitian (keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah diajukan), (d) ruang lingkup penelitian, dan (e) hipotesis
(dugaan/simpulan sementara).
Unsur latar belakang penelitian dikatakan sebagai logika pemikiran yang mentun kearah
akan dilaksanakannya penelitian itu, karena pada bagian ini dinyatakan mengapa pokok
masalah tertentu perlu diteliti, bagaimana hal itu akan diteliti baik secara teoritis maupun
metodologis, apa yang akan dihasilkan dari penelitian ini, dan apa pula akibatnya seandainya
hal itu tidak segera diteliti.
Rumusan masalah penelitian berisi pokok persoalan yang akan diteliti. Rumusan masalah
dapat dinyatakan dalam kalimat tanya. Rumusan masalah untuk penelitian kualitatif dikaitkan
dengan strategi penelitian tertentu. Verba yang digunakan untuk menyatakan rumusan masalah
bersifat eksploratif sesuai dengan jenis strategi penelitian kuantitatif yang ditetapkan. Beberapa
ciri rumusan masalah yang baik adalah antara lain :
- Fisibel, Yaitu berisi permasalahan yang dapat diatasi melalui penelitian tanpa memerlukan
waktu, tenaga, dan uang yang tidak terjangkau.
- Jelas, yaitu tidak memuat tafsiran ganda.
- Signifikan, yaitu betul-betul penting dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan kemaslahatan manusia.
- Etis, yaitu tidak menyangkut perasaan seseorang dan tidak mengganggu lingkungan social
tempat penelitian berlangsung.
Persoalan pada rumusan masalah itu dijawab, dan hal itu tergambar pada tujuan penelitian.
Tujuan penelitian merupakan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan
penelitian yang diajukan. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan
identifikasi masalah, rumusan, dan proses penelitian (Riduwan, 2013).
Menurut Locke et.al 2007 (dalam Gresswell, 2010) tujuan penelitian berarti menunjukkan
mengapa peneliti ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin dicapainya. Begitu pentingnya
tujuan penelitian ini sehingga peneliti perlu menulisnya secara terpisah dari aspek-aspek lain
dalam proposal penelitian dan perlu dibingkai dalam paragraf dan kalimat yang mudah
dipahami pembaca. Untuk dapat menyusun tujuan penelitian dengan baik, perhatikan beberapa
strategi penulisannya sebagai berikut :
- Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran.
- Tujuan penelitian kualitatif berfokus pada satu fenomena, sedangkan pada penelitian kuantitatif
menunjukkan dua atau lebih variable yang berelasi atau yang dapat digunakan.
- Gunakan verba tindakan pada penelitian kualitatif, seperti: menemukan,
mendeskripsikan/mengamati pengalaman (fenomenologi), memahami (etnografi),
mengembangkan (penelitian pengembangan), dan sebagainya. Adapun pada penelitian
kuantitatif, seperti: hubungan antara, perbandingan antara, dan pengaruh terhadap.
- Tunjukkan para partisipan atau subjek penelitian anda.
- Tempatkanlah variabel bebas terlebih dahulu, diikuti variabel terikat atau juga variabel control.
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka. Landasan teori berfungsi untuk menyajikan ulasan
teoritis dengan memformulasikan sintesis teori yang akan digunakan sebagai dasar pemecahan
masalah yang diteliti. Di pihak lain, tinjauan pustaka berfungsi untuk menyajikan ulasan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yang kemudian dibandingkan dengan
penelitian yang akan dilakukan ini. Baik teori maupun penelitian yang diulas diarahkan kepada
pemecahan masalah yang teliti, sehingga setelah penelitian itu selesai dilakukan dan hasilnya
dilaporkan, diketahui apakah teori tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut dan apakah
penelitian ini dapat menutup kekurangan penelitian-penelitian sebelumnya. Teori yang
disajikan pada landasan teori merupakan perluasan dari pendekatan yang sudah disebutkan di
latar belakang pada tahap pendahuluan. Di bagian ini dijelaskan bahwa teori yang digunakan
itu berada dibawah paying ilmu tertentu. Pada Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka
digunakan genre mikro ulasan
Metodologi Penelitian. Tahapannya meliputi waktu dan lokasi penelitian, sumber data
penelitian, dan alur penelitian.
Daftar Pustaka
Simpulan tentang Struktur Teks dan Hubungan Genre Teks Proposal Penelitian
Menganalisis Struktur Teks dan Hubungan Genre pada Proposal Kegiatan
Proposal kegiatan adalah proposal yang dirancang bukan untuk penelitian, melainkan untuk
sebuah kegiatan. Unsur-unsur yang ada didalamnya : Pendahuluan (berisi uraian tentang latar
belakang kegiatan yang akan dilaksanakan, pentingnya kegiatan itu dilaksanakan, tujuan,
manfaat, dan strategi yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Genre mikro
yang digunakan adalah eksposisi dan deskripsi), tata laksana kegiatan (tahapan yang
menyajikan strategi yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan. Pelaksana, waktu,dan
tempat kegiatan sudah cukup jelas.kesemuanya dinyatakan dengan genre mikro deskripsi),
penutup (menyampaikan harapan agar setelah diusulkan proposal kegiatan itu diterima dan
menghasilkan sesuatu seperti yang direncanakan. Genre mikro yang digunakan adalah
dekripsi).
Menganalisis Formulasi Bahasa pada Proposal, Manfaat Proposal, dan Pihak yang Diberi
Proposal
Menganalisis Formulasi Bahasa dalam Proposal
Bahasa proposal makna keakanan. Bahasa yang demikian menggambarkan bahwa
penelitian atau kegiatan yang dimaksud belum dilaksanakan, tetapi direncanakan untuk
dilaksanakan. Dengan demikian, proposal dibuat dengan formulasi bahasa khusus yang antara
lain ditandai oleh makna keakanan tersebut.
Menganalisis Manfaat Penyusunan Proposal
Proposal dapat memandu arah yang akan dituju oleh penelitian atau kegiatan itu. Penelitian
atau kegiatan mungkin saja dapat dilakukan tanpa diawali dengan proposal, tetapi hasil
penelitian atau kegiatan itu tidak dapat diukur dana rah arah yang dituju tidak jelas. Dengan
demikian, proposal merupakan rangkaian yang tidak dapat dilepaskan dari penelitian atau
kegiatan yang akan dilakukan itu terencana dan terukur dengan baik atau tidak.

Menganalisis Pihak yang Diberi Proposal


Jika proposal itu adalah proposal penelitian, proposal itu akan diserahkan paling tidak
kepada dosen pembimbing dan kepada program studi atau petugas administrasi untuk
keperluan pengarsipan. Dengan demikian, proposal yang dibuat harus betul-betul bagus secara
akademik supaya pembimbing meyutujuinya. Apabila proposal penelitian itu ditujukan kepada
sponsor sebagai penyandang dana, tentu saja proposal itu harus memenuhi kriteria yang
ditentukan oleh sponsor tersebut. Di pihak lain, proposal kegiatan untuk magang, seminar,
pentas seni, dan sebagainya seperti telah disampaikan diatas tentu harus dibuat sesuai dengan
pihak-pihak yang terkait yang akan menerima proposal itu. Pihak-pihak itu adalah pembimbing
(atau kalau ada konsultan dari lembaga yang ditempati untuk magang), penyelenggara (atau
pelaksana, yang ternyata adalah anda sendiri dan lembaga yang akan ditempati apabila kegiatan
itu berupa magang), sponsor, pejabat (kampus atau pemerintah), tokoh masyarakat, dan
pemangku kepentingan yang lain.

Membangun Teks Proposal Secara Bersama-sama


Merekonstruksi Teks Proposal
Pada dasarnya, merekonstruksi teks proposal adalah menyusun ulang teks tersebut dengan cara
yang berbeda. Dalam mengungkapkan hasil rekonstruksi, boleh menggunakan bahasa sendiri,
tetapi harus tetap mempertahankan struktur teks, isi, dan genre mikro yang ada. Cara yang
ditempuh adalah : (1) Tentukan teks proposal yang akan direkonstruksi. (2) Bacalah teks
proposal dengan teliti, dan pahamilah struktur teks beserta isinya. (3) Ringkaslah tahapan demi
tahapan pada struktur itu dengan kalimat-kalimat sendiri, tetapi tidak mengubah isinya dan
genre mikro yang ada. (4) Rangkailah ringkasan dari setiap tahapan itu menjadi satu kesatuan.
(5) Sebelum dianggap sebagai kesatuan ringkasan akhir, periksa kembali apakah rangkaian
ringkasan itu sudah disusun dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. (6) Kesatuan
ringkasan akhir yang telah diperiksa ulang itu adalah rekonstruksi yang dihasilkan.

Menyusun Teks Proposal yang Baru


Proposal yang akan anda susun meliputi proposal penelitian dan proposal kegiatan.
Proposal penelitian atau proposal kegiatan yang akan anda susun itu milik anda sendiri, tetapi
dalam proses penyusunannya anda masih mendasarkan diri pada model yang sudah ada.
Dengan demikian, bentuk proposal yang akan anda susun itu boleh sama dengan bentuk pada
model, tetapi isi proposal itu adalah milik anda sendiri.
Meskipun anda boleh mencari bantuan dari siapapun atau dari sumber-sumber pustaka
apapun, proposal yang anda susun adalah proposal milik anda sendiri dapat dijelaskan lebih
jauh lagi bahwa apabila anda akan menyusun proposal penelitian, anda dapat menentukan
pokok persoalan yang akan anda teliti. Di sisi lain, apabila anda akan menyusun proposal
kegiatan, anda dapat merancang kegiatan lokakarya, pelatihan, pentas seni, pengabdian kepada
masyarakat, atau kegiatan yang lain. Proposal kegiatan seperti itu mungkin anda buat untuk
kepentingan organisasi mahasiswa di program studi anda. Dalam penyusunannya, anda boleh
mencontoh proposal kegiatan sejenis yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Membangun Teks Proposal Secara Mandiri


Membuat Rangkuman
Apabila terdapat bagian yang belum dipahami, anda dapat membaca dan mengkaji bagian
tersebut berulang kali. Apabila anda merasa yakin bahwa anda telah menguasai bab ini, buatlah
rangkumannya. Isi rangkuman tersebut harus memuat keseluruhan isi bab. Selanjutnya anda
dapat menyampaikan hasil rangkuman itu dalam forum diskusi.
Membuat Tugas dan Proyek tentang Teks Proposal
Jenis Artikel Ilmiah:
1. Artikel Penelitian, pada dasarnya artikel ilmiah adalah laporan penelitian yang disajikan
dalam bentuk artikel. Artikel artinya laporannya lebih singklat dan padat.
2. Artikel Konseptual, pada umumnya berisi pemikiran teoritis mengenai sesuatu yang
disajikan melalui analisis secara kritis.
3. Artikel Ilmiah Populer, relatif sama dengan artikel konseptual, yaitu artikel ilmiah yang lebih
bergaya informal yang antara lain ditandai oleh penggunaan bahasa sehari hari.
Artikel penelitian dan artikel konseptual di publikasikan di jurnal atau di presentasikan di
forum seperti lokakarya dan seminar.
Artikel ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik. Artikel ilmiah biasanya diterbitkan
pada jurnal ilmiah, yaitu terbitan berkala yang berisi kajian kajian ilmiah di bidang tertentu.
Artikel penelitian dan artikel konseptual di publikasikan di jurnal atau di presentasikan di
forum seperti lokakarya dan seminar yang biasanya bersifat formal. artikel ilmiah populer
biasanya dimuat di koran atau majalah, khususnya di kolom opini.
Struktur Teks pada artikel Penelitian, Hal yang paling utama pada konversi penulisan artikel
penelitin adalah struktur teksnya.
1. Abstrak, abstrak ini berisi mengenai segala sesuatu mengenai runtutan permasalahan hingga
hasil yang didapatkan dalam satu bacaan. abstrak itu tertulis tidak lebih dari 250 kata, sehingga
kalau di tulis di kertas A4 biasanya tertulis di setengah halaman dengan spasi satu. biasanya
para pembaca mereka sudah paham isi pembahasan nya apa.
2. pendahuluan, memberikan latar belakang penelitian permnasalahan penelitia, gambaran
tentang tujuan, dan pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut
3. tinjauan pustaka, adalah sebuah kegiatan yang mencari, membaca, menelaah laporan-laporan
penelitian, dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
5. metodologi penelitian, menyajikan pendekatan metode dan teknik penelitian, termasuk
langkah langkah yang perlu di tempuh
5. hasil, menyajikan temuan temuan penelitian.
6. pembahasan, adalah menjelaskan suatu permasalahan.
7. simpulan, yang merupakan bagian dari bab Penutup merupakan kesempatan terakhir penulis
karya ilmiah untuk memberi kesan yang baik. Yakni dengan menjelaskan kembali secara
sekilas mengenai penelitian yang dilakukan beserta dengan hasilnya.
Struktur Teks pada Artikel Konseptual, Formulasi struktur teks artikel konseptual atau artikel
nonpenelitian lebih bervariasi. Struktur yang sering dijumpsi di jurnal jurnal imiah adalah
abstrak, pendahuluan, tinjauan, pustaka, pembahasan, simpulan.
Artikel konseptual tidak ditulis berdasarkan penelitian, sehingga artikel tersebut tidak
mengandung metodologi penelitian dan presentasi data dan presentasi hasil. untuk itu, tahap
metodologi dan hasil tidak diperlukan. struktur teks artikel konseptual lebih fleksibel daripada
struktur teks artikel penelitian.
Struktur teks pada artikel ilmiah populer, artikel ilmiah populer ditata dengan judul dan
subjudul yang singkat dan hanya pada bagian isi yang dianggap sangat penting. bagian
pendahuluan atau penutup tidak pernah diberi subjudul. bahkan sering sekali seluruh artikel
tidak mengandung subjudul. secara kleseluruhan, artikel dengan karakteristik struktur teks
tersebut berbentuk esai. pada umumnya, esai ditulis dengan gendre eksposisi atau diskusi.

Komentar Buku 1 dan Buku 2


Pada buku 1, isi nya mengenai bahasa indonesia dasar, sedangkan pada buku ke 2 itu lebih
spesifik dengan penulisan proposal, lebih meluas lagi. Pada buku 1 kurang menarik dibaca
karena template dan isi full text dan kurang berwarna, sedangkan buku 2 lebih menarik karena
berwarna dan terdapat lampiran-lampiran di buku tersebut. Pada buku 1 bahasa lebih mudah
dipahami dikarenakan masih membahas dasar dari bahasa indonesia, sedangkan pada buku ke
2 bahasanya lebih tinggi karena telah membahas topik yang lebih berat lagi, yaitu tentang
pembelajaran yang dibutuhkan untuk pembuatan artikel, proposal, dll. Pada buku 1, konsep
isinya itu membangun karakter mahasiswa melalui bahasa indonesia di perguruan tinggi,
sedangkan pada buku ke 2 isinya itu untuk ekspresi diri dan akademik bagi mahasiswa di
perguruan tinggi. Pada buku 1 tahun terbitnya lebih dahulu yaitu tahun 2014 dibandingkan
buku ke 2, yaitu ditahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai