Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ADRIANUS.ANDRE.

SASIKOME

KELAS : C TEOLOGI

TUGAS : LAPORAN BACA RAGAM BAHASA

MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

DOSEN : YOLANDA.NANY.PALAR, M.Pd


JUDUL BUKU : BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

PENGARANG : Sukirman Nurdjan, S.S., M.Pd. Firman, S.Pd., M.Pd. Mirnawati, S.Pd., M.Pd.

ISBN : 978-602-73433-6-8

DESAIN SAMPUL DAN TATA LETAK : Andi Hafizah Qurrota A’yun

PENERBIT : Penerbit Aksara Timur

UKURAN : 14 X 21cm;

HALAMAN : 152 Halaman

CETAKAN PERTAMA : Agustus 2016

JENIS HURUF : TIME NEW ROMAN

UKURAN : 12
KATA PENGANTAR

Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah sastu mata kuliah yang diberikan kepada
mahasiswa sebagai instrumen pengembangan kepribadian mahasiswa menuju terbentuknya
masyrakat terpelajar yang mahir berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara tertulis
maupun secara lisan. Mahasiswa perlu ditingkatkan kesadarannya bahwa bahasa Indonesia
adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Hal ini
mengingat bahasa Indonesia merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun
tertulis, dari segi rasa, karsa, dan cipta, serta pikir, baik secara etis, estetis, maupun secara logis.
Warga negara Indonesia yang mahir berbahasa Indonesia yang akan dapat menjadi warga negara
yang mampu memenuhi kewajibannya di mana pun mereka berada di wilayah tanah air dan
dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah NKRI. Oleh karena itu, bahasa Indonesia masuk ke
dalam kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian mahasiswa, yang kelak sebagai insan
terpelajar akan terjun ke dalam kancah kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin
dalam lingkungannya masing-masing. Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan dimasa mendatang. Untuk itu, kami iv mengundang para pembaca memberikan
kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang
terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia..
ISI

Berbagai Ragam Bahasa

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai kelainan jika
dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur
bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan ungkapan yang
maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana
resmi, seperti dalam pidato resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya
digunakan kalimat-kalimat panjang, pilihan, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa
yang benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai
ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code). 1. Ragam Lisan dan Ragam
Tulisan Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan jenis kesatuan dasarnya (Halim, 1998).
Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan dan
ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam
lisan dan tulisan, tetapi pada dasarnya semua bahasa memiliki ragam lisan. 25 Hubungan antara
lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan melambangkan ragam lisan dengan
pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf
melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat
dilihat. Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan
bahwa struktur lisan sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam
bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat
kaidah yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan
belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur
tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang
menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap mungkin. Dalam hubungan bahasa
Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang
sedemikian rupa, sesuai dengan perkembanganya sebagai bahasa perhubungan antara daerah dan
antarsuku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim 1998). a. Ragam Baku
dan Ragam Nonbaku Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada
siapa ia berbicara, di mana, tentang masalah apa, kapan, dan dalam suasana bagaimana. Dengan
adanya pertimbangan semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan
situasinya (Suwito, 1983). Situasi di kantor, dalam berdiskusi, berpidato, memimpin rapat resmi,
dan sebagainya merupakan situasi/suasana resmi (formal). Dalam situasi/suasana seperti ini
hendaknya dipakai 26 ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa
baku atau dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana, seperti
yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi, administrasi
pemerintahan, perundang-undangan negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di
dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan
sebagainya merupakan situasi/ suasana yang tak resmi (informal). Dalam suasana, seperti ini
hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut dengan
istilah ragam bahasa tidak baku (nonbaku) atau dengan singkatan ragam tidak baku (nonbaku).
Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasi antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya
digolongkan ke dalam ragam tidak baku. Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu,
ragam baku adalah ragam bahasa yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakaiannya dan dijadikan kerangka/ rujukan norma kaidah bahasa dalam
pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan
benartidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun tulisan, sedangkan ragam tidak baku
selalu ada kecenderungan untuk menyalahi norma/ kaidah bahasa yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Muhammad. 2008. Pendidikan Keterampilan Berbahasa Indonesia.Makassar: FKIP


UNISMUH. Arifin, Zainal. 2005. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo.
Barnawi & M. Arifin. 2015. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo. Belt, P.
Mottenen M. & Harkonen J. 2011. Tips for Writing Scienific Journal Articles. Finlandia:
University of Oulu. Depdiknas, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia. Firman. 2015. Terampil Menulis Karya Ilmiah. Makassar: Aksara Timur Fachruddin,
A.E. 1994. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Ujung Pandang: Badan Penerbit IKIP Ujung
Pandang. Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa: dengan Pendekatan
KomunikatifInteraktif. Bandung: PT Refika Aditama. Gie, The Liang. 2002. Terampil
Mengarang. Yogyakarta: ANDI. Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Hamsa, A.
2009. Efektivitas Pembelajaran Menulis Akspositori Berbasis Media Audio, Gambar, dan
Lingkungan pada Siswa Kelas II SMP Negeri 21 Makassar. Disertasi Malang: PPs Universitas
Negeri Malang. Montefiore, Simon Sebag. 2009. Pidato-pidato yang mengubah dunia. Surabaya:
Erlangga. Nurdjan, Sukirman. 2015a. “Korelasi antara Aspek Pembelajaran Kreatif Produktif
dan Hasil Kemampuan Menulis Akademik (Karya Tulis Ilmiah) Mahasiswa IAIN Palopo”.
LP2M IAIN Palopo: Palopo.

Anda mungkin juga menyukai