Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa


dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan
kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata,
atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih
luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa
demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa
tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas
yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang
disempurnakan (EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16
Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini
memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya
yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal
dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K
Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun
1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen
(nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa),
diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang
berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai
selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti
setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah
berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk membandingkannya
dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan kata-kata
yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.
RAGAM BAHASA

PENGERTIAN RAGAM BAHASA


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa
yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise
tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku
atau ragam bahasa resmi.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk meng
hasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi
dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam
bahasa tulis, kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu
aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki
hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf,
melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul
kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua
jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem bahasa yang
memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada
pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan
kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda
satu dari yang lain
MACAM-MACAM RAGAM BAHASA
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar
budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa
juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta
keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama
berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua
berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2) ragam
terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan
pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam
pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
1. Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
a. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun,
hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan
dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara
lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam
bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam
bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu
masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang
berbeda.
2. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam
bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan
ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang
standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam
majalah remaja, iklan, atau poster.
KETENTUAN-KETENTUAN RAGAM TULIS :
Memakai ejaan resmi.
Menghindari unsur kedaerahan.
Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
Memakai bentuk sintesis.
Pemakaian partikel secara konsisten.
Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
KELEBIHAN RAGAM BAHASA TULIS :
Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media
atau materi yang menarik dan menyenangkan.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan
masyarakat.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan
informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
mencanggihkan wawasan pembaca.
TUJUAN MEMPELAJARI BAHASA

Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai
konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya
tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan
menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.
Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan MA, disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum meliputi:[5]
Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional)
dan bahasa negara.
Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional,dan kematangan sosial.
Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
MACAM BAHASA

Manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi menggunakan


berbagai bahasa. Jenis jenis bahasa yang dipergunakan manusia untuk
berinteraksi dan berkomunikasi ada 6, yakni sebagai berikut.
1. Bahasa diam (silent language)
Bahasa diam adalah cara berkomunikasi yang dilakukan oleh penutur
dengan mitra tutur, tetapi mitra tutur menanggapinya dengan diam.
Bahasa diam juga bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Contoh,
seorang ayah pulang dari kantor, ketika ditanya istrinya, ia diam saja. Ia
tidak menjawab pertanyaan istrinya. Istrinya tentu bergumam Wah,
suamiku punya masalah.
2. Bahasa tanda (sign language)
Bahasa tanda adalah cara berkomunikasi dengan menggunakan tanda-
tanda. Yang banyak menggunakan bahasa tanda ialah Polisi Lalu Lintas.
Misalnya, tanda parkir berupa huruf P yang dilingkari.
3. Bahasa kode (code language)
cara berkomunikasi dengan menggunakan isyarat. Oleh karena itu, bahasa kode disebut
juga bahasa isyarat. Bagi bangsa Indonesia, mengangguk berarti setuju,
menggelengkan kepala berarti tidak setuju atau tidak mau, dan mengernyitkan dahi
berarti belum paham. Bahasa kode banyak digunakan pada kegiatan kepramukaan,
misalnya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat-isyarat semaphore.
4. Bahasa kontak (contact language)
Bahasa kontak adalah cara berkomunikasi dengan cara menyinggungkan anggota
tubuh dengan mitra bicara (kontak secara jasmani). Misalnya, seorang nenek
membelai-belai rambut cucunya, pertanda sang nenek sedang mencurahkan kasih
sayangnya kepada cucucnya.
5. Bahasa simbol (symbol language)
Bahasa simbol adalah bahasa yang disimbolkan. Mitra komunikasi (mitra bicara) dapat
memahami maksud atau pesan yang disampaikan oleh penutur (komunikator) dengan
mengamati simbol yang digunakan oleh komunikator. Misalnya, pemakaian cincin
pada jari manis tangan kiri. Hal itu untuk memberitahukan kepada orang lain bahwa
dia sudah bertunangan.
6. Bahasa verbal (verbal language)
Bahasa verbal adalah komunikasi antarpertisipan dengan cara
menggunakan organ-organ atau lambang-lambang verbal.
Apabila menggunakan organ yang mengacu pada bahasa lisan,
sedangkan jika menggunakan lambang verbal berarti mengacu
pada bahasa tulis. Misalnya, bahasa verbal lisan digunakan oleh
beberapa orang yang sedang berdiskusi, wawancara, simposium,
dan berbincang-bincang santai. Bahasa verbal tulis digunakan
oleh penulis buku, novel, cerpen, dan berkirim surat.
Terima kasih
Buy Now

Buy Now

Anda mungkin juga menyukai