Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki beranekaragam
kekayaan alam yang potensial dari Sabang sampai merauke. Berbagai macam etnis
dengan budaya yang unik dan khas serta berbagai peninggalan sejarah membuat
Indonesia menjadi sebuah daerah tujuan wisata yang sangat mempesona, khususnya
Provinsi Jambi yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki
keindahan alam yang sangat memikat serta yang tak kalah pentingnya yaitu
keanekaragaman budaya daerah yang dapat dijadikan sebagai modal utama untuk
mengembangkan sektor pariwisata, khususnya kebudayaan suku Kerinci yang
memiliki ciri khas tersendiri diantara kebudayaan yang dimiliki oleh suku-suku
lainnya yang ada di provinsi Jambi. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kebudayaan
suku Kerinci dikenal oleh seluruh masyarakat agar dapat terus dilestarikan dan
dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Provinsi Jambi, khususnya di Kabupaten
Kerinci sendiri.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci yaitu upacara
adat kenduri sko yang merupakan salah satu dari sekian banyaknya budaya suku
Kerinci yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang masih hidup dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Kerinci. Dalam pelaksanaan upacara
adat kenduri sko ini sangat banyak sekali keunikan yang menarik untuk
disuguhkan kepada wisatawan sebagai suatu atraksi wisata budaya, mulai dari cara
mengundang, ritual-ritual persiapan, pelaksanaan atau acara puncak, hingga acara
penutupan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi upacara adat tersebut.
Keseluruhan dari tahap demi tahap upacara ini memiliki ritual-ritual khusus yang
harus dilaksanakan setiap tahunnya.
Selain upacara adat kenduri sko, masih banyak upacara-upacara adat lainnya
yang dimiliki oleh daerah ini yang masih sangat natural dan belum dikenal oleh
masyarakat luar, hal ini dikarenakan oleh kurangnya perhatian pemerintah terhadap
objek wisata budaya serta minimnya promosi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata setempat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyelusuri Alur Sejarh Kerinci


1. Administrasi pemerintahan
Sampai pada abad ke 12 Masehi hampir semua sistem
pemerintahan di Alam Kerinci menggunakan sistem pemerintahan
sigindo, yaitu pemuka masyarakat yang menjadi pimpinan dusun. Namun
kira-kira semenjak tahun 1280-an semenjak kedatangan pasukan ekspedisi
Pamalayu yang sudah berinteraksi dengan penduduk lokal dalam bentuk
perkawinan dan lainnya tidak berniat untuk kembali ke pulau Jawa.
Kemudian sebagian pemimpin mereka yang mereka yang tidak bersedia
untuk pulang ke Jawa, mereka menyebar sampai ke Alam Kerinci
dipimpin oleh Patih Semagat (Raden Serdang) dan tokoh-tokoh lain.
Tentang kedatangan sebagain pasukan Ekspedisi Pamalayu ke Kerinci
tercatat dalam tulisan rencong sko pedandan dusun Tanjung Tanah dan
kitab Daluwang bertulisan Jawa Kuno. Pasukan Ekspedisi Pamalayu yang
datang ke Kerinci semuanya menetap dan akhirnya membaur dan
berinteraksi dengan orang Kerinci walaupun tidak mampu merubah
semua tatanan sistem pemerintahan dan keakraban dalam masyarakat
namun banyak terjadi perubahan dan penyesuaian yang terjadi di alam
Kerinci akibat dari kedatangan mereka yang berbeda latar belakang sosial
budaya.1
Berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat telah terjadi di
Alam Kerinci. Salah satunya terkait dengan ikatan kumunitas masyarakat
adat dalam dusun yang ternyata sangat kuat di dalam mengatur warganya.
Pimpinan larik, pimpinan dusun dan para tetua dusun sangat kental
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dusun tidak hanya

1
Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra Cuplikan tesis C.W.
Watson tentang masyarakat Kerinci

2
diatur semata berdasarkan ketentuan adat tetapi juga telah diatur dengan
tata nilai keagamaan. Para pemuka agama turut memberikan andil yang
besar dalam membina masyarakat. Pengaturan dusun dilakukan
pemangku adat yang terjadi mengindikasikan adanya pergeseran sistem
nilai dalam kepemimpinan masyarakat, dimana kekuasaan para Segindo
mulai menjadi kabur dan kurang berpengaruh lagi. Perubahan yang terjadi
sudah tentu menghendaki beberapa penyesuaian dalam sistem tata
pemerintahan masyarakat, baik dalam bentuk pemerintahan dusun, negeri
maupun kesatuan negeri.
Kemudian terjadi perubahan sistem pemerintahan sigindo untuk
bebeapa wilayah sigindo, namun sifatnya hanya terbatas atau tidak secara
keseluruhan di wilayah sigindo. Pada sistem pemerintahan Pamuncak
berlaku dengan pola yang sama namun gelar sebutannya agak berbeda
dengan sebelumnya menggunakan nama sigindo. Negara dengan sistem
pamuncak ini antara lain, Kerajaan Pamuncak nan Tigo Kaum (Kerajaan
Manjuto) yang terdiri dari Pamuncak Tuo di Pulau Sangkar, Pamuncak
Tengah di Tanjung Kaseri (Serampas), Pamuncak Bungsu di Koto Tapus
(Sungai Tenang). Masa sistem pemuncak adalah sejak awal abad ke 13
Masehi sampai dengan akhir abad ke 13 M. Namun sampai berjalannya
pemerintahan selama satu abad tersebut belum diperoleh informasi
mengenai siapa pimpinan adat dari awal berdirinya sampai berakhirnya
masa pemerintahan pamuncak, informasi yang diperoleh hanya salah satu
pimpinan adat terakhir saja yang banyak diketahui. Namun Daerah
pamuncak lain adalah Pamuncak Pulau Rengas dan Pamuncak Pemenang
Pemberab, lahir kemudian karena tidak menganut sistem kedepatian
melainkan gelar pemimpin adatnya adalah Pemangku maka nama
pamuncak di dua daerah ini tidak mengalami perubahan.2
Di antara sumbangan pemikiran dalam pembenahan sistem dan
struktur pemerintahan adalah dalam hal penyempurnaan gelar pejabat atau
pemangku adat. Maka masuklah beberapa istilah Jawa ke dalam

2
http://hafifulhadi.blogspot.com/2012/05/tigo-luhah-tanah-sekudung-siulak.html

3
ketatanegaraan masyarakat Kerinci seperti: kata (A)depati, (Te)
menggung, (Per) menti, (Pe) mangku, Rio, Ngabi, Kaluhan, Ngalawe,
Mendapo, dan lain-lain. Dengan adanya asimilasi penduduk pendatang
terutama dari Jawa ke dalam struktur pemerintahan Sigindo sehingga
menyebabkan terjadinya perubahaan dalam ketatanegaraan dan sistem
pemerintahan. Pimpinan adat dinamakan Depati yang menguasai dusun
atau beberapa dusun.
Semenjak itu pula maka sistem kemasyaratan di Alam Kerinci
mengalami perubahan nama bagi pemimpin adat mereka. Nama depati
digunakan untuk menggantikan nama sigindo dan pamuncak. Masing-
masing wilayah sigindo dan pamuncak bermunculan pemimpin wilayah
yang bergelar depati. Gelar Depati ini digenapi dengan mengangkat
pimpinan depati dan depati-depati pendukung pimpinan yang sering pula
diistilahkan dengan istilah kemerkan atau kembang rekan. Sehingga
pimpinan adat tidak berjalan sendiri, beliau dibantu oleh depati-depati
kembang rekan.
Daerah kekuasaan masing-masing sigindo sebelum zaman depati di
sekitar wilayah negeri masing tempat duduknya penguasa-penguasa
tersebut. Jadi masing-masingnya merupakan penguasa dari kelompok-
kelompok masyarakat yg tidak begitu besar. Fungsi nasing-masing
mereka bukan pula sebagai seorang raja absolut, tetaoi hanya sebagai tua
kampung atau kepala suku.
Dalam masa pemerintahan sigindo ini, Kerinci telah mengenal
hubungan dengan daerah-daerah luar. Adapun orang-orang luar yang
penting masuk ke Kerinci dan kemudian menetap di Kerinci waktu itu
antara lain:
1. Sultan Maharaja Hakekat, keturunan raja Pagarruyung. Beliau diutus
ke Kerinci untuk menyebarkan Agama Islam, menetap di Tamiai
dengan nama Raden Serdang (lihat Tambo Raden Serdang). Beliau
kawin dengan anak Sigindo Bauk, sesuai dengan adat setempat beliau
berhak menerima gelar adat dan berhak pula menggantikan mertuanya

4
sebagai kepala adat setempat. Nama Sigindo Bauk akhirnya diganti
dengan nama Depati Muaro Langkap.
2. Indra Jati, berasal dari Kerajaan Minangkabau dan keturunan
Mengkudum di Sumanik (lihat tambo Indrapura). Sama halnya dengan
Raden Serdang, beliau kemudian diangkat menjadi pimpinan adat di
Tanah Hiyang (Klerk. 1890). Gelar kebesaran yang dianugerahkan
kepada Indra Jati gelar Depati Atur Bumi. Oleh karena beliau kawin
dengan anak sigindo Kuning di Seleman, maka beliau juga
menyandang gelar Depati Batu Hampar.
3. Raja Keninting, adik raja Minangkabau Tuanku Syah Alam. Dengan
melalui Indrapura beliau sampai di negeri Banto. Dalam perjalanan
selanjutnya di daerah Batang Merangin beliau bertemu Raden Serdang
di Tamiai. Kemudian anak Raja Keninting bernama Sigindo Batinting
kawin dengan Puti Unduk Pinang Masak yang berasal dari
Pagarruyung. Pada zaman depati gelar tertinggi yang memimpin
wilayah sigindo Batinting atau Pamuncak Tuo adalah Depati Rencong
Telang.
4. Lain halnya dengan Sigindo Teras yang berada di Pengasi, beliau
adalah penduduk asli daerah tersebut dan seiring dengan
perkembangan wilayah, gelar sigindo teras berubah nama menjadi
Depati Biang Sari.3

Tentang waktu kedatangan ke tiga orang di atas tidak begitu jelas


namun mereka datang ke Kerinci dalam waktu yang tidak berbeda jauh.
Pada sekitar tahun 1280 M masing-masing mereka sudah menyandang
gelar sigindo. Pada masa pemerintahan Sigindo ini, agama Islam telah
berkembang di Kerinci.
Perkembangan selanjutnya dikatakan bahwa nama itu kemudian
menjadi berubah sesudah adanya penyatuan netral Kerinci sebagai akibat
3
http://sakti-alamkerinci.blogspot.com/2011/10/adapun-wilayah-adat-depati-nan-
bertujuh.html

5
dari ada dua kiblat pemerintahan yang selalu berusaha untuk merangkul
Kerinci sebagai bagian dari negara atau pemertintahannya, yaitu Kerajaan
Melayu Dharmasraya yang sudah dari awal ingin mengontrol Kerinci, ini
ditandakan ditemukannya Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah oleh Uli
Kozok, yang di dalam uraiannya tercantum bahwa UU itu dibuat semasa
Kerajaan Melayu Dharmasraya pada abad ke 13 dan dikirim ke penguasa
di Kerinci untuk diterapkan kepada seluruh masyarakat Kerinci.
Menghadapi kekuatan besar kerajaan Melayu Dharmasraya mempengaruhi
Pemerintahan Depati IV Alam Kerinci tersebut, maka pemerintahan ini
selalu melakukan reposisi kondisi internal daerah dan negara secara
keseluruhan.
Penguatan institusi terjadi secara terus menerus, pimpinan adat
diperkuat dengan menambah perangkat adat lainnya. Misalnya untuk
kepentingan dan kekuatan wilayah Depati Atur Bumi, maka ditambah pula
beberapa depati seperti Depati Batu Hampar adalah pimpinan wilayah
secara internal memimpin urusan dalam wilayah mereka. Bila ada urusan
keluar atas nama wilayah maka yang dibawa nama adalah Depati Atur
Bumi. Di wilayah Rencong Telang juga berkembang banyak depati, antara
lain Depati Telago, Depati Sangkar dan lainnya. Untuk urusan internal
dalam wilayah Depati Rencong Telang maka secara internal dipimpin oleh
Depati Telago, namun kalau ada urusan yang berhubungan dengan negara
konfederasi (Depati IV Alam Kerinci) maka gelar yang dibawa keluar oleh
Depati Talago adalah Depati Rencong Telang.
Tidak itu saja ada kesepakatan bahwa siapa saja yang ditunjuk oleh
kerapatan adat, depati yang ditunjuk mewakili wilayah harus membawa
keluar nama kebesaran Depati Rencong Telang. Demikian pula di Tamia,
untuk urusan internal dibentuk Depati Muncak, Depati Miai, Depati Brau
dan lainnya. Untuk urusan pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh Depati
Muncak, sedangkan untuk kepentingan pemerintahan Depati IV Alam
Kerinci gelar yang disandang oleh Depati Muncak atau yang lainnya
adalah Depati Muara Langkap. Gelar kebesaran untuk wilayah Serampas

6
adalah Depati Sri Bumi Putih. Gelar kebesaran wilayah Sungai Tenang
adalah Depati Purwo Menggalo. Demikian seterusnya untuk wilayah-
wilayah di Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah. Lengkapnya seperti berikut
ini:
a. Lembaga Adat Wilayah Depati Rencong Telang
1. Depati Talago
2. Depati Sangkar
3. Depati Kerinci
4. Depati Suko Berajo
5. Depati Belinggo
6. Depati Anggo Rajo
b. Lembaga Adat Wilayah Depati Muaro Langkap
1. Depati Muara Langkap
2. Depati Muncak
3. Depati Miai
4. Depati Berau
c. Lembaga Adat Wilayah Depati Biang Sari
1. Depati Biang Sari
2. Depati Karan Pandan
3. Depati Langit
d. Lembaga Adat Wilayah Depati Atur Bumi
1. Depati Batu Hampar
2. Depati Mudo Terawang Lidah
3. Depati Kuning
4. Depati Taroh Bumi
5. Depati Cahayo Negeri
6. Depati Kepalo Sembah
e. Lembaga Adat Wilayah Depati Sri Bumi Putih
1. Depati Katri Udo Menggalo
2. Depati Seniudo
3. Depati Suto Menggalo

7
4. Depati Ango Bayo
5. Depati Singo Negaro
6. Depati Pulang Jawo

f. Lembaga Adat Wilayah Depati Purwo Menggalo


1. Depati Ranah Yuda
2. Depati Udo Menggalo
3. Depati Muncak Alam Tiang Agamo
4. Depati Mudo Pamuncak Alam
5. Depati Sembilan Tiang Pumpung
6. Depati Mangku Yudho
g. Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Nyato
1. Depati Setio Nyato
h. Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Rajo
Depati Setio Rajo
i. Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Beti
Depati Setio Beti

B. Nasionalisme Rakyat Kerinci Mengusir Penjajah


Sejarawan memperkirakan alam Kerinci dan rakyatnya sejak masa
HinduBudha telah menjalin hubungan dengan daerahdaerah di sekitar alam
Kerinci, Puncak hubungan baik itu terjadi sekitar tahun 1815 (awal abad ke
19), pada tahun itu Belanda berhasil mencengkeramkan kuku imprealisnya di
daerah Muko muko dan Inderapura, watak menjajah yang tertanam pada
imprealis Belanda terus berusaha untuk menguasai semua persada nusantara
termasuk menguasai bumi alam Kerinci4
Kekayaan alam Kerinci terutama kekayaan hasil pertanian dan
perkebunan yang melimpah kesuburan tanah dan panorama alamnya yang
mempesona mengundang niat Belanda untuk menguasai bumi alam Kerinci
yang kaya subur dan mempesona, awal tahun 1900 penjajah Belanda dengan

4
Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra

8
balatentaranya dari wilayah Muko muko mengirimkan pasukannya berpatroli
di bukit Sitinjau laut.di ka wasan puncak Gunung Raya mendirikan
pesanggrahan dan memasang tanda sebagai peringatan dan pemberitahuan
bahwa Belanda telah memasuki kawasan alam Kerinci.
Suku Kerinci yang dikenal sejak zaman prasejarah sebagai suku
pemberani dan telah memiliki tingkat kebudayaan dan peradaban serta
kecerdasan yang tinggi dengan semangat menyala dan pantang menyerah
dengan gagah perkasa dengan senjata dan amunisi yang sangat terbatas
menghadapi balatentara Belanda yang bersenjata lengkap.
Perang pertama meletus tahun 1901 di kawasan Renah Manjuto laskar
hulu balang Kerinci yang berjunlah 12 orang dipimpin Depati Parbo berhasil
mematahkan serangan Prajurut Belanda yang berjumlah ratusan orang,
dengan semangat menyala dan pantang menyerah hulubalang Kerinci berhasil
memukul mundur dan menewaskan puluhan tentara Belanda,tahun itu
merupakan tahun dimulainya pertempuran hulubalang alam Kerinci dengan
prajurit Penjajah Belanda
Meski dengan senjata sangat sederhana para pejuang mampu
menghadapi serdadu Belanda dengan gagah berani menghadapi serangan
musuh, puluhan korban berjatuhan dari kedua belah pihak, beberapa opsir
dan serdadu belanda tewas bersimbah darah. Dengan bekal semangat jihad
yang tinggi para hulubalang hulubalang bersama para pejuang lainnya
mampu memukul mundur pasukkan Belanda di Renah Menjuto
Para Hulubalang hulubalang Pejuang Kerinci yang bertempur di Renah
Menjuto dikenal sebagai sosok pejuang tangguh, gigih,berani dan pantang
menyerah itu sangat ditakuti oleh para serdadu Belanda, dengan kemampuan
bela dirinya yang tinggi, para pejuang yang berhadapan lansung dengan
serdadu berada pada umumnya dalam pertempuran menggunakan tangan
kosong dan mempraktekan ilmu bela diri sila\
Salah satu ciri khusus Kasib Gelar Depati Parbo dalam menghabisi
musuh dengan cara memelintirkan kepala musuh kearah belakang, serangan
kilat yang dilakukan Kasib Gelar Depati Parbo sering dilakukan secara

9
mendadak tanpa diketahui oleh musuh, hal lain yang dilakukan oleh Depati
Parbo adalah membengkokkan ujung senjata api milik musuh hingga tidak
dapat dipergunakan musuh.
Jika kita membaca sejarah perjuangan para pahlawan dipersada
Nusantara kita melihat kisah perjuangan heroik para pahlawan yang berjuang
untuk memerdekan ibu pertiwi dari penindasan yang dilakukan oleh Kolonial
Belanda ,dimasa lalu para pejuang dengan segenap ketulusan jiwa dan dengan
penuh keberanian,termasuk pengorbanan jiwa raga memperjuangkan
kemerdekaan, Ibarat lilin para pahlawan dengan rela mengorbankan jiwa
raganya semata mata demi mempertahankan prinsip melepaskan bangsa dari
Belenggu yang selama ratusan tahun membelenggu kebebasan anak anak
negeri.
Belanda mulai melakukan invasi kea lam Kerinci dimulai setelah
Belanda mencanangkan politik Etis, kehadiran serdadu Belanda di alam
Kerinci disambut oleh perlawanan yang gigih dari segenap lapisan
masyarakat di alam Kerinci,sangatlah tidak mudah bagi KolonialBelanda
untuk menduduki alam Kerinci.
Saat ini dikalangan Generasi muda terutama di kalangan peserta didik
sangat sedikit yang mengetahui kisah Heroik para pejuang dan hulubalang
se Alam Kerinci dalam menentang dan melawan penjajah Belanda, minimnya
buku buku bacaan tentang perjuangan rakyat alam kerinci merupakan salah
satu penyebab minimnya informasi tentang kisah kepahlawanan para
pahlawan Kerinci.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya Kerinci yang merupakan hasil karya masyarakat Kerinci dalam
sejarah perkembangannya telah banyak dikenal di tataran nasional dan
internasional merupakan sumber nilai, inspirasi dan dasar interpretasi
kehidupan bermasyarakat, wajib diaktualisasikan ke dalam proses
pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah khususnya
Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Kota Sungai Penuh yang
merupakan institusi penyelenggara administrasi di Sakti Alam Kerinci
Budaya Kerinci adalah hasil permufakatan masyarakat atau sekelompok
masyarakat yang digali dari unsur cipta, rasa, dan karsa suku Kerinci,
sehingga tidak ada satupun yang bertentangan dengan kebihinnekaan budaya
dan agama di Indonesia. Karena di Kerinci Agama Islam adalah sumber
inspirasi dari budaya Kerinci.
Dalam rangka strategi pelestarian budaya Kerinci, maka budaya Kerinci perlu
ditranformasikan secara kritis, rasional, dan kontekstual menjadi sesuai
dengan norma-norma yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman ke arah
tercapainya kehidupan budaya Kerinci di tengah-tengah kehidupan dan
pergaulan bagi seluruh masyarakat Kerinci. Untuk mencapai semuanya
diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Langkah strategi umum diperlukan adanya lembaga khusus dan
independen yang berwenang sebagai pembina, pengembang dan
pembudaya kebudayaan daerah Kerinci.
2. Langkah strategis khusus:

11
Dalam bidang hukum adat, para tokoh adat harus mendorong dan
berinisiatif memuat kesepakatan adat untuk menegakkan kaidah hukum
adat sesuai dengan hukum adat di wilayah adat masing-masing.
Dalam bidang seni budaya daerah, pemerintah Kabupaten Kerinci dan
pemerintah Kota Sungai Penuh wajib memfasilitasi berdirinya pusat-
pusat pengembangan seni kebudayaan daerah sehingga perkembangan
seni budaya kerinci dapat berkembang dengan prinsip inovatif, kreatif
dan dinamis yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya Kerinci.
Dalam bidang sejarah Kerinci, penggalian budaya Kerinci adalah upaya
untuk mempertahan jati diri serta mendapatkan identitas masyarakat
Kerinci sehingga kebanggaan sebagai warga Kerinci tidak padam

12
REFERENSI

Fachruddin Saudagar.2003. Potensi Budaya Melayu Jambi Dalam Pengelolaan


Sumber Daya Perikanan.Jambi: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Jambi.
Mengenal Adat Jambi Dalan Perspektif Modern Penulis: H.Kemas Arsyad
Somad, SH.MH Tahun 2003

13
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah , Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Makalah ini berisikan tentang penjelasanMenelusuri Alur Sejarah Kerinci
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .

Sungai Penuh, September 2015


Kelompok II

14
DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR ..............................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan Masalah ...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Menyelusuri Alur Sejarh Kerinci
1. Administrasi pemerintahan .........................................................
2. Nasionalisme Rakyat Kerinci Mengusir Penjajah ......................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

15
MAKALAH
ii
MENELUSURI ALUR SEJARAH KERINCI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah


Adat dan Budaya Kerinci

Disusun Oleh :
1. Tenti Niana
2. Amalya
3. Ari Yanti
4. Ahmad Rafii

Dosen Pembimbing:
Mainur Haryono, M.Pdi

16
MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAIN KERINCI
TAHUN AJARAN 2015/2016

17

Anda mungkin juga menyukai