Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

ETIKA DAN BUDAYA SUMATERA UTARA

“MELAYU DI SUMATERA UTARA”

OLEH:

KELOMPOK I

1. ADITYA (2205052023)
2. ANGEL MADUMA SIHOTANG (2205052030)
3. BAGUS RAMADHAN (2205052046)

KELAS : EN - 2D

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


PRODI TEKNIK KONVERSI ENERGI
T.A 2022/2023
MELAYU

A. Sejarah Melayu Deli


Pada dekade-dekade awal tahun abad ke 16-an sebutan Kerajaan Haru atau Aru
digantikan dengan nama Kesultanan Deli, setelah menjalani eksistensinya yang
panjang. Wilayah Haru ini mendapatkan kemerdekaannya dari Aceh pada 1669, dengan
nama Kesultanan Deli. Sampai sekarang, umumnya para sejarawan dari kalangan etnik
Melayu sendiri atau di luarnya, sepakat bahwa pendiri kesultanan ini adalah Sri Paduka
Gocah Pahlawan. Hingga terjadi sebuah pertentangan politik dalam pergantian
kekuasaan pada tahun 1720 menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya
KesultananSerdang di tahun 1723.Kerajaan Deli berdiri sejak paruh pertama abad ke-
17 M, hingga pertengahan abad ke- 20, ketika bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kini masih eksis sebagai sebuah kesultanan, namun baru Sultan
sebagai pemangku adat. Selama rentang masa yang cukup panjang tersebut, kerajaan
Deli mengalami masa pasang surut silih berganti. Selama dua kali, Deli berada di
bawah taklukan kerajaan Aceh. Ketika Kerajaan Siak menguat di Bengkalis, Deli
menjadi daerah taklukan Siak Sri Indrapura, kemudian menjadi daerah taklukan
penjajah. Wilayah Kerajaan Deli mencakup kota Medan sekarang ini,
Langkat, Suka Piring, Buluh Cina, dan beberapa negeri kecil lainnya di sekitar pesisir
timur pulau Sumatera. Pada masa pemerintahan Belanda wilayah Deli termasuk ke
dalam Sumatera Timur. Namun setelah Indonesia merdeka Deli ini termasuk ke dalam
Provinsi Sumatera, yang kemudian berkembang pula menjadi Provinsi Sumatera
Utara. Kekuasaan tertinggi berada di tangan sultan. Permaisuri Sultan bergelar Tengku
Maha Suri Raja, atau Tengku Permaisuri, sedangkan putera mahkota bergelar Tengku
Mahkota. Putera dan puteri yang lain hanya bergelar tengku. Keturunan yang lain
berdasarkan garis patrilineal hingga generasi kelima juga bergelar tengku. Dalam
kehidupan sehari- hari, sultan tidak hanya berfungsi sebagai kepala pemerintahan,
tapi juga sebagai kepala urusan agama Islam dan sekaligus sebagai kepala adat Melayu.
Untuk menjalankan tugasnya, raja atau sultan dibantu oleh bendahara, syahbandar
(perdagangan), dan para pembantunya yang lain. Kesultanan Deli ini, memiliki nama
resmi yaitu Kerajaan Al- mu‟tasim Billah Deli. Sejak awal menjadi pusat perdagangan
yang pesat dan maju di kawasan Selat Melaka. Kesultanan Deli ini juga menjadi tempat
pertemuan antara suku-suku yang ada di kawasan Sumatera dan Nusantara lainnya serta
pendatang Dunia seperti Tamil, Benggali,Tionghoa, dan Eropa. Peta kependudukan
Kesultanan Deli juga semakin berkembang sejak kawasan ini menjadi pusat pertanian
tembakau Deli yang termasyhur ke seluruh dunia. Karena kemakmurannya ini, maka
tiada halangan bagikesultanan ini untuk membina tamadunnya, dengan berbagai ikon
Melayu dan kesultanannya. Di antara ikon itu adalah Istana Maimun dan Mesjid Raya
Al-Maksun.
Misal kita lihat budaya yang ada di melayu ada adat perkawinan serta seni yang mereka
pegang.
1. Prosesi adat perkawinan
Perkawinan berfungsi untuk melanjutkan generasi Melayu agar berkembang
dan mengikuti sunatullah. Ini sejalan dengan konsep Tak Melayu Hilang Di Dunia.
Begitu urgennya, sehingga upacaranya memiliki tahapan yang begitu rinci, unik, dan
menarik. Sebagai makhluk berbudaya yang mengenal adat istiadat harus dipatuhi
kegiatan yang berkaitanPerkawinan. Karena ia dalam suatu masyarakat berfungsi
sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan upacara Perkawinan. Ia juga
merupakan salah satu tahap daur kehidupan manusia yang sangat penting. Dengan
mengikuti proses tersebut ia mengalami perubahan status, yakni dari status bujangan
menjadi berkeluarga. Maka proses pelaksanaannya harus memperhatikan serangkaian
aturan yang sudah ditentukan secara adat yang juga berdasarkan hukum-hukum agama.
Rangkaiannya terdiri dari beberapa tahap, mulai dari minang hingga pernikahan
berlangsung. Karena Perkawinan yang normal didahului dengan masa ikat janji antara
pihak pria dengan pihak wanita yang lamanya sekitar satu tahun yang dilanjutkan
dengan peresmian. Dalam pelaksanaan harus direstui kedua orang tua ataupun
keluarga masing-masing pihak, yang juga belandaskan kepada kaidah-kaidah ajaran
agama Islam serta pengaruh tradisional. Dalam kebudayaan Melayu Deli, upacara adat
perkawinan ini, sejakawal dilakukan dalam suasana tradisi kebudayaan yang
diantaranya ada pantun dan tarian. Artinya perkawinan ini berlangsung melalui proses
tradisi adat istiadat lisan. Maka budaya ditumpukan padakemampuan daya menyerap,
mengingat, menerapkan, dan mengembangkannya. Maka dibutuhkan kecerdasan tokoh-
tokoh adat dalammenerjemahkan konsep budaya, kedalaman wawasan dan keilmuan.
Maka dari itu keberadaan juru telangkai mewakili kedua belah pihak sangat penting
untuk melewati proses tradisi perkawinan. Karena ia memiliki raga kemampuan baik
ungkapankata, kalimatuntuk pantun yang sangat variatif.
2. Fungsi kedudukan budaya pantun
Pantun sebagai bahasa lisan mengandung bahasa berkias, mendidik, dan
menghibur yang sering diujarkan dalam acara Perkawinan. Maka pantun sebagai
warisan komunikasi lisan nenek moyang yang menjadi media sosialisasi ajaran tentang
budi dan adab dalam falsafah keindahan Melayu Pantun sebuah simbol yang
mengandung nilai, keyakinan,dan kepercayaan. Bahkan dalam pilihan kata sang
penutur pantun menjadi tanda untuk mengambil hikmah dan pelajaran bagi kehidupan
sosial budaya tempatan. Hal ini menjadi menarik karena pertuturan pantun itu
merupakan simbol yang bisa ditafsirkan dan diinterpretasikan. Sejalan dengan Spradley
yang menegaskan bahwa semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan
simbol-simbol budaya. Karena semua kata yang digunakan oleh penutur dalam
menjawab peertanyaan dengan simbol. Di dalam kebudayaan masyarakat Melayu
Sumatera Utara, pantun digunakan dalam berbagai kegiatan seperti: menyambut
tetamu, acara berbalas pantun di televisi dan radio, acara persembahan budaya, dan
yang terutama adalah untuk upacara atau istiadat perkawinan mengikut budaya Melayu.
Fungsi pantun terus berkekalan karena di dalamnya terkandung aspek edukasi
peradaban dan dapat memenuhi keinginan komunikasi yang estetis dan menarik.
3. Fungsi kedudukan Tari
Tari adalah ekspresi semangat manusia yang berdasarkan kepada gerak-gerik yang
menarik bisa sebagai mimesis gerakan alam sekitar (flora dan fauna), atau juga gerakan
yang berasal dari jiwa seniman penarinya. Sebagaimana halnya tari ada dua hal
utama dalam membicarakan tradisi tersebut melayu. Pertama, adanya pola gerak yang
menjadi dasar penyusunan tari. Kedua, adanya aturandan konvensi yang menentukan
pengaturan pola-pola yang membangun ragam gerak. Sebagai contoh dalam tari zapin
dikenal ragam gerak alip, anak ayam patah, catuk, geliat, pecah lapan, pusing tengah,
seribut, siku keluang, sut depan dan sut gantung, tahto, dan tongkah.Teknik dalam tari
tradisi dimaksudkan sebagai keterampilan mengkoordinasikan geraka tubuh untuk
melakukan ragam gerak sesuai dengan aturan dan konvensi yang berlaku dalam tarian.
Perkembangan tari sering didasari oleh faktor akulturasi karena pengaruh budaya luar
atau juga oleh faktor inovasi sebagai kreativitas dari budaya itu sendiri. Demikian juga
yang terjadi pada tari dalam kebudayaan Melayu. Seni tari dalam kebudayaan Melayu
mencakup ide, aktivitas, maupun artifak. Tradisi upacara adat perkawinan Melayu
terdiri dari empat ragam yang saling berkaitan. Ragam bentuknya adalah: pertama
adat yang sebenar adat, yaitu hukum Allah terhadap alam semesta. Kedua, adat
yang diadatkan, yang diartikan sebagai sistem sosial terutama pemimpin dan
masyarakatnya. Ketiga, adat yang teradat, yaitu tradisi kebiasaan dari budaya lama
masuk ke dalam adat, ini juga berarti kesinambungan dan perubahan. Dan keempat
adat-istiadat, yang biasanya diartikan sebagai tradisi upacara. Keempat ragam budaya
Melayu ini, sebenarnya juga didapati dan diekspresikan dalam adat perkawinannya.
Kebudayaan Melayu
• Sistem Kekerabatan dalam Budaya Melayu .
Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat
dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan
kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya”. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30). Dari beberapa pendapat di atas bisa kita
ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-suku bangsa Indonesia
memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem kekerabatan yang mendasarkan garis
keturunan dari ayah dan garis ibu secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam
kerabat ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang banyak berlaku
pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil kebudayaan daerah dalam sistem
kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu
saja (contoh masyarakat Melayu Riau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem kekerabatan
unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan garis ayah saja. Lain halnya
sistem kekerabatan didaerah Selatpanjang khususnya masyarakat melayu banyak diantaranya
menggunakan sistem kekerabatan unilareal patrineal. Berbanding terbalik dengan daerah Riau
lainnya yang menggunakan sistem kekerabatan unilateral matrilineal.
• Sistem Perkawinan dalam Budaya Melayu
Perkawinan merupakan salah satu fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan amat
penting. Dibanding dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawian merupakan fase yang sangat
penting dan spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dengan upacara tersebut akan
banyak yang tertuju padanya, mulai dari memikirkan proses akad nikah, persiapannya, upacara
pada hari pernikahannya, hingga setelah upacara usai digelar.
Adat pernikahan dalam budaya Melayu terkesan agak rumit karena banyak tahapan yang
harus dilalui. Perkawinan dalam pandangan melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua
serta mendapat pengakuan resmi dari masyarakat. Yang pada dasarnya, Islam juga mengajarkan
hal yang demikian. Dalam upacara adat melayu , rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara
terperinci dan tersusun rapi. Yang mana keseluruhan rangkaian itu wajib dilaksanakan oleh
pasangan calon pengantin beserta keluarganya.
Dalam pandangan budaya melayu, kehadiran keluarga, sedara-mara, tetangga dan
masyarakat di majelis perkawinan tujuannya adalah untuk mempererat tali silaturahim dan
memberikan kesaksian beserta doa atas perkawinan yang dilangsungkan. Perkawian yang
dilakukan tidak berdasarkan adat istiadat melayu setempat ( kab. Kep. Meranti) menyebabkan
masyarakat tidak merestuinya. Bahkan akan menimbulkan perkataan-perkataan kurang
menyenangkan dari masyarakat, mulai dari dugaan seperti perzinaan dan lain sebagainya. Untuk
itulah, perkawinan hendaknya dilakukan menurut adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Setelah bertunangan, maka proses perkawinan dapat segera dilakukan. Proses-proses tersebut
ialah sebagai berikut :
MERISIK ATAU MENINJAU
Yaitu proses dimana salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin
pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang
mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis
tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan
melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut
tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh
keluarga wanita. Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak calon pengantin pria, sedangkan
adat meninjau dilakukan oleh kedua belah pihak. Kegiatan meninjau dilakukan adalah untuk
mengetahui tempat asal calon yang akan dinikahi.
MERASI
Kegiatan merasi untuk saat ini jarang dilakukan oleh masyarakat melayu. Karena pada arti
sebenarnya, Merasi adalah kegiatan meramal atau menilik keserasian antara kedua calon
pasangan yang dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang perantara seorang ahli
yang sudah biasa bertugas melakukan proses perjodohan. Pencari jodoh tersebut akan
memberikan pendapatnya apakah pasangan yang dimaksud tersebut serasi atau tidak. Pada
masyarakat dahulu, proses ini sangat penting untuk dilakukan karena akan sangat mempengaruhi
kehidupan rumah tangga calon pengantin dimasa depan agar tidak terjadi perceraian, musibah
dan lain sebagainya.
Namun perlahan-lahan proses itu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat melayu khususnya
masyarakat di selatpanjang. Semenjak berkembangnya zaman, proses itu ditinggalkan oleh
masyarakat setempat. Menurut pendapat yang ada, pada zaman dulu proses itu dilakukan karena
dulu tidak adanya proses pacaran antara lelaki dan perempuan yang semestinya sudah
mengetahui serasi atau tidaknya hubungan mereka. Namun sekarang istilah pacaran sudah
melekat bagi calon pasangan pengantin dan kurangnya kepercayaan tentang musibah, perceraian
dan lain sebagainya, sehingga perlahan-lahan proses merasi di Selatpanjang menghilang dengan
sendirinya.
MEMINANG
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari
yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat
serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan
melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara
meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria
membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak
merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
BERINAI
Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui
serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di depan pelaminan. Rangkaian acara ber-
inai diawali dengan pemasangan inai oleh para tetua-tetua yang ada didaerah setempat,
dilanjutkan dengan para sanak keluarga yang ada. Akan tetapi sebelum acara berinai dimulai
sebagian dari keluaraga mempelai wanita mengantarkan inai yang telah dibuat kerumah
mempelai pria untuk melakukan hal serupa.
Keesokan harinya, dirumah mempelai wanita diadakan upacara beranda, yaitu upacara
mencukur bulu halus yang ada di wajah calon pengantin wanita, yang di pimpin oleh mak
andam. adapun media untuk berandam adalah :
1. pisau silet
2. kain putih 2 meter
3. kelapa tua
4. jeruk purut
5. telur ayam kampung
6. bunga kenanga dan bunga mawar
7. lilin
Upacara berandam juga dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar oleh tetua-tetua wanita yang
hadir diacara tersebut. Setelah dilakukan upacara berandam besok hari nya baru dilanjutkan
upacara pernikahan yaitu pembacaan ijab kabul.
MENIKAH
Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga
menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian
pakaian adat melayu kurung pengantin layaknya Raja sehari dan memakai tanjak (semacam topi
untuk mempelai pria). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas
kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain
itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi
berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
Diselatpanjang tepatnya, pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan pada malam hari.
Setelah rombongan mempelai pria datang beserta rombongan mereka disambut langsung masuk
kedalam rumah mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara tukar-menukar tepak sirih dan
juga memakan sirih yang disediakan dari masing-masing mempelai. Kemudian dilanjut dengan
acara ijab qobul oleh pengantin pria dan upacara tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki
maupun perempuan dari pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Setelah acara selesai,
pengantin pria beserta rombongan kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan acara bersanding
keesokan harinya.
BERSANDING
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara
resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih
dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin
pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun.
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu,
Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring
dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili.
Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan. Di pintu gerbang
kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak
keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnyua, dilakukan acara
‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga
mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai ‘penghalang’ didepan pintu tempat
upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan
Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ‘Hempang
Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak
mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin
bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit)
berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan.
Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.

TEPUK TEPUNG TAWAR


Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua
mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan
daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan
setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu
ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan
seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai.
Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai
nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa
bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang
merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman,
ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan
dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.
MAKAN NASI HADAP-HADAPAN
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini
dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua
mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati. Dalam upacara ini juga
biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita
sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.

BERDIMBAR ATAU MANDI TAMAN


Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya
dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman
rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual ‘memandikan’
kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air.
Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para
undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang
dilakukan.
PAKAIAN ADAT MELAYU
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari
panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan
nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran
pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat
mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian.
Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang
memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya.
”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan
fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian
sebagai penolak bala. Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju
melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada
acara-acara keluarga seperti kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk
mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari
celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok.
Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain,
baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher
pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
· SENI
Songket adalah salah satu kerajinan budaya melayu yang berupa kain tenun yang biasanya
dipakai pada acara-acara formal. Songket dapat digunakan oleh wanita maupun pria. untuk
membuat songket dibutuhkan alat tenun yang pada umumnya masih dibuat secara tradisional
atau dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan dan kaki.
· TARIAN
Menurut wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan)
A
menyebutkan rentak dibagi dalam:
Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala
Deli, Patah Hati
• Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato, sejenis Rumba, contoh lagu Mak
Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui
bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang
• Rentak Joget, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro. Contoh lagu Tanjung Katung,
Selayang Pandang
• Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderto, dan istilah Zapin diambil dari
bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat menonjol. Contoh
lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak.
MUSIK
Asal Awal Musik Melayu dari Qasidah dan Gurindam
Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai
kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat
dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair
yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian
dipakai juga untuk mengiringi tarian.
Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk
Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik dan bermain
musik Gambus. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam
dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb.
Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini
sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya
menyanyikan syair Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian
dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai