Pada dekade-dekade awal tahun abad ke 16-an sebutan Kerajaan Haru atau Aru digantikan dengan nama Kesultanan Deli, setelah menjalani eksistensinya yang panjang. Wilayah Haru ini mendapatkan kemerdekaannya dari Aceh pada 1669, dengan nama Kesultanan Deli. Sampai sekarang, umumnya para sejarawan dari kalangan etnik Melayu sendiri atau di luarnya, sepakat bahwa pendiri kesultanan ini adalah Sri Paduka Gocah Pahlawan. Hingga terjadi sebuah pertentangan politik dalam pergantian kekuasaan pada tahun 1720 menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya KesultananSerdang di tahun 1723.Kerajaan Deli berdiri sejak paruh pertama abad ke- 17 M, hingga pertengahan abad ke- 20, ketika bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini masih eksis sebagai sebuah kesultanan, namun baru Sultan sebagai pemangku adat. Selama rentang masa yang cukup panjang tersebut, kerajaan Deli mengalami masa pasang surut silih berganti. Selama dua kali, Deli berada di bawah taklukan kerajaan Aceh. Ketika Kerajaan Siak menguat di Bengkalis, Deli menjadi daerah taklukan Siak Sri Indrapura, kemudian menjadi daerah taklukan penjajah. Wilayah Kerajaan Deli mencakup kota Medan sekarang ini, Langkat, Suka Piring, Buluh Cina, dan beberapa negeri kecil lainnya di sekitar pesisir timur pulau Sumatera. Pada masa pemerintahan Belanda wilayah Deli termasuk ke dalam Sumatera Timur. Namun setelah Indonesia merdeka Deli ini termasuk ke dalam Provinsi Sumatera, yang kemudian berkembang pula menjadi Provinsi Sumatera Utara. Kekuasaan tertinggi berada di tangan sultan. Permaisuri Sultan bergelar Tengku Maha Suri Raja, atau Tengku Permaisuri, sedangkan putera mahkota bergelar Tengku Mahkota. Putera dan puteri yang lain hanya bergelar tengku. Keturunan yang lain berdasarkan garis patrilineal hingga generasi kelima juga bergelar tengku. Dalam kehidupan sehari- hari, sultan tidak hanya berfungsi sebagai kepala pemerintahan, tapi juga sebagai kepala urusan agama Islam dan sekaligus sebagai kepala adat Melayu. Untuk menjalankan tugasnya, raja atau sultan dibantu oleh bendahara, syahbandar (perdagangan), dan para pembantunya yang lain. Kesultanan Deli ini, memiliki nama resmi yaitu Kerajaan Al- mu‟tasim Billah Deli. Sejak awal menjadi pusat perdagangan yang pesat dan maju di kawasan Selat Melaka. Kesultanan Deli ini juga menjadi tempat pertemuan antara suku-suku yang ada di kawasan Sumatera dan Nusantara lainnya serta pendatang Dunia seperti Tamil, Benggali,Tionghoa, dan Eropa. Peta kependudukan Kesultanan Deli juga semakin berkembang sejak kawasan ini menjadi pusat pertanian tembakau Deli yang termasyhur ke seluruh dunia. Karena kemakmurannya ini, maka tiada halangan bagikesultanan ini untuk membina tamadunnya, dengan berbagai ikon Melayu dan kesultanannya. Di antara ikon itu adalah Istana Maimun dan Mesjid Raya Al-Maksun. Misal kita lihat budaya yang ada di melayu ada adat perkawinan serta seni yang mereka pegang. 1. Prosesi adat perkawinan Perkawinan berfungsi untuk melanjutkan generasi Melayu agar berkembang dan mengikuti sunatullah. Ini sejalan dengan konsep Tak Melayu Hilang Di Dunia. Begitu urgennya, sehingga upacaranya memiliki tahapan yang begitu rinci, unik, dan menarik. Sebagai makhluk berbudaya yang mengenal adat istiadat harus dipatuhi kegiatan yang berkaitanPerkawinan. Karena ia dalam suatu masyarakat berfungsi sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan upacara Perkawinan. Ia juga merupakan salah satu tahap daur kehidupan manusia yang sangat penting. Dengan mengikuti proses tersebut ia mengalami perubahan status, yakni dari status bujangan menjadi berkeluarga. Maka proses pelaksanaannya harus memperhatikan serangkaian aturan yang sudah ditentukan secara adat yang juga berdasarkan hukum-hukum agama. Rangkaiannya terdiri dari beberapa tahap, mulai dari minang hingga pernikahan berlangsung. Karena Perkawinan yang normal didahului dengan masa ikat janji antara pihak pria dengan pihak wanita yang lamanya sekitar satu tahun yang dilanjutkan dengan peresmian. Dalam pelaksanaan harus direstui kedua orang tua ataupun keluarga masing-masing pihak, yang juga belandaskan kepada kaidah-kaidah ajaran agama Islam serta pengaruh tradisional. Dalam kebudayaan Melayu Deli, upacara adat perkawinan ini, sejakawal dilakukan dalam suasana tradisi kebudayaan yang diantaranya ada pantun dan tarian. Artinya perkawinan ini berlangsung melalui proses tradisi adat istiadat lisan. Maka budaya ditumpukan padakemampuan daya menyerap, mengingat, menerapkan, dan mengembangkannya. Maka dibutuhkan kecerdasan tokoh- tokoh adat dalammenerjemahkan konsep budaya, kedalaman wawasan dan keilmuan. Maka dari itu keberadaan juru telangkai mewakili kedua belah pihak sangat penting untuk melewati proses tradisi perkawinan. Karena ia memiliki raga kemampuan baik ungkapankata, kalimatuntuk pantun yang sangat variatif. 2. Fungsi kedudukan budaya pantun Pantun sebagai bahasa lisan mengandung bahasa berkias, mendidik, dan menghibur yang sering diujarkan dalam acara Perkawinan. Maka pantun sebagai warisan komunikasi lisan nenek moyang yang menjadi media sosialisasi ajaran tentang budi dan adab dalam falsafah keindahan Melayu Pantun sebuah simbol yang mengandung nilai, keyakinan,dan kepercayaan. Bahkan dalam pilihan kata sang penutur pantun menjadi tanda untuk mengambil hikmah dan pelajaran bagi kehidupan sosial budaya tempatan. Hal ini menjadi menarik karena pertuturan pantun itu merupakan simbol yang bisa ditafsirkan dan diinterpretasikan. Sejalan dengan Spradley yang menegaskan bahwa semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol budaya. Karena semua kata yang digunakan oleh penutur dalam menjawab peertanyaan dengan simbol. Di dalam kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara, pantun digunakan dalam berbagai kegiatan seperti: menyambut tetamu, acara berbalas pantun di televisi dan radio, acara persembahan budaya, dan yang terutama adalah untuk upacara atau istiadat perkawinan mengikut budaya Melayu. Fungsi pantun terus berkekalan karena di dalamnya terkandung aspek edukasi peradaban dan dapat memenuhi keinginan komunikasi yang estetis dan menarik. 3. Fungsi kedudukan Tari Tari adalah ekspresi semangat manusia yang berdasarkan kepada gerak-gerik yang menarik bisa sebagai mimesis gerakan alam sekitar (flora dan fauna), atau juga gerakan yang berasal dari jiwa seniman penarinya. Sebagaimana halnya tari ada dua hal utama dalam membicarakan tradisi tersebut melayu. Pertama, adanya pola gerak yang menjadi dasar penyusunan tari. Kedua, adanya aturandan konvensi yang menentukan pengaturan pola-pola yang membangun ragam gerak. Sebagai contoh dalam tari zapin dikenal ragam gerak alip, anak ayam patah, catuk, geliat, pecah lapan, pusing tengah, seribut, siku keluang, sut depan dan sut gantung, tahto, dan tongkah.Teknik dalam tari tradisi dimaksudkan sebagai keterampilan mengkoordinasikan geraka tubuh untuk melakukan ragam gerak sesuai dengan aturan dan konvensi yang berlaku dalam tarian. Perkembangan tari sering didasari oleh faktor akulturasi karena pengaruh budaya luar atau juga oleh faktor inovasi sebagai kreativitas dari budaya itu sendiri. Demikian juga yang terjadi pada tari dalam kebudayaan Melayu. Seni tari dalam kebudayaan Melayu mencakup ide, aktivitas, maupun artifak. Tradisi upacara adat perkawinan Melayu terdiri dari empat ragam yang saling berkaitan. Ragam bentuknya adalah: pertama adat yang sebenar adat, yaitu hukum Allah terhadap alam semesta. Kedua, adat yang diadatkan, yang diartikan sebagai sistem sosial terutama pemimpin dan masyarakatnya. Ketiga, adat yang teradat, yaitu tradisi kebiasaan dari budaya lama masuk ke dalam adat, ini juga berarti kesinambungan dan perubahan. Dan keempat adat-istiadat, yang biasanya diartikan sebagai tradisi upacara. Keempat ragam budaya Melayu ini, sebenarnya juga didapati dan diekspresikan dalam adat perkawinannya. Kebudayaan Melayu • Sistem Kekerabatan dalam Budaya Melayu . Dalam hal ini kebudayaan erat hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30). Dari beberapa pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat suku-suku bangsa Indonesia memakai sistem kekerabatan bilateral, yaitu sistem kekerabatan yang mendasarkan garis keturunan dari ayah dan garis ibu secara berimbang. Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam kerabat ayahnya dan kerabat ibunya secara bersama-sama. Sistem inilah yang banyak berlaku pada kebudayaan daerah di Indonesia. Sebagian kecil kebudayaan daerah dalam sistem kekerabatan unilateral matrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang hanya berdasarkan garis ibu saja (contoh masyarakat Melayu Riau). Kebudayaan daerah lainnya memakai sistem kekerabatan unilareal patrineal, yaitu sistem kekerabatan yang berdasarkan garis ayah saja. Lain halnya sistem kekerabatan didaerah Selatpanjang khususnya masyarakat melayu banyak diantaranya menggunakan sistem kekerabatan unilareal patrineal. Berbanding terbalik dengan daerah Riau lainnya yang menggunakan sistem kekerabatan unilateral matrilineal. • Sistem Perkawinan dalam Budaya Melayu Perkawinan merupakan salah satu fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan amat penting. Dibanding dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawian merupakan fase yang sangat penting dan spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dengan upacara tersebut akan banyak yang tertuju padanya, mulai dari memikirkan proses akad nikah, persiapannya, upacara pada hari pernikahannya, hingga setelah upacara usai digelar. Adat pernikahan dalam budaya Melayu terkesan agak rumit karena banyak tahapan yang harus dilalui. Perkawinan dalam pandangan melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua serta mendapat pengakuan resmi dari masyarakat. Yang pada dasarnya, Islam juga mengajarkan hal yang demikian. Dalam upacara adat melayu , rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara terperinci dan tersusun rapi. Yang mana keseluruhan rangkaian itu wajib dilaksanakan oleh pasangan calon pengantin beserta keluarganya. Dalam pandangan budaya melayu, kehadiran keluarga, sedara-mara, tetangga dan masyarakat di majelis perkawinan tujuannya adalah untuk mempererat tali silaturahim dan memberikan kesaksian beserta doa atas perkawinan yang dilangsungkan. Perkawian yang dilakukan tidak berdasarkan adat istiadat melayu setempat ( kab. Kep. Meranti) menyebabkan masyarakat tidak merestuinya. Bahkan akan menimbulkan perkataan-perkataan kurang menyenangkan dari masyarakat, mulai dari dugaan seperti perzinaan dan lain sebagainya. Untuk itulah, perkawinan hendaknya dilakukan menurut adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Setelah bertunangan, maka proses perkawinan dapat segera dilakukan. Proses-proses tersebut ialah sebagai berikut : MERISIK ATAU MENINJAU Yaitu proses dimana salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita. Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak calon pengantin pria, sedangkan adat meninjau dilakukan oleh kedua belah pihak. Kegiatan meninjau dilakukan adalah untuk mengetahui tempat asal calon yang akan dinikahi. MERASI Kegiatan merasi untuk saat ini jarang dilakukan oleh masyarakat melayu. Karena pada arti sebenarnya, Merasi adalah kegiatan meramal atau menilik keserasian antara kedua calon pasangan yang dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seorang perantara seorang ahli yang sudah biasa bertugas melakukan proses perjodohan. Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya apakah pasangan yang dimaksud tersebut serasi atau tidak. Pada masyarakat dahulu, proses ini sangat penting untuk dilakukan karena akan sangat mempengaruhi kehidupan rumah tangga calon pengantin dimasa depan agar tidak terjadi perceraian, musibah dan lain sebagainya. Namun perlahan-lahan proses itu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat melayu khususnya masyarakat di selatpanjang. Semenjak berkembangnya zaman, proses itu ditinggalkan oleh masyarakat setempat. Menurut pendapat yang ada, pada zaman dulu proses itu dilakukan karena dulu tidak adanya proses pacaran antara lelaki dan perempuan yang semestinya sudah mengetahui serasi atau tidaknya hubungan mereka. Namun sekarang istilah pacaran sudah melekat bagi calon pasangan pengantin dan kurangnya kepercayaan tentang musibah, perceraian dan lain sebagainya, sehingga perlahan-lahan proses merasi di Selatpanjang menghilang dengan sendirinya. MEMINANG Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring. BERINAI Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di depan pelaminan. Rangkaian acara ber- inai diawali dengan pemasangan inai oleh para tetua-tetua yang ada didaerah setempat, dilanjutkan dengan para sanak keluarga yang ada. Akan tetapi sebelum acara berinai dimulai sebagian dari keluaraga mempelai wanita mengantarkan inai yang telah dibuat kerumah mempelai pria untuk melakukan hal serupa. Keesokan harinya, dirumah mempelai wanita diadakan upacara beranda, yaitu upacara mencukur bulu halus yang ada di wajah calon pengantin wanita, yang di pimpin oleh mak andam. adapun media untuk berandam adalah : 1. pisau silet 2. kain putih 2 meter 3. kelapa tua 4. jeruk purut 5. telur ayam kampung 6. bunga kenanga dan bunga mawar 7. lilin Upacara berandam juga dilanjutkan dengan tepuk tepung tawar oleh tetua-tetua wanita yang hadir diacara tersebut. Setelah dilakukan upacara berandam besok hari nya baru dilanjutkan upacara pernikahan yaitu pembacaan ijab kabul. MENIKAH Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian pakaian adat melayu kurung pengantin layaknya Raja sehari dan memakai tanjak (semacam topi untuk mempelai pria). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah. Diselatpanjang tepatnya, pelaksanaan akad nikah biasanya dilaksanakan pada malam hari. Setelah rombongan mempelai pria datang beserta rombongan mereka disambut langsung masuk kedalam rumah mempelai wanita. Acara dimulai dengan upacara tukar-menukar tepak sirih dan juga memakan sirih yang disediakan dari masing-masing mempelai. Kemudian dilanjut dengan acara ijab qobul oleh pengantin pria dan upacara tepuk tepung tawar oleh para tetua lelaki maupun perempuan dari pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Setelah acara selesai, pengantin pria beserta rombongan kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan acara bersanding keesokan harinya. BERSANDING Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari : - Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning. - Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih. - Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur). - Pengantin pria berpakaian lengkap - Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga. - Pemegang payung kuning. - Orang tua mempelai pria. - Saudara-saudara kandung pengantin pria. - Kerabat atau sanak famili. Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan. Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnyua, dilakukan acara ‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai ‘penghalang’ didepan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ‘Hempang Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
TEPUK TEPUNG TAWAR
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai. MAKAN NASI HADAP-HADAPAN Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati. Dalam upacara ini juga biasanya lazim diadakan upacara pembasuhan tangan pengantin laki-laki oleh pengantin wanita sebagai ungkapan pengabdian seorang istri terhadap suaminya.
BERDIMBAR ATAU MANDI TAMAN
Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual ‘memandikan’ kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan. PAKAIAN ADAT MELAYU Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya. Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala. Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga seperti kenduri. Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok. Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang. · SENI Songket adalah salah satu kerajinan budaya melayu yang berupa kain tenun yang biasanya dipakai pada acara-acara formal. Songket dapat digunakan oleh wanita maupun pria. untuk membuat songket dibutuhkan alat tenun yang pada umumnya masih dibuat secara tradisional atau dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan dan kaki. · TARIAN Menurut wawancara khusus dengan Daryudi (Seorang ahli musik lokal di Medan) A menyebutkan rentak dibagi dalam: Rentak Langgam, metrik 4/4 dengan kecepatan Andante, contoh lagu Makan Sirih, Kuala Deli, Patah Hati • Rentak Inang, metrik 4/4 dengan kecepatan Moderato, sejenis Rumba, contoh lagu Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Lenggang, Mak Inang Selendang. Seperti diketahui bahwa Inang dalam kerajaan berarti Dayang-dayang • Rentak Joget, metrik 2/4, jadi cepat seperti Allegro. Contoh lagu Tanjung Katung, Selayang Pandang • Rentak Zapin, metrik 6/8, dengan kecepatan Moderto, dan istilah Zapin diambil dari bahasa Arab yang berarti derap kaki, disini petikan gambus sangat menonjol. Contoh lagu Zapin Sri Gading, Zapin Sayang Serawak. MUSIK Asal Awal Musik Melayu dari Qasidah dan Gurindam Dengan melihat ke belakang, awal Musik Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635 - 1600 dari Arab, Gujarat dan Persia, sifatnya pembacaan syair dan kemudian dinyanyikan. Oleh sebab itu, awalnya syair yang dipakai adalah semula dari Gurindam yang dinyanyikan, dan secara berangsur kemudian dipakai juga untuk mengiringi tarian. Pada waktu sejak dibuka Terusan Suez terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir masuk Hindia Belanda tahun 1870 hingga setelah 1888, mereka membawa alat musik dan bermain musik Gambus. Pengaruh ini juga bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam dan alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai, dlsb. Kemudian sekitar tahun 1940 lahir Musik Melayu Deli, tentu saja gaya permainan musik ini sudah jauh berbeda dengan asalnya sebagai Qasidah, karena perkembangan masa ini tidak hanya menyanyikan syair Gurindam, tetapi sudah jauh berkembang sebagai musik hiburan nyanyian dan pengiring tarian khas Orang Melayu pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia.