Anda di halaman 1dari 12

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI


PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Dwi Sumaryani, S.Pd


CGP Angkatan 7 Kab. Pati

A. Tujuan Pembelajaran Khusus:


CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan
keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai
paradigma, prinsip, pengambilan dan penerapan keputusan di sekolah asal masing-
masing dan di sekolah/lingkungan lain.

B. Tahapan kegiatan Demontrasi Kontekstual

• Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan


dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah


menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka bisa
mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik disini berperan sebagai
"pamong" yang bertugas untuk menuntun agar dalam proses menebalkan laku
dan kodrat alaminya, anak tidak kehilangan arah dan tidak membahayakan
dirinya dan orang lain.

Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan Patrap Triloka, yaitu semboyan yang


berbunyi, "Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri
handayani". Semboyan ini berasal dari bahasa jawa yang memiliki makna
filosofis sebagai pedoman bagi guru ketika mengajar. Jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, maknanya kurang lebih, "Di depan, seorang guru harus bisa
menjadi teladan. Di tengah, seorang guru harus bisa memberikan ide. Di
belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan". Patrap Triloka ini
sangat berpengaruh bagi guru saat mengambil keputusan sebagai seorang
pemimpin pembelajaran.

Ing ngarso sung tulodho berarti setiap keputusan yang diambil oleh guru
haruslah mampu diteladani oleh peserta didik, sehingga ketika guru membuat
sebuah keputusan ia harus yakin keputusan yang ia buat tidak berdampak
buruk bagi muridnya. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi acuan
bagi peserta didik andai mereka mengalami hal yang serupa pada kehidupan
peribadinya. Ing madyo mangun karso maksudnya adalah keputusan yang
diambil oleh guru harus mampu menginspirasi bagi peserta didik. Dan Tut wuri
handayani berarti keputusan yang diambil oleh peserta didik harus mampu
menjadi motivasi peserta didik agar menjadi lebih baik.

Dengan adanya pratap triloka, menyadarkan betapa pentingnya posisi seorang


guru dimata peserta didik. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang guru
akan berdampak secara langsung kepada peserta didik. Oleh karena itu setiap
guru harus menyadari betul konsep ini agar tidak salah mengambil keputusan
jangan sampai karena keputusan yang tidak tepat sehingga menjadi kesalahan
yang beruntun. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu
menganalisis kasus yang dihadapi apakah bujukan moral atau dilema etika.
Bujukan moral adalah benar lawan salah sedangkan dilemma etika adalah
benar lawan benar. Kasus dilema etika harus mampu dianalisis berdasarkan 3
prinsip yaitu hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, 4 paradigma yaitu Individu
lawan masyarakat, keadilan lawan kesetiaan, peraturan lawan rasa kasihan dan
jangka pendek lawan jangka panjang. Lalu yang terakhir melalui 9 langkah
pengujian dan pengambilan keputusan yaitu, mengenali nilai-nilai yang
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar,
melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan lalu
refleksikan. Pengambilan keputusan yang tepat akan tentunya akan berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

• Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada


prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Seorang guru dalam mengambil suatu keputusan akan mempertimbangkan
nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya yaitu mandiri, kolaboratif, reflektif,
inovatif dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan yang tepat dapat
menumbuhkan dan membangun motivasi murid untuk terus maju dalam
mewujudkan impiannya. Pengambilan keputusan tersebut juga harus
memberikan dukungan penuh terhadap usaha murid untuk terus menjadi lebih
baik sebagai makhluk yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu kecakapan
yang harus dimiliki seorang guru agar dapat menciptakan lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman adalah keterampilan mengelola emosi dan
coaching. Komunikasi akan mudah, lembut, dan lancar, enak didengar murid,
tentu menggunakan bahasa kasih sayang. Di sini pendidik berperan sebagai
motivator dan memberi dukungan penuh atas keputusan yang diambil murid.

• Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan


‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut
telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)


yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran Guru Penggerak semakin menambah wawasan saya tentang
pengujian pengambilan keputusan yang tepat. Menurut Saya, pengambilan
keputusan tersebut sudah efektif, tetapi ada pertanyaan dalam diri saya
bagaimana menghadapi kesulitan yang dihadapi sebagai akibat dari
pengambilan keputusan yang Saya ambil, terutama untuk kasus yang
berhubungan dengan dilema etika? Dalam mengambil keputusan, Saya
berpegang pada prinsip-prinsip nilai-nilai kebenaran, berpihak pada murid dan
bertanggung jawab. Dengan prinsip tersebut, Saya yakin dengan keputusan
yang Saya ambil mampu menjadi pembelajaran yang memerdekakan murid.
Belajar menjadi sesuatu hal yang membahagiakan dan bermakna baik didalam
kelas maupun diluar kelas. Walaupun setiap keputusan yang diambil harus
mampu membuat dampak bagi peserta didik, sehingga mampu menciptakan
sesuatu yang juga berdampak baik pada kehidupannya, dan lingkungan sekitar.
sehingga peserta didik yang kita ajar memiliki adab dan ilmu sehingga dicintai
oleh orang sekelilingnya. Selain itu juga menjadi hamba yang takut akan
Tuhannya sehingga menjadikan diri berperilaku sesuai dengan perintah Tuhan
sang pencipta. Dalam hal ini tugas saya sebagai guru penggerak harus bisa
menginspirasi bagi peserta didik dan lingkungan sekitar dengan keputusan yang
ia ambil. Sebelum mengambil keputusan tentu kita melakukan studi kasus
dengan menggunakan metode coaching. Salah satu model coaching adalah
model TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). Model
coaching ini, dapat digunakan seorang guru dalam menuntun murid
menemukan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat memanfaat cara komunikasi
positif melalui pertanyaan yang reflektif, dimana akan menstimulasi murid
melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses
coaching juga akan membantu murid berpikir secara kritis dan mendalam.
Sehingga, murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dan murid
akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Melalui coaching
keputusan yang telah diambil dapat dikaji lagi dengan merefleksi kembali apa
yang sudah diputuskan. Sebuahputusan yang dapat dipertanggungjawabkan
karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan
mempengaruhi keberhasilan masa depan murid.

• Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial


emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan
khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional


sangat mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama masalah dilemma
etika. Dalam mengambil keputusan, guru wajib berlandaskan pada nilai-nilai
kebajikan, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab. Selain itu, Guru
harus dapat membedakan dilema etika atau bujukan moral.

Pengelolaan sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita
sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang
peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan
bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid
menciptakan terobosan yang inofatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam
setiap pengambilan keputusan. Dimana keputusan yang diambil menggunakan
4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa
kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang.
Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan
yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip
berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan.

• Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang pendidik dalam penyelesaian studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika harus berdasarkan pada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik. Untuk menyelesaikan studi kasus, Saya menggunakan
rumus 4, 3 dan 9. Saya akan mengkajinya dengan menelisik nilai-nilai kebajikan
mana yang bertentangan, kemudian menelususri siapa yang terlibat, serta akan
melakukan pengujian benar lawan salah, benar lawan benar, melakukan prinsip
resolusi dengan menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, akan
menginvestigasi apakah unsur opsi trilema, baru mengambil keputusan, dan
yang terakhir mengujinya dengan melihat lagi dan merefleksi keputusan yang
diambil.

• Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada


terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang guru akan selalu bersentuhan dengan pengambilan


keputusan yang tepat. Sebuah pengambilan keputusan diharapkan mampu
membuat kondisi aman, nyaman, dan kondusif. Pengambilan keputusan yang
tepat tentu harus dilatih dengan pedoman yang sesuai instrumen pengambilan
keputusan yang berdampak pada murid di sekolah. Langkah pertama, guru
harus mampu membedakan apakah kasus yang dihadapi merupakan dilema
etika atau bujukan moral. Setelah jelas dilema etika, lakukan pengujian
selanjutnya, agar sampai pada pengambilan dan pengujian keputusan yang
telah diambil. Ingat, insturmen yang harus dipegang dalam mengambil
keputusan adalah sembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian
keputusan, dimana didalamnya terkandung nilai-nilai universal, empat
paradigma pengambilan keputusan, serta tiga prinsip pengambilan keputusan.
Sehingga pada akhirnya peran guru sebgai pemimpin pembelajaran akan
mampu menciptakan lingkungan positif, kondusif, aman, dan nyaman untuk
murid serta lingkungan sekolah pada umumnya

• Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan


pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah
kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan di lingkungan Saya dalam menjalankan pengambilan


keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah keputusan yang Saya
ambil terkadang tidak sesuai dengan rekan ataupun teman sejawat, karena
setiap guru pasti pasti punya cara berbeda dalam menangani masalahnya,
dimana guru satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam memandang
masalah yang dihadapi, tergantung kecerdasan mengatasi masalah yang
dimilikinya. Hal ini akan bertemu pula dengan tahap pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, serta berpihak
pada murid. Tentu keterampilan menganalisis setiap kasus yang dialami akan
berpengaruh dengan pengambilan keputusan terhadap kasus yang dihadapi.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak boleh terjebak, akibat dari kurang
mampu menelaah situasi kasus yang dihadapi. Guru harus mampu
membedakan apakah bernilai benar dan benar atau bernilai benar dan salah.
Pengambilan keputusan harus dilakukan jika kasus merupakan dilema etika,
tentu dengan berpegang teguh pada instrumen yang benar. Pengambilan
keputusan terkadang sulit dilakukan karena terbentur dengan perubahan
paradigma atau budaya yang berlaku di lingkungan sekolah. Kebiasaan yang
menjadi budaya akan tidak mudah diilakukan pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan ini. Harus dengan kehati-hatian, karena akan menyakiti
banyak pihak/ pihak yang terlibat. Tentu disadari atau tidak sebuah keputuasn
tidak dapat mengakomodir kepentingan semuanya, bahkan mungkin akan
menyakiti pihak tertentu. Pengetahuan dan ketrampilan dalam pengambilan
keputusan yang berpihak pada murid tentu belum matang sempurna. Minimnya
kemampuan ini akan mempengaruhi keputusan yang akan kami ambil. Namun,
kekhawatiran sya tentang hal ini akan kami benahi denagn selalu belajar dan
berpegan pada insturmen yang tepat dan jelas.

• Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan


pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang


memerdekakan murid-murid, sangat berpengaruh pada perubahan pola
pengajaran Kita di dalam kelas. Dalam filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
menitik beratkan kepada menghamba pada anak. Sehingga anak diberikan
kemerdekaan dalam proses belajarnya, kita sebagai pendidik bertugas untuk
menuntun dan memuliakan murid. Perubahan paradigma tersebut
mempengaruhi pola pengajaran di kelas, dimana Guru yang selama ini
menuntut siswa terlalu banyak, karena tuntutan dari kurikulum yang luas,
kemudian berubah menjadi menuntun murid dalam mengambil perannya di
kelas. Merdeka belajar intinya belajar yang berpihak pada murid, yang
memperhatikan kebutuhan belajar murid. Oleh karena itu, keputusan yang
diambil sesuai dengan filosofi tersebut mengisyaratkan menemani murid sesuai
kemampuan atau kodrat alam maupun zamannya. Kehadiran guru di dalam
kelas, mengajak murid menyadari potensinya, menambah kepercayaan dirinya,
menjadi temannya, serta menggali potensi terbaiknya. Murid berani
mengemukakan pendapatnya, mendesain tugas projek sesuai bakatnya,
mengambil peran aktif di kelas, serta mampu mengambil keputusan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai yaitu
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya akan dapat terwujud.

• Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan


dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat mengambil
keputusan yang tepat yang dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan
murid-murid, Keputusan tersebut harus dapat memberikan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki. Dalam pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin pembelajaran berdasarkan pada nilai-nilai yang berpihak
pada murid. Seorang guru dalam mengambil keputusan juga harus
memperhatikan kebutuhan murid, sehingga murid mampu menggali potensi
yang ada dalam dirinya. Apabila keputusan yang diambil berpihak pada murid,
memperhatikan kebutuhan murid, akan dapat menambah rasa percaya diri
murid, ketenangan batin murid dalam menuntut ilmu, dan pada akhirnya akan
berhasil menghadapi setiap tantangan di masa depannya, tidak mudah
menyerah, bijaksana, serta menemukan kesuksesan yang dapat bermanfaat
bagi orang banyak.

• Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Banyak hal yang saya dapatkan dalam mempelajari modul 3.1 tentang
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya belajar tentang
cara - cara pengambilan keputusan yang tepat. Dimana keputusan yang diambil
berpihak pada murid, bertanggung jawab yang sesuai dengan nilai – nilai
kebajikan universal. Setiap kita menghadapi masalah jangan terburu buru
dalam memutuskannya hendaknya diperlukan mindfulness, menarik nafas
panjang dan menyadarinya. Agar dapat berpikir jernih dan mengkaji berbagai
sudut yang dapat dipertimbangkan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal,
berkiblat pada sembilan langkah pengambilan keputusan.

Dengan banyaknya kita menghadapi masalah akan melatih diri dalam


menyelesaiakan atau menemukan solusi dari masalah tersebut. Keterampilan
coaching dan kecerdasan emosional akan sangat menunjang keberhasilan
mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga, keputusan yang diambil akan
dapat dipertanggung jawabkan. Setiap keputusan tentulah akan berdampak
atau tidak akan memuaskan semua pihak, akan tetapi sepanjang keputusan itu
berpihak pada murid, peningkatan mutu pembelajaran, serta dapat
dipertanggung jawabkan, maka lakukan dan ambila keputusan itu. Keterampilan
dalam mencermati masalah,menganalisis kasus jangan samapi terjebak
dengan bujukan moral, dan harus hati-hati dalam menentukan langkah
pengambilan keputusan dari berbagai situasi dan kondisi yang ditemui.

Hal inipun akan dapat dilakukan apabila paradigma kita sudah sesuai dengan
filosofi Ki Hajar Dewantara yang selaku guru dapat menuntun murid sesuai
kodratnya dan menghamba pada murid. Kajian tentang pembelajaran yang
sesuai kebutuhan murid akan mudah dilakukan jika paradigma ini sudah ada
dalam diri guru, serta guru tersebut memiliki visi dan misi yang jelas berpihak
pada murid. Pada akhirnya akan terwujud generasi yang bijaksana dan bahagia,
serta memiliki keselamatan dunia dan akherat...Generasi berprofil pelajar
pancasila.

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan
modul-modul sebelumnya adalah: Pengambilan keputusan adalah suatu
kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan
kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif
dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan
seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk
menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar
keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

• Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda


pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di
luar dugaan?
Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah Saya pelajari dari modul
3.1 ini adalah 4 paradigma pengambilan keputusan Individu lawan masyarakat
kebenaran lawan kesetiaan keadilan VS belas kasihan Jangka Pendek VS
jangka Panjang. Selain itu ada 3 prinsip mengambil keputusan berfikir berbasis
akhir berfikir berbasi aturan berfikir berbasis rasa peduli. Saya juga mempelajari
tentang 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan, mengenali bahwa
ada nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, melakukan
pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji
panutan/idola), melakukan pengujian paradigma benar atau salah, prinsip
pengambilan keputusan, investigasi tri lema, membuat keputusan serta
meninjau kembali keputusan dan refleksikannya. Konsp-konsepl tersebut
adalah hal yang baru bagi saya. Hal tersebut menjadi moment yang sangat
berharga bagi Saya ketika Saya mampu belajar tentang pengambilan
keputusan yang baik dan mampu untuk mempraktekkan pengambilan
keputusan 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif
sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak
merugikan banyak orang.

• Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan


keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah,
apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika


sebelum mempelajari modul ini. Pengambilan keputusan yang saya lakukan
tidak sesuai dengan berpihak pada murid, dimana saya lebih terbawa perasaan
dalam mengambil keputusan tersebut. Rasa kasihan saya lebih besar dari pada
kebenaran yang terjadi sebenarnya. Dan saya juga belum menerapkan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan, serta 4 paradigma, 3 prinsip.
Sehingga dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan jauh berbeda
dengan konsep yang saya pelajari sekarng ini. Selain itu dalam kasus
sebelumnya saya memutuskan suatu kasus selalu memperjuangkan aturan dan
sedikit sekali menerapkan prinsip kepedulian dan tidak pernah melakukan uji
regulasi dan ujia legal dan sebagainya apa lagi melakukan 9 tahapan dalam
pengujian hasil keputusan. Selain itu dalam kasus dilema etika bahkan sering
berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa
pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur
pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya
pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur
kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.Dan juga saya banyak
menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan
semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan
hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya
terhadap orang lain. Setelah saya mempelajari modul ini, ternyata dalam
pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja
namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan.

• Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang
terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah
mengikuti pembelajaran modul ini?

Dengan mempelajari modul 3.1 ini, perubahan yang terjadi pada cara Saya
dalam mengambil keputusan adalah Saya merasa lebih mampu dalam
mengambil keputusan yang bijak sesuai dengan masalah dilema etika atau
bujukan moral. Sehingga keputusan yang diambil bisa dipertanggungjawabkan
dan tidak salah langkah, serta tidak merugikan orang lain. Selain itu, saya
merasa memiliki kemampuan yang baik dalam mengambil suatu keputusan
sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan mampu melakukan tahapan-tahapan
pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan orang-orang atau pihak-
pihak yang berwewenang dalam pengambilan keputusan.

• Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang
individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin, sangat pentinguntuk


mempelajari topik Modul 3.1. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini snagat
membantu dalam seorang pemimpin pengambilan keputusan terutama pada
kasus yang berkaitan dengan dilema etika. Secara individu sebagai guru
ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, Saya harus membuat
keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan
yang dapat merugikan kepentingan murid. Sebelum saya mendapat
pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal
dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas
dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya mampu untuk membuat keputusan
yang tepat. Saya lebih percaya diri memutuskan kasus-kasus baik dilema etika
dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan
keputusan. Saya semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat.
Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan
sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan
membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai