Daftar isi
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
atau berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan
kemampuan intelektual. Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa
Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena
itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya,
apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa adalah varian dari bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan varian dialek
sesuai dengan pengguna. Variasi mungkin termasuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai
sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa standar itu sendiri.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Seiring dengan perkembangan zaman yang
sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami
perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar
banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam
bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu
yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).
Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek
yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen,
laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri.
Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau
tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu
variasi atau ragam tersendiri.
Variasi dalam tingkat leksikon, seperti slang dan dialek, sering dianggap terkait dengan gaya
atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai variasi
atau keragaman saja.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut media pembicara.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.
bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak
resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
Berbagai macam bahasa sastra adalah bahasa yang menggunakan banyak kalimat yang tidak
efektif. Jelas penggambaran melalui konotasi serangkaian kata tersebut sering digunakan dalam
berbagai bahasa sastra.
Berbagai macam bahasa ilmiah adalah bahasa berdasarkan pengelompokan berdasarkan jenis
penggunaan di bidang kegiatan sesuai dengan berbagai properti keilmuannya. 4 bahasa ilmiah
dapat juga diartikan sebagai alat verbal yang efektif, efisien, baik, dan benar.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari :
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa
lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan
dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya
Ragam lisan.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian,
ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam
baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami
makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing,
ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ragam tulis.
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur
bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur
kalimat.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam
diantara nya adalah:
Ragam dialek
Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
Ragam terpelajar
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam resmi
Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam tak resmi
Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah
:
Ragam bahasa terbagi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis kita harus menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dan menguasai EYD, sedangkan untuk ragam bahasa lisan kita harus mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan.
Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman (1990, dalam Angriawan, 2011:1),
menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dengan kata lain, ragam bahasa adalah variasi
bahasa yang berbeda-beda yang disebabkan karena berbagai faktor yang terdapat dalam
masyarakat, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang
budaya daerah, dan sebagainya.
Akibat berbagai faktor yang disebutkan di atas, maka Bahasa Indonesia pun mempunyai ragam
bahasa. Chaer (2006:3) membagi ragam Bahasa Indonesia menjadi tujuh ragam bahasa.
Pertama, ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam bahasa ini disebut dengan
istilah idiolek. Idiolek adalah variasi bahasa yang menjadi ciri khas individu atau
seseorang pada saat berbahasa tertentu.
Kedua, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari
wilayah tertentu, yang biasanya disebut dengan istilah dialek. Misalnya, ragam Bahasa
Indonesia dialek Bali berbeda dengan dialek Yogyakarta.
Ketiga, ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari
golongan sosial tertentu, biasanya disebut sosiolek. Misalnya ragam bahasa masyarakat
umum ataupun golongan buruh kasar tidak sama dengan ragam bahasa golongan
terdidik.
Keempat, ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, seperti
kegiatan ilmiah, sastra, dan hukum. Ragam ini disebut juga dengan istilah fungsiolek,
contohnya ragam bahasa sastra dan ragam bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra
biasanya penuh dengan ungkapan atau kiasan, sedangkan ragam bahasa ilmiah
biasanya bersifat logis dan eksak.
Kelima, ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi formal atau situasi resmi.
Biasa disebut dengan istilah bahasa baku atau bahasa standar. Bahasa baku atau
bahasa standar adalah ragam bahasa yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan
standar. Bahasa baku biasanya dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-
undangan, surat menyurat dan rapat resmi, serta tidak dipakai untuk segala keperluan
tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan
pembicaraan dengan orang yang dihormati. Di luar itu biasanya dipakai ragam tak
baku.
Keenam, ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi informal atau tidak resmi
yang biasa disebut dengan istilah ragam nonbaku atau nonstandar. Dalam ragam ini
kaidah-kaidah tata bahasa seringkali dilanggar.
Ketujuh, ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang biasa disebut bahasa lisan.
Bahasa lisan sering dibantu dengan mimik, gerak anggota tubuh, dan intonasi.
Sedangkan lawannya, ragam bahasa tulis tidak bisa dibantu dengan hal-hal di atas. Oleh
karena itu, dalam ragam bahasa tulis harus diupayakan sedemikian rupa agar pembaca
dapat menangkap dengan baik bahasa tulis tersebut.
Selain itu, Moeliono (1988, dalam Abidin, 2010:1) juga membagi ragam bahasa menurut
sarananya menjadi ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan yaitu ragam bahasa yang
diungkapkan melalui media lisan yang terikat oleh kondisi, ruang dan waktu sehingga situasi
saat pengungkapan dapat membantu pemahaman pendengar. Sedangkan ragam tulis adalah
ragam bahasa yang dipergunakan melalui media tulis, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Penggunaan kedua ragam bahasa ini juga umumnya berbeda. Penggunaan ragam bahasa lisan
mempunyai keuntungan, yaitu karena ragam bahasa lisan digunakan dengan hadirnya lawan
bicara, serta sering dibantu dengan mimik, gerak gerik anggota tubuh, dan intonasi ucapan.
Sedangkan dalam bahasa tulis, mimik, gerak gerik anggota tubuh, dan intonasi tidak mungkin
diwujudkan.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa ragam bahasa adalah variasi dalam pemakaian bahasa, yaitu
perbedaan penutur, media, situasi, dan bidang, berikut ini adalah penjelasan singkatnya :
Perbedaan penutur
Tiap-tiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam berbahasa. Perbedaan berbahasa
antarindividu disebut idiolek sedangkan perbedaan asal daerah penutur bahasa juga
menyebabkan variasi berbahasa yang disebut dialek.
Perbedaan media
Perbedaan media yang digunakan dalam berbahasa menentukan pula ragam bahasa yang
digunakan, sehingga bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan.
Perbedaan situasi
Situasi pada saat pembicaraan dilakukan akan sangat berpengaruh terhadap ragam bahasa
yang digunakan, sehingga ragam bahasa pada situasi santai akan berbeda dengan situasi
resmi.
Perbedaan bidang
Ragam bahasa yang digunakan pada bidang yang berbeda mempunyai ciri yang berbeda pula,
misalnya bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa sastra
https://www.berbagaireviews.com/2017/04/ragam-bahasa-pengertian-dan-jenis-jenis.html
Ragam Bahasa
Posted on Oktober 4, 2015 by ryaneka21 — Tinggalkan komentar
Ragam bahhttps://wordpress.com/post/asa atau variasi bahasa adalah ragam atau varian yang
berbentuk dialek, aksen, laras, gaya atau berbagai variasi sosiolinguistik lainnya termasuk bahasa
baku ataupun faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan
profesi, latar belakang budaya daerah, dan sebagainya. Jadi dapat diketahui bahwa ragam bahasa ialah
variasi dalam pemakaian bahasa.
b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, enggunaan
ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ) :
Tata Bahasa :
a. Ragam Bahasa lisan
1. Nia sedang baca surat kabar.
2. Ari mau nulis surat.
3. Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
b. Ragam bahasa tulisan.
1. Nia sedang membaca surat kabar.
2. Ari mau menulis surat.
3. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata :
a. Ragam bahasa lisan
1. Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2. Kita harus bikin karya tulis.
3. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam bahasa tulisan
1. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
2. Kita harus membuat karya tulis.
3. Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang
seharusnya dipakai.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis
terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara
atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat
mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak
antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau
bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
a. Ragam Baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai dalam forum resmi. Ragam ini bisa juga disebut ragam
resmi.
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang menyalahi kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa
baku.
Ragam ilmu dan teknologi adalah ragam bahasa yang digunakan dalam bidang keilmuan dan
teknologi.
b. Ragam Sastra
Ragam satra adalah ragam bahasa yang bertujuan untuk memperoleh kepuasan estetis dengan cara
penggunaan pilih jata secara cermat dengan gramatikal dan stilistil tertentu.
c. Ragam Niaga
Ragam niaga adalah ragam bahasa yang digunakan untuk menarik pihak konsumen agar dapat
melakuakan tindak lanjut dalam kerjasama untuk mencari suatu keuntungan finansial.
Sumber :
https://ryanzzeka.wordpress.com/2015/10/04/ragam-bahasa/
RAGAM BAHASA DAN MACAM-
MACAM / JENIS RAGAM BAHASA
29 SEPTEMBER 2014 THOHIRMUSTHOFA 4 KOMENTAR
Yang dimaksud dengan ragam atau variasi bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut
pemakaian. Variasinya pun bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, sosiolinguistik termasuk
variasi bahasa baku itu sendiri. Selain itu ragam bahasa juga ditandai oleh beberapa ciri-ciri
linguistik tertentu seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Disamping ditandai oleh ciri-ciri
linguistik tertentu, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh ciri-ciri non-linguistik seperti
lokasi / tempat / lingkungan penggunaan bahasa itu sendiri. Baik dalam hal sosial maupun
yang lainnya.
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of
speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
bahasa, kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Karena dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan,
mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide dari sang pembicara. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan
beberapa hal seperti tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan
kosa kata. Karena dalam ragam bahasa tulis ini kita dituntut untuk tepat dalam pemilihan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide kita. Contoh ragam lisan
antara lain meliputi:
Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas menjadi media atau
materi yang lebih menarik dan menyenangkan.
Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan masyarakatnya.
Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan informasi serta dapat
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan si pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada. Akibatnya
bahasa tulisanpun harus disusun lebih sempurna.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisanpun tidak dapat diperjelas.
Ragam bahasa berdasarkan hubungan antar pembicara dapat dibedakan menurut akrab atau
tidaknya si pembicara. Contohnya :
Ira mau nulis surat padahal seharusnya Ira mau menulis surat
Saya akan ceritakan tentang asal mula Lubang Buaya padahal seharusnya Saya akan
menceritakan tentang asal mula Lubang Buaya.
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa juga dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap lawan bicaranya (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap penyajian tulisannya (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi,
akrab, dan santai. Kedudukan lawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga
mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau
petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan lawan bicara
atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Semakin
formal jarak antara penutur dan lawan bicara, akan semakin resmi dan tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya,
semakin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan oleh sang penutur.
https://thohirmusthofa.wordpress.com/2014/09/29/ragam-bahasa-dan-macam-macam-jenis-
ragam-bahasa/
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa asli bangsa kita yang sudah dipakai sejak
jaman nenek moyang kita. Namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau
aturan-aturan yang benar. Salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu
sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari
bahasa Indonesia dan bisa diterapkan dengan baik sehingga identitas kita sebagai
warga negara Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di pakai dalam berbagai keperluan tentu
tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda di sesuaikan dengan situasi dan kondisi
keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam
bahasa.
1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan tentu
tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam
bahasa. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi, yakni:
Ke empat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam
batin penutur bahasa. Tiga macam batin pentur bahasa yang bertalian erat dengan
fungsi bahasa tersebut yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa berbahasa yang baik dan
benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan
benarnya bahasa Indonesia.
Berikut ini beberapa bentuk dari pengertian ragam bahasa menurut para ahli:
Berdasarkan media yang di gunakan, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa
lisan dan ragam bahasa tulis.
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang dihasilkan menggunakan alat ucap
dengan fonem sebagai unsur dasar.
1. Ragam bahasa lisan baku sejalan dengan ragam bahasa tulis baku
2. Ragam bahasa lisan tidak baku (bahasa pergaulan)
1. Berpidato
2. Berdiskusi
3. Bertelepon
Ragam bahasa ini ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca
(yang secara tepat dapat melambangkan intonasi), kosa kata, penggunaan tata
bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, pararagraf, dan wacana.
Penyajian materi atau pesan yang bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat
universal
Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten
Penggunaan bentuk lengkap (bentuk yang tidak disingkat)
Penggunaan imbuhan secara eksplisit dan konsisten
Penggunaan kata ganti resmi dan menghindari penggunaan kata ganti tidak
resmi
Penggunaan pola frase yang baku
Penggunaan ejaan yang baku pada bahasa tulis dan lafal yang baku pada
bahasa lisan
Tidak menggunakan unsur tidak baku
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berbahasa yang baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang
memenuhi norma baik dan benarnya bahasa Indonesia.
1. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam
bahasa yang kita miliki. Kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik
yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari.
DAFTAR PUSTAKA
“http://hendrapgmi.blogspot.com
http://sekapursirihpunya.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-ragam-
bahasa.html
http://naufal101110.blogspot.com/2013/10/artikel-ragam-bahasa-indonesia.html
La ino dan Tim MKU Bahasa Indonesia.2014. Bahasa Indonesia dan Karya Tulis
Ilmiah. Kendari
https://murliati.wordpress.com/2017/06/11/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa-
indonesia/
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ragam bahasa merupakan varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Perkembangan
bahasa yang saat ini semakin beragam hal itu tentu membentuk suatu keanekaragaman bentuk
bahasa yang digunakan. Faktor terbentuk dan terwujudnya hal tersebut adalah dari perbedaan
situasi kondisi penutur, perbedaan budaya dan suku sehingga mempengaruhi dialek penutur.
Menjadi kekayaan suatu bahasa dan dapat terbentuk kosa kata baru dari bahasa Indonesia.
Keragaman bahasa ini hendaknya dapat digunakan dengan baik. Keanekaragaman penggunaaan
bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa.
Ragam bahasa dapat timbul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak
homogen. Bahasa Indonesia memiliki banyak ragamnya, hal ini dikarenakan bahasa Indonesia sangat
luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Variasi dalam bidang tata bahasa sebenarnya juga tampak dalam ragam bahasa menurut
pokok persoalan tersebut. Kita dapat mengenali kalimat-kalimat dalam khotbah/doa , kalimat-
kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam undang-undang, dan kalimat-kalimat dalam
sastra.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, penggunaan
bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan dan (2)
ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya dinamakan bahasa
tulis.
RAGAM BAHASA
RAGAM LISAN
RAGAM TULIS
EJAAN
LAFAL
TATA BAHASA KOSAKATA
LAFAL
EJAAN EJAAN
Pada bagan itu terlihat bahwa bahasa ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata
dan susunan kalimat), dan kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa tulis dari ragam
bahasa lisan. Jadi, dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu, aspek tata bahasa dan kosakata dalam
kedua ragam itu memiliki ciri yang berbeda walaupun bidangnya sama. Kedua ragam bahasa itu
memilki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis, yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam
bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan ragam tulis itu
sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu telah berkembang menjadi dua sistem bahasa yang
memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar meskipun ada pula kesamaannya. Sebagaiman
terlihat dalam bagan, walaupun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing
memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ialah bahwa dalam ragam bahasa lisan, penutur (pembicara) dapat
memanfaatkan peragaan (dramatisasi), seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara atau
tekanan, untuk membantu kepahaman pengungkapan diri─−ide, gagasan, pengalaman, sikap, dan
rasa─−, sedangkan dalam ragam bahasa tulis, peragaan seperti itu tidak dapat
digambarkan/dilambangkan dengan tulisan. Oleh karena itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut
adanya kelengkapan unsure tata bahasa─−baik bentuk kata maupun susunan kalimat─−, ketepatan
pilihan kata, dan ketepatan penerapan kaidah ejaan,, serta pungtuasi (tanda baca) untuk membantu
kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahasa tulis. Ragam bahasa itulah yang
diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan dan yang digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan
mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.ragam bahasa itu pulalah yang digunakan
dalam pemerintahan, media massa, ilmu, teknologi, dan seni. Dalam hubungannya dengan ragam
bahasa tulis baku, norma atau kaidahnya dinyatakan secara tertulis dalam bentuk buku tata bahasa
(yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat), kamus (yang memberikan pedoman dalam
hal pemakaian kosakata/istilah), dan pedoman ejaan yang memberikan petunjuk atau kaidah
penulisan, termasuk pungtuasi. Semua itu merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa yang
baku. Penggunaan bahasa baku dan takbaku ini bertalian dengan situasi. Penggunaan bahasa baku
berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan (formal), sedangkan penggunaan bahasa takbaku
berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tidak resmi atau di luar kedinasan. Di samping
itu, jarak antara penutur (pembicara) dan kawan bicara (pendengar) yang terlihat dari sikap, juga
mewarnai penggunaan bahasa. Jarak yang dekat antara penutur dan kawan bicara akan melahirkan
penggunaan bahasa baku. Namun, kita harus berhati-hati bahwa bahasa dalam situasi resmi tidak
mesti baku karena topic pembicaraan juga menentukan pilihan penggunaan bahasa. Dalam
pemilihan penggunaan bahasa yang baku itu, selain situasi, perlu juga diperhatikan kawan bicara,
latar (setting), topic, dan tujuan pembicaraan.
Dalam hubungannya dengan ragam bahasa tulis baku, ragam bahasa itu merupakan hasil penataan
secara cermat oleh penggunanya (bukan ekspresi spontan seperti ragam bahasa lisan) sehingga
ragam bahasa tulis itu memenuhi kriteria (1) jelas (bertalian dengan makna yang terkait dengan
unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat atau objek/keterangan), (2) tegas (bertalian dengan
interpretasi, tidak rancu), (3) tepat ( bertalian dengan pilihan kata/istilah), dan (4) lugas (tidak
bermajas dan tidak berpanjang-panjang).
Selain bermacam ragam bahasa yang telah kita bicarakan, ada lagi ragam penggunaan bahasa yang
khas, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti dikemukakan di bawah ini.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah
itu meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosakata (termasuk
istilah), (4) ejaan, dan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi /f/, /v/,
dan /z/. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, fakir (miskin), motif, dan aktif. Pelafalan
yang benar adalah kompleks, korps, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, korp, tranmigrasi, dan
ekspot.
Pada aspek kosakata, kata-kata seperti bilang, kasih, entar, dan udah, lebih baik diganti dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
benar.
Dari segi makna, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata
yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata
yang bermakna konotatif (kiasan). Jadi, penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan
kebutuhan komunikasi. Pemilihan itu bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan,
orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain
itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai
dengan tata nilai masyarakat kita.
Jadi, penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal,
yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, istilah, dan
ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu
kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Saudara-Saudara
Salah satu lambang kebangsaan kita adalah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia
harus kita jaga baik-baik dan dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-besarnya. Bahasa Indonesia
adalah salah satu unsur Sumpah Pemuda yang mempersatukan kita sebagai bangsa.
Penggunaan bahasa yang tertib menunjukan cara berpikir dan bertindak yang tertib. Ketertiban
itu merupakan dasar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang tertib.
Ketertiban itu dasar bagi rasa tentram dan sejahtera. Ketertiban adalah dasar bagi masyarakat yang
modern dan maju. Berpikir tertib, bersikap tertib, dan bertingkah laku tertib itulah hakikat dari
disiplin nasional.
Dalam suatu penelitian lapangan tidak mungkin seorang peneliti dapat mengamati seluruh
jumlah objek yang diteliti. Seorang peneliti yang harus mengamati kehidupan kaum gelandangan di
kota tidak mungkin mempunyai waktu dan biaya yang cukup untuk mendatangi semua gelandangan
yang ada di kota itu. Ia hanya dapat meneliti beberapa ratus orang di beberapa tempat saja.
Dikutip dari
Konsumen potensial daripada nilai barang dan jasa tidak dari aspek-aspek fungsional.
Konsumenpun tertarik akan kualitas artistik serta keindahan barang dan jasa. Banyak sekali barang
dibeli karena modelnya, bentulnya, keindahan, maupun warnanya. Kenyataan ini tidak hanya
penting untuk para pemegang mode, arsitek, seniman, maupun penata etalasi toko, melainkan juga
untuk pejabat pemasaran. Peranan daripada tampang yang pada masa lampau hanya penting
artinya bagi semua barang-barang konsumen kini semakin penting guna untuk barang-barang
industri. Karenanya konsumen perlu diperhatikan.
Hanya berdua. Memang, menurut laporan PBB penghuni bumi sudah berjejalan. Tapi apa
salahnya jika keduanya menganggap hanya ada mereka saja selama ini? Perempuan itu segalanya
baginya. Dialah bulan untuknya saat begadang, dialah es kopyor di saat keluyuran di bawah terik
matahari, dialah dedaunan hijau, mega putih di langit biru, oksigen, atau apa saja yang patut dipuja
zaman ini.
Sedang bagi perempuan itu, dia adalah rajawali, adalah gunung, adalah karang, adalah
matahari, angin, music rock, dan entah apa lagi. Pokoknya lelaki muda itu adalah tumpuan kasih
sekaligus kekaguman yang tak pernah habis.
Kolestrol adalah senyawa yang termasuk golongan lemak. Kolestrol dibutuhkan dalam tubuh antara
lain sebagai bahan untuk membuat hormon-hormon pria atau wanita, serta hormon kelenjar anak
ginjal yang penting guna memelihara hidup. Kolestrol yang ada dalam darah sebagian berasal dari
makanan dan sebagian dibuat dalam hati oleh empedu. Oleh karena itu, kolestrol terdapat dalam
jumlah yang besar dalam empedu.
Clara Shinta, anak penyair kondang W.S. Rendra, makin asyik menekuni seni peran. “Saya
benar-benar sudah kepincut,” ujarnya sembari tersenyum. Ternyata darah senu dari kedua orang
tuanya tidak bisa dibendung. Alumnus STIE Perbanas Jakarta ini makin merasa mendapat
kesempatan di tengah perkembangan stasiun televisi swasta beberapa tahun ini. terus terang, dia
tidak membatasi peran yang ditawarkan.
Beberapa hari ini dia terlihat sibuk memperlihatkan diri tampil memikat melalui sinetron
komedi bertajukInem Sang Pelayan. “Saya dapat kepercayaan sebagai si Inem,” ujarnya sembari
terawa. Terus terang dia tidak mengerti kenapa peran Inem diberikan kepadanya. “Saya
menganggapnya sebagai tantangan. Berarti harus mampu menyelami jiwa Inem,” katanya.
PENUTUP
A. Simpulan
Ragam Bahasa dilihat dari pokok persoalan, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis. Di lingkungan masyarakat yang berbeda terdapat penggunaan bahasa yang berbeda.
Bahasa yang digunakan dalam lingkungan ilmu dan teknologi berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam lingkungan niaga serta berbeda pula dengan bahasa yang digunakan dalam
lingkungan seni (kebudayaan). Demikian pula, bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan olahraga, hukum, atau politik. Perbedaan
itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/istilah/ungkapan yang khusus digunakan
dalam bidang-bidang tersebut.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, penggunaan
bahasa dapat dibedakan dalam dua macam ragam bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan dan (2)
ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya dinamakan bahasa
tulis.
Ragam penggunaan bahasa yang khas, yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa bukan
sekadar alat komunikasi berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku. Kaidah
bahasa ada yang tersirat dan ada yang tersurat. Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kriteria yang
digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah itu meliputi
aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosakata (termasuk istilah), (4)
ejaan, dan (5) makna.
Contoh ragam bahasa, ragam bahasa lisan baku, lisan tidak baku, tulis baku, tulis tidak baku, ragam
bahasa sastra, ragam bahasa ilmu, dan ragam bahasa jurnalistik.
B. Saran
Diharapkan bagi para penutur bahasa mengetahui dan dapat menggunakan salah satu ragam bahasa
secara tepat pada situasi dan kondisi yang sesuai agar berbahasa Indonesia yang baik dan benar
http://lenggiirawan.blogspot.com/2016/08/makalah-ragam-bahasa.html
RAGAM dan
FUNGSI BAHASA
OCTOBER 23, 2013ANIS NUR ROHMAH
RAGAM BAHASA
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam
yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia dikenal pula kosa
kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa kata baku bahasa
Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia
ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur
bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai
atau ragam akrab. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata
ragam baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan
rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak menutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu diperhatikan ialah kaidah tentang
norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi
pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968; Spradley, 1980).
Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media dibagi menjadi dua yaitu :
– Berlangsung cepat;
-Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-
bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam
kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh
aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa
tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
dalam mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam
bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama
dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
7. Berlangsung lambat
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan
awalan yang seharusnya dipakai.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi
tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka
ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi
sosial, dan komunikasi budaya.
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya :
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen,
integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan
bernegara.
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang
terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan,
perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini
dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya,
kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya,
tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi,
inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman
yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan
mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu
kreativitas baru.
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya,
untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar
(sudah saatnya kita makan siang).
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam
memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat
mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual,
emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar
tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan
kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep,
kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil
pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan,
bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan
bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,.
dan apa kesimpulan.
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif,
sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas,
utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan
tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu,
diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu
melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa
dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi,
analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga
menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran
yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu
sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang
kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini
dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
https://anissanur90.wordpress.com/2013/10/23/ragam-dan-fungsi-bahasa/