Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“RAGAM BAHASA”

Disusun oleh :

1. Andra Vidiatmoko Yen (A510140181)


2. Novia Mabrur Isnaeni (A510140182)
3. Ima Nur Chasanah (A510140183)
4. Wafa’ Sheila Mantis (A510140188)
5. Disma Puput Wahyanti (A510140224)
6. Diyah Rahmawati (A510140225)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PGSD 1E

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2014/2015


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam berbagai


keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Keanekaragaman itulah yang dinamanakan ragam bahasa indonesia terdapat dua
jenis ragam bahasa yaitu, bahasa formal dan bahasa tidak formal. Ragam bahasa menurut
topik pembicaraan mengacu pada pemakaian bahasa dalam bidang tertentu, seperti
bidang jurnalistik (persuratkabaran), kesusastraan, dan pemerintahan. Ragam bahasa
menurut hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada
situasi formal atau informal. Dengan adanya keanekaragaman bahasa didalam
masyarakat, kehidupan bahasa dalam masarakat dapat diketahui. Sebuah komunikasi
dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaan ragam bahasa. Oleh karena
itu, penguasaan ragam bahasa menjadi tututan bagi setiap penutur mengingat
kompleksnya situasi dan kepentingan masing-masing yang menghendaki kesesuaian
bahasa yang digunakan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaiannya,yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya
variasi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ragam bahasa ?
2. Apa macam-macam dari ragam bahasa ?
3. Apa saja jenis dari ragam bahasa ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ragam bahasa
2. Untuk mengetahui macam-macam dari ragam bahasa
3. Untuk mengetahui jenis dari ragam bahasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda


menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di
pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. 

B. Macam – macam ragam bahasa

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.


Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia
dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut sebagai kosa
kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa Indonesia, memiliki ciri
kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau
instansi didalam menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu
digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam baku di dalam
pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna dan rasa bahasa
ragam yang bersangkutan.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan
(Fishman ed., 1968; Spradley, 1980). Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
dibagi menjadi dua yaitu :
1. Ragam bahasa lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata
dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-
unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan
dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan
lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut
sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Ciri-ciri ragam lisan :
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan,
berbincang-bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau
berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian
seperti halnya pidato ataupun ceramah.
2. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll.
Dalam ragam bahsa tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik
dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri Ragam Bahasa Tulis :
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2. Tidak terikat ruang dan waktu
3. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
4. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,
5. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan
6. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.
7. Berlangsung lambat
8. Memerlukan alat bantu

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur


a. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah (logat/diolek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian
bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta
berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali,
Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan “b”
pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung,
Banyuwangi, dan lain-lain. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada
pelafalan “t” seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
b. Ragam Bahasa berdasarkan Pendidikan Penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang
berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin,
video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan
mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari
seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu
antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca
terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita
dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada
atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan
pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku dipakai dalam :
a) Pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat
dinas memberikan kuliah/pelajaran.
b) Pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan
guru/dosen, dengan pejabat.
c) Komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-
undang.
d) Wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

3. Ragam Bahasa menurut Pokok Pesoalan atau Bidang Pemakaian


Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.
Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan
ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama
berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau
pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang
digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan, olah raga, seni, atau teknologi.
Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini
dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah
kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner,
hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro,
kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-
undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat-kalimat dalam karya
ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.

D. Jenis Ragam Bahasa

Secara umum ragam bahasa dimaksudkan dengan kepelbagaian penggunaan bahasa


menurut konteks. Terdapat dua jenis ragam bahasa , yaitu:

a) Ragam Bahasa Formal


Bahasa formal adalah Bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
urusan surat menyurat,semasa mengajar atau bertutur dengan orang yang tidak kita
kenal dekat atau lebih tinggi status dan pangkatnya .
Ciri-ciri Bahasa formal
 Menggunakan unsur dramatikal secara eksplisit dan konsisten
 Menggunakan imbuhan secara lengkap
 Menggunakan kata ganti resmi
 Menggunakan kata baku
 Menggunakan EYD
 Menghindari unsur kedaerahan
Bahasa baku sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan,yakni bahasa
dunia pendidikan tidak hanya diteliti atau dikaji saja,tetapi juga diajarkan disekolah-
sekolah.Ragam bahasa standar atau bahasa keilmuan memiliki beberapa
sifat.Pertama,sifat kemantapan dinamis ,yang berupa kaidah dan aturan yang
tetap.Kedua bersifat kecendekiaan. Perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan satuan
bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penawaran atau pemikiran yang teratur,
logis dan masuk akal.
Kridalaksana (dalam Hans Lapoliwa, 2008) mencatat empat fungsi bahasa
yang menuntut penggunaan ragam baku, yaitu
1. Komunikasi resmi
2. Wacana tekhnis
3. Pembicaraan didepan umum
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati

Menurut Moeliono (dalam Hans Lapoliwa, 2008) bahasa baku mempunyai


empat fungsi yaitu

1. Fungsi pemersatu
2. Fungsi pemberi kekhasan
3. Fungsi pembawa kewibawaan
4. Fungsi sebagai kerangka acuan

Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan
adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi
betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan. Bahasa baku bahasa
indonesia mulai diresmikan sebagai bahasa persaatuan sampai sekarang mengalami
beberapa kali perubahan untuk mencapai perkembangan sesuai dengan kemajuan
zaman.

1. Ragam Bahasa Nonformal


Ragam bahasa nonformal dilaksanakan pada situasi santai dan kepada
orang ang sudah dikenal akrab. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa tidak
resmi mengesampingkan pemakaian bahasa baku atau formal. Situasi semacam
ini dapat terjadi pada situasi komplikasi remaja disebah mal, interaksi penjual dan
pembeli, dan lain-lain.
Bahasa nonformal mempunyai sifat yang khas, yaitu :
1. Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak
menggunakan kata penghubung.
2. Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari.

Pada perkembangannya bahasa non formal menciptakan ragam bahasa


yang bervariatif berdasarkan pemakainya, seperti bahasa gaul pada remaja yang
saat ini yang sedang digemari.Dari segi fungsinya,memiliki persamaan antara
slang,jargon, dan prokem. Fungsi slang dan prokem diunakan untuk
merahasiaakan sesuatu kepada kelompok lain. Sedangkan jargon adalah kosakata
khusus yang dipergunakan dibidang kehidupan (lingkungan) tertentu. Hal ini
sesuai dengan laman wikipedia bahwa bahasa gaul atau bahasa prokem adalah
dialek bahasa indonesia non formal yang terutama digunakan didaerah perkotaan
umumnya oleh kalangan remaja dan kalangan muda diindoesia, khususnya
didaerah perkotaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda


menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa
meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan
para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam
bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan
memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman
yang ada.

B. Saran

Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari


ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik,
yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

·         Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

·         Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.

·         Sabariyanto, Dirgo.1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Anda mungkin juga menyukai