Ragam Bahasa
Sebagi gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor nonkebahasaan, antara lain faktor lokasi
geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Faktor-faktor di atas mendorong
timbulnya perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak
dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau
varian dalam bahasa, yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk, disebut
ragam bahasa.
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis disebut
dialek. Bahasa Melayu dialek Langkat, misalnya, berbeda dengan bahasa Melayu dialek
Batubara, walaupun keduanya satu bahasa. Demikian pula halnya dengan bahasa Aceh
dialek Aceh Besar berbeda dengan bahasa Aceh dialek Pasai yang digunakan sebagaian
besar masyarakat Aceh di Kabupaten Aceh Utara, atau berbeda juga dengan bahasa Aceh
dialek Pidie di Kabupaten Pidie. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), saat ini,
sekurang- kurangnya hidup 6 dialek, masing-masing dialek Aceh Besar, Pidie, Peusangan,
Pasai, Aceh Timur, dan Aceh Barat (lihat Sulaiman dkk., 1983:5).
Selain ragam di atas, ada lagi ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan
waktu yang lazim disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa Kerajaan Sriwijaya
berbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji, dan berbeda pula
dengan bahasa Melayu Riau sekarang.
Ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut
dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa,antara lain, adalah
tingkat pendidikan, usia, dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa
golongan atas (bangsawan dan orang-orang berada), dan bahasa golongan menengah
(orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan dalam berbagai bidang.
Keberagaman Bahasa Indonesia
Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek. Bahasa yang luas
wilayah pemakaiannya selalu mengenal logat. Masing-masing logat dapat dipahami secara
timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur logat yang daerahnya
berdampingan. Jika di dalam wilayahpemakaiannya, individu atau sekelompok orang tidak
mudah berhubungan, misalnya karena tempat keadiamannya dipisahkan oleh pegunungan,
selat, atau laut, maka lambat laun tiap logat dapat mengalami perkembangan sendiri-sendiri
yang selanjutnya semakin sulit dimengerti oleh penutur ragam lainnya. Pada saat itu,
ragam-ragam bahasa tumbuh menjadi bahasa yang berbeda.
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia
yang masing-masing, pada asasnya, tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat
disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur atau penulis terhadap
orang yang diajak berbicara atau penbacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain, oleh usia
dan kedudukan orang yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang
hendak disampaikan, dan tujuan penyampaian informasinya. Ketika berbicara dengan
seseorang yang berkedudukan lebih tinggi, penutur akan menggunakan langgam atau gaya
berbahasa yang berbeda daripada ketika dirinya berhadapan dengan seseorang yang
berkedudukan lebih rendah. Begitu juga halnya ketika berbicara dengan seseorang yang
usianya lebih muda atau tua, penutur tentulah akan menggunakan langgam atau gaya bertutur
yang berbeda.
Menurut jenis pemakaiannya, ragam bahasa dapat dirinci menjadi tiga macam, masing-
masing:
1. berdasarkan pokok persoalannya
2. berdasarkan media pembicaraan yang digunakan
3. berdasarkan bahasa yang digunakan
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri dari:
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh
ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa lisan
lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk
mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya pada saat orang
berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan ragam lisan yang non
standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan non formal
lainnya.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,
hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya
tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam
bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing,
ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ragam lisan antara lain meliputi:
b. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang
dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual.
Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam
bahasa tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah
ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
Ragam daerah
Ragam pendidikan
Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya.
Ragam ilmiah
Ragam populer.
5. Ragam bahasa menurut hubungan antar pembicara
Lugas diartikan mengandung makna apa adanya, gagasannya jelas, tidak berbelit belit,
mudah di pahami. tidak diungkapkan dalam bentuk kiasan, dan tidak berbunga bunga.
Jelas berarti gemblang, tegas, dan tidak meragukan.
2. Objektif
3. Cendekia
Cendekia artinya Bahasa indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat
dan seksama.
Ringkas dan padat artinya pemakaian unsur bahasa didalamnya hemat. Unsur unsur
yang tidak diperlukan karena tidak fungsional dalam mengungkapkan gagasan
dibuang.
5. Konsisen
Konsisten artinya harus bersifat taat asas, selaras, dan tidak di ubah ubah.
Gagasan menjadi pangkal tolak bahasa indonesia keilmuan, Oleh sebab itu kalimat
kalimat bahasa keilmuan berorIentasi pada kalimat pasif, bukan kalimat aktif.
Sumber materi :
- http://nyongshareilmu.blogspot.com/2015/03/makalah-ragam-bahasa-indonesia-
disusun.html
- http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-bahasa-indonesia-ilmiah.html
- http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-hartono-mhum/materi-bhs-
indonesia-mku-bahasa-ilmiah.pdf
- http://blog.unnes.ac.id/suparno/2016/04/26/ragam-bahasa-ilmiah/