Anda di halaman 1dari 26

RAGAM BAHASA

 Ragam Bahasa
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah bentuk bahasa yang bervariasi menurut topik yang dilakukan oleh
hubungan antara pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, dan sebagainya.
Ragam Bahasa tidak berfungsi sebagai atribut tetap seorang pembicara yang kompeten
biasanya menguasai berbagai jenis ragam bahasa dan mampu menyesuaikan ragam yang dipakai
dengan situasi dan tujuan berbahasa.
Dalam pengertian ini, ragam bahasa berkontras dengan dialek varian dari sebuah bahasa
yang berbeda-beda menurut kelompok pemakai atau wilayah penuturan.Pengertian ragam bahasa
menurut para ahli adalah :
1. Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono
Menurut Dendy sugono (1999), “bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi
resmi, seperti disekolah, dikantor, atau didalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku”
2. Pengertian ragam bahasa menurut bachman
Menurut Bachman (1990), “ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
3. Pengertian ragam bahasa menurut fishman ed
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan
hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku
agar dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal itu yang
perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar
belakang pembicara (situasi pembicaraan), pelaku pembicara, dan topic pembicaraan.
B. Jenis-jenis Ragam Bahasa
Jenis-jenis ragam bahasa dapat kita bedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
A. Ragam bahasa Media (Lisan)
Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap. Dengan fonem sebagai unsur dasar
dinamakan ragam bahasa lisan. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosa
kata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah
suara atau tekanan, mimik muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
 Ciri-ciri ragam lisan:
- Memerlukan orang kedua/teman bicara.
- Tergantung kondisi, ruang, waktu.
- Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
 Kelebihan bahasa lisan:
- Dapat disesuaikan dengan situasi.
- Faktor efisiensi waktu.
- Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi mendengar terhadap apa yang
dibicarakannya.
 Kelemahan ragam bahasa lisan:
- Bahasa lisan berisi kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
- Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
- Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
B. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan rangkaian huruf
sebagai unsurnya. Ciri-ciri dari ragam bahasa tulisan yaitu:
- Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tidak tergantung kondisi, ruang, serta waktu;
- Harus memperhatikan unsur gramatikal;
- Berlangsung lambat;
- Selalu memakai alat bantu;
- Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
- Hanya terbantu dengan tanda baca.
2. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Cara Pandang Penutur
Apabila dilihat dari cara pandang penutur atau pembicaranya, ragam Bahasa Indonesia
dibedakan menjadi:
- Ragam Dialek, contohnya: “Gue udah baca itu buku.”
- Ragam Terpelajar, contohnya: “Saya sudah membaca buku itu.”
- Ragam Resmi, contohnya: “Saya sudah membaca buku itu.”
- Ragam Tak Resmi: “Saya sudah baca buku itu.”
3.Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan
Terdapat berbagai ragam bahasa yang digunakan dilihat dari topik pembicaraannya. Topik yang
dimaksud meliputi hukum, bisnis, agama, sosial, sains, dan lainnya. Salah satu ciri dari ragam
tersebut adalah ragam ilmiah memiliki beberapa karakteristik seperti:
- Bahasa Indonesia ragam baku;
- Penggunaan kalimat efektif;
- Menghindari makna ganda;
- Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata
dan istilah yang bermakna kiasan;
C. Variasi Bahasa

Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk yang meliputi bunyi, tulisan, struktur
serta makna, baik leksikal maupun fungsional dan struktural. Jikalau kita memperhatikan bahasa
dengan terperinci dan teliti, kita akan melihat bahwa bahasa itu dalam bentuk dan maknanya
menunjukan perbedaan-perbedaan kecil atau besar antara pengungkapannya yang satu dengan
pengungkapan yang lain. Pemakaian bahasa dalam masyarakat baik dalam bentuk dan makna
menunjukan perbedaan-perbedaan. Perbedaan tersebut tergantung kemampuan seseorang atau
kelompok orang dalam pengungkapan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa itulah yang disebut
dengan variasi bahasa.Variasi bahasa dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Dialek adalah variasi sebuah bahasa yang adanya ditentukan oleh sebuah latar belakang asal
si penutur. Besarnya persamaan ini disebabkan oleh letak geografis yang berdekatan dan
memungkinkan komunikasi antara penutur- penutur idiolek itu. Jenis dialek dibedakan
menjadi tiga macam yaitu dialek geografis, dialek sosial, dan dialek usia.

- Dialek geografis. Dialek geografis yaitu tempat asal daerah si penutur seperti dalam
bahasa Jawa misalnya terdapat dialek Jogja, Solo, Bagelen, dan Banyumasan.
Contohnya:
Pada daerah Banyumas menggunakan dialek bahasa ngapak.
X: ”rika arep maring ngendi mbok? ( “kamu mau kemana ?” )
Y: “inyong arep maring kampus”. ( “aku mau ke kampus”.)
Pada contoh bahasa ngapak diatas rika yaitu kamu, mbok penegasan pertanyaan,
inyong yaitu aku, maring yaitu mau ke-. Dialek-dialek itu merupakan bahasa khas
daerah Banyumasan.
Sedangkan, pada daerah Jogjakarta mengunakan dialek bandek
X: “kowe arep nandi cah?” ( “ kamu mau kemana ?”)
Y: “aku arep nang kampus”. ( “aku mau ke kampus”)
Jadi bahasa ngapak dan bandek berbeda, namun tidak semua bahasanya berbeda
hanya pada bahasa tertentu saja seperti contoh diatas.
- Dialek Sosial adalah latar belakang tingkat sosial dari mana seseorang penutur
berasal. Dialek ini dibedakan menjadi dialek sosial tingkat tinggi, menengah, dan
merendah. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi pada masing-masing
tingkatan berbeda, bahasa yang digunakan tingkat sosial tinggi biasanya
menggunakan bahasa yang halus (krama alus), “Panjenengan menika rawuh pukul
pinten mbakyu? (kamu datang jam berapa mbak?). Tingkatan menengah
menggunkan bahasa “krama”, “sampeyan tindak mriki jam pinten mbakyu?”(kamu
datang kesini jam berapa mbak?). Tingkatan merendah mengunaan bahasa “ngoko”,
“kowe mrene iki jam pira mbakyu?”(kamu kesini jam berapa mbak?. Bahasa yang
digunakan pada masing-masing terlihat berbeda karena tingkatan sosialnya. Bahasa
tingkatan atas berbeda dengan tingkatan menengah ataupun tingkatan merendah.
- Dialek Usia adalah varian bahasa yang ditandai oleh latar belakang umur
penuturnya. Dengan demikian dapat dibedakan menjadi tiga macam dialek usia,
yaitu dialek anak, dialek (kaum) muda, dialek (kaum) tua. Sebagai ciri penanda dialek
usia yang paling menonjol adalah pemilihan kata-kata atau kosakata.Contohnya :
Anak: “Bu, adek pengen pipis” (Bu, adek mau pipis). Kata “pipis” sering digunakan
oleh anak-anak jika akan kencing, sedangkan ketika sudah dewasa dia tidak akan
menggunakan kata “pipis” tetapi menggantinya dengan kata “mau ke belakang”
atau “mau ke WC”. Begitu juga dengan (kaum) tua tidak akan menggunakan kata
“pipis” apabila akan kencing . Kata pipis sudah menjadi kata yang khas digunakan
oleh anak-anak.
2. Idiole. Pengertian idiolek menurut Kridalaksana (1980: 13) adalah keseluruhan ujaran
seorang pembicara pada suatu saat yang dipergunakan untuk berinteraksi dengan orang
lain, sedangkan menurut Chaer (1994: 55) idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat
perseorangan. Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasanya masing-
masing yaitu berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, dan susunan kalimat
yang paling dominan adalah warna suara, Sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang
hanya dengan mendengar suaranya bicara tanpa melihat orangnya kita dapat mengenali
orangnya. Suwito (1982: 21) setiap penutur mempunyai sifat-sifat khas yang tidak dimiliki
oleh penutur yang lain. Sifat ini disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikhis. Sifat khas
yang disebabkan oleh faktor fisik misalnya perbedaan bentuk atau kualitas alat-alat
penuturnya, seperti mulut, bibir, gigi, lidah, dan sebagainya. Sedangkan sifat khas yang
disebabkan oleh faktor psikhis biasanya disebabkan oleh perbedaan watak, intelegensi dan
sikap mental lainnya.
3. Sosiolek adalah idiolek-idiolek yang menunujukan persamaan dengan idiolek-idiolek lain
yang disebabkan oleh kedekatan sosial, yaitu penutur-penutur idiolek tersebut termasuk
dalam suatu golongan masyarakat yang sama (Nababan,1984: 4). Di dalam masyarakat
terdapat berbagai golongan yang dapat dilihat dari golongan sosialnya, maka idiolek-idiolek
tersebut dapat terlihat. Sosiolek juga disebut dengan dialek sosial yaitu variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya (Chaer, 1995:
84). Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya seperti usia,
pendidikan, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini
cenderung menyangkut masalah pribadi penuturnya seperti faktor usia, pendidikan, seks,
pekerjaan, tingkat kebangsawanan, dan keadaan ekonomi. Melalui perbedaan-perbedaan
golongan tersebut dapat terlihat variasi bahasa yang digunakan pada para
penutur.Berdasarkan usia kita bisa melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh
kanak-kanak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lansia. Contohnya pada
anak-anak sering menggunakan kata pipis apabila akan buang air kecil namun para remaja,
orang dewasa, dan orang tergolong lansia tidak akan menggunakan kata pipis lagi untuk ijin
buang air kecil, namun akan menggunakan kata “ijin ke belakang”. Orang yang sudah remaja
sampai tergolong lansia cenderung lebih menggunakan kata yang lebih sopan untuk ijin
buang air kecil.Bedasarkan pendidikan kita juga bisa melihat adanya variasi sosial, para
penutur yang memperoleh pendidikan tinggi akan berbeda variasi bahasanya dengan
mereka yang hanya berpendidikan menengah, rendah, atau yang tidak berpendidikan sama
sekali. Perbedaan ini yang paling jelas adalah dalam bidang penggunaan kosakata. Di Jakarta
ada dua harian Kompas dan harian Pos Kota, dua harian yang populer di Jakarta. Namun,
harian Kompas lebih banyak dibaca oleh para golongan pelajar, sedangkan harian Pos Kota
lebih banyak dibaca oeh golongan buruh dan golongan kurang terpelajar. Disini terlihat
bahwa minat kualitas media yang dibaca orang berpendidikan tinggi dan orang yang
berpendidikan rendah terlihat berbeda. Maka kualitas pembicaraannya juga akan berbeda,
sehingga variasi bahasa yang digunakan juga akan berbeda.Berdasarkan jenis kelamin variasi
bahasa juga akan terlihat. Terlihat pada percakapan oleh sekelompok mahasiswi atau ibu-ibu
yang lebih senang membicarakan orang lain. Dibandingkan dengan percakapan yang
dilakukan oleh sekelompok mahasiswa atau bapak-bapak yang lebih sering membicarakan
hal yang digemarinya seperti membicarakan mesin, onderdil motor atau mobil, dan
membicarakan pekerjaanya. Perbedaan tersebut tampak bahwa variasi bahasa yang
digunakan oleh kaum wanita berbeda dengan kaum pria. Berdasarkan pekerjaan juga dapat
menyebabkan adanya variasi bahasa yang digunakan. Pembicaraan yang dibincangkan oleh
pekerja yang bekerja di suatu perusahaan, guru, dokter atau bekerja yang lebih bergengsi
akan berbeda dengan orang yang bekerja hanya sebagai buruh, pedagang kecil, pengemudi
kendaraan umum. Perbedaan bahasa mereka terutama karena lingkungan tugas meraka
terutama tampak pada bidang kosakata yang mereka gunakan. Orang yang bekerja sebagai
buruh, pengemudi kendaraan umum, pedagang kecil bahasa yang digunakan dalam
percakapannya akan cenderung lebih kasar dan kurang sopan. Hal ini karena faktor
lingkungan mereka yang sehari-harinya berada dilingkungan umum yang bergaul dengan
orang disekelilingnya yang cenderung menggunakan bahasa yang kurang sopan atau
kasar. Berbeda dengan para pekerja pengusaha, guru, dokter penggunaan bahasa dalam
percakapannya akan lebih hati-hati dalam berbicara dengan lawan bicaranya. Bahasa yang
digunakan juga akan lebih sopan dan berpendidikan karena lingkungan sekitarnya adalah
orang-orang yang berpendidikan tinggi.Didalam masyarakat yang masih mengenal tingkat-
tingkat kebangsawanan dapat dilihat variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat-tingkat
kebangsawanan itu. Bahasa Jawa, bahasa Bali, dan bahasa Sunda mengenal variasi
kebangsawanan. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah undha usuk, yaitu untuk
berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan bahasa krama inggil atau krama
alus, dengan orang yang sebaya atau lebih muda menggunakan bahasa ngoko. Seperti kata
sampeyan (ngoko) dalam bahasa krama alus atau krama inggil panjenengan atau jenengan
dalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti kamu. Masyarakat Jawa mengenal adanya
klas-klas sosial yang dapat menyebabkan adanya variasi bahasa. Menurut Clifford Greetz
(dalam Suwito, 1982: 22) ada tiga kelompok sosial yaitu 
a). Priyayi, 
b). Bukan priyayi tetapi berpendidikan dan bertempat tinggal di kota, dan 
c). Petani dan orang kota yang tidak berpendidikan. 
Variasi bahasa yang digunakan oleh golongan priyayi tentu berbeda dengan golongan yang
bukan priyayi dan petani. Pada golongan priyayi variasi bahasa yang digunakan biasanya
menggunakan bahasa krama inggil atau krama alus, seperti menggunakan kata
panjenengan’kamu’. Bukan priyayi tetapi berpendidikan dan bertempat tinggal di kota juga
dapat menyebabkan variasi bahasa. Bahasa yang digunakan oleh orang yang berpendidikan
akan berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan dan orang yang tinggal di kota akan
berbeda juga dengan orang yang tinggal di desa. Karena faktor lingkungan sekitar juga akan
berpengaruh dengan bahasa yang sering digunakan. Petani dan orang kota yang tidak
berpendidikan juga dapat menyebabkan variasi bahasa,Orang kota yang tidak berpendidikan
bahasanya akan tidak jauh dengan petani karena faktor lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi bahasanya.Perbedaan variasi juga disebabkan oleh perbedaan status sosial
dalam masyarakat. Masyarakat Jawa masih menggunakan status sosial sebagai ukuran
dalam berkomunikasi dengan orang lain yang dikenal dengan undha-usuk. Menurut Suwito
(1982: 22) undha-usuk adalah variasi bahasa yang pemakaiannya berdasarkan tingkat-
tingkat klas atau status sosial. Sebagai wujud konkritnya pihak yang berstatus sosial lebih
rendah akan menggunakan tingkat bahasa yang lebih tinggi (krama) kepada orang yang
berstatus sosial yang lebih tinggi, seperti menggunakan kata panjenengen untuk
menyebutkan kamu. Sedangkan sebaliknya orang yang berstatus sosial lebih tinggi akan
menggunakan tingkat bahasa yang rendah (ngoko) bila berbicara dengan orang yang status
sosialnya lebih rendah, seperti menggunakan kata kowe untuk menyebutkan kamu. Orang
yang mempunyai status sosial rendah lebih menghormati dengan orang yang mempunyai
status sosial yang tinggi. Adanya undha-usuk dalam masyarakat Jawa tersebut menyebabkan
orang akan berfikir dahulu ketika ia akan berbicara. Ia harus menyadari dahulu posisi status
sosialnya terhadap lawan bicaranya, mungkin lebih tinggi status sosialnya tetapi lebih muda
umurnya, atau mungkin lebih tua umurnya, atau mungkin lebih muda hierarki
pekerabatanya (kapernahan) (Suwito, 1982: 22-23). Dengan demikian masalah ketepatan
pemilihan variasi yang digunakan disesuaikan dengan status klas sosialnya. Orang Jawa akan
bebicara menggunakan bahasa “Krama” dengan orang yang lebih tua umurnya, karena lebih
menghormati.Orang Jawa akan berbicara menggunakan bahasa “ngoko” dengan orang yang
lebih muda.
4. Fungsiolek yaitu ragam bahasa yang sistemnya tergantung situasi dan keadaan berbicara
yaitu peristiwa berbicara, penutur-penutur bahasa, tempat berbicara, masalah yang
dibicarakan, tujuan berbicara, media berbahasa (tulisan atau lisan), dan sebagainya
(Nababan, 1984: 4-5). Variasi bahasa bidang ini ciri yang paling tampak yaitu dalam
penggunaan kosakatanya. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah
kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Martin Joos (dalam
Chaer,1995: 92-94) membagi fungsiolek dalam bahasa inggris berdasarkan tingkat formal
atas lima tingkat. Tingkatan ini sering disebut style atau gaya bahasa. Kelima tingkatan itu
yaitu frozen, formal, consultative, casual, dan intimate. Dalam bahasa Indonesia berturut
turut berarti ragam beku, resmi, usaha, santai, dan akrab.
 Ragam Beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-
situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam beku ini juga terdapat dalam
dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang dasar dan dokumen
lainnya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara
mantap, tidak dapat diubah. Berikut ini ciri-ciri ragam beku.
- Struktur gramatikalnya tidak dapat diubah
- Susunan kalimatnya biasanya panjang-panjang, bersifat kaku, dan kata- katanya
lengkap
- Kosa kata yang biasa digunakan : bahwa, maka, dan sesungguhnya
Sebagai contoh ragam beku dapat kita lihat dalam alenia 1 Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan peri kamanusiaan dan peri keadilan”.
Ragam beku juga dapat ditemukan dalam ungkapan tradisional berbahasa Jawa seperti
paribasa, bebasan dan saloka. Ketiganya memiliki bentuk dan makna yang tetap dan
tidak dapat diubah-ubah. Salah satu contoh dalam paribasan :emban cindhe emban
siladan yang maknanya pilih sih atau pilih kasih.
 Ragam Resmi adalah ragam baasa yang digunakan dalam pidato-pidato resmi seperti
pidato kenegaraan, rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan. Bentuk
tertulis, ragam ini dapat ditemukan dalam surat menyurat dinas, khotbah, buku-buku
pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditentukan secara
mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam
baku atau standar yang digunakan dalam siuasi resmi. Contoh pada pembukaan
pidato : “Assalamualaikum, bapak/ibu staf Dinas Pendidikan ingkang kinurmatan.
Sumangga kita sedaya kunjukaken puja lan puji syukur dhumateng Allah Subhanahu
wata'ala ingkang maringi rahmat saha hidayahipun saengga kita sedaya saget kempal
wonten acara rapat siang menika tanpa alangan menapa kemawon.”
 Ragam usaha adalah ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan- pembicaraan
biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada hasil
atau produksi, dengan kata lain ragam bahasa ini berada pada tingkat yang paling
operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda di antara ragam formal dan ragam
informal atau ragam resmi.  Contoh ragam usaha pada sekolah yang sedang
memperkenalkan resep makanan yang baru:“Wonten pepanggihan siang menika kita
kelompok ekstrakurikuler saking boga badhe ngaturi pirsa menawi kelompok kita
menika gadhah resep enggal inggih menika cake pohong. Supados para kanca sami
mangertos raosipun sumangga dipun aturi dhahar cake pohong ingkang sampun
cumawis menika”.
 Ragam Santai adalah ragam bahasa yang santai antar teman dalam berbincang-
bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Berikut ini adalah ciri-ciri ragam
santai.
- Kosa kata banyak memakai unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.
- Banyak memakai bentuk alegro.
- Memakai kata ganti tidak resmi.
- Sering kali tidak memakai struktur morfologi dan sintaksis yang normatif.
Menurut Poedjosoedarmo (1978: 12) dalam ragam santai mempunyai kelainan-
kelainan tertentu bila dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi
atau formal. Kelainan itu seperti pemakaian kalimat yang tidak lengkap atau berbenuk
kalimat inversi. Bahasa yang digunakan dalam berbicara dengan lawan bicaranya juga
sangat santai karena keakraban antara penutur dan lawan bicaranya. Contohnya :
X: “ Din kowe arep nandi ya?” (Din kamu mau kemana y?)
Y: “aku arep nang pasar, arep tuku sandal. Njo tak jak nek gelem” (aku mau ke pasar,
mau beli sandal. Ayo tak ajak kalau mau)
Dalam percakapan diatas terlihat bahwa bahasa yang digunakan dalam percakapan
tersebut menggunakan ragam santai, terlihat pada pemakaian kata tak jak’aku ajak’
kosakata yang digunakan tidak lengkap seharusnya tak ajak’aku ajak’. 
Ragam bahasa yang digunakan di atas menggunakan ragam bahasa santai atau casual.
 Ragam Akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluarga atau
teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang,
tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan oleh adanya
saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat inilah banyak
dipergunakan bentuk-bentuk dan istilah-istilah (kata-kata) khas bagi keluarga atau
sekelompok teman akrab. Contohnya percakapan antar anak dengan ibu yang meminta
ibunya untuk mengambilkan makanan hanya dengan ucapan “Bu maem”, dengan
kalimat pendek tersebut ibu sudah memahami maksud dari anaknya yaitu meminta
untuk mengambilkan makanan.

 Laras Bahasa

A. Pengertian Laras Bahasa adalah suatu kesesuaian antara bahasa itu sendiri dengan
pemakaianya. Laras Bahasa memilki ciri gaya penulisanya sendiri yang dapat disampaikan
baik dalam bentuk tulisan maupun penulisan. Contohnya, jika dalam hal penulisan karya
sastra seperti puisi dan pantun, maka laras Bahasa yang digunakan adalah laras puisi
ataupun laras pantun. Sebaliknya,jika Bahasa digunakan dalam hal penulisan ilmiah maka
laras Bahasa yang digunakan adalah laras ilmiah.
B. Jenis-jenis Laras Bahasa . Ada dua macam laras Bahasa yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu laras Bahasa biasa dan laras bahasa khusus. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai laras Bahasa :

- Laras Bahasa biasa adalah laras Bahasa yang sering ditemukan dan digunakan oleh
masyarakat luas, misalnya laras Bahasa yang dipakai dalam bidang hiburan, seperti laras
berita, penerangan, dan lain-lain.
- Laras Bahasa khusus adalah laras Bahasa yang digunakan dalam pemakaian khusus
yaitu laras Bahasa ilmiah yang dipakai dalam penulisan laporan ilmiah dan lain-lain.

 Contoh contoh laras bahasa khusus :

A. Laras Bahasa perniagaan Tujuannya untuk mempengaruhi atau membentuk


tanggapan tertentu atau mengubah sikap dan melakukan tindakan.
Digunakan dalam iklan, tender, laporan dan sebagainya.
B. Laras akademik Meliputi berbagai bidang sains, teknologi, komunikasi,
matematik dan sebagainya yang terletak dalam ruang lingkup Pendidikan
misalnya penulisan tesis, penulis perlu mengikuti format tertentu seperti
perlu ada catatan bibiliografi(rujukan) contohnya ialah fotosintesis,
pecutan, mengawan, pendembungaan dan sebagainya
C. Laras Bahasa media. Berita sebagai wacana memiliki struktur teks yang
tersendiri, lain dari struktur teks fiksi, dan lain pula dari struktur teks esai
dan karya ilmiah.

Tiga fitur penting yg harus ada dalam berita koran yang baik:

1.Bahasa yg digunakan mudah.


2.Gaya tulisan yang jelas.
` 3.Isi tulisan harus akurat
Karena koran diterbitkan untuk masyarakat, maka Bahasa koran haruslah sesuai dengan
Bahasa penggunaan orang-orang. Kalimat yang Panjang, berisi beberapa klausa,
menggunakan kutipan, metafora, kiasan, istilah Teknik, dan sebagainya haruslah dihindari.
Laras Bahasa sastra Laras Bahasa sastra memperlihatkan gaya Bahasa yg menarik dan
kreatif. Bahasanya dibagi dalam bentuk:
1. Naratif
2. Deskriptif
3. Preskriptif
4. Dramatis dan puitis
Kedua jenis laras Bahasa ini dapat dibedakan dengan cara melihat beberapa hal berikut ini :
1. Kosa kata
2.Gaya Bahasa, dan
3.Tata Bahasa
C. Faktor Yang Mempengaruhi Laras Bahasa
Ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi ragam bahasa dan laras bahasa di Indonesia yakni:
- Tingkat Pendidikan. Orang berpendidikan tinggi cenderung
menggunakan ragam bahasa dan laras bahasa yang baik dan sesuai
aturan, misalnya bahasa formal.
- Faktor usia . Saat berbicara dengan sebaya, orang cenderung
menggunakan ragam bahasa yang santai dan bergaul. Ketika
berkomunikasi dengan orang yang lebih tua sebaiknya kita memakai
ragam bahasa yang lebih sopan dan sesuai aturan.
- Jabatan atau profesi Perbedaan jabatan juga bisa mempengaruhi ragam
bahasa, misalnya perbedaan ragam bahasa yang digunakan guru dan
murid.
- Bidang yang ditekuni. Orang yang menekuni bidang sains pasti
mengetahui berbagai istilahnya. Sedangkan orang awam belum tentu
tau perihal istilah tersebut.
- Perbedaan jenis kelamin. Ragam bahasa dapat juga dipengaruhi oleh
perbedaan jenis kelamin karena pria dan wanita memiliki perbedaan
fonologis, gramatikal, dan sintaksis bahasa yang berbeda
- Keberagaman dialek di Indonesia. Faktor yang mempengaruhi ragam
bahasa dan laras bahasa yang terakhir adalah keberagaman dialek di
Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan lokasi geografis dan budaya.
D. Penerapan Ragam Bahasa Dan Laras Bahasa Dikehidupan Sehari-hari. Dalam menggunaan
bahasa yang baik dan benar kita harus menyesuaikan Kaidah bahasa baku,baik kaidah
bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan,ciri ciri ragam bahasa baku sebagai berikut:
1Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan
keluasan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); di gunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,rapat
resmi,dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada
transaksi atau pertukaran informasi sepertidalam percakapan di sekolah dan di pasar
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat di gunakan oleh
orang yang belumtentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate);di gunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat
akrab dan intim.
Ejaan
 Pengertian Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf danpenyusunan abjad aspek morfologi
yang menyangkut penggambaransatuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang
menyangkut penandaujaran tanda baca (Badudu, 1984:7).Keraf (1988:51) mengatakan
bahwaejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkanlambang-lambang
bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antaralambang-lambang itu
(pemisahannya,penggabungannya) dalam suatubahasa. Adapun menurut KBBI (1993:250)
ejaan ialah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian,secara
sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidahtulis-menulis yang
meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tandabaca.
 Penulisan Huruf
- Penulisan Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah
Islam Quran
Kristen Alkitab

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
Misalnya:
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander Otto von Bismarck
J.P. van Bruggen H. van der Giessen
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
-1
J/K atau JK joule per Kelvin
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
bulan Agustus bulan Maulid
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri
geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama
diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai
penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan,
oleh, atau, dan untuk.
Misalnya: Republik Indonesia
Departemen Keuangan

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu,
misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi,
dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata
tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
Prof. profesor

14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan
atau pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
 Penulisan Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.

1. Penulisan Huruf di Ejaan Bahasa Indonesia


Di dalam penulisan huruf, penerapannya terbagi dalam dua bagian yaitu
penulisan huruf kapital dan huruf (cetak) miring yang akan didetailkan sebagai
berikut:
Huruf Kapital
 Awal Kalimat
 Awal Kalimat Langsung
 Hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (nama agama, nama Tuhan/kata ganti
untuk Tuhan)
 Gelar dan jabatan yang diikuti nama diri
 Istilah geografi yang diikuti nama diri dan bukan menyebut nama jenis
 Nama hari, bulan, dan tahun
 Nama suku, bangsa, dan bahasa
 istilah kekerabatan yang digunakan sebagai bentuk sapaan
Huruf (cetak) miring
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
 Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, suku
kata, kata, atau kelompok kata.
 Dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaanya.

2. Penulisan Kata di Ejaan Bahasa Indonesia


Di dalam penulisan kata terdapat 5 bagian yaitu kata turunan & gabungan kata,
kata depan, partikel, angka dan lambangan bilangan, serta singkatan dan akronim
yang akan didetailkan sebagai berikut:
Kata Turunan & Gabungan Kata
1. kerja sama
bekerja sama
2. tanda tangan
tanda tangani
menandatangani
3. antarkota
Antikorupsi
pascasarjana
nonblok
anti-Amerika
pasca-5 Juli 1997
4. saputangan
olahraga
matahari
kacamata

Kata Depan
Penulisan kata depan dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Di mana dia tinggal?

Singkatan dan Akronim


1. Singkatan umumnya dieja. Contoh: MPR ; S.H ; Yth ; a.n ; cm
2. Akronim dibaca dan tidak ada tanda baca. COntoh ABRI, Depkes, Pemilu.
Tanda Baca di Ejaan Bahasa Indonesia
a. Titik (.), digunakan pada akhir kalimat penyataan; pemisah jam, menit, dan
detik; dalam daftar pustaka; pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah
b. Koma (,) adalah perincian yang lebih dari dua hal, pemisah nama dengan
gelar, mengapit keterangan aposisi. Contoh: Teman saya, Ahmad, pandai
sekali
c. Titik Koma (;) Menandakan bentuk kalimat yang sejajar, dapat mengganti
kata hubung KMS. Contoh: Malam tambah larut; pekerjaan belum selesai
juga.
d. Titik Dua (:) Untuk perincian pada kalimat yang telah selesai. Misalnya : Adik
membeli alat tulis: pensil, pulpen, dan buku
e. Pisah (–) Dapat berarti sampai, sampai dengan, atau dapat juga mengapit
keterangan di tengah. Contoh: Jakarta — Merak, 08:00 — 12:00
f. Hubung(-) Untuk bentuk ulang atau bentuk terikat ketika bertemu dengan
angka atau huruf kapital. Contoh: mem-PHK, pasca- 7 Juli.
g. Petik (“…”) Untuk bentuk kalimat langsung, mengapit judul tulisan, mengapit
julukan. Contoh: Karena warna kulitnya, ia dipanggil “Si Item”
h. Petik tunggal (‘…’) Menunjukkan makna kata atau untuk mengapit petikan di
dalam petikan langsung. Contoh: Politik devide et imprera ‘adu domba’
pernah merajalela di negeri ini.
i. Apostrop (‘) untuk bentuk singkatan atau pemendekan. Contoh: 2013 -> ’13

 Fungsi ejaan dalam penulisan kata. Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis
kata/kalimat dengan benar. Ejaan juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan
Bahasa Indonesia. Menurut Siti Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi (2019), berikut fungsi ejaan diantaranya:
- Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
- Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
- Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya.
- Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebih cepat dan
mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.
 Macam-macam penulisan kata
1. Penulisan Kata Dasar. Berdasarkan PUEBI, kata dasar ditulis sebagai 1 rangkaian atau
satu kesatuan. Contoh: Ruang kelas penuh sesak, Ayah pergi ke kantor, Kamus itu sangat
berat
2. Penulisan Kata berimbuhan adalah kata yang mendapatkan awalan, sisipan, akhiran,
ataupun awalan dan akhiran, Contoh: Ber-lari, Berke-sinambung-an, Mem-perbaiki,
Dinamis-me, Ge(me)tar
3. Penulisan bentuk ulang. Aturan penulisan kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya, Contoh: Kupu-kupu, Anak-anak, Mondar-mandir
4. Penulisan gabungan kata. Unsur gabungan kata yang lazim disebut dengan kata
majemuk, kata ini termasuk istilah khusus yang ditulis terpisah.Contoh: Simpang Lima,
Orang Tua, Rumah Sakit Jiwa
5. Penulisan Pemenggalan Kata. Apabila di tengah kata terdapat huruf-huruf vokal
berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua huruf vokal tersebut. Contoh: Ni-at,
sa-at, bu-ah
6. Penulisan Kata Depan. Penulisan kata depan (di, ke, dari) ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Contoh: Di mana, ke sana, ke sekolah, dari tempatnya
7. Penulisan Artikel. Penulisan partikel -lah, -kah, dan -tah dilakukan secara serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Ambillah, apakah, akankah
8. Penulisan Singkatan dan Akronim. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan. Untuk singkatan yang
terdiri dari huruf awal setiap kata nama Lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
Lembaga Pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh: W.R. Supratman (Wage Rudolf), S.T (Sarjana
Teknik), Sdr. (Saudara), UMM (Universitas Muhammadiyah Malang)
9. Penulisan Kata Ganti. Aturan penulisan kata ganti ku- dan kau- ditulis bersambung
(serangkai) dengan kata yang mengikutinya. Namun, kata ganti -ku, -mu, dan -nya ditulis
bersambung (serangkai) dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Kujual, Kaubaca,
Kubawa
10. Penulisan Kata Sandang. Kata sandang seperti ‘si’ dan ‘sang’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikuti di belakangnya. Namun, jika ada unsur nama Tuhan ditulis dengan huruf
kapital. Contoh: si penjual, sang harimau, Sang Pencipta.

TANDA BACA DALAM BAHASA INDONESIA


 Pengertian Tanda Baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur
dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu
pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang.
Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya bergantung pada
pilihan penulis.

 Fungsi Tanda Baca. Dalam sebuah tulisan, tanda baca memiliki beberapa kegunaan atau
fungsi, antara lain :
1. Mengatur adanya jeda ketika membaca suatu kalimat.
2. Mengatur intonasi dalam pembacaan suatu kalimat.
3. Memberikan penegasan kalimat, contohnya seperti kalimat tanya, kalimat
perintah, dan lain sebagainya.
4. Untuk menggambarkan struktur kata atau kalimat yang ada dalam sebuah
tulisan
5. Untuk menunjukkan tata kata yang ada di dalam sebuah tulisan.
Penggunaan tanda baca ini disesuaikan dengan maksud apa yang ingin disampaikan oleh
penulis. Sehingga, seperti yang kita tahu, ada banyak macam tanda baca dengan
fungsinya masing-masing.

 Jenis-jenis Tanda Baca

 Tanda Titik (.)

- Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Ayahku tinggal di Solo.Sebuah kalimat diakhiri dengan titik. Apabila
dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
- Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu. Contoh : pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik).
- Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar,
atau daftar.

Contoh : III. Departemen Dalam Negeri

Kota Yogyakarta

Direktorat Jenderal Agraria

Jika berupa angka, maka urutan angka itu dapat disusun sebagai berikut.

1. Patokan Umum
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf.
a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Contoh :
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam ( 20 menit, 30 detik)
b. Tanda titik dipakai di antara penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka. Contoh : Ali, Muhammad. 1994.  Lenyapnya Sang Pencerah.
Malang: Generasi Edan Media.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Contoh : Desa itu berpenduduk
13.500 orang dan Tsunami yang terjadi pagi tadi menewaskan 1.094 jiwa.
d. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Acara
Kunjungan Presiden Joko Widodo.
e. Tanda titik tidak dipakai di belakang (I) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh : Jalan Pramuka 13
Cirebon
21 Februari 2013
Yth. Sdr. Imam Prayogi
 Tanda Koma(,)
a. Tanda koma seringkali digunakan di tengah kalimat. Tanda ini umumnya
digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau perbilangan. Letak
penempatan tanda koma (,) ada dibelakang kata yang mengikutinya.
Contohnya:
- Shinta membeli garam, gula, penyedap rasa, dan cuka di warung
sebelah.
- Indra, Indri, dan Indro adalah anak kembar tiga.
b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya didahului oleh kata seperti tetapi,
walau, namun, atau melainkan. Contohnya:
- Pertunjukkan itu sungguh menarik, tetapi membahayakan penonton
disekitarnya.
- Mereka tidak berasal dari Kalimantan Timur, melainkan Kalimantan
Tengah.
c. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contohnya:
- Kalau tempat itu cukup luas, kita akan pakai tempat itu.
- Karena sudah bekerja, dia akan lupa dengan kampusnya.
d. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kata. Kata atau kata-kata terebut
adalah oleh karena itu, maka dari itu, lagi pula, meskipun begitu, walaupun
begitu, namun,  dan akan tetapi. Contohnya:
- . . . . jadi, kita sebaiknya pergi secepatnya.
- . . . . lagi pula, mereka sudah tidak punya kekuatan untuk melawan.
e. Tanda koma juga digunakan sebagai pemisah partikel dengan inti kalimat.
Partikel tersebut adalah kata sepertu o, ya, oiya, hmm, wah, aduh, kasihan,
hati-hati, yasudah,  dan segala macam bentuk partikel bebas. Contohnya:
- Wow, ternyata kacamata itu sangat canggih!
- Oh, aku kira kamu makan batu.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Contohnya:
- Kata Paman, “Jangan menengok ke belakang ketika berjalan di
tengah kuburan”
- “Astagfirullah,” Sahut Bu Fatima, “Saya tidak percaya apa yang saya
dengar.”
g. Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan. Contohnya:
- Berkas ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jalan Raya Darmaga, Bogor.
Semarang, 17 July 1994
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya. Contohnya:
- Dwiloka, Bambang. 2001. Pangan dan Gizi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
- Frick, Heinz. 2008. Pedoman Karya Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
- Tanda koma juga digunakan diantara bagian-bagian dalam catatan
kaki. Contohnya:
- W.J.S. Poerwadarminta , Bahasa Indonesia untukk Karang-
mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4.
i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Contohnya:
- B. Sasikirana, S.H.
- Ibu Anis Dwi Winarsih, M.Pd
j. Tanda koma digunakan di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka. Contohnya:
- 84,5 m
- Rp 10,49
k. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi. Contohnya:
- Temanku, Irfan, adalah orang yang sangat rajin.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang-orang berkonsultasi
dengan dukun.
l. Tanda koma digunakan untuk menghindari salahbaca (miss interpretation) di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contohnya:
- Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh.
Bandingkan dengan:
- Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa.
Tanda koma TIDAK digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru. Contohnya:
- “Mengapa dia melakukannya?” tanya Zainudin.
- “Jangan sampai kecolongan lagi!” Doni menegaskan.
 Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya ataupun prasa yang bertujuan
untuk menyanyakan sesuatu. Contohnya:
- Sejak kapan mereka pergi ke Semarang?
- Kamu tahu, engga?
Tanda tanya TIDAK digunakan dalam kalimat tanya yang berubah menjadi
penjelas, seperti:
- Budi paham bagaimana cara mengoperasikan komputer dengan
sistem operasi LINUX.
b. Tanda tanya digunakan dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contohnya:
- Bumi tetap berbentuk bulat walau tanpa atmosfer (?)
- Agung lahir di tahun 1995 (?)
 Tanda Seru (!)
a. Tanda seru digunakan pada kalimat seruan atau perintah, baik perintah keras
maupun tidak. Contohnya:
- Tolong tutup jendala itu!
- Kerjakan essay ini dalam waktu kurang dari 15 menit!
b. Tanda seru digunakan pada kalimat yang memuat ekspresi kaget,
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Contohnya:
- Astaga! Tinggal seminggu lagi kah?
- Solidaritas tanpa batas, salam integritas!
 Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara. Contohnya:
- Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
- Semuanya merasa terhibur; penonton melakukan standing applause.
b. Tanda titik koma digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Contohnya:
- Kakak melakukan teknik menulis buku karangan pribadi di kamarnya;
Adik menonton TV di ruang tamu.
- Wawan tidak menyukai futsal karena tidak handal menggunakan
kakinya; Galan tidak menyukai basket karena terlalu banyak
menggunakan tangan.
 Tanda Titik dua (:)
a. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
suatu rangkaian yang berhubungan mengakar. Contohnya:
- Kita memerlukan perlengkapan memasak: wajan, spatula, panci, dan
penyaring
b. Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contohnya:
- Ketua             : Sigit Pramana Putra
- Wakil Ketua  : Nur Alwan
- Sekretaris      : Tutut Apriyani
c. Tanda titik dua digunakan pada teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan. Contohnya:
- Ferdi               : (sambil memandang ke bawah) “Mungkin memanglah
ini akhirnya”
- Winda             : (menepuk pundak Fredi) “Hei, ngapain
ngelamun  sendirian?”
d. Tanda titik dua di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan subjudul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan. Contohnya:
- Tempo, 1 (1971), 34:7
- Karangan Joko Genta, Rahasia Hidup: Cerita di Balik Cerita, sudah
terbit.
 Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris. Contohnya:
- Selain digunakan untuk menjadi pelindung tubuh, rompi itu ju-ga
didesain senyaman mungkin.
- Terkadang, adakalanya kita harus berhenti untuk mengkhayal-
kan imajinasi kita terlalu tinggi.
b. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsure-unsur kata ulang.
Contohnya:
- Kunang-kunang, berang-berang, biri-biri
- Anak-anak, kuda-kuda, ramai-ramai
c. Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu
dan bagian-bagian pada penulisan tanggal. Contohnya:
- p-a-r-t-i-s-i-p-a-s-I, k-n-o-w-l-e-d-g-e, s-o-f-y-u-d-i-n
- 13-10-2012
d. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian kelompok kata. Contohnya:
- ber-evolusi
- dua puluh lima-ribuan
e. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama
jabatan rangkap. Contohnya:
- se-Kalimantan
- era 80-an
f. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur Bahasa Indonesia dengan
unsure bahasa asing. Contohnya:
- se-stylish mungkin
- peng-upload-an
 Tanda Pisah (--)
a. Tanda pisah digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Contohnya:
- Kebahagiaan hidup – semua orang mendambakannya – diperoleh
melalui harmonisasi batin terhadap lingkungan kehidupan
disekitarnya.
- Hukum di Indonesia – saya sangat ragu – dapat ditegakkan oleh
penegak hukum yang anti terhadap segala bentuk penyuapan.
b. Tanda pisah digunakan untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Contohnya:
- Para anggota grup band itu – Rico, Morris, “G.G”, dan Zafira – telah
memberi dampak sosial yang cukup besar selain melantunkan
musik slow, namun pedas mengritik penguasa.
- Istri muda Pak Sholeh – yang berada di Surabaya – telah mengandung
5 bulan.
c. Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai’. Contohnya:
- 1903 – 1955
- Yogyakarta, 13 – 20 November 2015
 Tanda Elipsis/Titik-titik (…)
a. Tanda ellipsis ada yang ditulis dengan cara titik-spasi-titik-spasi-titik (. . .)
Tanda tersebut digunakan dalam penulisan kalimat yang terputus-putus.
Contohnya:
- Kalau begitu . . . ya, lebih baik kita cari tempat makan lain.
- Hmm . . . aku juga bingung dengan tingkahnya.
b. Tanda ellipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan. Contohnya:
- Makanan-makanan berformalin … supaya tidak beredar lagi di
pasaran.
- Hal yang patut dihindari … serta menjadi sumber masalah
dalam melakukan teknik menulis buku.
 Tanda Kurung ((…))
a. Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan, yang biasa digunakan untuk menjelaskan abreviasi. Contohnya:
- Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek
dikti) telah menyelenggarakan Progam Hibah Bina Desa (PHBD)
semenjak bulan lalu.
- Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengajukan
kebijakan yang terlalu mementingan masalah pribadi.
b. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contohnya:
- Novel “The Great Gatsby” (salah satu novel terkenal era revolusi
industri) terbit dan dicetak dalam berbagai versi.
- Bukti tersebut (lihat halaman 109) mendukung pernyataan KHA
Dahlan terhadap bid’ah dalam ibadah yang dilakukan oleh
kebanyakan masyarakat muslim saat itu.
c. Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan. Contohnya:
- Kata aggression  diserap ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi agresi (an).
- Pendaki amatiran tidak diperkenankan untuk mendaki sampai
(puncak) Mahameru.
d. Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu urutan keterangan. Contohnya: Kecerdasan sejati ditentukan oleh
penguasaan (a) IQ, (b) EQ, dan (c) SQ.
 Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli. Contohnya:
- Mahasiswa juga wajib berperan dalam pemberdaya[a]n masyarakat
secara berintegritas.
- Dalam jurnal yang ditulis oleh Tim Kuscz[s]cak, terdapat kesalahan
dalam logika penulisan.
b. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung. Contohnya:
- Persamaan dari metode pembelajaran itu (perbedaannya [lihat
halaman 20-23] begitu signifikan) memberikan output yang kurang
lebih tetap sama dengan tujuan awal.
 Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contohnya:
- “Saya belum siap,” Kata Ahmad, “Lima menit lagi!”
- Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa
Indonesia.”
b. Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku
yang dipakai dalam kalimat. Contohnya:
- Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,  dari Suatu
Tempat.
- Karangan Putra Setiawan yang berjudul “Peran BEM Terhadap
Kehidupan Mahasiswa” telah diterbitkan di surat kabar Kedaulatan
Rakyat sebagai tema besar halaman swarakampus.
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus. Contohnya:
- Model itu melenggang dengan celana kuno yang dikenal sebagai
“cubrai”.
- Dalam istilah asing, keadaan semacam inilah yang disebut sebagai
“jeopardy”.
d. Tanda petik juga digunakan sebagai tanda baca penutup kalimat atau bagian
kalimat ditempatkan di belakang tanda pentik yang mengapit kata atau
ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat. Contohnya:
- Michael Gerard “Mike” Tyson adalah satu dari sekian ikon terkenal
dunia yang menjadi mualaf.
- Rhendy sering menjadi “pengacau” dalam setiap kegiatan
keorganisasian.
 Tanda Petik Tunggal (‘…’)
a. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Teknik menulis, contohnya:
- Tanya Melia, “Kau denggar bunyi ‘ngiung-ngiung’ tadi kah?”
- “Waktu membuka pintu depan, kudengar teriak anakku ‘Bapak sudah
pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Bapak Santoso
b. Tanda petik tunggal dalam teknik menulis digunakan untuk mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Contohnya:
- rate of inflation ‘laju inflasi’
- feedback ‘umpan balik’
 Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dalam teknik menulis dipakai dalam nomor surat dan
nomor pada kalimat dan penandaan masa tahun yang terbagi dalam dua
tahun takwim. Contohnya:
- No. 036/Kep/DIKTI/2002
- Ngadiwinatan NG I/1095
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau,  atau Contohnya:
- pria/wanita
- harga permen itu Rp500,00/butir
 Tanda Apostrof (‘)
a. Tanda penyingkat atau apostrof digunakan untuk menunjukkan penghilangan
bagian kata atau kata atau bagian angka tahun. Contohnya:
- Jono ‘lah orang yang menyelamatmu (‘lah = adalah)
- 29 Februari ’16 (’16 = 2016)
b. Tanda apostrof dalam teknik menulis juga terkadang digunakan dalam
penulisan nama ataupun kata khusus serta serapan bahasa asing. Contohnya:
- Rifan Syafi’i (bukan ‘Syafi i’ atau ‘Syafii’)
- Surat Al-An’am (bukan Al-An am atau Al-Anam)

 Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

Meskipun penulisan tanda baca memang terkesan sepele, tapi kesalahan penggunaan
tanda baca bisa mengubah makna suatu kalimat maupun intonasinya.

Contoh :
 Barang-barang yang wajib dibawa saat ujian adalah alat tulis, papan kerta, dan
kartu ujian. (benar)
Barang-barang yang wajib dibawa saat ujian adalah alat tulis, papan kerta dan
kartu ujian. (salah)
 Siapa nama lengkap ibu kandungmu? (benar)
Siapa nama lengkap ibu kandungmu (?) (salah)

KALIMAT EFEKTIF
 Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat Efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti unsur-
unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat); memperhatikan ejaan yang
disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat dalam kalimat. Kalimat yang memenuhi
kaidah-kaidah tersebut jelas akan mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.Efektif
mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang
tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam
bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut
beberapa ahli bahasa :

1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif,
gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup
menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu
persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP:
2013)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
 Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Beberapa ciri kalimat efektif yang kami kumpulkan, diantaranya:
 Memakai diksi yang tepat.
 Mempunyai unsur pokok atau penting, minimal Subjek Predikat (SP).
 Taat kepada tata aturan ejaan yang disempurnakan (EYD) yang berlaku.
 Melakukan penekanan ide pokok.
 Mengacu kepada penghematan penggunaan kata.
 Memakai kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
 Memakai variasi struktur kalimat.
 Memakai kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
 Mewujudkan koherensi yang baik dan kompak.
 Memperhatikan pararelisme.
 Merupakan komunikasi yang berharkat.
 Diwarnai kehematan.
 Didasarkan pada pilihan kata yang baik.
 Syarat Kalimat Efektif
- Kesatuan Menurut Amran Tasai dan Arifin, kesatuan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan)
dan struktur bahasa yang digunakan. Kesatuan gagasan kalimat ini diperlihatkan oleh kesepadanan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri-ciri yang kesatuan:
a. Adanya subjek dan predikat yang jelas.
Contoh kalimat kesatuan:
Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi. (Salah)
Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah adat. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek ganda
Misalnya:
Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)
Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa. (Benar)
c. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal
Misalnya:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama (Salah)
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
(Benar)
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Misalnya:
Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)

 Kehematan
Menurut Finoza, kehematan adalah usaha menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat disini
berarti tidak menggunakan kata-kata mubazir, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak,
dan tidak mengulang subjek. Dengan menghemat kata, kalimat menjadi padat dan berisi.
Contoh kalimat kehematan:
 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Salah)
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Benar)
 Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin (Salah)
 Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu. (Benar)
 Dia hanya membawa badannya saja (Salah)
 Dia membawa badannya saja / Dia hanya membawa badannya. (Benar)
 Para tamu-tamu (Salah)
 Para tamu/ Tamu-tamu. (Benar)
 Keparalelan
Menurut Amran Tasai dan Arifin, keparalelan merupakan kesamaan bentuk yang digunakan dalam
kalimat itu.Maksudnya yaitu jika pada kata pertama berbentuk verba, maka kata kedua juga harus
berbentuk verba.
- Materi terkait: Verba Transitif dan Intransitif Serta Contohnya
Contoh kalimat keparalelan:
Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah aplikasi pada para praktikan.
(Salah)
Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah aplikasi

 Kelogisan
Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh kalimat efektif kelogisan:
Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)
Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)

 Kepaduan (Koherensi)
Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentukan
kalimat.Merupakan syarat dari kalimat efektif agar diharapakan nantinya setiap informasi yang
diterima tidak terpecah-pecah. Ciri-ciri di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi yang rusak
karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat. Misalnya:
• Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)
• Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)
Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
• Contoh kalimat kepaduan:
• Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)
• Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)
 Ketepatan
Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur yang
membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti. Contoh kalimat
ketepatan, misalnya dibawah ini tentang kesalahan dalam penggunaan tanda koma:
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

Contoh Kalimat Efektif dalam Paragraf


Akan yuksinau.id berikan terlebih dahulu contoh kalimat tidak efektif dalam paragraf.
Saya ini adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, kebetulan saya kontrak rumah di daerah Stasiun
Tugu. Jadi untuk pergi kuliah saya harus menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja. Selain
saya, Banyak para mahasiswa Gajah Mada yang tinggal di daerah Stasiun Tugu yang menggunakan
fasilitas Trans Jogja sebagai sarana transportasi.
Contoh kalimat yang sudah dibenarkan sehingga menjadi kalimat efektif:
Saya adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada. Saya kontrak rumah di daerah Stasiun Tugu. Untuk
pergi kuliah, saya menggunakan transportasi umum yaitu, Trans Jogja. Selain saya, banyak mahasiswa
Gajah Mada yang tinggal di Stasiun Tugu menggunakan fasilitas Trans Jogja sebagai sarana
transportasi.
 Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan
bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak
menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah. Jadi, kalimat efektif
selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada
umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata
itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat pemakai bahasa itu. Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek
yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
2. Menuis saya surat buat Papa.
3. Papa saya buat menulis surat.
4. Saya Papa buat menulis surat.
5. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu
terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang
satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap
kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan
pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag
sudah dibiasakan.

Anda mungkin juga menyukai