Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ni Putu Ratna Wulandari

NIM : 2013031004
Rombel : 11
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

RAGAM BAHASA INDONESIA


A. Pengertian Ragam Bahasa Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa yang ada juga mengalami perkembangan.
Perkembangan tersebut berupa variasi atau ragam bahasa yang dipakai sesuai keperluan
dari penggunaan bahasa tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ragam
bahasa adalah sebagai variasi bahasa menurut pemakaiannya, topik yang dibicarakan,
hubungan pembicara dan teman bicara, serta medium pembicaranya. Bachman pada tahun
1990 juga menyatakan ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang dibicarakan. serta menurut medium pembicara.
Ragam bahasa terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam atau variasi bahasa merupakan
bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh ciri-ciri linguistic, ragam bahasa juga
ditandai dengan ciri nonlinguistik, misalnya, lokasi atau tempat penggunanya, lingkungan
sosial pemakainya, dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.
Variasi-variasi tersebut tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang
efisien sehingga dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk keperluan tertentu.
Adapun beberapa pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara. orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
2. Ragam bahasa menurut Fishmaned (1968)
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat
menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar
belakang pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
3. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pekok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi remi. Seperti di sekolah,
di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam
situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
B. Jenis-jenis Ragam Bahasa Indonesia
Ragam bahasa bisa digolongkan menjadi beberapa klasifikasi diantaranya adalah ragam
Bahasa Indonesia berdasarkan situasi, media, bidang pemakaian, dan berdasarkan daerah
penutur.
B. 1. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakainya
berdasarkan situasi pemakainya, ragam bahasa terdiri dari dua bagian, yaitu ragam
bahasa resmi (formal) dan ragam bahasa tidak resmi (nonformal). Setiap ragam bahasa
dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa, diidentifikasikan ke
dalam situasi pemakainya.
a. Ragam Bahasa Resmi (Formal)
Ragam bahasa resmi (formal) adlaah ragam bahasa yang digunakan dalam suasana
formal, misalnya dalam percakapan forum ilmiah.
b. Ragam Bahasa Tidak Resmi (Nonformal)
Ragam bahasa tidak resmi (nonformal) adalah ragam bahasa yang biasa digunakan
dalam suasuasana tidak formal, mislanya dalam percakapan sehari-hari.
Adapun perbedaan antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal, yaitu
sebagai berikut:
Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria:
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah kosakata dan istilah dengan benar;
2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit;
3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat;
4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten; dan
5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada
ragam bahasa lisan.
Sedangkan ragam bahasa nonformal, memerhatikan kriteria sebagai berikut:
1. Penggunaan bentukan kata secara tidak lengkap dan biasanya disingkat;
2. Tidak menggunakan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit; dan
3. Penggunaan ejaan yang tidak baku pada ragam bahasa tulis maupun lisan.
Berdasarkan kriteria di atas, secara sederhana, perbedaan antara ragam formal dan
ragam nonformal diamati dari hal berikut.
1. Hubungan antara pembicara dan pendengar.
2. Pokok masalah yang sedang dibahas.
3. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi.
4. Medium bahasa yang digunakan, lisan atau tulis.
5. Situasi ketika pembicara berlangsung.
B. 2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media
Ragam bahasa berdasarkan media dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam bahasa lisan mencakup, tatabahasa,
kosakata, dan lafarl. Dalam ragam bahasa ini, pembicara dapat memanfaatkan
tinggi rendahnya suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide. Ragam bahasa yang diungkapkan selalui media lisan
didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelepasan
kalimat. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk serta
kelengkapan kalimat dan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi
pendukung dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
a. Memerlkan orang kedua atau teman bicara.
b. Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
c. Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
d. Berlangsung cepat.
e. Kalimatnya pendek-pendek.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, memuat tentang ejaan
atau tata cara penulisan, tata bahasa, dan kosakata. Ragam bahasa ini menuntut
adanya kelengkapan unsur tatabahasa, seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan
tanda baca dalam mengungkapkan ide. Ragam bahasa yang digunakan melalui
media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan
struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai bahan unsur dasarnya.
Ciri-ciri Ragam Bahasa Tulis yaitu:
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain dan tidak terkait ruang dna waktu.
2. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat.
3. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna.
4. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap dan paragraft dikembangkan
secara lengkap dan padu.
5. Berlangsung lambat.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis standar maupun nonstandard. Ragam tulis standar, dapat
ditemukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, dan
iklan. Sedangkan ragam tulis nonstandard dapat ditemukan dalam majalah remaja,
iklan, atau poster. Perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis
berdasarkan tata bahasa dan kosakata yaitu:
1. Tata bahasa
a. Ragam lisan
- Ratna sedang baca komik.
- Kadek mau ngambil uang.
b. Ragam tulis
- Ratna sedang membaca komik.
- Kadek mau mengambil uang.
2. Kosa kata
a. Ragam Lisan
- Kiran bilang kalua kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
b. Ragam Tulis
- Kiran mengatakan bahwa kita harus belajar.
- Kita harus membuat karya tulis.
B. 3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Pemakaian/Pokok Persoalan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam
membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda, kita menggunakan ragam bahasa
yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda
dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hokum, atau pers.
Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahsa yang
digunakan dalam lingkungan ekonomi atau perdagagan, olah raga, seni atau teknologi.
Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini
dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata/
peristilahaan/ ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya
masjid, gereja, vihara adlah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Coroner,
hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran. Improvisasi, maestro,
kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Kalimat yang digunakan pun
berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan. Kalimat dalam undang-
undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra, kalimat dalam karya ilmiah,
kalimat-kalimat dalam koran atau majalah, dan lain-lain.
B. 4. Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah Penutur
1. Idiolek
Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek,
setiap orang mempunyai variasi bahasnya atau idioleknya masing-masing. Variasi
idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat, dan sebagainya. Namun, yang paling dominan adalah warna suara
sehingga jika kita ucap akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara
tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.
2. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,
yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Dialek ini didasarkan
pada wilayah atau area tempat tinggal penutur. Dialaek ini lazim disebut dengan
dialek areal, dialek regional, atau dialek gepgrafi. Para penutur dalam suatu dialek,
meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri
yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan
kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang
menandai dialeknya juga. Dalam bahasa Bali, misalnya ada beberapa dialek,
bahasa Bali dialek Gianyar, bahasa Bali dialek Jembrana yang berbeda dengan
bahasa Bali dialek Singaraja atau dialek Denpasar. Contoh dialek masyarakat
Madura berbeda dengan dialek masyarakat Bali. Hal tersebut dapat dilihat ketika
kedua masyarakat tersebut mengucapkan “Mau kemana, Dik?” ketika hal tersebut
terucap akan terdengar dengan jelas aksen yang berbeda.
3. Kronolek atau dialek temporal
Kronolek atau dialek temporal merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Contoh, variasi bahasa Indonesia pada
masa tahun dua puluhan, variasi yang digunakan pada tahun lima puluhan, dan
variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa pada ketiga zaman itu
tertentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, serta sintaksis.
4. Sosiolek atau dialek sosial
Dialek sosial adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan statu, golongan, dan
kelas sosial penuturnya. Dalam sosiolinguistik, umumnya variasi bahasa inilah
yang paling banyak dibicarakan karena variasi bahasa ini menyangkut semua
masalah pribadi para penuturnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan, seks, tingkat
kebangsaan, dan keadaan ekonomi. Perbedaan variasi bahasa itu bukanlah
berkenaan denga nisi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi,
sintaksis, dan kosakata. Bagian-bagian dari sosiolek atau dialek sosial seperti:
a. Ragam bahasa berdasarkan usia
Ragam bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Seperti, ragam
bahasa anak-anak akan berbeda dengan ragam bahasa orang dewasa. Contoh
kata “maem” sering digunakan kepada anak-anak untuk menyatakan aktivitas
makan. Kata “bobok” juga ragam bahasa anak-anak untuk menyatakan
aktivitas tidur.
b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan
Ragam bahasa ini adalah variasi bahasa yang terkait dengan tingkat
pendidikan orang yang menggunakan bahasa. Seperti, orang yang hanya
mengenyam bangku sekolah dasar akan berbeda ragamnya dengan orang yang
mengenyam bangku perguruan tinggi. Contoh kata “spesifik”, kata ini
merupakan kata yang sering diungkapkan oleh orang yang mengenyam
bangku perguruan tinggi. Namun untuk orang yang mengenyam bangku
sekolah dasar leih sering mengatakan kata “khusus”.
c. Ragam bahasa berdasarkan seks
Ragam bahasa berdasarkan seks adalah bahasa yang terkait dengan jenis
kelamin. Dalam konteks ini adalah pria dan wanita. Ragam bahasa wanita
umumnya lebih lembut daripada pria. Ragam bahasa ini dapat dilihat dari
kosakata. Kosakata seperi mimpi basah, sarung, udeng, peci, koteka, kumis,
dan lain sebagainya berhubungan dengan pria. Sedangkan menstruasi,
sanggul, lipstick, kebaya, hamil kerudung, dan lainnya merupakan ragam yang
berhubungan dengan wanita.
d. Ragam bahasa berdasarkan pekerjaan
Ragam ini berkaitan dengan jenis profesi, pekerjaan, serta tugas para
pengguna bahasa tersebut. Seperti, ragam yang digunakan oleh guru serta koki
berbeda-beda. Guru seperti, menggunakan kata-kata siswa, kurikulum, ujian,
semester, rapor, dan lain-lain. Berbeda dengan koki yang menggunakan kata-
kata masak, matang, panci, pisau, asin, manis, dan lain-lain.
e. Ragam bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Ragam bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi
bahasa yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-
raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang
digunakan oleh raja dengan masyarakat biasa dalam bidang kosakata, seperti
kata mati untuk masyarakat biasa, sedangkan raja menggunakan kata mangkat.
Di Pulau Bali, masyarakat yang memiliki kasta brahmana menggunakan kata
mekolem atau sirep, untuk aktivitas tidur. Sedangkan masyarakat biasa
menggunakan kata mesare.
f. Ragam bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi
Ragam bahasa berdasarkan keadaan sosial ekonomi adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan ragam bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan, hanya saja tingkat ekonomi mutlak sebagai warisan
sebagaimana halnya dengan tingkat keangsawanan. Misalnya, seseorang yang
mempunyai tingkat ekonomi atas akan mempunyai ragam bahasa yang
berbeda dengan yang mempunyai tingkat ekonomi rendah. Sebagai contoh
kata nasi jingo dan nasi campur sering diucapkan oleh orang yang mempunyai
keadaan rendah. Sedangkan seseorang yang mempunyai keadaan ekonomi
atas akan sering mengucapkan burger, spaghetti, dan lain-lain untuk mengacu
pada jenis makanan.
Sehubungan dengan ragam bahasa berdasarkan tingkat, golongan, status dan
kelas sosial penuturnya, lebih sering dikemukakan dengan variasi bahasa yang
disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga
yang menambahkan dengan yang disebut bahasa prokem.

C. Pertanyaan dan Pembahasan Terkait Ragam Bahasa


1. Bagaimana hubungan ragam bahasa ilmiah dengan ragam bahasa tulis?
Ragam bahasa ilmiah adalah kosa kata yang sering diungkapkan dalam bidang ilmiah
seperti volume, atom, enzim dan lain sebagainya. Sedangkan ragam bahasa tulis adalah
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Ingat bahwa dalam ragam tulis, memuat tentang ejaan atau tata cara
penulisan, tata bahasa, dan kosakata. Hubungan yang terjadi antara ragam ilmiah
dengan ragam tulis adalah pemanfaatan cara menulis yang baik, dari segi ejaan atau
tata cara penulisan. Contoh sederhana adalah kata analisa dan analisis yang sering
digunakan pada ragam ilmiah. Untuk membahas kata yang tepat menggunakan ragam
tulisan karena ragam tulisan memuat tentang penulisan yang tepat, maka kata yang
tepat utuk hal itu adalah analisis.
2. Ragam bahasa lisan terbagi menjadi dua, sebut dan jelaskan!
Ragam lisan dapat diperinci menjadi dua, yaitu:
1. Ragam lisan baku, misalnya ketika orang sedang berceramah, ketika sedang
menguji skripsi, dan sebagainya.
2. Ragam lisan tidak bagu, misalnya ketika orang sedang mengobrol santai di
sepanjang jalan, di warung, dan sebagainya. Ragam bahasa ini ditandai
dengan:
1. Kosa kata lebih menekankan pilihan kata yang tidak baku;
2. Bentuk kata bahasa lisan cenderung tidak menggunakan lisan; dan
3. Kalimat cenderung tanpa undur yang lengkap (subjek, predikat, atau
objek).
3. Perbedaan yang paling mencolok pada ragam bahasa daerah penutur lebih tepatnya
pada bidang kronolek atau dialek temporal terdapat pada segi leksikon ketika
perkembangan waktu, mengapa hal ini dapat terjadi?
Hal ini dapat terjadi karena bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Misalkan saja kata ringgit, sen, dan rupiah
yang merupakan nama mata uang digunakan pada kurun waktu yang berbeda. Namun
satuan uang Indonesia ketika merdeka menggunakan rupiah, sedangkan sebelum
merdeka menggunakan kata ringgit dan sen.
4. Ragam bahasa berdasarkan situasi penggunaannya dibagi menjadi dua yaitu resmi dan
tidak resmi. Bagaimana perbedaan yang mencolok dari kedua ragam bahasa tersebut?
Sebut dan berikan penjelasan!
Perbedaan yang paling mencolok antara ragam bahasa resmi dan tidak resmi adalah
sebagai berikut:
1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, seperti kamu dan lo.
2. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefiks), akhiran (sufiks), gabungan
awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks).
Seperti:
a. Awalan: Mengopi-ngopi
b. Akhiran: Laporan-laporin
c. Simulfiks: Menemukan-nemuin
d. Konfiks: Menghidupkan-hidupin
3. Penggunaan unsur fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa
nonformal, seperti nok, sih, deh, kok, lho, ya kale, dan sebagainya.
4. Penggunaan fungsi yang lengkap. Berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat
yang dihilangkan karena situasi dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam
kalimat-kalimat yang nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Hal ini
sering terjadi pada ragam bahasa nonformal.
5. Penggunaan kata hubung atau konjungsi dan kata depan atau preposisi. Dalam
ragam nonformal, sering kata hubung dan kata depan dihilangkan sehingga
menggangu kejelasan kalimat.
5. Mengapa ragam bahasa tulis terkesan lebih sulit dari pada ragam bahasa lainnya?
Hal ini dikarenakan ragam bahasa tertulis memuat tentang ejaan yang baik, tata cara
penulisan, semua peraturan tersebut berdasarkan dari KBBI atau EYD. Selain itu
ragam bahasa tulis melambangkan berbahasa Indonesia yang benar artinya berbahasa
sesuai dengan KBBI atau PUEIBI.

.
DAFTAR PUSTAKA

Sukirman, Firman, dan Mirnawati. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Makassar: Penerbit Aksara Timur.
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai