dibicarakan menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicaraan.
Ragam bahasa dapat didefinisikan sebagai kevariasian bahasa dalam pemakainya sebagai alat
komunikasi. Kevariasian bahasa ini terjadi karena beberapa hal, seperti: media yang digunakan,
hubungan pembicara, dan topik yang dibicarakan.
Berdasarkan media atau sarana pemakaianya, ragam bahasa dibedakan atas ragam bahasa
tulis dan ragam bahasa lisan. Ada yang mengatakan ragam bahasa tulis merupakan ragam bahasa
lisan yang divisualkan atau dituliskan. Pendapat tersebut sesungguhnya ada benarnya tetapi tidak
banyak salahnya karena tidak semua ragam bahasa lisan dapat dituliskan dan sebaliknya juga.
Ada beberapa hal yang menjadi pembeda antara ragam bahasa tulis dan lisan misalnya:
ragam lisan memerlukan orang kedua sebagai lawan berbicara sedangkan tulis tidak
harus,
fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan dalam ragam lisan
karena memang dalam raga ini penggunaan bahasa sudah dibantu dengan situasi/
konteks, mimic pembicara, gerakkan, pandangan dan lain sebagainya, sedangkan
dalam ragam tulis hal tersebut tidak ada atau diperlukan fungsi gramatikal yang lebih
lengkap agar lawan bicara (pembaca tulisan) dapat memahami informasi yang
disampaikan dengan jelas dan benar,
ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam
tulis tidak terikat, dan
ragam lisan dipengaruhi oleh panjang pendek dan tinggi rendah suara sedangkan
ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf capital, huruf miring dll.
Dengan demikian dapat didefinisikan ragam lisan dan ragam tulis sebagai berikut:
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan
lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau
tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ragam bahasa lisanmerupakan ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan,
terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Ragam bahasa tulismerupakan ragam bahasa yang pemakaiannya melalui media tulis,
tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur agar dapat dipahami
dengan mudah dan benar. Ragam bahasa tulis memiliki kaidah yang baku dan teratur seperti tata
cara penulisan (ejaan), tata bahasa, kosa kata, kalimat dll. Dapat dikatakan ragam bahasa tulis
menuntut adanya adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca.
Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama
dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video,
film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek,
pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya
mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat
pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai. contoh:
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.
Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap
penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan)
sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap
penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara
penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau
bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan
maupun tulisan.
tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah
buku Tata Bahasa Baku Indonesia;
kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.
Ragam baku merupakan ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dalam penggunaanya. Sedangkan ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan
ditandai oleh cirri-ciri menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam bahasa baku memiliki sifat yaitu kemantapan dinamis, cendekia dan seragam.
Kemantapan diartikan sebagai kesesuaian dengan kaidah bahasa dan dinamis yaitu tidak kaku
atau tidak kaku. Bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi yang
lebih sering terlibat di dalamya adalah kaum terpelajar. Dan bersifat seragam karena pada
dasarnya pembakuan bahasa merupakan proses penyeragaman bahasa. Agar dapat dipakai dan
dimengerti setiap orang pemakainya.
Dengan adanya dua jenis ragam bahasa di atas yaitu ragam lisan dan tulis, dan ragam
baku dan tidak baku muncul sebuah ragam bahasa yang lain yaitu ragam baku tulis dan ragam
baku lisan. Kedua ragam ini memiliki konsep yang sama dengan ragam di atas.
Ragam baku tulis merupakan ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku
pelajaran atau buku-buku ilmiah. Ragam baku tulis berpedoman pada pedoman umum ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan, pedoman umum pembentukan istilah, dan KBBI.
Sedangkan untuk ragam baku lisan adalah bagaimana menggunakan ragam bahasa baku seperti
di atas dalam situasi lisan. Hal yang menentukan baik tidaknya ragam baku lisan seseorang
adalah banyak sedikitnya pengaruh dialek atau logat bahasa daerah pembicara. Jika bahasa yang
digunakan atau logat yang digunakan masih sangat menunjukan bahasa atau logat bahasa daerah
maka dapat dikatakan bahasa baku lisan pembicara tersebut masih kurang baik.
D. RAGAM SOSIAL DAN RAGAN FUNGSIONAL
Ragam social dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakantan bersama dalam lingkungan social yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam social membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang
misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status social
orang yang menjadi lawan bicara. Ragam social ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam
lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan
teman dan orang yang punya kedudukan social yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut
“kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara
dengan orang dengan status social yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang
diakitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai
contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan
ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa
jurnalistik, dsb.
Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden
Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti
dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali,
dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam
bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak
baku).
Ada istilah tentang ragam bahasa :
Idiolek = ciri khas yang dimiliki seseorang yang sulit sekali diubah
Dialek = sekelompok orang yang menggunakan logat yang sama karena berasal dari satu
daerah yang berdekatan
Sosiolek = sekelompok orang yang berlogat sama mendiami satu daerah (bahasa
kelompok akademis berbeda dengan bahasa orang jalanan)
Ragam bahasa bidang tertentu : istilah hokum, istilah sains, istilah jurnalistik, dan lain-
lain.
Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan tulisan
Ragam bahasa pada situasi seperti bahasa formal dan nonformal
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh
karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta
menghormati lawan bicara / target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui
gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat
bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. Bahasa isyarat akan dibahas pada artikel lain di
situs organisasi.org ini. Selamat membac
Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,
jurnalistik, dsb.
Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden
soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa
madura, medan, sunda, dll.
Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi
berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.
Bahasa lisan lebih ekspresif dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh
karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta
menghormati lawan bicara atau target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gestur atau bahasa tubuh adalah salah satu cara berkomunikasi melalui
gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat digunakan permanen oleh penyandang cacat karena
mereka mempunyai bahasa sendiri.
Bahasa bisa punah karena kebanyakan bahasa didunia ini tidak statis. Bahasa-bahasa itu
berubah seiring waktu, mendapat kata tambahan, dan mencuri kata-kata dari bahasa lain. Bahasa
hidup dan berkembang ketika masyarakat menuturkannya sebagai alat komunikasi utama. Ketika
tidak ada lagi masyarakat penutur asli suatu bahasa disebut bahasa mati atau punah, meskipun
masih ada sedikit penutur asli yang menggunakan tetapi generasi muda tidak lagi menjadi
penutur bahasa tersebut.
Banyak situasi yang menyebabkan bahasa punah. Sebuah bahasa punah ketika bahasa itu
berubah bentuk menjadi famili bahasa-bahasa lain.Orang indonesia kini boleh jadi tidak mengerti
bahasa melayu yang digunakan di indonesia awal abad ke-20. Karena bahasa indonesia saat ini
berasal dari bahasa melayu yang telah mengalami infusi kata-kata bahasa asing. Bisa dikatakan
bahasa melayu bermetamorfosis dalam bahasa indonesia. Kelak kalau bahasa indonesia makin
berkembang dan demikian pula bahasa melayu malaysia kemungkinan bahasa melayu akan
punah. Karena pengaruh globali sasi dan IPTEK menyebabkan masyarakat indonesia
menganggap bahasa indonesia itu :
Tidak gaul.
Terlalu formal.
Selain bahasa asing, bahasa daerah juga memberi pengaruh pada perkembangan bahasa
indonesia. Karena bahasa indonesia mungkin dianggap terlalu formal untuk dipakai sehari-hari.
Tidak apa-apa sebenarnya bahasa asing menyerap kedalam bahasa indonesia. Sebagai bahasa
yang terbuka, bahasa indonesia harus luwes menerima unsur bahasa lain.