Anda di halaman 1dari 19

ISTILAH

RAGAM,
LARAS, DAN
VARIASI
BAHASA
RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian ragam Bahasa:

Menurut Dendy Sugono, bahwa sehubungan dengan pemakaian Bahasa Indonesia, timbul
dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan Bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi
resmi, seperti di Sekolah, di Kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan Bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di Rumah, di Taman, di Pasar, kita tidak
dituntut menggunakan Bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan Bahasa, yaitu (1) ragam
Bahasa lisan, (2) ragam Bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ
pengucapan seperti mulut) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam Bahasa lisan,
sedangkan Bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya, dinamakan ragam Bahasa tulis. Jadi dalam ragam Bahasa lisan, kita berurusan dengan
lafal, dalam ragam Bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu
aspek tata Bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Bahasa Indonesia ragam baku, yang dijadikan tolak ukur yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan penutur Bahasa Indonesia, bukan otoritas Lembaga
atau Instansi di dalam menggunakan Bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata
itu digunakan di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab.
Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam
baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu makna
dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan. Suatu ragam Bahasa, terutama ragam
bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan
bentuk kosa kata ragam Bahasa baku agar dapat menjadi panutan bagi
masyarakat pengguna Bahasa Indonesia.
Media pengantarnya atau sarananya
1. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan
ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam
situasi perkuliahan, ceramah dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam
percakapan antar teman, di pasar,atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
2. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa
ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan
dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. kita juga dapat
menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Berdasarkan situasi dan pemakaian
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan
bentukkata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat
tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
Dalam penggunaan ragam Bahasa baku tulis makna disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam
kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya
pemakaian, sedangkan ragam Bahasa baku lisan makna dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi formal atau santai. Jika Ragam Bahasa lisan
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan dituliskan, ragam Bahasa itu tidak dapat disebut
unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
Bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, karena itu, Bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun
kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam Bahasa serupa
Ragam Bahasa baku lisan didukung oleh situasi itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
kebakuannya.
Ragam Bahasa berdasarkan penutur
Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut Ragam bahasa terpelajar Bahasa Indonesia yang
ragam daerah (logat/dialek). Luasnya digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan
pemakaian bahasa dapat menimbulkan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa dalam pelafalan kata yangberasal dari bahasa asing,
Indonesia yang digunakan oleh orang
yang tinggal di Jakarta berbeda dengan misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video,
bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa film,fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek,
Masing-masing memiliki ciri khas pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga
yang berbeda-beda. Misalnya logat terjadidalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa
bahasa Indonesia orang Jawa Tengah seharusnya membawa, nyariseharusnya mencari.
tampak awal saat melafalkan nama- Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering
nama kota seperti Bogor, Bandung, menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia
orang Bali tampak pada pelafalan
/t/seperti pada kata ithu, kitha, canthik.
PENGERTIAN LARAS

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal inikita mengenal
iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih
dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.

Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap larasdapat
disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar, atau nonstandar.
Macam-macam laras bahasa adalah laras ilmiah, laras satra (puisi, cerpen,novel), laras
jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll).
Jenis dan Ciri

Laras bahasa dapat digolongkan kepada dua golongan Pembeda utama yang membedakan antara laras
besar, yaitu laras biasa dan laras khusus. Laras biasa biasa dengan laras khusus ialah:
ialah laras khusus yang digunakan untuk masyarakat
1. Kosa kata
umum seperti bidang hiburan (laporan, berita ),
2. Tata Bahasa
pengetahuan dan peneranagan (rencana), pesan/ amanah
dan promosi ( iklan ). 3. Gaya

Laras khusus juga merujuk kepada kegunaan untuk


khalayak khusus seperti ahli-ahli atau peminat dalam
bidang tertentu dan pelajar-pelajar (perencanaan,
laporan, buku).
1. Laras Bahasa biasa
2. Laras Bahasa akademik
Tidak melibatkan bidang tertentu, mudah dipahami, tidak ada Meliputi berbagai bidang seperti sains, teknologi, komunikasi, matematik

istilah teknikal, kurang kata pinjaman. dan sebagainya yang terletak dalam ruang lingkup pendidikan.
Dalam penulisan ilmiah, misalnya penulisan thesis, penulis perlu
Laras biasa ialah laras bahasa yang yang digunakan untuk mengikut formatif tertentu seperti perlu ada catatan di biografi (rujukan),
khalayak umum tentang berbagai bidang seperti bidang hiburan nota kaki di bawah muka surat atau nota hujungan di penghujung setiap
(laporan, berita), pengetahuan dan penerangan(rencana) dan bab.

pesan/ maklumat/ promosi ( iklan). Menggunakan istilah-istilah yang khusus kepada bidang, dan biasanya
perlu dihafal. Contohnya ialah fotosintesis, pecutan, mengawan,
Laras Bahasa Perniagaan Mempengaruhi penguna untuk pendebungaan dan sebagainya.
membentuk tanggapan tertentu, atau mengubah sikap dan
melakukan tindkan.Digunakan dalam iklan, tender,laporan dan 3. Laras Bahasa undang-undang
sebagainya , didukung pula dengan gambar, lukisan, grafik, Tidak ada gambar, grafik, metafora, simili, peribahasa, kiasan dan

ilustrasi dan sebagainya. sebagainya. Mempunyai istilah sendiri seperti Argumentasi kumpulan
teks dan sebagainya.
4. Laras Bahasa media
Berita sebagai satu wacana mempunyai struktur teks yang tersendiri, tidak sama dengan struktur teks cereka, struktur
teks esai dan karya ilmiah.
Wartawan atau pengarang besar menggunakan bahasa untuk menjelaskan sesuatu menurut cara yang paling mudah
diterima oleh masyarakat umum.
Tiga ciri penting yang harus ada dalam berita yang penting yaitu :
pertama, bahasa yang digunakan mudah. kedua, gaya tulisan yang jelas dan ketuiga, isi tulisan harus benar/ tepat.
Karena berita akan dibaca oleh orang banyak/ masyarakat umum, maka bahasa media harus bahasa yang bisa diterima
oleh yang mudah dipahami atau dimengerti.
5. Laras Bahasa sastra
Memperlihatkan gaya bahasa yang menarik dan kreatif. Bahasanya boleh dalam bentuk naratif, deskriptif, preskriptif, dramatik dan
puitis.

6. Laras ilmiah
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan
pendapat.
Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu,
penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis.
Syarat tulisan dianggap karya ilmiah
persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya
ilmiah adalah sebagai berikut. 5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan
dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya
atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis
tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat
sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat
kutipan yang jelas. emotif.

3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah 7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu
ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
Dengan demikian, fakta dan hukum alam yang diterapkan pada
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong
situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca
pembaca untuk menarik kesimpulan.
dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran
Ciri karya ilmiah
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna

2. Harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan
kerancuan atau keraguan

3. Harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.


Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau
format karangan yang kurang lebih bersifat baku ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam
International Standardization Organization (ISO).
Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa
publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah.
Struktur karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil
dan pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka.

ISO menetapkan karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti
tulisan (teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Pengertian Variasi

Sebagai sebuah kaidah bahasa sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur
bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan
kumpulan masyarakat yang homogenn, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole atau komunikasi lisan, menjadi
tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Terjadinyakeragaman atau kevariasian bahasa ini bukan
disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi social yang mereka lakukan sangat
beragam.
Ada dua variasi dalam kajian bahasa. Kedua variasi bahasa itu adalah variasiinternal dan variasi eksternal. Variasi internal
lazim disebut variasi sistemik, yaitu variasi bahasa yang kehadirannya disebabkan oleh faktor-faktor internal bahasa atau
dalam lingkugan Bahasa.
1. Variasi internal bersumber darisebuah system atau struktur bahasa yang bersangkutan, oleh sebab itu variasi internal
bukan hanya terjadi dalam subsistem fonologi, tetapi dapat terjadi dalam subsistem gramatika dan subsistem leksikon.
Dalam dikotomi de Saussure dan Pike variasi internal terjadi pada keseluruhan atau emik (misalnya dengan
dimanfaatkan istilah fonem,morfem, leksem) dan juga parole atau etik (misalnya dengan dimanfaatkan istilah alofon,
alomorf) dalam linguistik umum.
2. Variasi eksternal lazim disebut variasi ekstrasistemik, yaitu variasi yang kehadirannya disebabkan oleh faktor-
faktor di luar system bahasa. Variasi internal cenderung diperhatikan oleh para linguis, sedangkan variasi eksternal
cenderung diperhatikan oleh para sosiolinguis. Kehadiran variasi eksternal disebabakan olehadanya perbedaan
struktur dan pranata sosial dan kemajemukan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan baik bersifat
horizontal maupun vertikal.
Segi-segi variasi bahasa
1. Variasi Bahasa dari segi penutur
Variasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi idiolek ini berkenaan dengan
“warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.
variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada padasatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Para penutur dalam suatu dialek, meskipunmereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri
yangmenandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam
dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.
Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang
digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut sosiolek atau perbedaan bahasa
sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
2. Variasi Bahasa dari segi pemakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana
penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan
atau bidangapa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran,perekonomian,perdagangan, pendidikan, dan
kegiatan keilmuan.
3. Variasi Bahasa dari segi keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya TheFive Clock membagi variasi bahasa atas
lima macam gaya (Inggris style), yaitu gayaatau ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam
usaha(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Dalam kehidupan sehari-hari
kelima ragam di atas, yang dilihat dari keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan.

4. Variasi Bahasa dari segi sarana


Variasi bahasa dari segi sarana dapat dilihat dari segi sarananya atau jalur yang digunakan. Berdasarkan sarana yang
digunakan ragam bahasa dibagi menjadi dua, yakni ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Informasi yang
digunakan dalam ragam wacana lisan disampaikan secara lisan yang dibantu 24 oleh unsur-unsur nonsegmental atau
unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan,gelengan kepala, dan sebagainya. Kemudian ragam
bahasa tulis informasi yang digunakan berupa tulisan atau simbol-simbol serta tanda baca yang memiliki maknaagar
pembaca dapat mengerti apa yang ditulis.

Anda mungkin juga menyukai