Anda di halaman 1dari 8

Nama : Iswanti

NPM : 2620230394

POKJAR : Sukoharjo

KOMTING : Fatmi Hindriyati

Mata Kuliah : Tugas Bahasa Indonesia (4)

Dosen : Prof. Dr. Rustono, M.Hum.

A. RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda

menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang

yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa

yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi),

yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,

perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi

(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian

bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku

dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam

pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti

di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

B. MACAM-MACAM RAGAM BAHASA

1. Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana.

Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana dibagi menjadi ragam

lisan dan tulisan.


a. Ragam lisan merupakan bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa

dalam berkomunikasi. Ragam lisan standar, misalnya orang berpidato

atau memberi sambutan dalam situasi perkuliahan dan ceramah. Ragam

lisan non-standard, misalnya dalam percakapan antarteman di pasar

atau dalam kesempatan nonformal lainnya.

b. Ragam bahasa tulis menggunakan huruf sebagai unsur dasarnya. Hal

ini berkaitan dengan ejaan, tata bahasa, dan kosa kata. Kelengkapan

tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan

pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam mengungkapkan ide.

2. Ragam bahasa berdasarkan penutur.

Ragam bahasa berdasarkan penutur dibagi menjadi ragam bahasa

berdasarkan daerah disebut ragam daerah dan berdasarkan pendidikan penutur.

a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah

Pemakaian bahasa menimbulkan perbedaan bahasa, terutama

bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di luar

daerahnya. Hal ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

b. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah Kelompok

penutur yang berpendidikan berbeda dengan kelompok penutur

yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang

berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin,

video, film, dan fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan

mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm,

dan pakultas.

3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur


Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap lawan bicara

(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap

tersebut, yaitu resmi, akrab, dan santai. Kedudukan lawan bicara atau pembaca

terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikapnya.

Hal ini dapat dilihat dari ragam bahasa baku yang digunakan, seperti:

pembicaraan di muka umum; berbicara dengan orang yang dihormati;

komunikasi resmi; dan wacana teknis.

Sementara itu, ragam bahasa nonbaku dipakai dalam kegiatan tidak

resmi (informal), seperti percakapan sehari-hari. Bahasa formal (resmi)

berguna sebagai alat komunikasi antarsahabat, antaranggota, dan kesemuanya

digolongkan dalam ragam tidak baku.

4. Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian

Pada kehidupan sehari-hari masayarakat menggunakan ragam bahasa

yang berbeda. Hal ini dilihat dari lingkungan, agama, dan profesi masing-

masing penutur.

Perbedaan itu tampak jelas dalam pemilihan atau penggunaan sejumlah

kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tertentu.

Seperti istilah dalam bidang kedokteran, hanya dapat dimengerti oleh kalangan

tertentu. Sehingga, pemilihan kata disesuaikan dengan kebutuhan bidang

pemakaiannya.

Ragam bahasa dibagi menjadi menjadi empat bagian sebagai berikut.

a. Ragam bahasa dari segi penutur sebagai berikut: (a) idiolek

adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan, (b) dialek, (c)

kronolek, dan (d) sosiolek atau dialek social (hlm. 62-68).

Ragam bahasa berdasarkan tingkat golongan, status, dan kelas


sosial para penuturnya dikelompokkan sebagai berikut: (a)

akrolek, (b) basilek, (c) vulgar, (d) slang, (e) kolokial, (f) jargon,

(g) argot, dan (h) ken.

b. Ragam bahasa dari segi pemakaian menurut Chaer dan Agustina

(2010) sebagai berikut: (a) ragam bahasa sastra, (b) ragam

bahasa jurnalistik, (c) ragam bahasa militer, dan (d) ragam

bahasa ilmiah.

c. Ragam bahasa dari segi keformalan terbagi menjadi lima macam

sebagai, yaitu (a) ragam resmi atau formal, (b) ragam usaha atau

ragam konsultatif, (c) ragam santai atau ragam kasual, dan (d)

ragam akrab atau ragam intim.

d. Ragam bahasa dari segi sarana meliputi dua hal, yaitu (a) ragam

bahasa lisan atau ragam bahasa yang digunakan untuk

menyampaikan informasi secara lisan. b) Ragam bahasa tulis

atau ragam bahasa yang digunakan untuk menyampaikan

informasi secara tertulis.

C. CIRI-CIRI RAGAM BAHASA ILMIAH

1.       Cendekia

Ciri cendekia yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah mampu mengungkapakan hasil berpikir logis secara tepat. Hal

itu diwujudkan dalam penyusunan atau pengorganisasian bahasa secara sistematis,

artinya teratur dan runtut sehingga menunjukkan kelogisan berpikir seseorang atau

penulis.

2.      Lugas dan Logis


Ciri lugas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah harus bermakna harafiah dan tidak bermakna ganda,

sedangkan ciri logis adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya

ilmiah sesuai dengan logika atau dapat diterima oleh akal sehat. Hal itu membantu

penulis dalam mengungkapkan pola pikir atau gagasannya dan membantu pembaca

dalam memahami gagasan atau pola pikir penulis.

3.       Jelas

Ciri jelas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah jelas struktur kalimat dan maknanya. Hal itu sangat membantu

penulis dalam memaparkan gagasan atau pola pikirannya dan mempermudah

pembaca untuk memahami makna yang dimaksudkan.

4.      Padat dan Ringkas

Padat yang dimaaksud adalah gagasan atau pola pikir yang akan diungkapakan

tidak tercampur unsur-unsur lain yang tidak ada hubungannya atau tidak diperdulikan.

Ciri ringkas yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan

a ilmiah harus singkat, tidak menggunakan kata-kata yang berlebihan (mubazir).

Dengan demikian, penulisan karya tulis ilmiah menunjukkan gagasan atau pola pikir

yang padat dan tertuang dalam kalimat yang ringkas.

5.       Formal dan Objektif

Formal yang dimaksud mengacu pada pandangan bahwa komunikasi ilmiah

melalui tulisan ilmiah merupakan komunikasi formal atau resmi sehingga bahasa

Indonesia yang digunakannya harus bahasa Indonesia formal, artinya bahasa

Indonesia yang digunakan harus bahasa yang dalam situasi formal atau resmi pada

struktur bahasa yang mencakup seluruh tataran struktur kebahasaan. Penggunaan


bahasa seperti itulah yang menunjukkan ciri objektif, yaitu daoat diukur kebenarannya

secara terbuka umum.

6.       Gagasan sebagai Pangkal Tolak

Gagasan sebagai pangkal tolak yang dimaksud adalah bahasa yang yang

digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus berorientasi pada gagasan atau pola

pikir bukan pada penulis. Gagasan sebagai pangkal tolak terkait dengan objektivitas

penulis, artinya penggunaan bahasa tersebut secara dominan harus bertolak pada

objek yang dibicarakan dan bukan pada penulis secara pribadi. Oleh karena itu,

objektivitas harus ditandai dengan upaya penulis untuk menghindari penggunaan

kata saya,kami, dan kita.

7.      Penggunaan Istilah Teknis

Ciri penggunaan istilah teknis yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang

digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus berfungsi sebagai wacana teknis,

artinya sesuai dengan bidang keilmuannya yang dilengkapi dengan peristilahan teknis

yang meliputi penulisan angka, lambing, dan istilah sesuai dengan bidang ilmu.

8.      Konsisten

Ciri konsisten yang dimaksud adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah mulai dari tataran terkecil sampai dengan tataran terbesar dan

terluas (keseluruhan struktur bahasa) harus ajeg. Arti ajeg adalah taat asas atau selalu

menggunakan bentuk-bentuk atau unsur-unsur tersebut dari awal tulisan sampai akhir

tulisan.

D. CONTOH DIKSI DALAM RAGAM BAHASA ILMIAH

Contoh penerapan diksi yang benar dsalah bisa dilihat pada kalimat berikut

ini:
1. Saya sudah tinggal di Jakarta sejak masih kecil – penggunaan diksi yang benar

2. Saya tinggal mengerjakan PR matematika saja – penggunaan diksi yang salah

Sekilas kedua kalimat tersebut terdengar tidak ada masalah dan tidak ada

kejanggalan ketika membaca maupun mendengarnya. Namun, secara konteks kalimat

nomor 2 kurang tepa jika menggunakan kata tinggal sebagai predikat. Kata tersebut

bisa diganti dengan pilihan kata yang lebih sesuai, seperti berikut:

Saya belum mengerjakan PR matematika saja

Kata belum lebih tepat untuk digunakan dibandingkan kata tinggal. Karena

kata tinggal lebih tepat untuk merujuk pada suatu tempat.

Untuk menentukan apakah diksi yang digunakan dalam suatu kalimat maupun

paragraf sudah tepat, maka harus ada indikator tertentu yang harus dipenuhi. Indikator

untuk menentukan tepat tidaknya diksi yang digunakan di antaranya adalah sebagai

berikut:

 Kata yang dipilih dapat mengomunikasikan gagasan yang ingin disampaikan

dengan tepat dan sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar

 Tidak menghasilkan penafsiran atau pemaknaan kalimat yang ambigu untuk

menghindari salah paham

 Target komunikasi yang ingin dicapai sesuai yang diharapkan termasuk dalam

memilih kata untuk lawan bicara pada tingkat pendidikan dan usia tertentu

 Mendapatkan feedback yang baik dari pembaca maupun pendengar seperti

yang diharapkan dalam bentuk antusiasme dan tingkat kepahaman mereka

E. CONTOH PARAGRAF RAGAM BAHASA ILMIAH


Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik karya

ilmiah. Pertama,  topik yang dipilih hendaknya menarik untuk dikaji. Topik yang

menarik akan mengimbulkan kegahiraan dalam mengkajinya. Kedua, topik jangan

terlalu luas dan jangan terlalu sempit. Topik yang terlalu luas akan menyulitkan

penulisannya karena tidak ada pemfokusan masalah. Topik yang terlalu sempit tidak

menantang penulisnya. Keiga, topik yang dipilih sesuai dengan minat dan

kemampuan penulisnya. Keempat, topik yang dikaji  hendaknya ada manfaatnya

untuk menambah ilmu pengatahuan atau berkaitan dengan prestasi.

F. PERCAKAPAN BAHASA SASTRA

Ella: "Don, waktu liburan sekolah kemarin, kamu liburan ke mana?"

Dona: "Kemarin sih aku liburannya ke pantai. Kalau kamu?"

Ella: "Kalau aku sih liburannya ke rumah kakekku yang ada di kampung".

Dona: "Wah, asyik dong. Waktu kamu di sana, kamu ngapain aja?"

Ella: "Ya seperti biasanya Don, bantu-bantu pekerjaan kakek, kayak nanamin padi,

manen padi, ngusir hama, makan di saung,masih banyak lagi".

Dona: "Kapan-kapan kita liburan ke sana yuk.."

Anda mungkin juga menyukai