Anda di halaman 1dari 7

BAB II

RAGAM BAHASA

Tidak diragukan, dalam berkomunikasi, bahasa mempunyai peran


sangat penting bukan hanya menyangkut proses penyampaian dan penerimaan
informasi, tetapi mencakup semua aspek ekspresi kejiwaan manusia yang amat
majemuk, seperti mengejek, merayu, menggugah, meyakinkan, menggugat,
menyindir, mengkritik, menginsyafkan, dan menghibur. Bahasa seseorang
harus jelas dan tepat sesuai perannya saat berkomunikasi; sebagai dosen,
mahasiswa, sastrawan, pengusaha, atau pemimpin agar kata/kalimat yang
diucapkan dapat dipahami oleh pendengar.
Howard Gardner, seorang peneliti kecerdasan, menempatkan
Kecerdasan Linguistik /kecerdasan berbahasa pada urutan peratama di antara
berbagai kecerdasan, yaitu
- Kecerdasan Logis Matematis (terkait dengan angka dan logika seperti
bidang akuntansi, pemrogram komputer, dan bidang teknik lainny,
- Kecerdasan Spasial (terkait dengan tata ruang, arsitektur, fotografer,
pelukis),
- Kecerdasan Musikal (terkait pengolahan nada dan irama menjadi karya
musik yang dapat berfungsi untuk kepentingan terapi, membangkit
semangat, menghibur) d
- Kecerdasan Kinestetik Jasmani (terkait kreativitas dan prestasi
keolahragaan)
- Kecerdasan Antarpribadi (terkait kemampuan bernegosiasi, memimpin)
dan
- Kecerdasan Intrapribadi (terkait kemampuan mengendalikan daya pikir
dan emosi dalam mengakses berbagai informasi dan potensi dalam
pengembangan diri).

1
Kecerdasan berbahasa dapat tecermin dari penguasaan dan pemahaman
penutur bahasa terhadap berbagai ragam bahasa.
“Ragam bahasa ialah variasi pemakaian suatu bahasa yang secara
umum tetap berpola pada bahasa induk.” (Seksi Bahasa Indonesia ITB,
2002). Ragam bahasa dapat ditinjau dari berbagai segi. Dari segi pendidikan,
penggunaan ragam bahasa bergantung pada tingkat dan jenis pendidikan
pemakai bahasa. Ragam bahasa menurut bidang kegiatan pemakainya
dikenal bahasa ragam guru/dosen,pedagang, ragam pedagang, ragam petani,
ragam militer, dan lain-lain. Berdasarkan sarananya, ada ragam lisan dan
ragam tulisan.
Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa.
Kriteria tersebut adalah
 media/sarana yang digunakan (ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan)
 latar belakang penutur (ragam daerah, ragam bahasa resmi, ragam bahasa
tidak resmi)
 pokok persoalan yang dibicarakan ( sesuai dengan bidang ilmu dan teknologi
serta seni, misalnya ragam bahasa iptek, ragam bahasa jurnalistik, ragam
bahasa ekonomi, ragam bahasa sastra).

2.1 Bahasa Ragam Lisan dan Ragam Tulisan

Berdasarkan sarana/media, ragam bahasa Indonesia dibedakan atas


ragam lisan dan ragam tulis. Perbedaan kedua ragam ini sebagai berikut:
a. Ragam lisan mensyaratkan hadirnya orang kedua yang diajak bicara,
sedangkan ragam tulis tidak.
b. Dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti: subjek,
predikat, objek, dan keterangan dapat dilesapkan, sedangkan dalam ragam
tulis fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena orang kedua tidak berada
di tempat pembicara untuk bisa menjelaskan langsung.

2
c. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan, dan waktu,
sedangkan ragam tulis tidak terikat oleh hal tersebut.
d. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya dan panjang-pendeknya
suara atau intonasi, sedangkan ragam tulis dilengkapi oleh pungtuasi,
huruf kapital, dan huruf kursif.

2.2 Bahasa Indonesia Ragam Baku

Di antara ragam bahasa Indonesia yang digunakan, ada ragam


bahasa Indonesia yang mempunyai nilai komunikasi paling tinggi, yaitu
bahasa baku yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Bahasa baku
dipakai dalam situasi atau lingkungan resmi dan pergaulan sopan, seperti:
a. wacana teknis (laporan resmi dan karya tulis ilmiah)
b. upacara resmi (upacara kenegaraan dan upacara hari-hari besar)
c. komunikasi tertulis resmi (surat resmi, perundang-undangan)
d. pembicaraan di depan umum (mengajar, pidato, khotbah, dan
ceramah).
Karena fungsi-fungsi itulah, bahasa baku terikat oleh tulisan baku, tata
bahasa baku, dan lafal baku.
Tulisan baku adalah tulisan latin. Itu berarti bahwa semua tulisan yang
bersifat resmi hanya boleh ditulis dalam tulisan latin.
Ejaaan baku adalah ejaan yang saat ini berlaku, yaitu Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). PUEBI merupakan EYD yang direvisi dan
diubah sesuai kebutuhan saat ini. Ejaan Bahasa Indonesia ini mulai
diberlakukan tahun 2016.
Tata bahasa baku adalah seperangkat norma kebahasaan yang dibakukan
oleh Pusat Bahasa dan diberlakukan sebagai acuan/ standar bahasa formal untuk
kepentingan nasional. Kosa kata baku adalah kosa kata yang tidak menyalahi
proses pembentukan kata/istilah.

3
Bahasa baku dipakai dalam situasi atau lingkungan resmi dan dalam
pergaulan sopan, seperti:
a. wacana teknis (laporan resmi dan karya tulis ilmiah)
b. upacara resmi (upacara kenegaraan dan upacara hari-hari besar)
c. komunikasi tertulis resmi (surat resmi, perundang-undangan)
d. pembicaraan di depan umum (mengajar, pidato, khotbah, dan
ceramah).

Bahasa ragam baku dan bahasa nonbaku digunakan berdampingan


karena memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Bahasa yang digunakan
dianggap baik jika maksud yang diungkapkan pembicara dipahami dengan
tepat oleh mitra bicara meskipun kalimat yang dipakai tidak memenuhi kaidah
ketatabahasaan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mudah dipahami
dalam menyampaikan suatu maksud.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah


ketatabahasaan meskipun tidak akrab bagi pemakai bahasa.

Ciri-ciri Bahasa Baku

a. Menggunakan fungsi kata secara jelas dan tepat (subjek, predikat, objek,
dan keterangan), contoh:
1) Dosen menugaskan mahasiswa membuat makalah. (nonbaku)
2) Dosen menugasi mahasiswa membuat makalah. (baku)
3) Dosen menugaskan pembuatan makalah kepada mahasiswa. (baku)
4) Sahabatnya di luar negeri. (nonbaku)
5) Sahabatnya tinggal di luar negeri. (baku)

b. Menggunakan bentuk gabungan konstruksi sintaksis secara tepat,


Contoh:
1) Dia punya ide yang kurang realistis. (nonbaku)
2) Idenyanya tidak realistis. (baku)
3) Pemuda yang mendapat beasiswa itu saudara dia. (nonbaku)
4) Pemuda yang mendapat beasiswa itu saudaranya. (baku)

4
c. Pada kalimat majemuk selalu digunakan kata sambung, contoh:
1) Sejak terjadi musibah, keluarganya terpaksa tinggal di luar Jawa.
2) Mereka menyadari bahwa ketidakdisiplinan menyebabkan kekalahan
dalam kompetisi tersebut.

d. Tidak menggunakan unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek


daerah,
Contoh:
1) Kita orang tidak tahu mereka ke mana toh. (nonbaku)
2) Kami tidak tahu mereka ke mana (baku)
3) Saya mah perginya dua minggu lalu. (nonbaku)
4) Saya pergi dua minggu lalu (baku)

e. Pada predikat kalimat selalu digunakan kata kerja berawalan me-,


ber- kecuali pada kata kerja aus, contoh:
1) Mahasiswa berdiskusi dengan penuh semangat.
2) Pemerintah menetapkan kebijakan baru tentang tata kelola pendidikan.
3) Para pengamat sosial hadir dalam simposium tersebut.

f. Dalam bahasa lisan baku, digunakan lafal baku yang bebas dari ciri-
ciri lafal idiolek atau dialek bahasa daerah,
Contoh:
Kenapa, siapah, sape, saptu, ijo (lafal nonbaku)
Mengapa, siapa, Sabtu, hijau (lafal baku)

g. Dalam bahasa tulis baku digunakan ejaan resmi/baku, contoh:


1) Verniza berharap karirnya akan meningkat dengan promosi itu.
2) Verniza berharap kariernya akan meningkat dengan promosi itu.

2.3 Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan
pengetahuan. Bahasa merupakan sarana yang dapat mengantarkan suatu
bangsa untuk membuka wawasannya terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang. Bahasa merupakan salah satu faktor

5
pendukung kemajuan suatu bangsa. Untuk itu, diperlukan bahasa yang
mempunyai nilai komunikatif paling tinggi.
Bahasa yang digunakan dalam aktivitas ilmiah adalah ragam bahasa
yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomunikasikan ilmu
pengetahuan. Bahasa yang baik dan benar untuk bahasa ilmiah selayaknya
selaras dengan tuntutan ilmu: logis, lugas, jelas, baku, dan sistematis. Dengan
demikian, secara garis besar, ragam bahasa ilmiah hendaknya mengikuti
ketentuan logis, lugas, jelas, baku, dan runtun.” Pada umumnya, bahasa
Indonesia baku sering diartikan sama dengan bahasa Indonesia ragam
ilmiah. Padahal, ragam ilmiah merupakan bagian dari bahasa Indonesia
baku.
Ragam Ilmiah bercirikan sebagai berikut
a. Baku, kalimat yang menggunakan struktur baku, artinya sesuai dengan
standar ketatabahasaan;
b. Logis, gagasan yang disampaikan harus dapat diterima akal;
c. Kuantitatif, keterangan yang dikemukakan dapat diukur secara pasti;
d. Tepat, gagasan yang disampaikan harus bermakna tunggal;
e. Denotatif, kata yang digunakan harus memiliki arti sesungguhnya; tidak
melibatkan perasaan;
f. Ringkas, kalimat yang digunakan sesuai dengan gagasan yang akan
diungkapkan. Kata digunakan seperlunya tidak berlebihan, tetapi padat;
g. Runtun, gagasan diungkapkan secara teratur, secara kronologis.

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya (lihat


Oetorodewo,1999; Sugono,2019) . Laras ilmiah harus selalu menggunakan
ragam standar. Bahasa laras ilmiah memiliki ciri harus tepat dan bermakna
tunggal, tidak remang nalar atau mendua makna, harus secara tepat
mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan agar
tidak menimbulkan kerancuan / keraguan, serta harus singkat.
6
Sejalan dengan pendapat tersebut, Wibowo (2001) mengemukakan ciri-
ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu:
a. Pemakaian kalimat efektif (kesepadanan antara struktur gramatik
dan alur pikir penulis);
b. Pemakaian kata dan istilah yang bermakna lugas (bukan kiasan);
c. Menghindari kalimat yang bermakna ambigu (bermakna ganda);
d. Menghindari bentuk kalimat yang redundan (berlebih-lebihan);
e. Menghindari penonjolan persona (pribadi penulis) dengan maksud
menjaga objektivitas isi tulisan.

Memahami dan menguasai berbagai ragam bahasa akan menambah dan


menguatkan kecerdasan linguistik. Dalam berbahasa, indikator kecerdasan
seseorang dapat diamati pada
1. peningkatan kemampuan menyusun berbagai analisis, argumentasi,
deskripsi, narasi, dan persuasi.
2. peningkatan kemampuan menggunakan kata, frasa, dan klausa dalam
menyusun kalimat
3. peningkatan kemampuan dalam memanfaatkan unsur kalimat dalam
membuat kalimat efektif dalam menyusun paragraf
4. peningkatan kemampuan membaca kritis,analisis, dan sinergis
5. peningkatan kemampuan menyusun karangan ilmiah yang logis dan
sistematis berdasarkan kaidah tertentu.
(Campbell, 2012 dan Hernowo, 2006)

Anda mungkin juga menyukai