Anda di halaman 1dari 10

RAGAM BAHASA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Psikologi Pendidikan Bahasa Indonesia
Yang diampu oleh Bapak Drs. A. Badawi, S.Pd, M.Pd

Oleh :
Kelompok 3

1. Dita Dwi Anggraini 180151602106


2. Majdah Nuril Khamidah 180151602194
3. Nevy Iruntyasari 180151602093
4. Safira Suwastika 180151602176
5. Zainal Arifin 180151602308

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FEBRUARI 2018
PEMBAHASAN

1. Penggunaan Ragam Resmi dan Tidak Resmi


1.1 Ragam Bahasa Resmi
Ragam bahasa resmi merupakan ragam bahasa yang digunakan jika lawan
bicara orang yang dihormati atau topik pembicaraannya bersifat resmi. Ragam
resmi dapat pula dikatakan sebagai ragam bahasa yang digunakan dalam suasana
resmi.
Dalam ragam bahasa resmi digunakan bahasa yang baku atau standart.
Bahasa baku yaitu bahasa yang pada umumnya mengikuti kaidah bahasa. Bahasa
baku tidak banyak menggunakan kata-kata dari bahasa daerah. Kalaupun
menggunakan kata-kata dari bahasa daerah atau kata-kata dari bahasa asing,
umumnya kata itu sudah diserap dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata pendapa,
ajeg, mantan, globalisasi, informasi, dan masih banyak lagi.
Ragam bahasa resmi dapat dibedakan menjadi ragam resmi tulis dan resmi
lisan. Ragam resmi tulis yaitu ragam bahasa resmi yang digunakan dalam
penulisan surat-surat resmi, laporan resmi, surat dinas, atau laporan-laporan
sekolah. Sementara itu, ragam resmi lisan yaitu ragam bahasa resmi yang
digunakan dalam laporan resmi yang bersifat lisan, pidato-pidato kenegaraan,
diskusi resmi dan komunikasi saat mengikuti pelajaran di sekolah.
1.2 Ragam Bahasa Tidak Resmi
Ragam bahasa tidak resmi merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak resmi baik secara tulis maupun lisan. Ragam bahasa tidak resmi
menggunakan bahasa sehari-hari. Jadi, tidak perlu menggunakan bahasa baku.
Bahasa yang digunakan dalam ragam tidak resmi tidak terikat oleh kaidah
bahasa, baik itu pilihan kata, susunan kalimat, maupun ejaan. Ragam bahasa tidak
resmi lebih leluasa dalam menggunakan kata, yang terpenting komunkasi antara
pembicara dan lawan bicara berjalan lancar. Ragam bahasa tidak resmi digunkan
dalam lingkungan yang akrab, saling mengenal atau situasi santai. Ragam ini
digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang yang sudah
akrab. Misalnya dengan teman bermain di rumah, saudara, sahabat atau

1
keluarga. Meskipun menggunakan ragam bahasa tidak resmi, bahasa yang
digunakan harus tetap halus, bukan kata-kata yang berkonotasi kasar atau negatif.
1.2.1 Contoh ragam bahasa tulis tidak resmi
1.2.1.1 Ragam bahasa dalam sastra
Ragam bahasa sastra termasuk ragam bahasa tulis yang bersifat tidak resmi.
Ragam bahasa sastra memilik fungsi khusus yaitu mengungkapkan pengalaman
jiwa pengarangnya agar dapat dinikmati oleh pembacanya. Oleh karena itu, ragam
bahasa sastra banyak berkaitan dengan perasaan. Ragam bahasa sastra lebih
bersifat emosional. Hal ini terlihat pada penggunaan kata-kata yang bersifat
konotatif, sering terdapat perulangan bunyi, baik bunyi konsonan maupun bunyi
vokal.

2. Sifat-sifat Ragam Bahasa


2.1 Baku
Ragam Bahasa ilmu harus mengikuti kaidah-kaidah Bahasa baku, yaitu dalam
ragam tulis menggunakan ejaan yang baku, yakni EYD, dan dalam ragam lisan
menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan
kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
Contoh :
Karena kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada pengusaha asing. (tidak baku)
Perbaikan :
Karena kekurangan modal,tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan
sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada
pengusaha asing. (baku)
2.2 Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas , bukan konotatif
dan tidak bermakna ganda.
Contoh :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojonegoro belum memperoleh penerangan
yang memadai. (tidak baku)

2
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna
ganda , yaitu informasi atau listrik.
Perbaikan :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojonegoro belum memperoleh informasi yang
memadai
Atau :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojonegoro belum memperoleh listrik yang
memadai.
2.3 Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaan
Ragam Bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atau hemat,
dan tidak emosional.
Contoh :
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-
tempat ramai lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu
kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidak efesien)
Perbaikan :
Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai
supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
2.4 Kohesif
Agar tercipata hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun
dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu dengan yang alinea yang
lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubung sperti, kata-kata
petunjuk , dan kata-kata penghubung.
2.5 Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide
pokok.
2.6 Mengutamakan kalimat pasif
Contoh :
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan :
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
2.7 Konsisten

3
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-
tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
2.8 Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui Bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
Contoh :
Alat itu basah karena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan menguap.
2.9 Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur
atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
2.10 Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh :
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan :
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.

3. Ragam Sosial
3.1 Pengertian Ragam Sosial
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
masyarakatnya. Ragam sosial ini biasa digunakan pada ragam bahasa dalam
keluarga atau persahabatan dua orang yang sudah akrab. Selain itu, ragam sosial
tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakat
lingkungan yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula
berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau
ragam sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang
rendah. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan
orang misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab, dan atau teman sebaya,
serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga
berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan.
3.1.1 Contoh Ragam Sosial

4
“Pak, Saya rio mau bertanya, rumahnya lutfia dimana ya pak?”
“Don, lu kemaren dari mana kok gua liat lu jalan sama cewek?”
“Nak, Ayah pergi kerja dulu ya, kamu jangan lupa makan.”

4. Ragam Keilmuan
4.1 Pengertian Bahasa Indonesia Keilmuan
Ragam bahasa menurut Ditmar dan Halim (1978-1979) mengemukakan
empat buah ragam bahasa yang menyangkut ragam tulisan dan lisan. salah satu di
antara keempat ragam bahasa itu adalah ragam fungsional atau ragam profesional.
Yang dimaksud dengan ragam fungsional atau ragam profesional ialah ragam
yang dihubungkan dengan profesi, lambang, lingkungan kerja, sehingga dalam
penggunaanya bahasa ragam fungsional dihubungkan dengan tingkat keresmian
sehingga dalam kenyataannya antara lain menjelma sebagai bahasa yang
digunakan sebagai bahasa keilmuan (ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pendidikan,
ilmu olahraga, ilmu teknik, ilmu ekonomi, ilmu manajemen, ilmu hukum, dll)
Bahasa Indonesia Keilmuan (BIK) merupakan bahasa Indonesia yang
digunakan untuk kepentingan komunikasi keilmuan. Lebih lanjut oleh Suparno
dkk. (1994:2) dijelaskan bahwa bahasa Indonesia keilmuwan merupakan salah
satu ragam bahasa Indonesia yanga digunakan untuk menyampaikan buah pikiran
yang bersifat ilmiah, bersituasi resmi dengan unsur – unsur kebahasaan yang
bersifat baku. Bahasa Indonesia Keilmuan adalah salah satu ragam bahasa yang
tidak termasuk ke dalam ragam dialek karena digunakan dalam suasana resmi
oleh para cendikiawan untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan baik secara
lisan maupun tulisan.
Gaya bahasa keilmuan sama dengan ragam bahasa fungsional baku yaitu
ragam tulis yang ditandai oleh ciri – ciri sebagai berikut :
a. Bahasanya bersifat resmi ;
b. Sifatnya firmal dan objektif ;
c. Nadanya tidak emosional ;
d. Keindahan bahasanya tetap diperhatikan ;
e. Kemubadziran kata dihindari ; dan
f. Isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat.

5
4.2 Karakteristik Bahasa Indonesia Keilmuan
Menurut Sunaryo (1994:1), bahwa dalam berkomunikasi perlu
diperhatikan kaidah – kaidah berbahasa yang baik yang berkaitan dengan
kebenaran kaidan pemakian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi dan
sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, kita selalu
memperhatikan faktor – faktor yang menentukan bentuk – bentuk bahasa yang
kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan apa yang
kita tulis, siapa yang akan membaca dan apa tujuan penulisan tersebut.
Hal – hal yang mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam
berkomunikasi. Faktor – faktor penentu berkomunikasi, meliputi partisipasi, topik,
latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis). Partisipasi tutur ini berupa P-1
(pembicara atau penulis) dan P-2 (pembaca atau pendengar). Agar pesan yang
disampaikan dapat berkomunikasi dengan baik, maka pembicara atau penulis
perlu mengetahui latar belakang pembaca atau pendengar, dan memperhatikan
hubungan antara pembicara atau penulis dan pendengar atau pembaca.
Hal tersebut perlu diketahui agar pemilihan bentuk bahasa yang digunakan
tepat, selain itu agar pesan yang dimaksud dapat tersampai tanpa menyinggung
perasaan, merendahkan, ataupun menyepelekan. Topik tutur berkenaan dengan
masalah apa yang akan disampaikan penutur kepada penanggap. Penyampaian
topik tutu dapat dilakukan dengan cara :
a. Naratif (peristiwa, perbuatan, cerita) ;
b. Deskriptif (hal – hal faktual) ;
c. Ekspositoris ; dan
d. Argumentasi dan Persuasif.
4.3 Ciri-ciri ragam bahasa keilmuan
Menurut Suyanto (2015 : 46), ragam bahasa keilmuan memiliki ciri sebagai
berikut :
4.3.1 Lugas dan Jelas
BIK harus lugas dan jelas. Lugas artinya langsung mengungkapkan apa yang
dimaksudkan oleh penulis. Kata yang tidak dapat mengungkapkan secara

6
langsung adalah kata yang berkonotasi. Oleh karena itu, tidak boleh menggunakan
kata yang berkonotasi harus berdenotasi.
Di samping kelugasan, aspek lain yang harus dipertimbangkan adalah
kejelasan kalimat yang digunakan. Ilmu harus diungkap secara jelas. Gagasan
yang diungkap akan jelas, jika penggunaan bahasanya juga jelas. Oleh karena itu,
penulis dituntut memahami berbagai unsur bahasa secara baik. Dengan
memahami unsur bahasa secara baik pastilah akan dapat mengungkapkan secara
baik pula.
4.3.2 Formal danObjektif
Komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal
ini berarti bahwa unsur – unsur bahasa Indonesia yang digunakan dalam bahasa
Indonesia keilmuan adalah unsur – unsur bahasa yang berlaku dalam situasi
formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan kata – kata yang berciri
formal dan kata – kata berciri informal. (Syafi’ie, 1993 : 8-9)
Kalimat pada bahasa Indonesia keilmuan dikatakan objektif bila
mengungkapkan sesuatu dalam keadaan sebenarnya, artinya tanpa dipengaruhi
oleh emosi pemakainya.
4.3.3 Cendekia
Bahasa yang cendekia mengisyaratkan bahwa penulis adalah seorang
terpelajar dan menguasai benar ketatabahasaan bahasa Indonesia. Bahasa yang
cendekia diartikan sebagai bahasa yang mampu mengungkapkan hasil berpikir
logis secara tepat (Suparno, 1994). Sugono, (1986) menulis bahasa yang cendekia
adalah bahasa yang mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama, dan
abstrak. Kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif.
Hubungan antarunsur kalimat, yakni subjek, predikat dan unsur lain jelas, bentuk
katanya tepat. Hubungan antara induk dan anak kalimat eksplisit dan jelas.
4.3.4 Gagasan sebagai Pangkal Otak
Kalimat dalam karya ilmiah harus diawali dengan pokok persoalan. Kata
kerja dalam kalimat ini harus dalam bentuk pasif yakni berawalan di-, ter- atau
ke-. Kalimat seperti ini mengedepankan pokok persoalan. Oleh karena itu, kata
seperti penulis, saya atau kami harus dihilangkan. Dengan gagasan sebagai
pangkal tolak maka akan lahir kalimat pasif. Persoalannya adalah yang manakah

7
pokok persoalan itu. Jika gagal menentukan pokok persoalan, maka kalimat yang
kita bangun akan menjadi kalimat yang salah. Penggunaan kalimat aktif dalam
penulisan karya ilmiah hanya diperbolehkan jika dalam bentuk kutipan baik
langsung maupun tidak langsung..
4.4 Penggunaan Bahasa Indonesia Keilmuan
Penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat
pemakaian yang khas, yang spesifik, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa
dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang
berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang
umum sebagai bahasa ilmiah, dan ada yang khusus berhubungan dengan
pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.
Sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi
bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa
komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan
tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-
samar, dan tidak bersifat taksa (ambigu). Hal ini penting sekali diperhatikan oleh
penulis agar informasi ilmiah yang disampaikan dapat dipahami secara jelas,
objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan
pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan
pembaca.
Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang disampaikan dalam bentuk
karya tulis ilmiah, misalnya, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan
dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar).
Bahasa dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan
tidak tepat apabila digunakan untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep
yang berkadar ilmiah. Demikian pula bahasa ragam sastra (puisi, prosa, dan
drama) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan berbagai efek
emosional, imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru
baik bagi penulis maupun pembaca. Bahasa yang bersifat ilmiah tidak
mempertimbangkan efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang
dipertimbangkan dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971: 14).

8
Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan
dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam tataran
sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat denotative.
Artinya, setiap kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan
konsep keilmuan tersebut atau fakta yang disampaikan. Demikian pula kalimat-
kalimat yang digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan
antara bagian-bagian kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-
klausa dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk hubungan
logis.

DAFTAR RUJUKAN
Darmayanti, Nani. 2007. Buku Bahasa Indonesia SMK Kelas X. Grafindo Media
Pratama
Darmawati, Uti. 2014. Ragam Bahasa Indonesia. Klaten. Intan Pariwara
Kurniawan, K. 2012. Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Perguruan Tinggi.
2012.Bandung : PT. Refika Aditama
Kurniawan, K. 2015. Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Ilmiah.Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia (Online) (https://anzdoc.com), diakses
pada 13 Februari 2019
Suyanto,E.2015. Membina, Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia
Secara Benar. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai