Anda di halaman 1dari 16

BAHASA INDONESIA

(Pemakaian Ragam Resmi dan Ragam Tak Resmi)

RAGAM BAHASA

A. Definisi

          Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik

yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut

medium pembicara.1 Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua ragam, yaitu ragam resmi

dan ragam tidak resmi.

          Ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang formal adalah ragam resmi atau ragam baku,

yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. 2 Sementara untuk ragam tidak resmi

banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penggunaan Ragam Resmi dan Tak Resmi

          Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ragam tak resmi sering kita temui dalam keseharian, seperti

percakapan dengan teman atau keluarga.

          Ragam tak resmi dalam bentuk tulisan juga dapat kita temukan dalam penulisan buku harian,

surat untuk teman atau karya sastra yang termasuk pada golongan karya populer. Sastra populer

biasanya menggunakan bahasa yang ringan, mudah dipahami dan ada juga yang sebagian

menggunakan bahasa gaul/pokem.3

Sedangkan bahasa ragam resmi akan sering kita jumpai dalam situasi resmi/formal seperti di kelas

dalam proses belajar mengajar, seminar, pidato, dan berbagai kegiatan dalam situasi formal. Dalam

penulisan, biasanya akan kita temui dalam bentuk karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi,), laporan
penelitian, artikel, jurnal, dan berita di media cetak. Untuk lebih jelasnya, liahtlah tabel yang

menjelaskan tentang pemakaian ragam resmi dan ragam tak resmi.

PEMAKAIAN RAGAM RESMI DAN RAGAM TAK RESMI

Ragam Tak Resmi Lisan Ragam Resmi Lisan

Dipakai untuk : Dipakai untuk :


  Berbicara sehari-hari  Berceramah
 Bercerita  Berpidato
 Mengobrol  Mempresentasikan sesuatu

Ragam Tak Resmi Tulis Ragam Resmi Tulis

Dipakai untuk : Dipakai untuk :


  Menulis surat kepada teman  Menulis surat resmi
 Menulis surat kepada kerabat  Menulis makalah, artikel
 Menulis buku harian  Menulis laporan penelitian

(Sumber : Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, Diksi. hlm.8.)

          Jika kita melihat perkembangan bahasa Indonesia sekarang, kita masih perlu belajar bahasa

Indonesia. Hal itu karena sebagian besar masyarakat Indonesia hanya menguasai ragam tak resmi,

selain itu aktivitas masyarakat modern saat ini umumnya didominasi oleh organisasi yang bersifat

formal.
A.Ragam bahasa resmi
Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana resmi
atau formal, misalnya surat dinas, pidato dan makalah atau karya tulis.
Ciri-cirinya kayak gini :
1. Digunakan dalam situasi resmi
2. Nada bicara yang cenderung datar
3. Kalimat yang digunakan kalimat lengkap
B. Ragam bahasa tidak resmi
Ragam bahasa tidak resmi adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak
resmi, misalnya surat pribadi dan surat untuk keluarga atau yang berbentuk lisan, contohnya
dalam percakapan sehari-hari.
Ciri-cirinya ini  :
1. Digunakan dalam situasi tidak resmi
2. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap

B.    Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku


Ragam baku merupakan ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya. Sedangkan ragam tidak
baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam bahasa baku memiliki sifat yaitu kemantapan dinamis, cendekia dan
seragam. Kemantapan diartikan sebagai kesesuaian dengan kaidah bahasa dan
dinamis yaitu tidak kaku atau tidak kaku. Bersifat cendekia karena ragam baku
dipakai pada tempat-tempat resmi yang lebih sering terlibat di dalamya adalah
kaum terpelajar. Dan bersifat seragam karena pada dasarnya pembakuan bahasa
merupakan proses penyeragaman bahasa. Agar dapat dipakai dan dimengerti
setiap orang pemakainya.
Ada empat fungsi yang dijalankan oleh bahasa baku, yaitu fungsi pemersatu,
fungsi penanda kepribadian, fungsi penambah wibawa, dan fungsi sebagai
kerangka acuan. Keempat fungsi bahasa baku tersebut menimbulkan tiga macam
sikap yang perlu dikembangkan. Fungsi pemersatu dan penanda kepribadian
membangkitkan sikap kesetiaan terhadap bahasa Indonesia. Sikap ini diwujudkan
oleh usaha melindungi dan mempertahankan keutuhan bahasa. Fungsi penambah
wibawa berkaitan dengan sikap kebanggan berbahasa Indonesia yang baku.
Orang akan bangga berbahasa Indonesia aku karena akan dianggap berasal dari
kalangan terpelajar/terkemuka. Fungsi kerangka acuan bahasa Indonesia yang
baku berhubungan dengan bertambahnya kesadaran orang akan adanya standar
yang patut diteladani. Kepatuhan orang pada aturan yang baku itu akan
menghindarkannya dari sanksi social sebagaimana orang berusaha berbahasa
inggris dengan baik karena takut ditertawakan.
Bab I.  Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa indonesia terbagi atas lima bagian, yaitu :

 Tempat : Dialek Jakarta, dialek Manado, dsb.


 Penutur : Golongan Cedekiawan dan bukan golongan Cedekiawan.
 Sarana : Ragam Lisan dan Ragam Tulisan.
 Bidang Penggunaan : Ragam Ilmu, Ragam Surat Kabar, dsb.
 Suasana Penggunaan : Ragam Resmi dan Ragam Santai.

Sifat Ragam Bahasa Ilmu :

1. Baku
2. Konotatif
3. Berkomunikasi dengan pikiran bukan dengan perasaan.
4. Kohesif
5. Koheren
6. Mengutamakan kalimat pasif
7. Konsisten
8. Logis
9. Efektif
10. Kuantitatif

1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengnikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam
tulisan menggunakan ejaan yang baku yakni EYD, dan dalam ragam lisan
menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat
yang baku atau sudah di bakukan.
Contoh :
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek
pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian  timur kita terpaksa serahkan
kepada pengusaha asing.(tidak baku)
 Perbaikan :
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana
telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing.
(baku) 

2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan
tidak bermakna ganda.
Contoh :
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong Soang belum memperoleh yang memadai.
(tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna
ganda, yaitu informasi atau listrik.
Perbailkan :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh informasi yang
memadai
Atau
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh listrik yang
memadai.

3. Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaanRagam bahasa ilmu lebih


bersifa ttenang, jelas, tidak berlebih-lebihan ata uhemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-
tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu
kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien).
Perbaikan:
Sebaiknyaletakkampustidakberdekatandengantempat-tempatyang
ramaisupayakegiatanbelajartidakterganggu. (efisien)

4.Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun
dalam alinea, dan juga hubungan antar alinea yang satu dengan alinea yang lainnya
bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubun. seperti kata-kata penunjuk, dan
kata-kata penghubung.
5.Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.

7.Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-
tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.

8.Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensn itu akan menguap.

9.Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau
oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.

10.Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.
D. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma
dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial
yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan
bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga,
teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi
lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam
lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika
berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan
teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status
sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.

AGAM SOSIAL DAN RAGAM FUNGSIONAL


Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas
dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena
itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.

Ciri-ciri ragam bahasa hukum :


a. Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
b. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
c. Objektif dan menekan prasangka pribadi.
d. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk
menghindari kesimpangsiuran.
e. Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensadsi.
Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam Sosial yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan 

sosial yang lebih kecil masyarakatnya.

Ragam fungsional kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam


bahasa yang dikaitkan dengan profesi lembaga 

lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.

– ragam keilmuan/teknologi

– ragam kedokteran

– ragam keagamaan
Ragam Bahasa Keilmuan
Penggunaan ragam bahasa ilmiah

     Di dalam penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang
sangat khas, yang spesifik, sehingga dapat di bilang bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan
mempunyai ragam bahasa tersendiri yang bisa dikatakan berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang
lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah di keilmuan, dan ada yang bersifat
khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.

   Keilmuan sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai
alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan
pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari
sifat samar-samar, dan tidak bersifat ambigu. Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar
informasi ilmiah yang didapat dapat disampaikan dan dipahami secara jelas, objektif, dan logis,
sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep
keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.

      Didalam Informasi dan konsep-konsep ilmiah yang dapat disampaikan ke dalam bentuk karya tulis
ilmiah, misalkan, laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bersifat formal.
Oleh karena itu, ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku
(standar).

   Bahasa dalam percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan tidak tepat apabila
digunakan untuk menyampaikan informasi dan konsep-konsep yang berkadar ilmiah. Demikian pula
bahasa ragam sastra (puisi, prosa, dan drama) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan
berbagai efek emosional, imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik
bagi penulis maupun pembacanya. Bahasa keilmuan yang bersifat ilmiah tidak mempertimbangkan
efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang dipertimbangkan dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971:
14).

       Di dalam Sifat bahasa ragam ilmiah yang khusus/spesifik tampak pada pemilihan dan pemakaian
kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama dalam tataran sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam
bahasa ilmiah bersifat denotative. Artinya, setiap kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai
dengan konsep keilmuan tersebut atau fakta yang disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat yang
digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis. Hubungan antara bagian-bagian kalimat dalam
kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam kalimat majemuk (kompleks) mengikuti
pola-pola bentuk hubungan logis.

     Gagasan ilmiah itu akan dapat dipahami orang lain (pembaca) dengan mudah dan tepat bila gagasan
ilmiah tersebut diungkapkan dengan menggunakan bahasa Indonesia (BI) yang memenuhi syarat
tertentu. BI yang dimaksud adalah BI yang lazim digunakan dalam dunia keilmuan atau disebut juga BI
keilmuan. Mengingat komunikasi keilmuan yang utama dilakukan secara tertulis, pembahasan perihal
BI keilmuan di sini hanya difokuskan pada penggunaan BI keilmuan tertulis. Bahkan BI keilmuan
tertulis pun masih dibatasi lagi pada ranah penulisan artikel ilmiah untuk jurnal/berkala ilmiah.
      Karakteristik atau ciri BI keilmuan merujuk pada ciri-ciri ideal yang seharusnya melekat atau dapat
ditemui pada naskah-naskah tulisan ilmiah. Karakteristik BI keilmuan disebut juga sebagai ciri-ciri
ideal karena ciri-ciri itu dalam kenyataannya belum sepenuhnya terwujud dalam naskah tulisan ilmiah.
Bila disoroti dari ciri-ciri BI keilmuan, selalu dapat ditemukan adanya kekurangan-kekurangan dalam
setiap naskah artikel yang akan diterbitkan. Bahkan, sekalipun telah melalui tahap penyuntingan, dalam
kenyataannya artikel dalam jurnal itu juga masih mengandung kesalahan atau kekurangan. Atas dasar
realitas itu, yang terjadi saat ini adalah penulis sedang atau telah berusaha untuk memenuhi atau
mewujudkan ciri-ciri BI keilmuan dalam proses menghasilkan tulisan ilmiahnya. Usaha itu perlu terus
dilakukan secara sungguh-sungguh agar pada suatu saat nanti tulisan ilmiah yang dihasilkan para
cendekiawan Indonesia mempunyai kualitas tinggi dan terus meningkat.
Setidaknya ada sepuluh ciri ideal BI keilmuan, yakni (1) bertolak dari gagasan, (2) menggunakan
ragam tulis, (3) menggunakan ragam formal, (4) bersifat tegas dan objektif, (5) bersifat lugas, (6)
menggunakan kalimat lengkap, (7) hemat dalam penggunaan kata dan kalimat, (8) menggunakan
paragraf yang baik, (9) konsisten dalam penggunaan kaidah dan unsur-unsur bahasa, dan (10) terhindar
dari kesalahaan ejaan dan tanda baca. Kesepuluh ciri ideal itu seharusnya menjadi pegangan setiap
penulis dan sedapat mungkin mereka berusaha mewujudkannya dalam setiap penulisan karya ilmiah
terutama yang berupa artikel untuk jurnal/berkala.

Pentingnya bahasa:
1. sebagai alat komunikasi
2. bahasa menunjukkan budaya
3. bahasa menunjukkan keindahan

Kedudukan bahasa dapat dilihat pada


1. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,bahasa
Indonesia  (Ikrar Sumpah Pemuda 1928)
2. …bahasa negara ialah bahasa Indonesia  (Undang-Undang Dasar 1945)
Ragam bahasa Indonesia terdiri dari
1. daerah: logat, dialek (Jawa, Batak, Sunda, Bali, dll.)
2. pendidikan formal > ragam baku:
a. formal
b. semiformal
c. nonformal
Contoh ragam  berpendidikan dibanding dengan kurang berpendidikan
à    film > pilem
à    fitnah > pitnah
à    kompleks > komplek

1. sikap penutur > langgam/gaya:


a. dipengaruhi oleh umur, kedudukan, keakraban, permasalahan, tujuan
b. suasana kaku, adab, dingin, hambar, hangat, akrab, santai
2. sarana
a. ragam lisan/ujaran
b. ragam tulisan

Sejarah rgam baku berasal dari Bahasa Melayu tinggi awalnya banyak digunakan sebagai
bahasa sekolah. Penggunaan bahasa Melayu tinggi menunjukkan gengsi dan kewibawaan. Bahasa ini
sering dipakai oleh kaum berpendidikan yang kemudian menjadi pemuka berbagai bidang
kehidupan.Dengan pengaruh di berbagai bidang kehidupan oleh kaum berpendidikan, bahasa Melayu
tinggi akhirnya menjadi bahasa baku.
Proses pembakuan dilakukan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan dibantu
oleh guru, pengembang ilmu di berbagai jenis lembaga pendidikan, pengasuh media massa, dan
kalangan pembina umum. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia:


1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
2. Ejaan Republik/ Soewandi  (1947-1972)
3. Ejaan Yang Disempurnakan (mulai 16-8-1972

Sejarah Kamus Bahasa Indonesia:


1. Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952,1982)
2. Kamus Besar BI (PPPB, 1988,1991)
3. berturut-turut mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia hingga sekarang

Fungsi pembakuan:
1.      pemersatu
2.      pemberi kekhasan
3.      pembawa kewibawaan
4.      sebagai kerangka acuan
Fungsi pembakuan butir 1 hingga 3 merupakan fungsi simbolik. Sedangkan fungsi pembakuan butir 4
merupakan fungsi objektif.

Buku yang banyak memberikan pengaruh pandangan kebahasaan dikarang oleh


1. Van Ophuijsen (1901)
2. S.M. Zain (1942)
3. Madong Loebis (1946)
4. S.T. Alijahbana (1949)
5. C.A. Mess (1951)
6. Fokker  (1951)
7. Podjawijatna dan Zoetmulder  (1955)
8. Slametmuljana (1956, 1957)
9. Gorys Keraf  (1970)
10. Poerwadarminta  (1967)
11. Samsuri  (1971, 1978)
12. M. Ramlan  (1971,1980,1981)

Penggunaan bahasa Indonesia harus baik dan benar.


1.      bahasa benar > mengikuti kaidah yang dibakukan
Contoh:
Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Besar  dan berapa ongkosnya?
2.      bahasa baik > mengikuti pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan
jenis pemakaian bahasa
Contoh:
Ke Pasar Besar, berapa?

Bahasa indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Refrensi : 
http://suyonoum08.wordpress.com/2009/02/04/ciri-ciri-bahasa-indonesia-keilmuan-dan-kiat-
mewujudkannya-dalam-penulisan-artikel-ilmiah/

http://tugassekolahkit.blogspot.com/2013/09/ragam-bahasa-beserta-contohnya.html
BAHASA INDONESIA SEBAGAI
RAGAM BAHASA KEILMUAN
Bahasa adalah salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan manusia.
Bahasa merupakan sturktur yang mencakup bentuk dan makna sehingga
memungkinkan manusia untuk dapat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa
menjadi jembatan bagi ilmu pengetahuan yang diketahui atau ditemukan oleh
seseorang untuk diketahui oleh orang lain.
Ilmu pengetahuan yang terus berkembang membuat hidup manusia menjadi
lebih praktis dan lebih mudah. Tapi, tanpa diketahui oleh orang lain maka ilmu
pengetahuan itu menjadi tidak berguna. Selain itu, ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan ittu harus ditulis dalam berbagai bahasa karena apabila ilmu
pengetahuan itu hanya ditulis dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh penulis itu
sendiri maka orang lain akan mendapat kendala untuk memahami ilmu
pengetahuan tersebut.
Selain penyampaian informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan
bahasa yang dipahami oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan,
maka di dalam penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena
bahasa merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata
yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki makna.
Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak sesuai kaidah
bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak jelas atau
memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi penafsiran yang
berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah ditafsirkan atau salah
dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah kesalahan penerapan ilmu
pengetahuan tersebut dalam kehidupan seharihari. Penemuan intelektual yang
sebenarnya bermanfaat bagi manusia lain ternyata tidak bermanfaat karena
kesalahan struktur bahasa.
Kesalahan berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi
baru seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa
disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan
pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak pernah
mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu
cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan
seharihari adalah dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa di dunia
pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan memuat sejumlah mata pelajaran
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Semua mata pelajaran tersebut
disampaikan dengan menggunakan bahasa.
Hampir semua negara di dunia memiliki berbagai macam bahasa sehingga
akhirnya timbul kesepakatan untuk menjadikan beberapa bahasa untuk menjadi
bahasa internasional, antara lain: Bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan Mandarin.
Lalu, dimanakah Bahasa Indonesia? Apakah jika tidak menjadi bahasa
internasional, bahasa indonesia tidak berguna? Jawabannya adalah tidak benar.
Meskipun tidak menjadi bahasa internasional, bahasa indonesia tetap menjadi
salah satu bahasa yang penting bagi kita dan bagi semua orang Indonesia.
Di Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah
bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki penggunaan
bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan seharihari,
pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi sesuai dengan
kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di Indonesia kita
menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan
salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini
muncul karena pemakai bahasa meemeerlukan alat komunikasi yang sesuai
dengan situasi dan kondisi.
Seiring dengan perubahan zaman atau perdaban manusia, maka bahasa pun
turut berubah dan berevolusi seiring perubahan perdaban. Bahasa Indonesia
sendiri telah mengalami beberapa perubahan sejak diperkenalkan sebagai bahasa
nasional.
Menurut Sunaryo, (1994 : 1), bahwa dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan
kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran kaidah pemakaian
bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita
berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan faktor-faktor yang
menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis,
misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita , apa yang kita
tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu
mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi.
Faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan
saluran (lisan atau tulis).
Agar pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka
pembicara atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang
pembaca/pendengar, dan (b) memperhatikan hubungan antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Hal itu perlu diketahui agar
pilihan bentuk bahasa yang digunakan tepat , disamping agar pesannya dapat
tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelekan, merendahkan
dan sejenisnya.
Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang disampaikan penutur ke
penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat dilakukukan secara:
(a) naratif (peristiwa, perbuatan, cerita)
(b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.)
(c). Ekspositoris
(d) argumentatif dan persuasif.

Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri :


(1) cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat.
(2) lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk
menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.
(3) gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan digunakan
dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan
atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis.
(4) Formal dan objektif : komunikasi Ilmiah melalui teks ilmiah merupakan
komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsur-unsur bahasa Indonesia yang
digunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang
berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat ditemukan
kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal (Syafi’ie,
1992:8-9).

Anda mungkin juga menyukai