Anda di halaman 1dari 14

RAGAM BAHASA

Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari dan membahas bab ini mahasiswa diharapkan mengerti
dan memahami berbagai ragam bahasa dengan fungsinya masing-masing serta
mampu menerapkannya dalam berkomunikasi sehari-hari.

Indikator:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lengkap dan tepat mengenai
ragam bahasa
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai ragam bahasa dan
fungsinya dalam tindak komunikasi .
3. Mahasiswa mampu berbahasa secara tepat sesuai dengan situasinya

Skenario:
a) Materi dipresentasikan oleh seorang mahasiswa yang telah ditunjuk oleh
tim yang telah terbentuk selama 10-15 menit.
b) Dibuka sesi diskusi I dengan menampung tiga pertanyaan dari peserta
forum.
c) Setelah tiga pertanyaan tertampung, pemateri menjawab ketiga
pertanyaan tersebut.
d) Jawaban pemateri dikembalikan kepada penanya ‘apakah masih ada
pertanyaan terkait jawaban pemateri.’
e) Dosen mengklarifikasi hasil diskusi pertama dengan menyimpulkan,
mengulas kembali, dan menjelaskan berbagai hal terkait dengan
permasalahan diskusi.
f) Dibuka sesi diskusi II dengan menampung tiga pertanyaan dari peserta
forum.

5
g) Setelah tiga pertanyaan tertampung, pemateri menjawab ketiga
pertanyaan tersebut.
h) Jawaban pemateri dikembalikan kepada penanya ‘apakah masih ada
pertanyaan terkait jawaban pemateri.’
i) Dosen mengklarifikasi hasil diskusi II dengan menyimpulkan, mengulas
kembali, dan menjelaskan berbagai hal terkait dengan permasalahan
diskusi.
j) Pemateri menyimpulkan hasil diskusi.

Rujukan/Bahan Bacaan:
Akhadiah, Sabarti dkk.1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1991. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Arifin, E. Zaenal. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia
yang Benar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
Arifin, Zaenal dan Farid Hadi. 2001. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Badudu, J.S. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Badudu, J.S. 1987. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: P3B.
Depdikbud. 1975. Pedoman Pembentukan Istilah. Jakarta: P3B.
Depdikbud. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Eddy, Nyoman Tusthi. 1989. Unsur Serapan Bahasa Asing dalam Bahasa
Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1978. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Ngadenan, Mohamad. 1992. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang:
Effhar Offset.
Oka, I.Gusti Ngurah. 1974. Problematika Bahasa dan Pengajaran Bahasa
Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.
Rani, Abdul dan Aris Purmanto. 1995. Bahasa Indonesia Terapan. Surabaya:
Universitas Wijaya Kusuma Pers.
Soedjito. 1988. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya. Universitas Negeri
Malang.
Sukmawan, Soni dkk. Simphoni Bahasa Indonesia. Malang. Universitas
Brawijaya.

6
Materi Ajar:
Sebagai alat komunikasi, dalam kegiatan berbahasa sehari-hari di
masyarakat, kita mengenal berbagai ragam bahasa. Hal ini terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor umur antara penutur dan mitra tutur, faktor tempat
atau lokasi tutur, waktu tutur, bidang tutur, dan media tutur. Namun, secara garis
besar berdasarkan ragamnya variasi bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan
bidang wacana, cara berwacana, peran, dan formalitas hubungan.

Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Wacana


Dalam melakukan kegiatan berbahasa, bidang wacana sering mempengaruhi
penutur untuk menggunakan ragam-ragam khusus. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka ragam bahasa dapat dibedakan:

a. Ragam Ilmiah
Ragam ilmiah merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan
ilmiah misalnya, perkuliahan, ceramah ilmiah, dan tulisan-tulisan ilmiah. Dalam
Ragam ini ditandai oleh penggunaan istilah-istilah yang biasanya hanya
dimengerti oleh kaum intelektual. Dalam perkuliahan baik dosen maupun
mahasiswa akan lebih formal jika menggunakan bahasa yang netral. Ragam
bahasa Ilmiah merupakan ragam bahasa yang digunakan untuk membentuk
pernyataan yang tepat dalam mengungkapkan gagasan. Ciri-ciri ragam bahasa
ilmiah adalah cendekia, lugas dan jelas, formal dan obyektif, ringkas dan padat,
konsisten, mengandung gagasan, dan menggunakan istilah teknis.
(a) Cendekia, artinya bahasa keilmuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
membentuk pernyataan yang tepat, dan saksama.
(b) Lugas dan Jelas
Bahasa keilmuan harus memiliki makna lugas dan jelas. Hindari penggunaan
kata-kata yang bermakna ganda/ambigu. Selain itu, gunakan kalimat yang
tidak berbelit-belit.
(c) Formal dan Obyektif
Bahasa keilmuan memiliki kosakata, bentuk kata dan bentukan kalimat yang
bersifat formal dan obyektif, sehingga mampu mengungkapkan gagasan
dengan jelas.
(d) Ringkas dan Padat
Bahasa keilmuan bentuknya ringkas dan gagasannya sangat padat.
Penggunaan istilah-istilah ilmiah dapat mewakili penjelasan yang
menggunakan beberapa kata. Jadi, penggunaan istilah-istilah ilmiah tidak
memboroskan kata-kata.
(e) Konsisten
Bahasa keilmuan harus konsisten dalam menggunakan unsur-unsur
kebahasaan seperti ejaan dan tanda baca.
(f) Mengandung Gagasan

7
Bahasa keilmuan berorientasi pada gagasan bukan pada penulisnya. Oleh
karena itu, sebaiknya digunakan kalimat pasif dalam penyampaian
gagasannya..
(g) Menggunakan Istilah Teknis
Bahasa keilmuan harus menggunakan istilah-istilah teknis tertentu sesuai
dengan bidangnya.

b. Ragam Populer
Ragam populer merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan
nonilmiah. Dalam pergaulan sehari-hari dan dalam kegiatan-kegiatan populer
baik secara lisan maupun tulis lebih tepat digunakan bahasa populer juga.
Ragam ini lebih dipahami oleh semua penutur suatu bahasa. Artinya, ragam
populer cenderung mengutamakan penggunaan istilah-istilah yang baik. Istilah
yang baik berarti pula istilah yang digunakan sesuai dengan kondisinya. Ragam
bahasa populer biasanya digunakan sesuai dengan situasi dan kondisinya baik
terkait dengan penutur, mitra tutur, tempat tutur, dan situasi tutur. Pada intinya,
dalam kegiatan berbahasa sehari-hari kita tidak selalu harus merujuk pada
penggunaan istilah yang benar karena berbahasa secara benar belum tuntu
menjadi baik. Misalnya ketika kta menggunakan kata ‘kamu’ untuk orang tua kita.
Dalam kegiatan tulis-menulis populer seperti pada media masa untuk
remaja, anak-anak, dan media umum lain yang beredar di masyarakat juga
digunakan istilah-istilah yang populer. Istilah yang populer adalah istlah yang
familiar pada diri penutur di masyarakat. Dengan kata lain, ragam bahasa
populer merupakan ragam bahasa sehari-hari yang sifatnya tidak formal atau
resmi.

Ragam Berdasarkan Cara Berwacana


Dalam berwacana, seseorang dapat menggunakan media apa yang akan
dipakai. Oleh karena itu, ragam yang dipakai dibedakan atas:

a. Ragam Lisan
Ragam lisan merupakan bahasa yang diucapkan langsung oleh penuturnya
kepada lawan tutur melalui alat ucap. Ragam lisan dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk sebab ragam lisan sangat dipengaruhi oleh partisipan yang
terlibat. Misalnya ragam percakapan, ceramah, pidato, telepon, radio, dan
televisi. Ragam lisan juga ada yang bersifat formal dan informal. Contoh ragam
bahasa lisan formal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam perkuliahan
dan pidato-pidato resmi. Dalam perkulahan dan pidato resmi digunakan ragam
formal dengan tujuan untuk menunjukkan keformalan dan keseriusan forum.
Sedangkan contoh penggunaan ragam bahasa lisan informal adalah ragam
bahasa yang digunakan dalam komunkasi sehari-hari dalam situasi tdak formal.

b. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang didasarkan pada tulisan
seperti ejaan dan tanda baca. Ragam tulis juga ada yang bersfat formal dan
informal. Ragam tulis formal adalah ragam bahasa tulis yang menggunakan

8
bahasa formal. Bahasa formal selalu merujuk pada istilah dan kata yang sudah
baku. Oleh karena itu, ragam tulis formal ini disebut juga dengan ragam baku
tuils. Sebaliknya, ragam tulis informal adalah ragam tulis yang menggunakan
istlah tidak formal atau tidak baku. Ragam tulis informal disebut pula ragam tdak
baku tulis.
Ragam baku tulis digunakan untuk penulisan dokumen-dokumen resmi dan
formal seperti surat-menyurat resmi baik yang melibatkan baik instansi
pemerintahan maupun swasta. Maksudnya, ragam bahasa resmi dan formal bisa
juga dibuat oleh individu yang melibatkan institusi berbadan hukum. Sedangkan
ragam tulis informal digunakan untuk menulis sesuatu dalam kondisi tidak formal
seperti dalam surat-menyurat pribadi dan media-media massa tulis yang informal
lain baik cetak maupun elektronik seperti majalah-majalah remaja, blogger di
internet, facebook, dan twitter.

Ragam bahasa yang digunakan dalam ragam tulis dapat dibedakan atas
bahasa buku, majalah, surat kabar, surat menyurat, dan telegrafi. Ragam tulis
disusun dengan cermat, teratur, dan logis. Setiap ragam tulis yang digunakan
sangat dipengaruhi oleh sasaran pembacanya. Misalnya buku untuk anak-anak,
remaja, dan orang dewasa. Masing-masing ragam yang digunakan berbeda
corak bahasanya.

c. Ragam Baku Tulis


Dalam kehidupan berbahasa, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam
tulis. Jika dikaitkan dengan kebakuan kaidah bahasa muncullah ragam baku tulis
dan ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan
resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah
sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan
dengan menyusun dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang
tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Demikian pula pengadaan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah dan pengadaan kamus merupakan pula usaha ke arah itu.

d. Ragam Baku Lisan


Ukuran dan nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya
ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya. Seseorang dikatakan
berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol
pengaruh logat atau dialek daerahnya.

Ragam Berdasarkan Peran


Ragam ini merupakan penggunaan bahasa yang didasarkan pada fungsi
sosial penutur atau fungsi yang lainnya. Berdasarkan peran sosial dan fungsinya
ragam ini dibedakan sebagai berikut:

a. Ragam Resmi dan Ragam tidak Resmi


Ragam resmi merupakan bahasa yang digunakan dalam situasi resmi.
Misalnya, pertemuan-pertemuan, perundang-undangan, dan peraturan-

9
peraturan. Sedangkan ragam takresmi digunakan dalam situasi pergaulan atau
percakapan pribadi.

b. Ragam Prosa dan Lirik


Ragam prosa lebih mengandalkan bahasa langsung tanpa sentuhan estetis.
Sedangkan bahasa lirik lebih diwarnai oleh aspek estetis, khususnya dalam
pemilihan kata.

c. Ragam Teknis dan Nonteknis


Ragam teknis merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan
yang berjenjang, bersifat argumentatif dan ekspositif seperti dalam penyusunan
karya ilmiah Sebaliknya, ragam nonteknis ragam bahasa yang dipakai dalam
kegiatan yang tidak teknis seperti dalam tulisan-tulisan populer.

Ragam Berdasarkan Formalitas Hubungan


Berdasarkan dimensi formalitas hubungan bahasa sangat dipengaruhi oleh
hu-bungan antarpersona partisipan. Ragam tersebut dibedakan atas:

a. Ragam Netral
Ragam ini digunakan oleh dua orang partisipan yang sama derajadnya,
tanpa memperhatikan sopan atau tidak.

b. Ragam Sopan
Ragam ini digunakan oleh penutur yang berbicara dengan partisipan yang
lebih dihormati atau lebih tinggi kedudukannya.

c. Ragam Kasar
Ragam ini merupakan ragam bahasa yang biasanya digunakan oeh penutur
terhadap partisipan yang dianggap lebih rendah kedudukannya.

Kerjakan!
1. Temukan sebuah karya tulis yang menggunakan ragam bahasa ilmiah!
2. Temukan pula sebuah karya tulis yang menggunakan ragam bahasa populer!
3. Temukan sebuah prosa dan sebuah puisi! Apa yang membedakan di antara
keduanya?
4. Buatlah contoh dengan ragam bahasa tulis yang menunjukkan formalitas
hu-bungan yang netral, sopan, dan kasar!

3.6 Ragam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


a. Bagaimanakah Bahasa Indonesia yang Baik?
Bahasa Indonesia yang baik merupakan bahasa Indonesia yang
pemakaiannya sesuai dengan situasi, kondisi, dan maksud pembicaraan. Dalam
situasi resmi sepan-tasnya dipergunakan bahasa Indonesia ragam resmi

10
(formal). Sebaliknya, dalam situ-asi tidak resmi sepantasnya pula dipakai bahasa
Indonesia ragam tidak resmi (infor-mal).

b. Bagaimanakah Bahasa Indonesia yang Benar ?


Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan kaidah tata bahasa yang baku. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa ada empat macam kemungkinan pemakaian
bahasa Indonesia yaitu:
1) Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya pemakaian
bahasa Indonesia baku di dalam situasi formal. Ragam bahasa baku
seperti ini biasanya digunakan dalam penulisan karya ilmiah.
2) Pemakaian bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar. Misalnya, pe-
makaian bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa,
tetapi sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sangat komunikatif.
Ragam bahasa informal ini biasa digunakan dalam situasi santai.
3) Pemakaian bahasa Indonesia yang benar tetapi tidak baik. Misalnya, pe-
makaian bahasa yang sesuai dengan kaidah tata bahasa, tetapi tidak ko-
munikatif. Ragam bahasa baku tidak sesuai jika dipakai dalam situasi
santai.
4) Pemakaian bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar. Misalnya,
pemakaian bahasa Indonesia ragam santai yang situasi pemakaiannya
tidak cocok. Ragam bahasa santai tidak cocok dipakai dalam karya
ilmiah.

Sebetulnya, penentuan atau kriteria bahasa indonesia yang baik dan benar
itu tidak jauh berbeda dengan apa yang kita katakan sebagai bahasa baku.
Kebakuan suatu kata sudah menunjukkan masalah “benar” kata itu. Walaupun
demikian, masalah “baik” tentu tidak sampai pada sifat kebakuan suatu kata atau
kalimat, tetapi sifat efektifnya suatu kata atau kalimat. Dengan kata lain,
pengertian “baik” pada suatu kata atau bentuk kata adalah pandangan yang
diarahkan pada pilihan kata (diksi) yang sesuai dengan situasi tertentu.
Pemilihan kata yang akan dipergunakan dalam suatu untaian (tataan) kalimat
sangat berpengaruh terhadap pesan (makna) yang dipaparkan. Misalnya, dalam
tuturan tertentu kita memilih menggunakan kata memerintahkan; akan tetapi da-
lam tuturan yang lain “pada tataan kalimat yang sama” kita menggunakan kata
yang berbeda seperti menugasi, meminta bantuan, atau mempercayakan.
Demikian halnya, kita dituntut untuk tepat menggunkan kata-kata seperti mati,
meninggal, wafat, gugur, mangkat, atau tutup usia dalam situasi tutur yang
berbeda-beda.
Selanjutnya pengertin “benar” pada suatu kata atau bentuk kata adalah pan-
dangan yang diarahkan pada kesesuaian kata atau bentuk kata dengan kaidah-
kaidah kebahasaan yang berlaku. Oleh karena itu, bahasa indonesia yang
menyimpang dari sistem kaidah kebahasaindonesiaan bukanlah bahasa
indonesia yang benar.

Contoh:

11
Ular makan ayam.
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah kalimat secara struktur, yaitu
ada subjek (ular), ada predikat (makan), dan ada objek (ayam). Kalimat ini juga
memenuhi kaidah sebuah kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah
informasi yang dapat dimengerti oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat
berikut ini.
Ayam makan ular.
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek (ayam), ada predikat
(makan), dan ada objek (ular). Akan tetapi dari segi makna, kalimat ini tidak
benar karena tidak mendukung makna yang baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau memperlihatkan proses
pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku. Kata aktivitas tidak
benar penulisannya karena pemunculan kata itu tidak mengikuti kaidah
penyerapan yang telah ditentukan. Pembentukan penyerapan yang benar ialah
aktivitas karena diserap dari kata activity. Kata persuratan kabar dan
pertanggungan jawab tidak benar karena tidak mengikuti kaidah yang berlaku.
Yang benar menurut kaidah ialah persurat-kabaran dan pertanggungjawaban.
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa bahasa indonesia yang baik dan benar
itu di samping mengutamakan kekomunikatifan tuturan, juga harus
memperhatikan kemantapan dan keseragaman kaidah. Kemantapan kaidah
ditandai oleh ketegasan antara yang baku (yang baik dan benar) dan subbaku
(yang tidak baik dan benar). Bentukan ilmuwan, misalnya, dapat dipandang
sebagai bentukan baku jika dibandingkan dengan ilmiawan karena akhiran -wan
dalam bentukan tersebut mengandung makna lekatan ‘orang yang memiliki apa
yang disebutkan pada bentuk dasar’, sehingga bentuk dasarnya harus kelas kata
benda (ilmu), bukan kelas kata sifat (ilmiah). Penggunaan istilah subbaku di sini
dimaksudkan untuk menghindari persepsi dikotomis antara bahasa baku dan
bahasa tidak baku atau bahasa yang benar dan bahasa yang salah.
Keseragaman kaidah mengandung pengertian bahwa bahasa yang baik dan
benar harus berterima (dapat diterima) oleh kalangan masyarakat penutur dan
pemakai bahasa sebagai milik bersama. Kata mbakyu, misalnya, oleh penutur
dan pemakai bahasa Indonesia, terutama penutur nonJawa, akan disikapi
sebagai bukan miliknya, berbeda dengan kata kakak. Oleh karena itu, ditinjau
dari kaidah keseragaman, kakak adalah kata baku, sedangkan mbakyu adalah
kata subbaku.

a. Pelafalan dan Penulisan Kata


Subbaku Baku
akhli ahli
beaya biaya
insyaf insaf
ijin izin
tehnik teknik
syah sah
sorga/syurga surga
shalat/sholat salat

12
sholeh saleh
faham paham
fihak pihak
azas asas
Jum’at jumat
silahkan silakan
hakekat hakikat
trampil terampil
isteri istri
kwalitas kualitas
Pebruari Februari
rubah ubah
praktek praktik

b. Penggunaan Kata Bentukan


1) Penggunaan Gabungan Kata
Subbaku Baku
- orangtua - orang tua
- tatabahasa - tata bahasa
- ibukota - ibu kota
- terimakasih - terima kasih
- olahraga - olah raga
- maha esa - mahaesa
- semi profesional - semiprofesional
- kerjasama - kerja sama
- sepakbola - sepak bola
- maha tahu - mahatahu
- pasca panen - pascapanen

2) Penggunaan Kata Jadian


Subbaku Baku
Hal : Pemberian tahu Hal: Pemberitahuan
Kami beritahukan bahwa Kami beri tahukan bahwa
Hal : Pertanggung jawaban Hal: Pertanggungjawaban
keuangan keuangan
Kami bertanggungjawab Kami bertanggung jawab
atas kejadian itu. atas kejadian itu.

c. Penyimpangan Urutan Kata dalam Kalimat


Subbaku Baku
- Hal itu saya telah sampai - Hal itu telah saya sampai
kan kepada mereka. kan kepada mereka
- Rumusan itu kami akan - Rumusan itu akan kami
bahas besok. bahas besok.
- Rumah itu mereka telah - Rumah itu telah mereka jual
jual seminggu yang lalu. seminggu yang lalu.

13
d. Penggunaan Ungkapan Tetap
Subbaku Baku
- Penyelesaian masalah itu - Penyelesaian masalah itu
tergantung dari … bergantung pada …..
bergantung dari bergantung kepada
- Hal ini penting, baik - Hal ini penting, baik
bagi orang tua ataupun bagi orang tua maupun
anak-anak. anak-anak.
- Keputusan itu berdasarkan - Keputusan itu
pada … berdasaskan …
berdasar pada …
- Mereka mendiskusikan tentang … - Mereka mendiskusikan …
mereka berdiskusi tentang …
- Keputusan ini sesuai petunjuk - Keputusan ini sesuai dengan
Walikotamadya. Petunjuk Walikotamadya

- Selain daripada itu, … - Selain itu, …


Lain darpada itu, … Lain dari itu, …
- Hal itu disebabkan (oleh) karena … - Hal itu disebabkan oleh …
- Ini berbeda dari … Ini berbeda dengan …
berbeda daripada …

f. Penggunaan Kata-kata Mubazir


Subbabku Baku
- Kemiskinan adalah merupakan - Kemiskinan adalah …
masalah bersama. Kemiskinan merupakan …
- Saya menderita sejak dari kecil - Saya menderita sejak kecil.
- Saya menderita dari kecil
- Agar supaya berhasil … - Agar berhasil
Supaya berhasil …
- Demi untuk negara, kita … - Demi negara, kita , …
Untuk negara, kita …
- Tujuan daripada program … - Tujuan program …
- Kata-kata serapan dalam bahasa - Kata-kata serapan dalam bahasa
Indonesia, seperti misalnya …
Indonesia, seperti …
- Kita pun juga merasaan hal itu. - Kita pun merasakan hal itu.
Kita juga merasakan hal itu.

g. Penggunaan Ungkapan Berlebihan (Pleonasme)


Subbaku Baku
- Tembok rumah Pak Sulih - Tembok rumah Pak Sulih
dipertinggikan. dipertinggi.
Tembok rumah Pak sulih ditinggikan.
- Dia sering berulang kali - Dia sering tidak masuk kelas

14
tidak masuk kelas. Dia berulang-ulang tidak masuk
kelas.
Dia berkali-kali tidak masuk kelas.
- Itu sangat penting sekali. - Itu sangat penting.
Itu penting sekali
- Sesama manusia kita harus - Sesama manusia kita harus
saling hormat-menghormati. saling menghormati.
Sesama manusia kita harus hormat-
menghormati.
- Pertemuan itu dihadiri - Pertemuan itu dihadiri
oleh utusan dari banyak oleh utusan dari banyak
negara-negara berkembang. negara berkembang.
- Setiap calon harus memenuhi - Setiap calon harus memenuhi
semua hal-hal yang disyaratkan. semua hal yang disyaratkan.
Setiap calon harus memenuhi hal-hal
yang disyaratkan.
- Berikut ini disajikan - Berikut ini disajikan beberapa
beberapa contoh-contoh
contoh kalimat aktif.
kalimat aktif. Berikut ini disajikan contoh-contoh
kalimat aktif.

h. Penggunaan Kalimat tidak Logis


Subbaku Baku
- Anak saya dari membayar SPP. - Anak saya dari sekolah,
membayar SPP.
- Waktu dan tempat kami persilahkan. - Waktu kami serahkan.
- Di dalam buku ini dibagi - Di dalam buku ini terdapat empat
menjadi empat bab. bab.
Buku ini terdiri atas empat bab.
Buku ini dibagi menjadi empat bab.
- Saya belum jelas, Pak! - Saya belum paham, Pak!
Keterangan Bapak belum jelas bagi
saya.
- Dirgahayu Hari Ulang Tahun - Dirgahayu (Negara) R.I.
Kemerdekaan RI ke - 50 - Dirgahayu Bangsa Indonesia
- Dirgahayu Kemerdekaan RI
- Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI
ke-50

i. Penggunaan Kalimat Rancu


Subbaku Baku
- Pada cerita anak-anak harus - Pada cerita anak-anak harus
memberikan contoh dan teladan diberikan contoh dan teladan yang
yang baik. baik.

15
Cerita anak-anak harus memberikan
contoh dan teladan yang baik.
- Dari penelitian tersebut - Dari penelitian tersebut
membuktikan bahwa peran dibuktikan bahwa …
ibu sangat penting dalam Penelitian tersebut membuktikan
pembentukan pribadi anak. bahwa …
- Kepada mahasiswa yang ber- - Kepada mahasiswa yang berprestasi
prestasi akan diberi penghargaan. akan diberikan penghargaan .
Mahasiswa yang berprestasi akan
diberi penghargaan.
- Untuk kegiatan tersebut memerlukan - Untuk kegiatan tersebut
diperlukan yang sangat besar. biaya
yang sangat besar.
- Kegiatan tersebut memerlukan biaya
yang sangat besar.
- Semoga keluarga yang ditinggalkan - Semoga yang ditinggalkan
diberi diberikan kekuatan iman.
kekuatan iman.
- Semoga kekuatan iman diberikan
kepada keluarga yang
ditinggalkan.
- Beliau menugaskan saya untuk - Beliau menugasi saya untuk
menyusun laporan itu. menyusun laporan itu.
- Beliau menugaskan penyusunan
laporan itu.

j. Penggunaan Struktur Bahasa Asing


Subbaku Baku
- Masalah itu saya akan laporkan - Masalah itu akan saya laporkan
kepada saya punya atasan.
kepada atasan saya.
- Itulah rumah di mana terjadinya - Itulah rumah tempat terjadinya
pembunuhan sadis Minggu lalu. pembunuhan sadis Minggu yang lalu
- Upaya-upaya yang mana telah - Upaya-upaya yang telah dilakukan
dilakukan oleh ... oleh ...

Dalam penggunaannya penulis biasanya menghadapi beberapa problematik


dalam penerapannya. Misalnya, terjadi kesalahan penalaran, kesalahan
pemakaian kata, kesalahan penyusunan kalimat, dan kesalahan pemakaian
ejaan dan tanda baca.

a) Kesalahan Penalaran
Penalaran adalah suatu penjelasan yang menunjukkan hubungan antara dua
hal atau lebih yang didasarkan atas alasan dan langkah tertentu untuk mencapai
suatu simpulan (Poespoprodjo dan Gilarso, 1985: 8). Oleh karena itu, penalaran
dapat diartikan sebagai proses berpikir yang logis dan analitis. Jadi, kalau dalam

16
proses berpikir terjadi kesalahan penalaran, berarti dalam penulisannya
disampaikan dengan tidak logis dan tidak analitis.

Contoh kesalahan penalaran :


Dengan memanjatkan puji syukur atas rahmat yang telah diberikan oleh
Tuhan maka selesailah penyusunan makalah ini dengan tepat waktu.

Bandingkan dengan
Kami memajatkan puji syukur kepada Tuhan atas rahmatnya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

b) Kesalahan Pemakaian Kata


Penggunaan kosakata yang kurang tepat, dapat terjadi dalam pembentukan
ka-limat. Oleh karena itu, untuk menyampaikan gagasan secara tepat dengan
makna yang tepat harus dipilih kosakata yang tepat pula. Kesalahan pemakaian
kata dalam kalimat dapat berupa kerancuan dalam pembentukan kata jadian dan
kerancuan pemilihan kata.
(1) Contoh kerancuan pembentukan kata jadian :
Di kelas kami akan dipelajarkan berbagai keterampilan khusus.
Jalan menuju kampus kami akan diperlebarkan.
Para mahasiswa telah berulang kali diberi tahu.

(2) Contoh kerancuan susunan kata atau kelompok kata:


Hadirin menundukkan badan untuk menghormati tamu.
Mereka jangan boleh masuk lebih dahulu.
Pengambilan data dijalankan dengan menyebarkan angket.

c) Kesalahan Penyusunan Kalimat


Penyampaikan gagasan yang tidak tepat, bisa disebabkan oleh kesalahan
pe-makaian kalimat. Oleh karena itu, dalam menggabungkan dua struktur yang
berbeda atau tidak sepadan penulis harus berhati-hati. Untuk itu bila menemui
bentuk kalimat yang rancu, sebaiknya kalimat rancu tersebut dikembalikan pada
bentuk-bentuk kalimat semula.
Misalnya :
(1) Meskipun belum membayar SPP, tetapi ia diperbolehkan mengikuti
perkuliahan.
(2) Dewi bukan mahasiswa semester I, tetapi mahasiswa semester IV.
Kedua kalimat di atas menggunakan konjungsi yang kurang tepat.
Seharusnya kata sambung meskipun pada kalimat (1) tidak digabung dengan
kata tetapi. Kata tetapi dalam kalimat (2) seharusnya menggunakan kata
melainkan.
d) Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam menulis kadang-kadang seseorang lupa memperhatikan ejaan dan
tanda baca.
Misalnya :
Benar Salah

17
Dr. H. Suparno DR. H. Suparno
a.n. dekan a/n dekan
di kota dikota
di samping itu disamping itu
antarsuku antar suku

Latihan
1. Temukan sebuah karya tulis yang menggunakan ragam bahasa ilmiah!
2. Temukan pula sebuah karya tulis yang menggunakan ragam bahasa populer!
3. Temukan sebuah prosa dan sebuah puisi! Apa yang membedakan di antara
keduanya?
4. Buatlah contoh dengan ragam bahasa tulis yang menunjukkan formalitas
hubungan yang netral, sopan, dan kasar!
5. Carilah tesk-teks tertulis dengan ragam berikut:
a. Ragam berita
b. Ragam skripsi
c. Ragam cerpen
d. Ragam sms
e. Ragam facebook
f. Ragam pidato
g. Ragam esai/bloger
h. Ragam puisi
Dari ragam-ragam tersebut, identifkasilah yang termasuk ragam formal dan
informal!

18

Anda mungkin juga menyukai