Anda di halaman 1dari 5

Ragam Bahasa Indonesia

ZULTIYANTI

Setiap komunikasi mempunyai tujuan.Tujuan tersebut adalah adanya saling
pemahaman antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca.
Beberapa faktor agar komunikasi efektif:
1. adanya kekhasan ciri hubungan antara pembicara dan pendengar
2. waktu dan tempat komunikasi berlangsung
3. sarana yang digunakan untuk berkomunikasi
4. tujuan berkomunikasi
5. ciri pesan yang ingin disampaikan
6. lingkungan komunikasi dilangsungkan

Karena beberapa hal di atas muncullah ragam bahasa.


Ragam bahasa: variasi bahasa menurut pemakaian yg berbeda-beda menurut topik
yg dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yg dibicarakan,
dan sesuai media pembicaraan.
Contoh ragam bahasa:
1. Ragam umum dan ragam sopan
Ragam umum: duduklah, Ambilkan saya buku itu, Saya menyarankan...
Ragam sopan: Silakan duduk; Tolong ambilkan saya buku itu; Bolehkan saya
menyarankan/ mengusulkan....

2. Ragam umum dan ragam sentuh rasa


Ragam umum: Ia keliru; Anak Bapak bodoh; Saya mau berbicara sebentar.
Ragam sentuh rasa: Mungkin ia keliru, Saya mempunyai contoh yang lain; Putra
Bapak memerlukan perhatian; Bolehkan saya berbicara sebentar, Mohon izin untuk
berbicara sebentar.

3. Ragam umum dan ragam tanpa persona


Ciri umum ragam ini adalah penggunaan bentuk / di/. Ragam ini biasanya
dipergunakan dalam pengumuman.
Contoh ragam tanpa persona:
Diumumkan bahwa Rabu, 7 April 2021 akan diadakan pameran produk mahasiswa di
Auditorium kampus UAD jl. Kapas.
-Diberitahukan bahwa Sabtu, 19 April 2021 Perpustakaan Pusat tutup.
Pengumuman: Telah meninggal dunia dg tenang.... Minggu pukul 20.00.....
-Nama-nama di bawah ini dinyatakan lulus ujian masuk Perguruan Tinggi Negri....

4. Ragam umum dan ragam diplomasi


Ragam diplomasi, ragam yg berusaha memelihara hubungan yg akrab,
menghindarkan konflik, memperluas makna dan tujuan, dan menghilangkan batas
antara benar dan tidak benar.
Contoh kalimatnya: “Apakah harga-harga sembako akan naik? “ Ya, mungkin naik
dan mungkin tidak” jawab pak Mentri.
Contoh ragam umum dan ragam diplomasi
-Kami tidak setuju dengan pendapat Anda; Jangan siarkan berita itu; Harga-harga
akan naik; Nama pejabat itu dicoret; Dekan tidak perlu diundang; Permohonannya
ditolak; Pejabat itu membuat kesalahan dalam pernyataannya.
Perbaikan menggunakan ragam Diplomasi: Kami catat pendapat Anda; Berita itu
untuk kita saja; Harga-harga akan mengalami penyesuaian; Nama pejabat itu tidak
dicantumkan; Dekan masih sibuk dengan tugasnya; Permohonannya sedang
dipertimbangkan/ permohonannya mendapat perhatian; Pejabat itu mungkin lupa apa
yang harus dikatakannya.

Ragam diplomasi eufemistis


Ragam ini menggunakan ungkapan eufemistis. Ungkapan eufemistis berfungsi
mengurangkan kadar dan kekuatan makna dalam ungkapan wajar dan nyata.
Eufemisme disebut jg ungkapan penghalus.
Contoh ragam umum dan ragam diplomasi eufemistis:
Ia buta——- eufemismenya: tunanetra
-Anak itu tuli—— tunarungu
Ayahnya pengangguran ——tunakarya dst.

5. Ragam lisan dan ragam tulisan


Ragam bahasa tulis lebih gramatik dibanding ragam lisan. Ragam tulis lebih
memperhatikan tata bahasa, kelengkapan tata bahasa, dan kesempurnaan tata
bahasa. Sikap ini disebabkan oleh bahasa tulis lebih diprogramkan dan lebih
direncanakan. Disusun lebih teratur karena ada kesempatan untuk memperbaiki dan
menyunting kembali.
Di dalam bahasa lisan, hubungan logis bagian satu dengan bagian yang lain
terkadang juga ditinggalkan. Bahasa lisan banyak menggunakan bentuk yg kurang
gramatikal. Di sinilah letak perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan.

Sumber 1. Kamus Linguistik, Harimurti Kridalaksana; 2. Belajar Mengemukakan


Pendapat, Jos Daniel Parera.

Silakan dibaca dan dipahami. Jika ada pertanyaan dipersilakan!


Terimakasih.
Bahasa Indonesia Ragam Ilmu
ZULTIYANTI
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan. Kedudukan pertama sebagai bahasa
nasional dan kedua sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi 1) sebagai lambang kebanggaan nasional, 2) sebagai lambang
identitas nasional, 3) sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yg berbeda latar
belakang sosbud dan bahasa; 4) sebagai alat perhubungan antar budaya dan antar
daerah. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi 1) bahasa resmi
negara, 2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, 3) bahasa
perhubungan tingkat nasional utk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan dan pemerintahan, 4) bahasa resmi di dalam pembangunan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi moderen.

Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yg dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dalam penggunaannya.
Sifat-sifat ragam baku:
1. Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, contoh: men+ubah menjadi
mengubah bukan MERUBAH, per-an +ubah menjadi perubahan; contoh lain
pen+rajin menjadi perajin bukan PENGRAJIN.
2. Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki bentuk yg
mati, contoh kata vokal bisa bermakna bunyi bahasa yg keluar dari paru-paru tanpa
mendapat hambatan. Sebaliknya vokal pada kalimat “Mahasiswa itu sangat vokal”. itu
artinya Mahasiswa tsb jika berbicara tanpa filter, dia akan berbicara sesuai kata hati
dan pikirannya, berani bicara apa saja.
3. Cendekia artinya kelompok yg menggunakan ragam ini adalah kelompok
terpelajar. Mereka yg terpelajar adalah mereka yg pernah mengalami pendidikan
secara formal (sekolah).

Bahasa ragam ilmu


Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yg sangat ketat mengikuti kaidah bahasa
Indonesia baku. Ragam bahasa ilmu adalah ragam yg digunakan dalam suasana
resmi, baik lisan maupun tertulis umumnya sangat ketat mematuhi kaidah bahasa
baku. Dalam bahasa tulis, setiap kalimat dalam alinea merupakan kalimat yg benar,
mengikuti kaidah bahasa baku. Di samping itu juga terjalin hubungan yg padu antara
unsur-unsur kalimat dalam satu kalimat dan antara kalimat dengan kalimat dalam
satu alinea. Dengan kata lain antara unsur- unsur kalimat dan alinea itu terdapat
hubungan yg padu atau kohesif.

Ragam bahasa ilmu digunakan oleh para cendekiawan utk mengomunikasikan


ilmunya.
Tulisan ilmiah, tertulis atau lisan adalah uraian yg mengandung hasil penyelidikan
ilmiah. Penyelidikan ilmiah itu dilaksanakan dengan penalaran yg logis dan dengan
metode ilmiah. Ragam ini , krn digunakan utk mengomunikasikan ilmu, tentu saja
lebih berkomunikasi dg menggunakan pikiran bukan perasaan. Untuk itu ragam ini
menjadi lebih tenang, jelas, tidak berlebihan, dan tidak emosional. Hubungan antar
unsur-unsurnya , baik di dalam kalimat maupun dalam satuan- satuan yg lebih besar
bersifat koheren.

Sifat-sifat ragam ilmu


1. Ragam ilmu termasuk ragam baku, maka dari itu selalu mengikuti kaidah-kaidah
bahasa baku, dalam ragam tulis menggunakan ejaan yg baku, yaitu sesuai EYD, dan
di dalam ragam lisan menggunakan ucapan yg baku, menggunakan kata-kata ,
struktur frasa, dan kalimat yg baku atau yg sudah dibakukan.
2. Ragam bahasa ilmu banyak menggunakan kat-kata istilah yaitu kata- kata yg
digunakan dalam arti denotatif bukan dalam arti konotatif.
3. Hubungan antar unsur, kalimat, alinea, dan antar alinea bersifat padu atau kohesif.
Untuk menyatakan hubungan yg padu digunakan alat- alat penghubung seperti kata-
kata penghung baik setara (dan, atau, tetapi) ataupun bertingkat ( jika, agar,
meskipun, karena dll), kata petunjuk ( ini, itu, di sana dan lain- lain).
4. Hubungan semantik antar unsur bersifat logis atau kohesif. Hindari penggunaan
kalimat yg menbingungkan dan hindari kalimat bermakna ganda.
5. Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-
tanda juga dalam penggunaan kata ganti diri.

Bahasa yg Benar dan bahasa yg Baik


Meskipun kita mengetahui bahasa yg benar, tidak boleh dilupakan juga adalah
bahasa yg baik. Bahasa yg benar adalah bahasa yg menerapkan kaidah dengan
kinsisten.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai
dengan situasi pemakaiannya.
Contoh bahasa yg benar:
1. Sesuai dg kaidah bahasa Indonesia
2. Menekankan aspek kaidah bahasa
3. Memperhatikan tata bahasa, tanda baca, ejaan, pilihan kata dan tata bunyi
(bahasa lisan).
4. Bahasa yg benar belum tentu baik.
Bahasa yg baik:
1. Sesuai dg situasi penggunaan
2. Menekankan aspek komunikatif bahasa
3. Memperhatikan penutur dan petutur (usia, status sosial, pendidikan, lingkungan
sosial dls).
4. Bahasa yg baik belum tentu benar.

Penggunaan bahasa yg baik dan benar sangat ditekankan kepada para pemakai
bahasa. Bahasa dikatakan baik jika maknanya dapat dipahami komunikan dan
ragamnya sesuai dengan situasi bahasa itu digunakan. Menjadi sangat aneh bila,
seorang mahasiswa pada saat berbicara dengan temannya di kantin, mahasiswa
tersebut menggunakan bahasa yg baku/ benar. Akan tetapi seorang mahasiswa akan
berbicara sangat formal/ resmi bila baru pertama kali bertemu dengan teman
mahasiswa yg baru ditemuinya.
Contoh penggunaan ragam bahasa ilmu yg menggunakan kaidah bahasa baku:
“Pada gambar tersebut tampak bahwa epidermis mengalami kelainan. Sel-selnya
membesar dan ada pula yang emngalami degenerasi. Jaringan palisade sudah tidak
teratur lagi dan mempunyai kecenderungan untuk berbentuk bulat. Pada khloroplas
terdapat fitoferitin dan butir-butir pati yang tidak normal. Dalam sel floem terdapat
kristal sedangkan sel-sel floem yang sudah menderita lebih lanjut mengalami
degenerasi yang berat dan bentuknya sudah tidak jelas lagi”.
Kalimat-kalimat yang digunakan dalam tulisan di atas adalah kalimat yang benar dan
sudah mengikuti kaidah bahasa baku. Hubungan antar kalimat juga terlihat padu.
Kata-kata istilah juga banyak ditemukan dalam tulisan tersebut seperti epidermis,
degenerasi, jaringan palisade, khloroplas, fitoferitin, sel floem.

Materi sudah siap, silakan dibaca dan dipahami. Jika ada pertanyaan dipersilakan.
Materi tentang EYD dibaca sendiri ya. Trrimakasih
Sumber: Bahasa Indonesia yg Benar dan yang Salah, Ramlan dkk; Cermat
Berbahasa Indonesia, Zainal Abidin dkk; Mahir Berbahasa Indonesia, PBSI UAD.

Anda mungkin juga menyukai