Anda di halaman 1dari 8

RAGAM DAN LARAS BAHASA

Ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai
oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Di samping ditandai oleh ciri-ciri linguistik, timbulnya ragam bahasa yang
juga ditandai oleh ciri-ciri nonlinguistik, misalnya lokasi atau tempat
penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan.

A. Ragam Bahasa Berdasarkan Media

 ragam bahasa dibagi menjadi: (1) ragam bahasa lisan; (2) ragam bahasa
tulis.

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem


sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi, dalam ragam bahasa
lisan kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis kita berurusan
dengan tata cara penulisan atau ejaan. Selain itu aspek tata bahasa dan
kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Contoh:

1. Ragam bahasa lisan.

 Mereka tinggaldi Mampang Prapatan.


 Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Saya akantanyakan soal itu . 

2. Ragam bahasa tulis.

 Mereka bertempat tinggaldi Mampang Prapatan.


 Jalan layang itu dibangununtuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Akan sayatanyakan soal itu.

 
B. Ragam Bahasa Berdasarkan Latar Belakang Penutur

Berdasarkan  latar belakang penutur, kita mengenal ragam daerah atau


dialek yang berkaitan dengan asal penutur, ragam terpelajar dan tak
terpelajar yang berkaitan dengan tingkat pendidikan penutur, serta ragam
resmi dan tak resmi berkaitan dengan sikap penutur.

1. Ragam Dialek atau Ragam Daerah

Ragam dialek atau ragam daerah akan mencerminkan asal penutur.


Beberapa kelompok suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan berujar.

orang Jawa, mereka sering mengucapkan kata yang berawalan “b” seperti
Bandung, Bali, dan Bantul akan dilafalkan dengan penambahan bunyi
sengau “m” sehingga terdengar di telinga ucapan /mBandung/, /mBali/,
dan /mBantul/. Bunyi-bunyi berat seperti bunyi [b], [d], dan [j] akan
terdengar diucapkan /bh/, /dh/, dan /jh/. Contoh: /bhawa/, /dhudhuk/,
dan /jhadhi/. 

2. Ragam Terpelajar dan Tak Terpelajar

Ragam terpelajar dan tak terpelajar didasarkan pada tingkat pendidikan


penutur. Ragam terpelajar dibedakan dengan ragam tak terpelajar.
Penutur yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi relatif akan lebih
terlatih dalam berbahasa dibandingkan dengan penutur yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Hal ini disebabkan besarnya peluang penutur
pendidikan lebih tinggi untuk belajar dan berlatih bahasa.

Cara Pelafalan Kata antara Ragam Terpelajar dan Ragam Tak


Terpelajar

Ragam Terpelajar Ragam Tak Terpelajar

/mufakat/ /mupakat/

/tafsir/ /tapsir/

/fasilitas/ /pasilitas/
/vokal/ /pokal/

/pabrik/ /tabrik/

/fungsi/ /pungsi/

/kompleks/ /komplek/

/vitamin ce/ /pitamin se/

Bentuk kata juga dapat dijadikan ciri ragam terpelajar dan tak terpelajar.
Contohnya terlihat pada tabel.

Tabel 3

Bentuk Kata antara Ragam Terpelajar dan Ragam Tak


Terpelajar

Ragam Terpelajar Ragam Tak Terpelajar

Mencari nyari

Membukakan bukain
3. Ragam Resmi dan Ragam Tak Resmi

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi: 1) menggunakan unsur gramatikal secara
eksplisit dan konsisten; 2) menggunakan imbuhan secara lengkap; 3)
menggunakan kata ganti resmi; 4) menggunakan kata baku; 5)
menggunakan EYD/EBI; dan 6) menghindari unsur kedaerahan.

Ragam tak resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi tak resmi,


seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam
pergaulan, dan percakapan

Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah


bahasa resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah
ragam bahasa santai/tak resmi.

4. Ragam Bahasa Standar, Semi Standar, dan Nonstandard

Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan


aturan tetap. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan
perubahan di bidang kosa kata, peristilahan, serta mengizinkan
perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan
modern

Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar


dilakukan berdasarkan: (a) topik yang sedang dibahas; (b) hubungan
antarpembicara; (c) medium yang digunakan; (d) lingkungan; atau (e)
situasi saat pembicaraan terjadi.

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan


nonstandar adalah: (a) penggunaan kata sapaan dan kata ganti; (b)
penggunaan kata tertentu; (c) penggunaan imbuhan; (d) penggunaan kata
sambung (konjungsi); dan (e) penggunaan fungsi yang lengkap.

Contoh:

(1) Ayah mengatakan, kita akan pergi besok.

(1a) Ayah mengatakan bahwa kita akan pergi besok.


Pada contoh (1) merupakan ragam semi standar, dan pada contoh (1a)
merupakan ragam standar.

Contoh:

(2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.

(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Pada contoh (2) merupakan ragam semi standar, dan pada contoh (2a)
merupakan ragam standar. 

Kalimat (1) kehilangan kata sambung bahwa, sedangkan kalimat (2)


kehilangan kata depan untuk. Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering
dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam
semi standar.

C. Laras Bahasa

Laras bahasa adalah ragam bahasa yang digunakan untuk suatu tujuan
atau pada konteks sosial tertentu. Definisi laras bahasa menurut beberapa
ahli linguistik, diantaranya Ure dan Ellis (1977) menganggap laras bahasa
sebagai pola bahasa yang lazim digunakan mengikuti keadaan tertentu.
Hal ini bermakna, sesuatu situasi akan menentukan bentuk bahasa yang
digunakan oleh pengguna bahasa itu dan pemilihannya berdasarkan
konvensi sosial masing-masing.

 Formal (resmi). Ragam resmi digunakan dalam komunikasi resmi


seperti pada pidato resmi, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
 Consultative(konsultatif). Ragam konsultatif digunakan dalam
pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi
seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
 Casual (santai). Ragam santai digunakan dalam suasana tidak resmi
dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan
akrab.
 Intimate (akrab). Ragam akrab digunakan di antara orang yang
memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.

 
1. Laras llmiah

Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar. Sebuah karya tulis
ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil
pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis
karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah
karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah
tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.


Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan
keilmuan, sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian sub-
sublarasnya. Pembedaan di antara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras
ilmiah itu dapat diamati dari:

(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata;

(2) penyusunan frasa, klausa, dan kalimat;

(3) penggunaan istilah;

(4) pembentukan paragraf;

(5) penampilan hal teknis;

(6) penampilan kekhasan dalam wacana.

Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya
ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu: (1) harus tepat dan tunggal makna, tidak
remang nalar atau mendua makna; (2) harus secara tepat mendefinisikan
setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak
menimbulkan kerancuan atau keraguan; dan (3) harus singkat,
berlandaskan ekonomi bahasa.

 
2. Ragam Bahasa Keilmuan

Menurut Sunaryo, (1994: 1), bahwa dalam berkomunikasi, perlu


diperhatikan kaidah-kaidah berbahasa, baik yang berkaitan kebenaran
kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan
sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita
selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk
bahasa yang kita gunakan.

Faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi: partisipan, topik,


latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis). Partisipan tutur ini berupa P1
yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar tutur. Agar
pesan yang disampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka
pembicara atau penulis perlu; (a) mengetahui latar belakang
pembaca/pendengar, dan (b) memperhatikan hubungan
antarpembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. 

Tabel 4

Contoh kata berciri formal dan informal

Kata berciri formal Kata berciri informal

Korps Korp

Berkata Bilang

Karena Lantaran

suku cadang Onderdil

 
3. Laras Ilmiah Populer

Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah,


tetapi diungkapkan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti. Karya
ilmiah populer tidak selalu merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu
dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang
diuraikan dengan metode ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu disajikan
dalam ragam bahasa yang standar, karya ilmiah popular dapat disajikan
dalam ragam standar, semi standar dan nonstandar. Penyusun karya
ilmiah populer akan tetap disebut penulis dan bukan pengarang, karena
proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan
karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara penyajiannya.

Anda mungkin juga menyukai