Anda di halaman 1dari 4

BAB II

BAHASA INDONESIA RAGAM BAKU

Sasaran Pembelajaran
Setelah memepelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memperhatikan diksi yang tepat
2. Memahami pengertian ragam baku
3. Memahami ciri-ciri ragam baku
4. Memahami fungsi ragam baku

A. Pendahuluan

Sesuai dengan berbagai fungsi bahasa Indonesia, tidak mengherankan bila bahasa
Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Berdasarkan tempat dan daerahnya, bahasa
Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain, dialek Jakarta, dialek Jawa, dialek
Medan, dialek Manado, dan lain-lain; berdasarkan penuturnya didapati ragam bahasa
golongan cendekiawan dan ragam bahasa golongan bukan cendekiawan; berdasarkan
sarananya didapati ragam bahasa lisan dan bahasa tulis; berdasarkan bidang
penggunaannya, didapati ragam bahasa ilmu, ragam bahasa sastra, ragam bahasa surat
kabar, ragam bahasa undang-undang, dan lain-lain; dan berdasarkan suasana
penggunaannya, bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua ragam bahasa, yaitu
bahasa resmi dan bahasa tidak resmi.

B. Pengertian Ragam Baku

Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu
dapat dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek, yang dalam
suasana resmi, baik lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan untuk
mengomunikasikan ilmu pengetahuaannya (Ramlan, 1992).
Ragam baku disebut juga ragam ilmiah. Ragam ini merupakan ragam bahasa
orang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan. Ragam ini jugalah yang kaidah-
kaidahnya paling lengkap jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu
tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Apa yang dahulu
disebut bahasa Melayu Tinggi dikenal juga sebagai bahasa sekolah. Sejarah umum
perkembangan bahasa menunjukkan bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa
yang tinggi karena ragam itu juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan dan
yang kemudian dapat menjadi pemuka di berbagai bidang kehidupan yang penting.
Pejabat pemerintahan, hakim, guru, generasi demi generasi terlatih dalam ragam
sekolah itu. Ragam itulah yang dijadikan tolak bandingan bagi pemakaian bahasa yang
benar. Fungsinya sebagai tolak menghasilkan nama bahasa baku atau bahasa standar
baginya (Moeliono, 1988a).
Ada pertanyaan, “apa yang dibakukan?” ada tiga hal yang dilakukan, yaitu ejaan,
peristilahan, dan tata bahasa. Ejaan mendapatkan prioritas dalam pembakuan bahasa
Indonesia karena berbagai alasan. Pertama, sistem ejaan adalah landasan bagi
pembakuan tata bahasa dan peristilahan. Kedua, sistem ejaan berfungsi sebagai
penyaring bagi masuknya pengaruh-pengaruh baru dalam bahasa. Ketiga, pembakuan
ejaan lebih mudah dan tidak banyak makan waktu dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, bahasa baku adalah bahasa yang diharapkan oleh pemakainya
sebgai bahasa yang tidak menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan, peristilahan, dan tata
bahasa. Ada keseragaman pemakaian dalam hal ketiga-tiganya.
Bahasa baku merupakan ragam orang berpendidikan, yang dijadikan tolak ukur
bandingan bagi pemakaianya bahasa yang benar. Bahasa baku memiliki kemantapan
dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kemantapan itu tidak kaku sehingga
memungkinkan perubahan yang bersistem, teratur dan mengizinkan perkembangan
berjenis ragam yang diperlukan di dalam kehidupan modern. Bahasa baku mempunyai
sifat kecendekiawan yang menonjol. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti
proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman
variasi bahasa. Tradisi baku dalam bahasa Indonesia adalah bahasa tulis. Berbahasa
lisan yang baku dalam kegiatan yang resmi ialah berbahasa seperti bentuk dan susunan
bahasa tulis. Aturan bahasa baku tulis itulah yang dituliskan dalam buku-buku tata
bahasa menyimpang dari aturan itu disebut tidak baku atau nonbaku. Pemilihan kata-
katapun demikian. Ada kata yang dianggap hanya sebagai kata yang digunakan dalam
bahasa lisan. Dalam bahasa tulis, kata-kata itu dianggap nonbaku, misalnya: kata bikin
sebagai sinonim kata buat , kata kenapa sebagai sinonim kata mengapa dan
sebagainya.

C. Ciri-ciri Ragam Baku

Ciri-ciri ragam baku bahasa dapat diperikan sebagai berikut.


Pertama, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku digunakan dalam situasi
resmi, seperti surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan ilmiah, laporan
penelitian, ceramah imiah, pidato kenegaraan, dan sebagainya. Ragam bahasa baku
tidak diwarnai oleh dialek atau logat tertentu. Misalnya, orang jawa dalam mengujarkan
kata-kata tertentu perlu menghindari ucapan kejawaannya. Kata-kata berikut ini tidak
dilafalkan [mBatul, mBandung, mBogor, nJakarta, ngGombong] dan lain-lain, tetapi
harus dilafalkan [Batul, Bandung, Bogor, Jakarta, Bali, Gombong]. Tidak benar
pelafalan [nomer, ampet], tetapi [nomor, empat].
Kedua, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku menggunakan ketentuan-
keteentuan yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Ketiga, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku memenuhi fungsi
gramatikal seperti subyek, predikat, dan objek secara eksplisit dan lengkap.
D. Fungsi Ragam Baku

Ragam baku bahasa indonesia mendukung empat fungsi. Tiga diantaranya


bersifat pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. Fungsi-fungsi
itu ialah (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawaa
kewibawaan, dan (4) fungsi pembawa kerangka acuan.
Ragam baku bahasa Indonesia mempersatukan penutur/penulisnya menjadi satu
masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur/penulis orang-seorang
dengan seluruh masyarakat itu. Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa
baku membedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku
memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat yang bersangkutan. Pemilikan
bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi ini bersangkutan dengan
usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat
perolehan bahasa baku sendiri. Ahli bahasa di Indonesia dapat dijadikan teladan bagi
bangsa lain di Asia Tenggara (mungkin juga di Afrika) yang juga memerlukan bahasa
modern (Moeliono, 1988a).

E. Soal-soal
1. Jelaskan Ejaan-ejaan yang pernah ada di Indonesia dan tuliskan contohnya!
2. Apa yang dimaksud ragam bahasa formal? Berikan contohnya!
3. Apa yang dimaksud dengan ragam nonformal? Berikan contohnya!
4. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku? Berikan contohnya!

Anda mungkin juga menyukai