Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ISBD

NILAI MORAL DAN HUKUM KEBUDAYAAN BUTON

OLEH :

1. MUHAMMAD AKBAR ARDIANSYAH


2. UNTUNG LASITAMU
3. INDRA GUSNAWAN
4. SUKIRMAN
5. ERNI SUSILOWATI
6. MITHA WIDYALESTARI
7. RAHMY MARSYA AZZAHRA
8. RANTI JULIAN PRATIWI.R
9. NISMA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Nilai Norma, Etika Dan
Moral Dalam Kehidupan Bermasyarakat.

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian
DAFTAR PUSTAKA
 
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………….. 2
3. Tujuan………………………………………………………………………………………... 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Manusia dan Kebudayaan suku Buton……………………………………………….3
2. Manusia dan Peradaban Buton……………………………………………………… ….4
3. Manusia dan makhluk sosial Buton…………………………………………..………13
4. Manusia dan kerja sama masyarakat Buton…………………………………………..14
5. Pentingnya nilai moral dan Hukum…………………………………………………….15
6. Keberagaman dan Kesederajatan………………………………………………………16
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 18
2. Saran……………………………………………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………… 20
 

 
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki
kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut
pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan,
mengatur, dan mengontrol dirinya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya
untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan
jasmani (Slamet Sutrisno, 1983, 26). Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari
pengaruh lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya
seseorang (cultural backround of personality).
Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
dengan baik sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan
antara satu dengan yang lain. Agar dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan antara yang satu dengan yang lain dalam
masyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan, norma atau kaidah yang harus dipatuhi
oleh segenap warga masyarakat. Oleh sebab itu di negara Indonesia, kehidupan manusia
dalam bermasyarakat diatur oleh hukum juga diatur oleh norma-norma agama, kesusilaan,
dan kesopanan, serta kaidah-kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu mengikat dalam arti
dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan
kaidah-kaidah sosial lainnya itu saling mengisi.

Di Indonesia sendiri, penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus
diadakan dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila. Kewajiban tersebut bukan
hanya dibebankan pada petugas resmi yang telah ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah
akan tetapi adalah juga merupakan kewajiban dari pada seluruh warga masyarakat. Bukan
merupakan rahasia umum lagi bahwa kadang-kadang terdapat noda hitam dalam praktek
penegakan hukum yang perlu untuk dibersihkan sehingga hukum dan keadilan benar-benar
dapat ditegakkan. Sebagai salah satu pilar yang sangat penting dalam sistem
ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penyelesaian berbagai
permasalahan hukum yang dihadapi oleh bangsa Indonesia harus diakui tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat.

Rumusan Masalah
1. Apakah hukum dan moralitas itu penting dalam kehidupan bermasyarakat?
2. Bagaimana hubungan norma, etika, dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat?
3. Apa saja hambatan-hambatan yang terjadi dalam penegakan hukum di Indonesia?
Tujuan
1. Mengetahui pentingnya hukum dan moralitas dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengetahui hubungan norma, etika, dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang terjadi dalam penegakan hokum di
Indonesia.
1. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SUKU BUTON
Poin 1
Adannya tarian ayah pada anak dalam cerita wandiudiu pada masyarakat buton. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap tahun.
Poin 2
Adanya kegiatan kandekandea. Semua masyarakat Buton dan luar BUtoin ikut serta
melaksankan kegiatan ini setiap tahunnya. Kegiatan ini diadakan untuk memperkenalkan adat
Buton
Poin 3
Adanya tradisi haroa. Tradisi ini di lakukan dengan memiliki tujuan sebagai ucapan puji syukur
kepada sang pencipta. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada waktu waktu tertentu, misalnya
pada waktu pembukaan bulan ramadhan, hari raya, acara hidup, dan acara mati.

2. MANUSIA DAN PERADABAN BUTON


Orang Buton terkenal dengan peradabannya yang tinggi hingga saat ini penunggalannya masih
dapat dilihat diwilayah wilayah kesultanan Buton, diantaranya Benteng Keraton Buton yang
merupakan benteng terbesar didunia, Istana Malige yang merupakan rumah adat tradisional
Buton yang berdiri kokoh setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang pakupun, mata
uang kesultanan Buton yang bernama Kampua, dan banyak lagi.

Sejarah suku Buton dan asal usulnya dapat diketahui dengan mengungkapkan lebih dahulu
sejarah kedatangan Sipanjonga dan kawan kawannya, yang dikenal dalam sejarah Wolio dengan
nama kesatuannya “Mia Pata Mianan” yang artinya “Empat Orang”. Lebih jelasnya dimaksudkan
dengan empat pemuka yaitu Sipanjonga, Simalui, Sijawangkati, dan Siuwamanajo. Dan dengan
berpegangan pada buku silsilah dari raja-raja di Wolio, keempat orang tersebut konon riwat
berasal dari tanah Semenanjung Johor (Malaysia) Pulau Lia Melayu, dimana tibanya di Buton
dapat diperkirakan berkisar akhir abad ke-13 atau setidaknya pada awal abad ke-14. Perkiraan
tibanya Sipanjonga dan kawan-kawannya.

3. MANUSIA DAN MAKHLUK SOSIAL MASYARAKAT BUTON


Hubungan manusia dan makhluk social yaitu dimana manusia tidak bias melepaskan diri dari
pengaruh hidup orang lain. Yaitu manusia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi satu
sama lain untuk hidup berkelompok dengan manusia lain.
Contoh :
-Hubungan Antara Orang Bajau dan Orang Buton dalam Kehidupan Bermasyarakat
Hubungan antar orang Bajau dengan orang Buton dalam berkehidupan masyarakat telah
menunjukkan sebuah dinamika. Suparlan (2005) menyebutkan terdapat 3 tipe hubungan antar
suku bangsa, yakni kerjasama, persaingan, dan konflik. Ketiga tipe hubungan ini selalu
berdinamika, yang berarti bahwa pola hubungan yang terjalin tidaklah statis melainkan
mengalami perubahan dalam lintasan ruang dan waktu.
4. MANUSIA DAN KERJA SAMA MASYARAKAT BUTON
Kerja sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk
mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama.
Lembaga pendidikan menjalin kerja sama yang erat dengan pusat kekuasaaan sultan dan sarana
woliodan lembaga adat.
Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi, sehingga memiliki
sistem berpikir, nilai, dan keyakinan yang di wariskan oleh masyarakatnya dan mengembangkan
warisan tersebut kearah kehidupan masa kini dan masa mendatang.sementara itu,istilah
karakter adalah watak,akhlak,atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang di yakini dan di gunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak,dan dapat di percaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang
dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Pengembangan
karakter bnagsa hanya dapat di lakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.
Dengan demikian, pendidikan karakter individu yang berlandas pada kearifan lokal dapat
menopang pendidkan karakter bengsa untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian dan
bermartabat.

5. PENTINGNYA NILAI MORAL DAN HUKUM

Manusia dan hukum adalah dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum,
terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ
ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang
bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat”
atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia
membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan
sosial (social order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan
sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari
dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan).

Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Nilai dianggap penting oleh
manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan.
Moralitas diidentikan dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk(etika) yang mana cara mengukurannya
adalah melalui nilai- nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut.

Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani
manusia.pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan
sesama sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada permaslahan-permasalahan
moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala
“Pembiasaan emosional”
Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk pengendalian dan pengaturan.
Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah
dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat untuk melindungi
dan menjamin mengingat terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur. Untuk melindungi lebih
lanjut kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah system hukum.

6. KEBERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN


Ada beberapa keberagaman di Buton. Mempunyai beberapa jenis tarian yang dapat menyikap
lapis demi lapis sejarah yang terserak. Seperti butuh beberapa penari lebih dari 1000 penari
untuk mengurai jejak Buton. Seperti digelar adat tua di areal Takawa, Pasarajo. Tarian inni
merupakan tarian kolosal. Tarian ini merupakan gabungan dari tari Potimbe, Panare, Lawati
Kambero, dan Nigibi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Pada dasarnya
nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani
manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri
sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat.kedua, menarik perhatian pada
permasalahan-permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia.Ketiga, dapat menjadi
penarik perhatian manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”.
Nilai-nilai moral mengandung nasihat, wejangan, petuah, peraturan, dan perintah turun
temurun melalui suatu budaya tertentu. Sedangkan etika merupakan refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan norma manusia yang menentukan dan terwujud dalam sikap
dan perilaku hidup manusia. Karena etika dan moral saling mempengaruhi, maka keduanya
tentu memiliki hubungan yang erat dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Norma sebagai bentuk perwujudan dari etika dan moral yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat.

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan hukum di Indonesia antara


lain: Kurang optimalnya komitmen para pemegang fungsi pembentukan perundang-
undangan dalam mematuhi Program Legislasi Nasional (Prolegnas), Lemahnya koordinasi
antarinstansi/lembaga dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan, Kinerja
lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum yang  masih belum memperlihatkan
kinerja yang menggembirakan. Kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum terhadap
perkembangan kejahatan yang sifatnya sudah dalam lingkup kejahatan antarnegara
(transnational crime) terutama mengenai tindakan pencucian uang termasuk uang dari hasil
korupsi. Kurangnya tenaga perancang peraturan perundang-undangan (legal drafter) yang
berkualitas. Upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum dan pemahaman terhadap
pelindungan dan penghormatan HAM masih belum memberikan dampak yang
menggembirakan dalam masyarakat. Rendahnya moral penegak hukum di Indonesia.
1. Saran
Dalam praktek ketatanegaraan Indonesia dewasa ini, telah banyak orang-orang intelektual
seperti para pejabat tinggi Indonesia saat ini. Namun ketika intelektual tersebut tidak
diimbangi dengan moralitas maka yang terjadi adalah banyaknya kasus-kasus beramoral
seperti korupsi yang menyeret mereka ke dalam pengadilan. Oleh sebab itu, kita sebagai
penerus muda yang akan menggantikan posisi pejabat tinggi Indonesia saat ini, sebaiknya
mulai berbenah diri, tidak hanya menuntut ilmu saja, namun juga harus diimbangi dengan
pendidikan moral agar kelak kita bisa menjadi pemimpin negara yang bermoral. Karena apa
artinya hukum jika tidak disertai moralitas. Hukum dapat memiliki kekuatan jika dijiwai oleh
moralitas. Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas,
hukum tampak kosong dan hampa.
DAFTAR PUSTAKA
Kartohadiprodjo, Sudiman. 1977. Pengantar Tata Hukum Di Indonesia.

Tim ISBD Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya: UNESA University Press.
http://anton44n.wordpress.com/2009/02/01/hubungan-antara-etika-norma-dan-hukum/
http://massofa.wordpress.com/2008/11/17/pengertian-etika-moral-dan-etiket/
http://pondok24.wordpress.com/2010/04/13/catatan-kritis-pelaksanaan-hukum-di-indonesia/
http://wiki.answers.com/Q/Perbezaan_dan_persamaan_antara_akhlak_etika_dan_moral
http://zridoangk.blogspot.com/2009/03/manusia-moralitas.html

Anda mungkin juga menyukai