Disusununtukmemenuhitugas
Mata Kuliah: Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Drs. Sunarto,M.Si
Oleh:
1. Alvin Naghiirwa Ramadhan (21632075)
2. Fuad BagusPebryutomo (21632045)
3. Farida DiahPangastuti (21632022)
4. RizkiKurniaSalsabila (21632055)
KELAS A
JURUSAN S1 KEPERWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PONOROGO 2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’laikumWr. Wb.
BAB II PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG
dirimanusia, mulaidarikandungansampaiberanjakdewasakemudiantua
akanterbelakang.
wahanadalammenerjemahkanpesan-pesankonstitusisertamembangun
watakbangsa (nation character building). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
di dalammasyarakatnya.
yang sudahberkembangbukansajasebagaisistemkehidupanbermasyarakat,
dalampergaulanantarbangsa.
Nilai-nilai Demokrasi
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi
manusia. Sesuatu yang bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia. Nilai merupakan konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa
yang baik dan apa yang buruk (Soekanto, 1980: 45). Nilai diartikan sebagai berikut: (1)
Harga dalam arti takaran, misalnya nilai intan; (2) Harga sesuatu, misalnya uang; (3)
Angka kepandaian; (4) Kadar, mutu; (5) Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan, misalnya nilai-nilai agama (Soegito, dkk: 75-76). Nilai tidak
hanya tampak pada sebagai nilai bagi seseorang saja, melainkan bagi segala umat
manusia. Nilai tampil sebagai suatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh semua
orang. Oleh karena itu nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain.
1) Nilai merupakan suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak tidak dapat di indera, hal yang dapat diamati hanyalah obyek yang
bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita
tidak dapat mengindera kejujuran itu.
2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma
sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. 13
Semua orang berharap untuk mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai
keadilan. 3) Nilai berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia
bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan.
Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat
ketakwaan. Toleransi Toleransi merupakan suatu sikap yang menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak setiap individu, baik hak beribadat sesuai agama dan
kepercayaannya masing-masing, hak untuk mengemukakan pendapat, hak menjalin
hubungan sosial dimasyarakat maupun hak-hak yang lain. 2) Menghargai perbedaan
pendapat Ciri dari kehidupan berdemokrasi adalah adanya kebebasan untuk berpendapat.
Oleh karena itu dalam kehidupan berdemokrasi harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai
dan martabat manusia merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam kehidupan
berdemokrasi. Tanpa adanya kemauan untuk terbuka dan menjunjung tinggi nilai-nilai
dan martabat manusia maka yang ada dalam kehidupan bermasyarakat adalah saling
menghina, merendahkan, dan menjatuhkan satu dengan yang lain. 5) Pengendalian diri 18
Nilai pengendalian diri dalam kehidupan berdemokrasi mutlak diperlukan agar setiap
perbuatan yang dilakukan tidak merugikan orang lain. 6) Kemanusiaan dan kebersamaan
Sikap kemanusiaan dan kebersamaan adalah sudah menjadi salah satu nilai yang harus
dijunjung tinggi dalam kehidupan berdemokrasi sebab sudah menjadi kodratnya manusia
diciptakan sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial. Dalam kehidupan sosial
tanpa adanya kebersamaan dalam menyelesaikan setiap persoalan yang timbul maka segala
sesuatunya akan terasa sangat berat untuk diselesaikan. 7) Kepercayaan diri Sikap
percaya diri dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat guna mengurangi adanya sikap selalu menggantungkan diri kepada orang
lain. Dengan adanya kepercayaan diri yang mantap dalam diri setiap individu pada mereka
cenderung akan terlebih dahulu berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
sebelum pada akhirnya meminta pertolongan orang lain. Dengan adanya kepercayaan diri
yang mantap dalam diri setiap individu pada mereka cenderung akan terlebih dahulu berusaha
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi sebelum pada akhirnya meminta pertolongan
orang lain. 8) Ketaatan pada peraturan yang berlaku Taat dan patuh memiliki arti selalu
melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan. Ketaatan dan kepatuhan yang dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh akan mewujudkan 19 ketertiban dan ketentraman dalam
kehidupan bermasyarakat. Peraturan yang dibuat harus dilaksanakan secara bersama-sama
sebab peraturan tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Ketaatan dan kepatuhan
juga merupakan modal yang utama bagi setiap orang untuk mewujudkan keadilan
masyarakat secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Transisi di negeri ini dalam banyak hal justru memperkuat struktur elite tradisional daripada
menyingkirkan mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka berhasil mengkonversikan otoritas itu
untuk melakukan perlibatan politik (political engagement) secara efektif di wilayah publik. Ortodoksi
agama dan adat adalah dua sumber otoritas tradisional yang kerap kali dipakai untuk menghidupkan
peran publik elite tradisional di wilayah masyarakat dan Negara. Ajaran demokrasi mendiktekan
pemisahan yurisdiksi otoritas Negara dan masyarakat. Tiadanya prinsip-prinsip Negara modern yang
berbasis pada ajaran demokrasi mengakibatkan kaburnya batas wilayah publik dan privat. Selama
hampir sepuluh tahun untuk melampaui batas otoritas atau tidak melakukan kewajiban yang
diharuskan oleh otoritas masing-masing. 2. Menurut Akbar Tandung, Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK
disebut pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah komando
Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah pimpinan komando
Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan daripada suara terbanyak dalam setiap usaha
pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama dalam lembagalembaga negara.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu
Undang-Undang 61 Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945. 3. Menurut Akbar Konsep Demokrasi telah
dijadikan dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kemajemukan politik dan munculnya
pusatpusat kekuasaan baru di luar Negara berimbas bagi Indonesia, telah menjadi ciri kepolitikan
Indonesia mutakhir. Bila di masa lalu sentralisasi kekuasaan sangat dominan dalam setiap
pengambilan keputusan, sekarang tidak lagi. Fenomena strong state sekarang digantikan oleh strong
society, dan negara yang dahulu diwarnai oleh strong leader pun dewasa ini telah digeser oleh weak
leader. Indonesia harus secara terus menerus membangun budaya demokrasi melalui pendidikan
politik yang baik dan sosialisasi nilai-nilai demokrasi ke tengah-tengah masyarakat, juga harus
menmbangun suatu demokrasi yang paling workable diterapkan di Indonesia. Artinya, demokrasi
yang dapat befungsi dengan baik, yang menjamin stabilitas politik terpeliharanya kesatuan dan
persatuan bangsa, memungkinkan pemerintah mampu menjalankan fungsinya secara maksimal
untuk memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal kepadamasyarakat, dan mengayomi
rakyat. 4. Menurut Akbar Tandjung Secara umum sistem demokrasi Indonesia yang berjalan melalui
pemilu telah berjalan lancar dan aman. Kehadiran partaipartai dalam jumlah yang sangat besar
dengan antusiasme yang kelewat tinggi telah memberi warna dan aroma tersendiri dalam pemilu ini.
Kinerja partai masih bersifat euphoria sehingga kampanye pemilu yang mestinya mejadi media
sosialisasi dan pendidikan politik dalam rangka substansiasi nilai-nilai demokrasi, ternyata sekedar
menjadi medan show of force dan hura-hura 62 semata. Tetapi bagaimanapun juga pemilu sistem
multipartai ini merupakan langkah awal yang memiliki makna signifikan untuk mengisi trasnsisi
demokrasi ini. Walau adanya tidak tegaknya Rule of The Game, kita menghadapi banyak sekali aksi-
aksi politik yang melawan hukum, undangundang dan peraturan-peraturan (rule of the game) yang
berlaku, ironisnya adalah tindakan-tindakan ini yang sebagian akan dikemukakan di bawah justru
dilakukan oleh sementara partai politik peserta pemilu sendiri di depan hidung PANWASLU yang
nota bene memegang otoritas pengawasan, juga KPU dan Komite Pengawas Pemilu juga. kinerja KPU
dengan penuh keprihatinan yang mendalam, KPU bukan hanya terkesan tidak netral dan
independen, melainkan juga terkesan tidak professional, cara kerjanya kurang sistematis, tidak ada
pilihan prioritas, kurang efektif dan efisien, dan banyak yang sulit dipahami. Masyarakat misalnya,
bertanya-tanya mengapa perhitungan begitu berjalan lamban? Lebih daripada itu untuk keperluan
apa perhitungan mesti dilakukan di tingkat nasional, sementara semua orang tahu bahwa dalam
pemilu 1999 ini sistem perhitungan suara dan pembagian kursi adalah berbasis di Derah Tingkat I.
Dan oleh karena besarnya bilangan pembagi masing-masing Daerah Tingkat I berbeda-beda sesuai
dengan jatah kursi yang tersedia untuk suatu daerah, lalu untuk apa dan apa relevansinya
memprioritaskan pengumpul dan perhitungan suara di tingkat nasional? Mengapa perhitungan
suara tidak diprioritaskan di Derah Tingkat I saja?. 63 B. Saran 1. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila di
Indonesia ini harus benar-benar berjalan Luber dan jurdil, tidak adanya diskriminasi terhadap salah
salu partai pada saat Pemilu, dan tidak adanya Money Politik. Karen Money politik itu berarti tidak
demokrasi, hak untuk memberikan pendapat maupun hak suara tidak dari hati nurani tetapi
melainkan dari uang sogokan. 2. Pelaksanaan pemilu yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi,
harus berjalan sesua konsep-konsep demokrasi itu sendiri. Konsep-konsep demokrasi harus benar-
benar dilaksanakan dengan baik. Agar tidak adanya masyarakat yang protes dan melakukan hal-hal
yang tidak benar seperti unjuk rasa, pembakaran alat-alat peraga kampanye, ancaman-ancaman bagi
kader-kader partai-partai politik itu sendiri. 3. Pemerintah pusat dan daerah harus tegas dalam
menjalankan sistem demokrasi di Indonesia. Harus tegas mengambil sikap dan menjadi penengah
saat berlangsungnya pesta demokrasi yaitu pemilu legislative bahkan pemilu presiden harus juga
menjadi sikap independen tidak memihak kepada salah satu calon atau partai politik. Baik lembaga-
lembaga pemerintahan baik dari derah maupun pusat harus bersikap netral. Bahkan penyelenggara
pemilu, pemantau pemilu dan komite pengawas pemilu yang notabenenya harus bersikap netral
tetap harus berjalan sesuai prosedur yang berlaku jangan melakukan hal kecurangan. 4. Bagi
masyarakat Indonesia yang juga melaksanakan sistem demokrasi juga harus jujur dan adil.
Laksanakan hak dan kewajiban sebagai bangsa Indonesia dengan baik dan besar. Ketika memberikan
hak pendapat dan suara dengan 64 hati nurani sendiri dan tidak terpengaruh hanya dengan
selembar uang. Masyarakat harus membantu agar terlaksanakan sistem demokrasi di Indonesia
berjalan dengan Azas-azasnya yang benar dan jangan menjadi pihak-pihak yang tidak seharusnya
merusak sistem demokrasi Indonesia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Aksara.
Cipta.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Depdiknas.
(http://phicumbritz.blogspot.com/2010/06/pengertian‐demokrasi‐menurut‐
para‐ahli.html)
82
Rosdakarya.
Rosdakarya.
Offset
Media.
Negeri Semarang.
Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan SMP kelas VII. Erlangga:
Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Usman, Uzer, Moh. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Widiastono, D. Tonny. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara.
Winanti, S. Poppy dan Hariyanto, Titok. 2004. Demokrasi dan Civil Society.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/2128112-pengertian-ketaatan-dan
kepatuhan).
(http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html).