Disusun Oleh:
Kelompok 1 (Ganjil)
Puji syukur kepada Allah swt. Yang telah memberikan kekuasaan, Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Makalah ini tepat dengan waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “sistem demokrsi di Indonesia”
Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Tertanda,
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
A. Kesimpulan ........................................................................... 11
B. Saran ....................................................................................... 11
C. Dokumentasi .......................................................................... 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan media sosial di Indonesia begitu pesat. Media sosial memberikan kesempatan
bagi masyarakat untuk menjadi bagian dan diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di tingkat
pemerintah. Oleh karena itu, media sosial dapat dikatakan sebagai salah satu barometer
demokratisasi di Indonesia.
Para ahli mengemukakan pendapat tentang demokrasi sehingga pengertian demokrasi
bermacam-macam dan berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan pengertian demokrasi dari
beberapa tokoh, dapat di tarik kesimpulan bahwa demokrasi adalah suatu bentuk pemerintah
dengan kekuasaan atau kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyat dapat dilibatkan dalam setiap
aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Negara yang menganut sistem politik
demokrasi senantiasa mengingat kehendak dan kepentingan rakyat. Sebuah negara dikatakan
menganut sistem demokrasi ketika sudah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi berikut.
➢ Menurut Robert A. Dahl;
1) Pejabat yang dipilih oleh rakyat.
2) Pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan fair.
3) Hak pilih yang mencakup semua.
4) Hak untuk menjadi calon suatu jabatan.
5) Kebebasan mengungkapkan diri secara lisan dan tulisan.
6) Informasi alternatif.
7) Kebebasan membentuk asosiasi.
1
Beberapa prinsip demokrasi yang berlaku secara universal mencakup hal-hal berikut.
• Demokrasi Langsung merupakan bentuk demokrasi yang semua warga negara ikut serta secara
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
• Demokrasi Perwakilan adalah sistem demokrasi dengan memberikan legitimasi kekuasaan
kepada orang-orang tertentu yang dipilih langsung oleh rakyat untuk menjadi wakil di
pemerintah. Mereka akan menduduki lembaga eksekutif dan legislatif. Eksekutif merupakan
lembaga pemerintahan yang bertugas menjalankan peraturan perundang-undangan. Lembaga
legislatif merupakan lembaga yang bertugas membuat peraturan untuk menjalankan
organisasi negara. Mayoritas negara di dunia menggunakan sistem demokrasi perwakilan.
Setidaknya, ada dua faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem demokrasi perwakilan,
yaitu jumlah warga negara dan luas wilayah.
2
➢ Berdasarkan Prinsip Ideologi
• Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Prolater adalah sistem demokrasi yang didasari paham
marxisme-komunisme.
• Demokrasi Konstitusional adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis merupakan
pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
terhadap warga negara. Jadi, dalam pelaksanaan, sistem demokrasi konstitusional sangat
menjunjung hak asasi manusia.
B. Rumusan Masalah
Dari tahun ke tahun terus terjadi bentuk permasalahan di Indonesia yang berkaitan erat dengan
sistem demokrasi yang telah lama hadir di ruang lingkup Masyarakat Indonesia. Tak banyak pula
masalah tersebut terkait dengan sistem pemerintahan di Indonesia saat ini.
1. Bagaimana sistem pemilihan umum dari orde lama, orde baru dan reformasi?
4. Mengapa money politics dan korupsi didalam negara demokrasi memiliki kaitan erat?
Tujuan pembelajaran merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan
sehingga dapat dirumuskan secara jelas. tujuan pembelajaran berfungsi sebagai acuan pokok terhadap
masalah dan pembelajaran yang akan dipelajari sehingga penulis dapat bekerja secara terarah dalam
menulis langkah pemecahan masalahnya. adapun tujuan dari project makalah ini adalah sebagaimana
uraian di bawah ini.
3
1.3.2 Manfaat Makalah
Setiap kajian diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan yang membaca dan
terlibat langsung di dalamnya. Tujuan dari makalah ini adalah:
1. untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
2. untuk meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat pada saat proses
pembelajaran
5. secara khusus untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan dengan materi "sistem demokrasi Pancasila" pada siswa/i kelas XI IIS 1(satu) MAN
2 kota Jambi tahun pelajaran 2023/2024 melalui penerapan strategi makalah.
4
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Kajian Teori
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada
Abad Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan
Perancis.
5
1.2 Bentuk Demokrasi
Tujuh norma-norma dan pandangan hidup demokratis yang dikemukakan oleh Nurcholis
Madjid (Cak Nun), sebagai berikut:
Hal ini tidak sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Lebih
dari itu, kesadaran akan kemajemukan menghendaki tanggapan yang positif terhadap
kemajemukan itu sendiri secara aktif.
Kesadaran akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa
yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi alamnya.
b) Musyawarah
c) Pertimbangan moral
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan
dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu tujuan yang baik harus diabsahkan oleh
kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya. Demokrasi tidak terbayang terwujud tanpa
ahklak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan moral (keseluruhan akhlak) menjadi
acuan dalam berbuta dan mencapai tujuan.
Masalah pemenuhan segi-segi ekonomi yang dalam pemenuhannya tidak lepas dari
perencanaan sosial-budaya. Warga dengan pemenuhan kebutuhan secara berencana, dan harus
memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu benar- benar sejalan dengan tujuan dan praktik
6
demokrasi. Dengan demikian rencana pemenuhan kebutuhan ekonomi harus
mempertimbangkan aspek keharmosian dan keteraturan sosial.
Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing, kemudian jalinan
dukung- mendukung secara fungsional antara berbagai unsur kelembagaan kemasyarakatan
yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi. Pengakuan akan kebebasan
nurani (freedom of conscience), persamaan percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain
(trust attitude) mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan yang positif dan
optimis.
g) Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan pendidikan
demokrasi
B. Tinjauan masalah
Adanya hubungan mengenai penjelasan permasalahan yang telah di rumuskan pada rumusan
masalah diatas terkait materi sistem demokrasi di Indonesia yang menjadi tolak ukur pembahasan
masalah kali ini didalam lini kehidupan Masyarakat Indonesia. Selanjutnya akan di bahas pada
Pembahasan masalah di bawah ini.
C. Pembahasan
2.1 Bagaimana sistem pemilihan umum dari orde lama, orde baru dan reformasi?
Pemilihan umum diselenggarakan sekali dalam lima tahun, ketentuan tersebut tertuai dalam UUD
Pasal 22 E ayat 2 yang berbunyi “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan
Rakyat, dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil walikota”.
• Orde lama
Indonesia menggelar pemilu pertama kali pada 1955, tujuan dilaksanakannya Pemilu 1955 adalah
buat memilih anggota parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Konstituante. Sistem yang
digunakan saat itu adalah perwakilan proporsional tertutup atau perwakilan berimbang. Yang
dimaksud dengan sistem perwakilan proporsional adalah jumlah kursi di DPR dan Konstituante yang
tersedia dibagikan kepada partai politik atau organisasi peserta Pemilu pada saat itu sesuai dengan
imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai politik itu.
7
Pada Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DOR yang diperebutkan dan 520 kursi untuk
Konstituante. Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Dalam Pemilu 1955
terdapat 43.104.464 penduduk yang memenuhi syarat sebagai pemilih. Namun, jumlah penduduk yang
menggunakan hak pilihnya pada saat itu mencapai 37.875.229 atau 87,65 persen.
• Orde baru
Pada masa ini baru digelar sebanyak 5 kali yaitu, tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan terakhir pada
1997. Sistem Pemilu pada 1977 hingga 1997 adalah proporsional dengan stelsel daftar mengikat
tertutup seperti yang diterapkan pada Pemilu 1971.
Maksudnya sistem itu adalah besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD
berimbang dengan besarnya dukungan pemilih yang memberikan suaranya kepada Organisasi Peserta
Pemilu (OPP) atau partai politik. Dengan menerapkan sistem perwakilan berimbang stelsel daftar
mengikat tertutup, maka semua kursi di setiap daerah pemilihan (Dapil) habis terbagi. Dalam Pemilu
1977 hingga 1997, Golkar selalu menjadi pemenang. Sedangkan PPP dan PDI kerap berada pada posisi
kedua dan ketiga.
• Reformasi
Pemilu pada masa ini dimulai saat tanggal 7 juni 1999, pemilu pertama pasca mundurnya presiden
ke 2 yaitu Soeharto. Tercatat, pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai peserta dari berbagai warna politik.
Dari 48 partai peserta pemilu 1999, hanya 21 partai yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Pemilu 1999 menjadi momentum baru keterbukaan masyarakat mengutarakan aspirasi politik
setelah 32 tahun dikekang oleh rezim Orde Baru. Pemilu 1999 masih menerapkan sistem proporsional
tertutup seperti masa Orde Baru. Akan tetapi, penetapan calon terpilih berbeda dengan Pemilu
sebelumnya, yakni dengan peringkat perolehan suara suatu partai di daerah pemilihan (Dapil).
Dalam upaya kesetaraan gender di Indonesia, khususnya dalam dunia politik, perlu adanya upaya
yang sinergis dan berkesinambungan, dengan melibatkan semua pihak yang menjadi pelaku politik
khususnya partai politik, organisasi kemasyarakatan dan pemerintah melalui instansi terkait dalam
penyelenggaraan pendidikan politik bagi perempuan. Pemahaman mengenai kesetaraan gender harus
terus dilakukan khususnya oleh kaum muda perempuan, yang mempunyai kesempatan untuk menjadi
tulang punggung perubahan politik yang lebih baik sekaligus menjadi elemen kunci memanifestasikan
kesetaraan gender dengan meninggalkan penindasan berbasis gender. Hal itu pula akan menjadi
8
sebuah kesempatan perempuan menyuarakan kepentingan dan kebutuhan serta berbagai kebijakan
yang nantinya bisa mewujudkan hak-hak perempuan seutuhnya.
Partisipasi politik perempuan merupakan bentuk keterlibatan penting demi menciptakan kesetaraan
gender dibidang politik. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali hambatan perempuan dalam
memasuki aktifitas politik. Kaum perempuan yang berpolitik cenderung dianggap tidak mempunyai
dasar dalam parlemen maupun pemerintahan. Oleh sebab itu menimbulkan kesulitan akses perempuan
untuk masuk dalam dunia politik. Selain dari itu di Indonesia masih berkembangnya paham mengenai
kodratnya perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga dan masih adanya kedilematisan perempuan
dalam memainkan peran ganda. Lebih-lebih kuatnya unsur pemahaman agama di Indonesia pun bisa
menjadi hambatan, masih ada beberapa sebagian orang/masyarakat melihat perempuan tidak
sepatutnya berpolitik, dari fakta-fakta tersebut, maka dari itu struktur kepemimpinan masih didominasi
oleh kaum laki-laki. Padahal jumlah perempuan di Indonesia lebih banyak dari kaum laki-laki
mencapai persentase diatas 50 % (lima puluh persen), bisa disimpulkan bahwasanya masih lemahnya
keterwakilan perempuan di parlemen, kalau kita boleh jujur sebagai kaum laki-laki, bahwa perempuan
merupakan kelompok yang vital untuk diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan politik dan
perumusan kebijakan. Menilik dari hal tersebut keterwakilan politik perempuan seharusnya tidak
hanya masuk dalam proses, mekanisme, lembaga dan sistem politik tetapi harus mampu memperluas
konstituen.
Lemahnya representasi perempuan dalam proses kegiatan politik diperlukan strategi peningkatan
partisipasi ataupun keterwakilan perempuan melalui regulasi undang-undang mengenai hal ini, salah
satu contoh regulasi yang sudah mulai berpihak kepada kaum perempuan yaitu dengan diberikannya
kouto 30% (tiga puluh persen) untuk keterlibatan perempuan dalam dan keterwakilan perempuan di
parlemen, yaitu pada “ Pasal 173 ayat (2) huruf e Undan-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum, yang berbunyi Partai Politik dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi
persyaratan, menyertakan 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai
politik tingkat pusat “ dan juga pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Partai Polik, yang berbunyi “ Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh per seratus) keterwakilan perempuan “ . Serta diatur lebih lanjut
dalam perekrutan untuk bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Pada Pasal 29 ayat (1a) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Polik,
yang berbunyi “Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui seleksi
secara demokratis sesuai dengan AD dan ART dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus)
Bahwa berdasarkan paparan tersebut menurut hemat penulis dalam upaya kesetaraan gender di
Indonesia, khususnya dalam dunia politik, perlu adanya upaya yang sinergis dan berkesinambungan,
dengan melibatkan semua pihak yang menjadi pelaku politik khususnya partai politik, organisasi
9
kemasyarakatan dan pemerintah melalui instansi terkait dalam penyelenggaraan pendidikan politik
bagi kaum perempuan, serta adanya kebijakkan yang lebih menguntungkan dalam regulasi undang-
undang atau tata aturan yang lebih berpihak terhadap kaum keterwakilan perempuan dalam berperan
pada dunia politik.
Dalam hierarki nya pengenal sistem demokrasi pada masyarakat sejak dini sangat penting dan perlu
di terapkan hal ini dikarenakan dalam pendidikan demokrasi anak dapat mengetahui cara menghargai,
menghormati dalam perbedaan pendapat untuk mencapai sebuah mufakat (kesepakatan bersama),
kemudian dengan mufakat itu terbitlah nilai nilai toleransi dalam musyawarah (hasil diskusi) bersama.
Langkah selanjutnya setelah terjadi musyawarah anak diberi gambaran bagaimana cara memilih
pemimpin dengan cara pengambilan suara terbanyak.
Dalam kehidupan sehari hari contohnya sistem pemilihan ketua kelas yang sudah diterapkan sejak
duduk di bangku sekolah dasar. Biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran. Dimana kegiatan
tersebut dilakukan melalui 4 tahap(proses), Dimana diantaranya:
➢ Tahap pertama: guru memberikan penjelasan serta gambaran tentang kriteria dari seorang
pemimpin misalkan: memiliki sikap jujur, amanah, dapat bertanggung jawab, adil terhadap sesama
dan pintar (dalam artian yang luas).
➢ Tahap kedua: Masing-masing siswa diminta untuk menuliskan nama salah seorang teman di kelas
yang memiliki ciri kriteria seperti yang disebutkan tadi dalam sebuah lembar kertas. Kemudian
kertas yang telah ditulis nama dikumpulkan di meja guru. Munculah empat srikandi yang menjadi
kandidat calon ketua kelas. Mereka adalah Zidna 'Ilma Al-Fikroh, Neysa Khanza Sabella, Danish
Fairuz Afsheen, dan Maheswari Kyda Retania.
➢ Tahap ketiga: setelah terpilih 4 nama sebagai kandidat ketua kelas, selanjutnya setiap siswa
diminta untuk memilih 1 nama dari 4 kandidat tersebut, dan menuliskannya dalam selembar kertas.
Guru juga memberi tahu bahwa nama yang mereka pilih harus rahasia artinya tidak boleh diketahui
oleh temannya, mereka juga harus jujur artinya tidak boleh mengajak temannya untuk mengikuti
pilihannya.
➢ Tahap terakhir: proses penghitungan suara. Suasana di kelas sangat riuh saat dilakukannya
penghitungan suara.
10
2.4 Mengapa money politics dan korupsi didalam negara demokrasi memiliki kaitan erat?
Money politics atau politik uang bisa diartikan sebagai proses tindakan jual beli suara masyarakat
dengan memberikan suatu imbalan. Sedangkan dalam proses pemilihan umum akan berjalan dengan
baik ketika semua calon peserta pemilihan umum jujur dan tidak melakukan tindakan money politics.
Politik uang merupakan salah satu tindakan yang dapat menciptakan adanya korupsi politik. Korupsi
itu sendiri terjadi karena proses terpilihnya pemimpin melalui biaya politik yang tinggi, tanpa disadari
bahwa perilaku menyuap rakyat dengan melakukan tindakan money politics saat proses pencalonan
menyebabkan terpilihnya calon pemimpin yang korup.
Bagaimana tidak, dalam proses pencalonan saja kandidat sudah mengeluarkan banyak dana untuk
berlomba-lomba mendapat suara rakyat demi jabatan. Sedangkan dana yang kandidat tersebut
keluarkan belum tentu miliknya sendiri. Tentu saja ketika kandidat itu menjadi yang terpilih dengan
proses money politics dalam pencalonannya, maka akan berpikir bagaimana agar modal yang
dikeluarkan itu kembali atau dengan istilah balik modal tanpa memikirkan kepentingan untuk rakyat.
Proses pemilihan seorang kandidat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh
masyarakat, masyarakat harus memiliki pemahaman yang cukup bahwa korupsi politik berbentuk
tindakan money politics yang akan merugikan masyarakat. Korupsi politik akan menghasilkan orang
yang salah menjadi terpilih, pemerintahan yang dihasilkan pun akan berkurang, karena kandidat yang
terpilih tidak akan mengutamakan kepentingan rakyat.
Politik uang yang menciptakan korupsi politik ini telah menjadi budaya masyarakat Indonesia dalam
setiap pemilihan umum/ pilkada atau pilkades. Politik uang tumbuh karena dianggap suatu kewajaran
masyarakat yang tidak peka terhadap bahayanya. Mereka membiarkannya karena tidak merasa bahwa
Politik uang itu adalah perilaku yang harus dijauhi. Tentu, perlu adanya upaya pencegahan politik uang
dan menyadarkan masyarakat bahwa politik uang merupakan tindakan yang merugikan masyarakat
dalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu money politics menjadi penyebab munculnya pemimpin yang korup dan tidak pro terhadap
rakyat. Pada dasarnya pemerintahan yang baik adalah oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Hal
ini bermaksud bahwa ketika masyarakat dapat melakukan pemilihan yang selektif maka pemerintahan
akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tatanan kehidupan politik yang baik, bersih dan korupsi
pun tidak akan berjalan sebagaimana saat ini.
11
2.5 bagaimana pengaruh penggunaan teknologi terhadap demokrasi masa kini?
Kehidupan berdemokrasi di suatu negara salah satunya ditentukan oleh seberapa besar partisipasi
politik dari masyarakatnya. Partisipasi itu akan tampak ketika masyarakat ikut terlibat secara aktif
dalam kehidupan berpolitik. Contohnya, ketika pemilihan presiden, kepala daerah, atau saat memilih
wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi parlemen, baik di pusat maupun di daerah.
Menurut pakar ilmu politik, mendiang Miriam Budiardjo dalam bukunya Partisipasi dan Partai
Politik, tinggi atau rendahnya partisipasi politik di masyarakat menjadi indikator penting bagaimana
perkembangan berdemokrasi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik
masyarakatnya, maka itu menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap perkembangan politik di negara
mereka. Sebaliknya, semakin rendah angka partisipasi politik masyarakat di suatu negara menjadi
pertanda kurang baik.
Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, menyatakan bahwa perubahan teknologi membawa
perubahan pada demokrasi dan politik di Indonesia dan dunia. Hal ini ia sampaikan saat menjadi
pembicara kunci dalam International Seminar on Social and Political Sciences (ISSOCP), Kamis
(23/11) di University Club UGM. Kemajuan teknologi membuka media-media baru bagi aktivitas
politik, sekaligus juga membuat sarana politik yang lama menjadi kurang relevan. Kampanye politik,
misalnya, kini dapat dilakukan secara lebih efektif dengan memanfaatkan analisis big data, dan agenda
setting dapat dilakukan dengan membuat viral ide tertentu di sosial media atau membuat petisi secara
daring. Perubahan ini membuat perantara seperti partai politik menjadi seolah tidak lagi diperlukan
karena generasi milenial telah menciptakan cara sendiri untuk membuat suara mereka terdengar.
Penetrasi internet di Indonesia saat ini telah menjangkau 196,7 juta penduduk berdasarkan survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Kondisi ini membuat partai-partai politik
berlomba-lomba menceburkan diri membangun kekuatan baru di ranah digital. Mereka kemudian
masuk ke berbagai platform media sosial yang ada demi mendapatkan simpati anak-anak muda melek
teknologi.
Pada tahun 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menambah metode kampanye pemilu
2019, yaitu kampanye menggunakan media sosial. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan
KPU (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pemilihan Umum, yang isinya “Diperkenankan
menggunakan media sosial sebagai metode kampanye, karena kita menyadari bahwa zaman
sudah berubah, pengguna media sosial juga semakin besar”. Hal ini disampaikan oleh
komisioner KPU, Wahyu Setiawan. Namun jika akun-akun tersebut kontennya tidak sesuai
12
dengan ketentuan yang berlaku, KPU Bawaslu akan menindaklanjuti terkait hal tersebut.
Pelanggar juga berpotensi untuk dikenai sanksi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Dari keterlibatan media sosial dalam Pemilu tersebut, terlihat bahwa media sosial juga
berperan dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain dalam Pemilu, apresiasi masyarakat
dalam media sosial juga memberi perkembangan dalam pelaksanaan demokrasi. Orang-orang awam
semakin terbuka akan kinerja pemerintah dan mampu menyampaikan pendapatnya secara
terbuka melalui media sosial yang semakin mudah diakses oleh seluruh kalangan masyarakat.
Aspirasi masyarakat dalam demokrasi itu sangat penting, sebab pada demokrasi masyarakat
gencar menggunakan sosial media untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat. Hal ini
tentunya berdampak baik bagi perkembangan negara ini. Akan tetapi, ada beberapa hal yang
perlu diwaspadai berkaitan seiring dengan banyaknya aliran informasi yang diterima. Fenomena
hoax telah mencemari atau menebar racun dalam pelaksanaan demokrasi saat ini. Filsuf Jerman,
Jurgen Habermas, percaya bahwa masyarakat perlu menerapkan apa yang ia sebut sebagai
demokrasi deliberatif, yaitu kesempatan kepada banyak pihak untuk menyampaikan pendapat
mereka, yang paling berbeda sekalipun, dan kemudian membiarkan masyarakat mengambil
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya ialah, demokrasi adalah suatu hal yang sangat penting untuk kehidupan, terutama
untuk pemilu yang dimana kita mendapat hasilnya melalui musyawarah dan pengambilan keputusan
secara mufakat. Dan juga demokrasi dapat berhubungan dengan teknologi masa kini, yang dimana
sebagai contoh “kita memilih ketos melalui Gform” semakin maju nya zaman, kita tetap harus
mengimbangi nya.
Demokrasi sangat dibenarkan untuk diterapkan sejak dini, melalui musyawah pengambilan suara
perangkat kelas, sehingga tidak buta akan politik jadi para pendidik patut mengajarkan materi
demokrasi kepada para murid nya
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. sehingga bisa terus menghasilkan pembelajaran dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang
14
C. Dokumentasi
1. Contoh bentuk dari masalah sistem pemilihan umum masa orde lama, orde baru, dan
reformasi
15
3. Contoh bentuk dari masalah pengenalan sistem demokrasi pada Masyarakat sejak dini
4. Contoh bentuk dari masalah kaitan erat money politics dan korupsi di Indonesia
16
5. Contoh bentuk dari masalah penggunaan teknologi terhadap demokrasi masa kini
17
XI IIS 1 (Absen Ganjil)
18