Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENDUKUNG MATERI

ANALISIS BENTUK PERMASALAHAN DEMOKRASI

YANG TERJADI DI RUANG LINGKUP INDONESIA

Disusun Oleh:

Kelompok 1 (Ganjil)

Guru Pembimbing: Budhi Harsono, SH

Mata Pelajaran: Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KOTA JAMBI

TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024


KATA PENGHANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kepada Allah swt. Yang telah memberikan kekuasaan, Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Makalah ini tepat dengan waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “sistem demokrsi di Indonesia”

Pada kesempatan ini kamu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


bapak guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Jambi, September 2023

Tertanda,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN MATERI ...................................................... 4

A. Kajian Teori ............................................................................. 4


B. Tinjauan masalah .................................................................... 5
C. Pembahasan ............................................................................ 6

BAB III PENUTUP ................................................................................. 11

A. Kesimpulan ........................................................................... 11
B. Saran ....................................................................................... 11
C. Dokumentasi .......................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan media sosial di Indonesia begitu pesat. Media sosial memberikan kesempatan
bagi masyarakat untuk menjadi bagian dan diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di tingkat
pemerintah. Oleh karena itu, media sosial dapat dikatakan sebagai salah satu barometer
demokratisasi di Indonesia.
Para ahli mengemukakan pendapat tentang demokrasi sehingga pengertian demokrasi
bermacam-macam dan berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan pengertian demokrasi dari
beberapa tokoh, dapat di tarik kesimpulan bahwa demokrasi adalah suatu bentuk pemerintah
dengan kekuasaan atau kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyat dapat dilibatkan dalam setiap
aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Negara yang menganut sistem politik
demokrasi senantiasa mengingat kehendak dan kepentingan rakyat. Sebuah negara dikatakan
menganut sistem demokrasi ketika sudah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi berikut.
➢ Menurut Robert A. Dahl;
1) Pejabat yang dipilih oleh rakyat.
2) Pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan fair.
3) Hak pilih yang mencakup semua.
4) Hak untuk menjadi calon suatu jabatan.
5) Kebebasan mengungkapkan diri secara lisan dan tulisan.
6) Informasi alternatif.
7) Kebebasan membentuk asosiasi.

➢ Menurut Riswanda Imawan;


1) Deliberatif (Mengutamakan Musyawarah).
2) Subtantif (Mengena ke akar permasalahan).
3) Partisipatif (Melibatkan seluruh rakyat).

Itulah pendapat dua ilmuwan tentang prinsip-prinsip demokrasi. Berdasarkan beberapa


pendapat para ahli tersebut, kita dapat memahami bahwa setiap negara yang menerapkan
demokrasi memiliki kecenderungan yang sama dalam hal prinsip-prinsip yang dianut (prinsip
demokrasi).

1
Beberapa prinsip demokrasi yang berlaku secara universal mencakup hal-hal berikut.

a. Keterlibatan Warga Negara dalam Pembentukan Keputusan Politik


Demokrasi adalah pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.
b. Tingkat Persamaan (Kesetaraan) di antara Warga Negara
Menurut prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan, dan
memperoleh akses serta kesempatan sama untuk mengembangkan diri sesuai potensinya.
c. Kebebasan atau Kemerdekaan yang Diakui dan Dipakai oleh Warga Negara
Kebebasan dan persamaan merupakan fondasi demokrasi. Kebebasan merupakan sarana
untuk mencapai kemajuan.

Bentuk-bentuk demokrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

➢ Berdasarkan Titik Perhatiannya

• Demokrasi Formal adalah sistem demokrasi yang mengutamakan kebebasan berpikir,


mengeluarkan pendapat, bergerak, serta menjunjung tinggi persoalan hak dalam bidang
politik, tetapi dalam bidang ekonomi memegang asas persaingan bebas.
• Demokrasi Material adalah sistem demokrasi yang mengutamakan paham kebersamaan dan
meniadakan perbedaan kelas diantara rakyatnya.
• Demokrasi Campuran adalah sistem demokrasi gabungan antara demokrasi formal dan
demokrasi material.

➢ Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

• Demokrasi Langsung merupakan bentuk demokrasi yang semua warga negara ikut serta secara
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
• Demokrasi Perwakilan adalah sistem demokrasi dengan memberikan legitimasi kekuasaan
kepada orang-orang tertentu yang dipilih langsung oleh rakyat untuk menjadi wakil di
pemerintah. Mereka akan menduduki lembaga eksekutif dan legislatif. Eksekutif merupakan
lembaga pemerintahan yang bertugas menjalankan peraturan perundang-undangan. Lembaga
legislatif merupakan lembaga yang bertugas membuat peraturan untuk menjalankan
organisasi negara. Mayoritas negara di dunia menggunakan sistem demokrasi perwakilan.
Setidaknya, ada dua faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem demokrasi perwakilan,
yaitu jumlah warga negara dan luas wilayah.

2
➢ Berdasarkan Prinsip Ideologi

• Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Prolater adalah sistem demokrasi yang didasari paham
marxisme-komunisme.
• Demokrasi Konstitusional adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis merupakan
pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang
terhadap warga negara. Jadi, dalam pelaksanaan, sistem demokrasi konstitusional sangat
menjunjung hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari tahun ke tahun terus terjadi bentuk permasalahan di Indonesia yang berkaitan erat dengan
sistem demokrasi yang telah lama hadir di ruang lingkup Masyarakat Indonesia. Tak banyak pula
masalah tersebut terkait dengan sistem pemerintahan di Indonesia saat ini.

Rumusan masalah di atas memunculkan berbagai pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pemilihan umum dari orde lama, orde baru dan reformasi?

2. Apa yang dimaksud kesetaraan gender dalam demokrasi?

3. Bagaimana pengenalan sistem demokrasi pada Masyarakat sejak dini?

4. Mengapa money politics dan korupsi didalam negara demokrasi memiliki kaitan erat?

5. bagaimana pengaruh penggunaan teknologi terhadap demokrasi masa kini?

1.3.1 Tujuan Makalah

Tujuan pembelajaran merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan
sehingga dapat dirumuskan secara jelas. tujuan pembelajaran berfungsi sebagai acuan pokok terhadap
masalah dan pembelajaran yang akan dipelajari sehingga penulis dapat bekerja secara terarah dalam
menulis langkah pemecahan masalahnya. adapun tujuan dari project makalah ini adalah sebagaimana
uraian di bawah ini.

3
1.3.2 Manfaat Makalah

Setiap kajian diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan yang membaca dan
terlibat langsung di dalamnya. Tujuan dari makalah ini adalah:

1. untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

2. untuk meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat pada saat proses
pembelajaran

3. untuk meningkatkan berpikir kritis pada proses pembelajaran

4. untuk meningkatkan kepercayaan diri pada siswa

5. secara khusus untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan dengan materi "sistem demokrasi Pancasila" pada siswa/i kelas XI IIS 1(satu) MAN
2 kota Jambi tahun pelajaran 2023/2024 melalui penerapan strategi makalah.

4
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Kajian Teori

1.1 Pengertian demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya

memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup

mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung

atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan

hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang

memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya

menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi

yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara

berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di

kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu

kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak

langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep

demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada

Abad Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan

Perancis.

5
1.2 Bentuk Demokrasi

Tujuh norma-norma dan pandangan hidup demokratis yang dikemukakan oleh Nurcholis
Madjid (Cak Nun), sebagai berikut:

a) Pentingnya kesadaran akan pluralisme.

Hal ini tidak sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat yang majemuk. Lebih
dari itu, kesadaran akan kemajemukan menghendaki tanggapan yang positif terhadap
kemajemukan itu sendiri secara aktif.

Kesadaran akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa
yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi alamnya.

b) Musyawarah

Internaliasasi makna dan semangat musyawarah mengehendaki atau meharuskan


keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan tulus menerima kemungkinan terjadinya “partial
finctioning of ideals”, yaitu pandangan dasar belum tentu, dan tidak harus, seluruh keinginan
sepenuhnya.

c) Pertimbangan moral

Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara haruslah sejalan
dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu tujuan yang baik harus diabsahkan oleh
kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya. Demokrasi tidak terbayang terwujud tanpa
ahklak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan moral (keseluruhan akhlak) menjadi
acuan dalam berbuta dan mencapai tujuan.

d) Permufakatan yang jujur dan sehat

Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni


permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai permufaakatan yang juga jujur dan
sehat. Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing- masing pribadi
atau kelompok yang bersangkutan memiliki kesediaan psikologis untuk melihat kemungkinan
orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap orang pada dasarnya baik,
berkecenderungan baik, dan beriktikad baik.

e) Pemenuhan segi- segi ekonomi

Masalah pemenuhan segi-segi ekonomi yang dalam pemenuhannya tidak lepas dari
perencanaan sosial-budaya. Warga dengan pemenuhan kebutuhan secara berencana, dan harus
memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu benar- benar sejalan dengan tujuan dan praktik

6
demokrasi. Dengan demikian rencana pemenuhan kebutuhan ekonomi harus
mempertimbangkan aspek keharmosian dan keteraturan sosial.

f) Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing

Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing, kemudian jalinan
dukung- mendukung secara fungsional antara berbagai unsur kelembagaan kemasyarakatan
yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi untuk demokrasi. Pengakuan akan kebebasan
nurani (freedom of conscience), persamaan percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain
(trust attitude) mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan yang positif dan
optimis.

g) Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan pendidikan
demokrasi

B. Tinjauan masalah

Adanya hubungan mengenai penjelasan permasalahan yang telah di rumuskan pada rumusan
masalah diatas terkait materi sistem demokrasi di Indonesia yang menjadi tolak ukur pembahasan
masalah kali ini didalam lini kehidupan Masyarakat Indonesia. Selanjutnya akan di bahas pada
Pembahasan masalah di bawah ini.

C. Pembahasan

2.1 Bagaimana sistem pemilihan umum dari orde lama, orde baru dan reformasi?

Pemilihan umum diselenggarakan sekali dalam lima tahun, ketentuan tersebut tertuai dalam UUD
Pasal 22 E ayat 2 yang berbunyi “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih Dewan Perwakilan
Rakyat, dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil walikota”.

• Orde lama

Indonesia menggelar pemilu pertama kali pada 1955, tujuan dilaksanakannya Pemilu 1955 adalah
buat memilih anggota parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Konstituante. Sistem yang
digunakan saat itu adalah perwakilan proporsional tertutup atau perwakilan berimbang. Yang
dimaksud dengan sistem perwakilan proporsional adalah jumlah kursi di DPR dan Konstituante yang
tersedia dibagikan kepada partai politik atau organisasi peserta Pemilu pada saat itu sesuai dengan
imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai politik itu.

7
Pada Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DOR yang diperebutkan dan 520 kursi untuk
Konstituante. Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Dalam Pemilu 1955
terdapat 43.104.464 penduduk yang memenuhi syarat sebagai pemilih. Namun, jumlah penduduk yang
menggunakan hak pilihnya pada saat itu mencapai 37.875.229 atau 87,65 persen.

• Orde baru

Pada masa ini baru digelar sebanyak 5 kali yaitu, tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan terakhir pada
1997. Sistem Pemilu pada 1977 hingga 1997 adalah proporsional dengan stelsel daftar mengikat
tertutup seperti yang diterapkan pada Pemilu 1971.

Maksudnya sistem itu adalah besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD
berimbang dengan besarnya dukungan pemilih yang memberikan suaranya kepada Organisasi Peserta
Pemilu (OPP) atau partai politik. Dengan menerapkan sistem perwakilan berimbang stelsel daftar
mengikat tertutup, maka semua kursi di setiap daerah pemilihan (Dapil) habis terbagi. Dalam Pemilu
1977 hingga 1997, Golkar selalu menjadi pemenang. Sedangkan PPP dan PDI kerap berada pada posisi
kedua dan ketiga.

• Reformasi

Pemilu pada masa ini dimulai saat tanggal 7 juni 1999, pemilu pertama pasca mundurnya presiden
ke 2 yaitu Soeharto. Tercatat, pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai peserta dari berbagai warna politik.
Dari 48 partai peserta pemilu 1999, hanya 21 partai yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).

Pemilu 1999 menjadi momentum baru keterbukaan masyarakat mengutarakan aspirasi politik
setelah 32 tahun dikekang oleh rezim Orde Baru. Pemilu 1999 masih menerapkan sistem proporsional
tertutup seperti masa Orde Baru. Akan tetapi, penetapan calon terpilih berbeda dengan Pemilu
sebelumnya, yakni dengan peringkat perolehan suara suatu partai di daerah pemilihan (Dapil).

2.2 Apa yang dimaksud kesetaraan gender dalam demokrasi?

Dalam upaya kesetaraan gender di Indonesia, khususnya dalam dunia politik, perlu adanya upaya
yang sinergis dan berkesinambungan, dengan melibatkan semua pihak yang menjadi pelaku politik
khususnya partai politik, organisasi kemasyarakatan dan pemerintah melalui instansi terkait dalam
penyelenggaraan pendidikan politik bagi perempuan. Pemahaman mengenai kesetaraan gender harus
terus dilakukan khususnya oleh kaum muda perempuan, yang mempunyai kesempatan untuk menjadi
tulang punggung perubahan politik yang lebih baik sekaligus menjadi elemen kunci memanifestasikan
kesetaraan gender dengan meninggalkan penindasan berbasis gender. Hal itu pula akan menjadi

8
sebuah kesempatan perempuan menyuarakan kepentingan dan kebutuhan serta berbagai kebijakan
yang nantinya bisa mewujudkan hak-hak perempuan seutuhnya.

Partisipasi politik perempuan merupakan bentuk keterlibatan penting demi menciptakan kesetaraan
gender dibidang politik. Tetapi pada kenyataannya banyak sekali hambatan perempuan dalam
memasuki aktifitas politik. Kaum perempuan yang berpolitik cenderung dianggap tidak mempunyai
dasar dalam parlemen maupun pemerintahan. Oleh sebab itu menimbulkan kesulitan akses perempuan
untuk masuk dalam dunia politik. Selain dari itu di Indonesia masih berkembangnya paham mengenai
kodratnya perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga dan masih adanya kedilematisan perempuan
dalam memainkan peran ganda. Lebih-lebih kuatnya unsur pemahaman agama di Indonesia pun bisa
menjadi hambatan, masih ada beberapa sebagian orang/masyarakat melihat perempuan tidak
sepatutnya berpolitik, dari fakta-fakta tersebut, maka dari itu struktur kepemimpinan masih didominasi
oleh kaum laki-laki. Padahal jumlah perempuan di Indonesia lebih banyak dari kaum laki-laki
mencapai persentase diatas 50 % (lima puluh persen), bisa disimpulkan bahwasanya masih lemahnya
keterwakilan perempuan di parlemen, kalau kita boleh jujur sebagai kaum laki-laki, bahwa perempuan
merupakan kelompok yang vital untuk diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan politik dan
perumusan kebijakan. Menilik dari hal tersebut keterwakilan politik perempuan seharusnya tidak
hanya masuk dalam proses, mekanisme, lembaga dan sistem politik tetapi harus mampu memperluas
konstituen.

Lemahnya representasi perempuan dalam proses kegiatan politik diperlukan strategi peningkatan
partisipasi ataupun keterwakilan perempuan melalui regulasi undang-undang mengenai hal ini, salah
satu contoh regulasi yang sudah mulai berpihak kepada kaum perempuan yaitu dengan diberikannya
kouto 30% (tiga puluh persen) untuk keterlibatan perempuan dalam dan keterwakilan perempuan di
parlemen, yaitu pada “ Pasal 173 ayat (2) huruf e Undan-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pemilihan Umum, yang berbunyi Partai Politik dapat menjadi Peserta Pemilu setelah memenuhi
persyaratan, menyertakan 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai
politik tingkat pusat “ dan juga pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Partai Polik, yang berbunyi “ Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh per seratus) keterwakilan perempuan “ . Serta diatur lebih lanjut
dalam perekrutan untuk bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Pada Pasal 29 ayat (1a) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Polik,
yang berbunyi “Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui seleksi
secara demokratis sesuai dengan AD dan ART dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus)

Bahwa berdasarkan paparan tersebut menurut hemat penulis dalam upaya kesetaraan gender di
Indonesia, khususnya dalam dunia politik, perlu adanya upaya yang sinergis dan berkesinambungan,
dengan melibatkan semua pihak yang menjadi pelaku politik khususnya partai politik, organisasi
9
kemasyarakatan dan pemerintah melalui instansi terkait dalam penyelenggaraan pendidikan politik
bagi kaum perempuan, serta adanya kebijakkan yang lebih menguntungkan dalam regulasi undang-
undang atau tata aturan yang lebih berpihak terhadap kaum keterwakilan perempuan dalam berperan
pada dunia politik.

2.3 Bagaimana pengenalan sistem demokrasi pada Masyarakat sejak dini?

Dalam hierarki nya pengenal sistem demokrasi pada masyarakat sejak dini sangat penting dan perlu
di terapkan hal ini dikarenakan dalam pendidikan demokrasi anak dapat mengetahui cara menghargai,
menghormati dalam perbedaan pendapat untuk mencapai sebuah mufakat (kesepakatan bersama),
kemudian dengan mufakat itu terbitlah nilai nilai toleransi dalam musyawarah (hasil diskusi) bersama.
Langkah selanjutnya setelah terjadi musyawarah anak diberi gambaran bagaimana cara memilih
pemimpin dengan cara pengambilan suara terbanyak.

Dalam kehidupan sehari hari contohnya sistem pemilihan ketua kelas yang sudah diterapkan sejak
duduk di bangku sekolah dasar. Biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran. Dimana kegiatan
tersebut dilakukan melalui 4 tahap(proses), Dimana diantaranya:

➢ Tahap pertama: guru memberikan penjelasan serta gambaran tentang kriteria dari seorang
pemimpin misalkan: memiliki sikap jujur, amanah, dapat bertanggung jawab, adil terhadap sesama
dan pintar (dalam artian yang luas).

➢ Tahap kedua: Masing-masing siswa diminta untuk menuliskan nama salah seorang teman di kelas
yang memiliki ciri kriteria seperti yang disebutkan tadi dalam sebuah lembar kertas. Kemudian
kertas yang telah ditulis nama dikumpulkan di meja guru. Munculah empat srikandi yang menjadi
kandidat calon ketua kelas. Mereka adalah Zidna 'Ilma Al-Fikroh, Neysa Khanza Sabella, Danish
Fairuz Afsheen, dan Maheswari Kyda Retania.

➢ Tahap ketiga: setelah terpilih 4 nama sebagai kandidat ketua kelas, selanjutnya setiap siswa
diminta untuk memilih 1 nama dari 4 kandidat tersebut, dan menuliskannya dalam selembar kertas.
Guru juga memberi tahu bahwa nama yang mereka pilih harus rahasia artinya tidak boleh diketahui
oleh temannya, mereka juga harus jujur artinya tidak boleh mengajak temannya untuk mengikuti
pilihannya.

➢ Tahap terakhir: proses penghitungan suara. Suasana di kelas sangat riuh saat dilakukannya
penghitungan suara.

10
2.4 Mengapa money politics dan korupsi didalam negara demokrasi memiliki kaitan erat?

Money politics atau politik uang bisa diartikan sebagai proses tindakan jual beli suara masyarakat
dengan memberikan suatu imbalan. Sedangkan dalam proses pemilihan umum akan berjalan dengan
baik ketika semua calon peserta pemilihan umum jujur dan tidak melakukan tindakan money politics.
Politik uang merupakan salah satu tindakan yang dapat menciptakan adanya korupsi politik. Korupsi
itu sendiri terjadi karena proses terpilihnya pemimpin melalui biaya politik yang tinggi, tanpa disadari
bahwa perilaku menyuap rakyat dengan melakukan tindakan money politics saat proses pencalonan
menyebabkan terpilihnya calon pemimpin yang korup.

Bagaimana tidak, dalam proses pencalonan saja kandidat sudah mengeluarkan banyak dana untuk
berlomba-lomba mendapat suara rakyat demi jabatan. Sedangkan dana yang kandidat tersebut
keluarkan belum tentu miliknya sendiri. Tentu saja ketika kandidat itu menjadi yang terpilih dengan
proses money politics dalam pencalonannya, maka akan berpikir bagaimana agar modal yang
dikeluarkan itu kembali atau dengan istilah balik modal tanpa memikirkan kepentingan untuk rakyat.

Proses pemilihan seorang kandidat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh
masyarakat, masyarakat harus memiliki pemahaman yang cukup bahwa korupsi politik berbentuk
tindakan money politics yang akan merugikan masyarakat. Korupsi politik akan menghasilkan orang
yang salah menjadi terpilih, pemerintahan yang dihasilkan pun akan berkurang, karena kandidat yang
terpilih tidak akan mengutamakan kepentingan rakyat.

Politik uang yang menciptakan korupsi politik ini telah menjadi budaya masyarakat Indonesia dalam
setiap pemilihan umum/ pilkada atau pilkades. Politik uang tumbuh karena dianggap suatu kewajaran
masyarakat yang tidak peka terhadap bahayanya. Mereka membiarkannya karena tidak merasa bahwa
Politik uang itu adalah perilaku yang harus dijauhi. Tentu, perlu adanya upaya pencegahan politik uang
dan menyadarkan masyarakat bahwa politik uang merupakan tindakan yang merugikan masyarakat
dalam jangka waktu yang panjang.

Selain itu money politics menjadi penyebab munculnya pemimpin yang korup dan tidak pro terhadap
rakyat. Pada dasarnya pemerintahan yang baik adalah oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Hal
ini bermaksud bahwa ketika masyarakat dapat melakukan pemilihan yang selektif maka pemerintahan
akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tatanan kehidupan politik yang baik, bersih dan korupsi
pun tidak akan berjalan sebagaimana saat ini.

11
2.5 bagaimana pengaruh penggunaan teknologi terhadap demokrasi masa kini?

Kehidupan berdemokrasi di suatu negara salah satunya ditentukan oleh seberapa besar partisipasi
politik dari masyarakatnya. Partisipasi itu akan tampak ketika masyarakat ikut terlibat secara aktif
dalam kehidupan berpolitik. Contohnya, ketika pemilihan presiden, kepala daerah, atau saat memilih
wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi parlemen, baik di pusat maupun di daerah.

Menurut pakar ilmu politik, mendiang Miriam Budiardjo dalam bukunya Partisipasi dan Partai
Politik, tinggi atau rendahnya partisipasi politik di masyarakat menjadi indikator penting bagaimana
perkembangan berdemokrasi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik
masyarakatnya, maka itu menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap perkembangan politik di negara
mereka. Sebaliknya, semakin rendah angka partisipasi politik masyarakat di suatu negara menjadi
pertanda kurang baik.

Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, menyatakan bahwa perubahan teknologi membawa
perubahan pada demokrasi dan politik di Indonesia dan dunia. Hal ini ia sampaikan saat menjadi
pembicara kunci dalam International Seminar on Social and Political Sciences (ISSOCP), Kamis
(23/11) di University Club UGM. Kemajuan teknologi membuka media-media baru bagi aktivitas
politik, sekaligus juga membuat sarana politik yang lama menjadi kurang relevan. Kampanye politik,
misalnya, kini dapat dilakukan secara lebih efektif dengan memanfaatkan analisis big data, dan agenda
setting dapat dilakukan dengan membuat viral ide tertentu di sosial media atau membuat petisi secara
daring. Perubahan ini membuat perantara seperti partai politik menjadi seolah tidak lagi diperlukan
karena generasi milenial telah menciptakan cara sendiri untuk membuat suara mereka terdengar.

Penetrasi internet di Indonesia saat ini telah menjangkau 196,7 juta penduduk berdasarkan survei
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Kondisi ini membuat partai-partai politik
berlomba-lomba menceburkan diri membangun kekuatan baru di ranah digital. Mereka kemudian
masuk ke berbagai platform media sosial yang ada demi mendapatkan simpati anak-anak muda melek
teknologi.

Pada tahun 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menambah metode kampanye pemilu

2019, yaitu kampanye menggunakan media sosial. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan

KPU (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pemilihan Umum, yang isinya “Diperkenankan

menggunakan media sosial sebagai metode kampanye, karena kita menyadari bahwa zaman

sudah berubah, pengguna media sosial juga semakin besar”. Hal ini disampaikan oleh

komisioner KPU, Wahyu Setiawan. Namun jika akun-akun tersebut kontennya tidak sesuai

12
dengan ketentuan yang berlaku, KPU Bawaslu akan menindaklanjuti terkait hal tersebut.

Pelanggar juga berpotensi untuk dikenai sanksi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik.

Dari keterlibatan media sosial dalam Pemilu tersebut, terlihat bahwa media sosial juga

berperan dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain dalam Pemilu, apresiasi masyarakat

dalam media sosial juga memberi perkembangan dalam pelaksanaan demokrasi. Orang-orang awam
semakin terbuka akan kinerja pemerintah dan mampu menyampaikan pendapatnya secara

terbuka melalui media sosial yang semakin mudah diakses oleh seluruh kalangan masyarakat.

Aspirasi masyarakat dalam demokrasi itu sangat penting, sebab pada demokrasi masyarakat

memiliki kekuasaan tertinggi dalam pemeritahan. Sehingga penting adanya keterlibatan

masyarakat dalam berjalannya pemerintahan. Untuk itu, lembaga-lembaga pemerintah semakin

gencar menggunakan sosial media untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat. Hal ini

tentunya berdampak baik bagi perkembangan negara ini. Akan tetapi, ada beberapa hal yang

perlu diwaspadai berkaitan seiring dengan banyaknya aliran informasi yang diterima. Fenomena

hoax telah mencemari atau menebar racun dalam pelaksanaan demokrasi saat ini. Filsuf Jerman,

Jurgen Habermas, percaya bahwa masyarakat perlu menerapkan apa yang ia sebut sebagai

demokrasi deliberatif, yaitu kesempatan kepada banyak pihak untuk menyampaikan pendapat

mereka, yang paling berbeda sekalipun, dan kemudian membiarkan masyarakat mengambil

keputusan atas informasi yang beragam tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulannya ialah, demokrasi adalah suatu hal yang sangat penting untuk kehidupan, terutama
untuk pemilu yang dimana kita mendapat hasilnya melalui musyawarah dan pengambilan keputusan
secara mufakat. Dan juga demokrasi dapat berhubungan dengan teknologi masa kini, yang dimana
sebagai contoh “kita memilih ketos melalui Gform” semakin maju nya zaman, kita tetap harus
mengimbangi nya.

Demokrasi sangat dibenarkan untuk diterapkan sejak dini, melalui musyawah pengambilan suara
perangkat kelas, sehingga tidak buta akan politik jadi para pendidik patut mengajarkan materi
demokrasi kepada para murid nya

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun daripada pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya. sehingga bisa terus menghasilkan pembelajaran dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang

14
C. Dokumentasi

1. Contoh bentuk dari masalah sistem pemilihan umum masa orde lama, orde baru, dan
reformasi

2. Contoh bentuk dari masalah kesetaraan gender dalam demokrasi

15
3. Contoh bentuk dari masalah pengenalan sistem demokrasi pada Masyarakat sejak dini

Makalah ini disusun oleh:

4. Contoh bentuk dari masalah kaitan erat money politics dan korupsi di Indonesia

16
5. Contoh bentuk dari masalah penggunaan teknologi terhadap demokrasi masa kini

17
XI IIS 1 (Absen Ganjil)

Adia Alilatulbariza M. Bari Al Lutfi

Aisra RefaNaya Najwa Rusda

Dinda Juliana Nazwa Cessya Alkalifi

Faiza Nadia Lathifa Sabrina Amalia Putri

Farida Tazkiyatunnisa Siti Aaliya Namira

Habib Abdurahman Arif Syahni Aisy Lubna

Haura Prika Sary Talitha Azzuriah

Khansa Vania Kanaka Tirai Azzahrah Miranti

Mala Ramadani Vitri Yaningsih

18

Anda mungkin juga menyukai