Disusun Oleh
1
MARET 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur ilahi robbi yang mana telah memberi kita
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kita dapat memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan membuat makalah. Dalam makalah in menjelaskan
tentang Kultur Demokrasi dan Struktur Demokrasi serta Penegakan HAM. Makalah
ini telah kami susun dengan sebaik mungkin, saya ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor UIN
KH.Achmad Shiddiq Jember,
2. Ibu Dr. Hj. Mukniah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN KH.Achmad Shiddiq Jember,
3. Bapak Hartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah UIN KH.Achmad Shiddiq Jember,
4. Bapak Dr. H. Sukarno, M.Si. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
memberi manfaat kepada pembaca. Makalah ini kami mengakui masih banyak
kekurangan dengan tamgan terbuka kami menerima kritikan dan saran dari
pembaca terlebih dari dosen pengampu mata kuliah ini, dengan tujuan agar dapat
meningkatkan kualitas dan memperbaiki kekurangan dari makalah ini.
2
Penulis
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dengan pertimbangan moral dan nilai -nilai agama, serta ketertiban umum
suatu masyarakat demokratis.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam prinsip demokrasi itu sendiri. Dengan demikian, tercerminlah
prinsip-prinsip demokrasi dalam budaya demokrasi.
Beberapa pendapat ilmuwan itu sebagai berikut.
a. Masykuri Abdillah berpendapat bahwa prinsip-prinsip demokrasi
terdiri atas prinsip persamaan, kebebasan, dan pluralisme.
b. Robert A. Dahl berpendapat bahwa terdapat tujuh prinsip yang harus
ada dalam sistem demokrasi, yaitu kontrol atas keputusan presiden,
pemilihan yang teliti dan jujur, hak memilih, hak dipilih, kebebasan
menyatakan pendapat tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi,
dan kebebasan berserikat.
c. Miriam Budiardjo berpendapat bahwa prinsip-prinsip budaya
demokrasi sebagai berikut. Perlindungan konstitusional, dalam arti
bahwa konstitusi selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan
pula prosedur untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin.
d. Franz Magnis Suseno berpendapat bahwa prinsip-prinsip budaya
demokrasi terdiri atas negara hukum, pemerintah berada di bawah
kontrol nyata masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip
mayoritas, dan adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
7
untuk ditonjolkan bahkan sebisanya harus ditekan agar tidak
menimbulkan konflik.
• Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada dalam negara demokrasi. Karena dengan
adanya sifat solidaritas ini, walaupun ada perbedaan pandangan bah kan
kepentingan tiap-tiap masyarakat maka akan senantiasa selalu terikat
karena adanya tujuan bersama.
• Toleransi
Toleransi adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.
• Menghormati kejujuran
kejujuran berarti kesediaan/keterbukaan untuk menyatakan suatu
kebenaran. Kejujuran menjadi hal yang sangat penting bagi semua
pihak.
• Menghormati penalaran
Penalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan
tertentu, membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang
lain. Penalaran tersebut sangatlah dibutuhkan untuk tujuan agar
terbangunnya solidaritas antar-warga masyarakat yang demokratis.
• Keadaban
Keadaban adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin atau
kebaikan budi pekerti. Seseorang yang berperilaku beradab berarti
memberikan penghormatan terhadap pihak lain yang dapat tercermin
melalui tindakan, bahasa tubuh, dan cara berbicara.
c. Macam-macam Budaya Demokrasi
Macam-macam budaya demokrasi dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang seperti berikut. Ditinjau dari cara penyaluran kehendak
rakyat atau bentuk partisipasi rakyat, ada tiga macam demokrasi sebagai
berikut.
8
• Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung adalah suatu sistem demokrasi yang melibatkan
seluruh rakyat secara langsung dalam membicarakan atau menentukan
sesuatu urusan negara (pembuatan kebijakan politik). Misalnya,
referendum (meminta pendapat seluruh rakyat) atas persoalan-persoalan
yang mendasar dalam kehidupan bernegara, pelaksanaan pemilihan
presiden dan wakil presiden serta wakil-wakil rakyat yang duduk di
parlemen.
• Demokrasi Tidak Langsung
(Demokrasi Perwakilan) Demokrasi perwakilan adalah suatu sistem
demokrasi dalam menyalurkan aspirasi rakyat melalui wakil- wakilnya
yang ada dalam DPR. Dalam hal ini rakyat tidak terlibat secara langsung
dalam pembuatan keputusan dilimpahkan kekuasaannya kepada orang-
orang yang dipilihnya melalui pemilu yang bebas, jujur, dan adil.
politik, tetapi didelegasikan atau dilimpahkan kepada orang-orang yang
dipilihnya melalui pemilu yang bebas, jujur dan adil.
• Demokrasi Campuran
Demokrasi campuran merupakan sistem demokrasi gabungan antara
demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih
wakilnya di DPRD kemudian itu dikontrol oleh rakyat dengan sistem
demokrasi wakil referendum. Itulah contoh bentuk campuran.
9
Demokrasi sistem pemisahan kekuasaan adalah sistem demokrasi yang
memisahkan kekuasaan negara menjadi tiga bidang yang
keberadaannya saling terpisah satu sama lainnya, yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif.
• Demokrasi dengan Sistem Referendum (Demokrasi Rakyat)
Demokrasi dengan sistem referendum adalah sistem demokrasi yang
meminta pendapat rakyat atas persoalan-persoalan terutama mengenai
pemerintahan.
• Demokrasi Pancasila
Demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada
kepribadian dan falsafah bangsa Indonesia, pelaksanaan demokrasi
pancasila didasarkan atas hakikat negara Indonesia yang berkedaulatan
rakyat.
1Tim Pokja UIN Sunan Kalijaga, Pancasila dan Kewarganegaraan, Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2005, hlm 67
10
Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi,
yaitu:
Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang
harus dihormati, dijaga dan dilingungi. Hakekat HAM sendiri adalah
11
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh
melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Begitu pula upaya menghormati, melindungi dan
menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama
antara invididu. Pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun militer)
dan negara.2
Pengertian HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodratif dan fundamental sebagai suatu anugrah Allah yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau
Negara. Sedangkan dalam UU tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa
pengertian Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi olch negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal I angka
I UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM Hakekat HAM merupakan upaya
menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan yaitu keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghomati, melindungi
dan menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab
bersama anatara individu, pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil
maupun militer) dan Negara.3
2
A.Bazar Harapan, Nawangsih Sutardi, Hak Asasi Manusia dan Hukumnya, CV. Yani’s, Jakarta,
2006. Hal 33-34
3 Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, Didik Baehaqi Arif, “Hak Asasi Manusia”, Program studi
12
manusia negara sebagai pelindung warganya diharapkan dapat
mengakomodir kepentingan dan hak dari warga negaranya tersebut. 4
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu selain ada HAM, ada
juga kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksananya atau tegaknya
HAM. Dalam menggunakan HAM, kita wajib untuk memperhatikan,
menghormati dan menghargai hak asasi yang dimiliki oleh orang lain,
Kesadaran terhadap HAM, harga diri, harkat dan martabat kemanusiaannya
yang sudah ada sejak manusia itu diahirkan dan merupakan hak kodrati yang
melekat pada diri manusia2menggunakan HAM, kita wajib untuk
memperhatikan, menghormati dan menghargai hak asasi yang dimiliki oleh
orang lain, Kesadaran terhadap HAM, harga diri, harkat dan martabat
kemanusiaannya yang sudah ada sejak manusia itu diahirkan dan
merupakan hak kodrati yang melekat pada diri manusia.5 Dalam hukum
dasar negara Indonesia yaitu dalam UUD RI 1945 (sebelum diamandemen),
istilah Hak Asasi Manusia (HAM) tidak terdapat baik dalam Pembukaan,
Batang Tubuh maupun Penjelasannya, tetapi tercantum Hak Warga Negara
dan Hak Penduduk yang dikaitkan dengan kewajibannya, antara lain
tercantum dalam pasal 27, 28, 29, 30, dan 31. Meskipun demikian, bukan
berarti HAM kurang mendapat perhatian, karena susunan peraturan UUD
1945 tersebut adalah inti-inti dasar kenegaraan. Dari pasal-pasal tersebut
terdapat 5 (lima) pokok mengenai HAM yang terdapat dalam Batang Tubuh
UUD RI 1945, yaitu:
13
28).
4. Hak kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk dijamin
negara (pasal 28 ayat 1).
5. Hak atas pengajaran (pasal 31 ayat 1).
a) Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan
atau diserahkan.
b) Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak.
apakah hak sipil atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
c) Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia
yang sudah ada sejak lahir.
d) Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.
Persamaan adalah salah satu ide-ide hak asasi manusia yang mendasar. 6
14
a) Karena HAM adalah hak-hak dasar yang mutlak harus dimiliki manusia.
b) Pelanggaran terhadap HAM ditentang oleh ajaran agama manapun, hak
asasi manusia mendapatkan perhatian serius.
7
Tim IDKI (Ikatan Dosen Kewarganegaraan Indonesia), Pendidikan Kewarganegaraan,
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Berdasarkan Pancasila, Universitas Taman
Yogyakarta, Jakarta, 2008. Hal 28
15
a) Kewenangan memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang b erat oleh pengadilan, Hak Asasi Mabusia
tidak berlaku bagi anak dibawah 18 tahun.
b) Agar pelaksanaan pengadilan jujur, maka pemeriksaan perkara
dilakukan majelis hakim pengadilan Hak Asasi Manusia.
• Faktor- faktor penyenbab Hak Asasi Manusia adalah :
a) Masih belum adanya kesepakatan pada tatanan konsep Hak Asasi
Manusia.
b) Adanya pandangan Hak Asasi Manusia bersifat individualistik yang
akan mengancam kepentingan umum.
c) Kurang berfungsinya lembaga- lembaga penegak hukum.
d) Pemahaman tentang Hak Asasi manusia bekum merata.
• Tanggapan- tanggapan terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia dapat diwujudkan dalam diwujudkan dalam berbagai bentuk,
diantaranya :
a) Mendukung upaya dalam lembaga yang berwenang untuk menindak
secara tegas.
b) Mendukung dan berpartisipasi dalam setiap upaya yang dilakukan
pemerintah.
c) Mendukung upaya dalam terwujudnya jaminan restitusi,
kompensasi dan rehabilitasi.
8
Abdul Hakim G Nusantara. Sebuah Upaya Memutus Impunitas: Tanggung Jawab Komando
Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM. Vol 2. No. 2004. Hal 142
16
adalah sebagai berikut:
9
Tobroni, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM, Civil Society, dan
Multikulturalisme, PUSASOM, Malang Jatim, 2007. Hal 187
10
Laurensius Arliman. Komnas Ham Sebagai State Auxialiary Bodies Di Dalam Penegakan Hak
Asasi Manusia Di Indonesia. Jurnal Bina Mulia Hukum. Vol 2. No 1. Hal 23-24
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
dikatakan negara demokrasi bila didalamnya terdapat lembaga-lembaga
politik demokrasi. Lembaga itu antara lain pemerintahan yang terbuka dan
bertanggung jawab, parlemen, lembaga pemilu, organisasi politik, lembaga
swadaya masyarakat, dan media massa.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Ibid
Bazar A. Harapan, dkk, 2006. Hak Asasi Manusia dan Hukumnya, Jakarta: CV.
Yanis’s.
20
21