Anda di halaman 1dari 6

PERAWATAN PADA PASIEN DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD)
Pendahuluan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri-ciri yang berbeda dari nyamuk lainnya,
yaitu berukuran kecil dan berwarna hitam dengan belang (loreng) putih di seluruh tubuh. Loreng
atau belang putih inilah yang menjadi ciri utama dari nyamuk Aedes aegypti. Sebab dari 7 jenis
nyamuk di dunia, hanya nyamuk Aedes aegypti yang memiliki ciri bewarna hitam dengan belang
atau loreng di seluruh tubuh. Demam berdarah dengue (DHF) sering kali disertai dengan sakit
kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejalanya. Maka dari itu,
penyakit ini tidak bisa diremehkan begitu saja karena penyakit ini termasuk dalam penyakit yang
membutuhkan perawatan yang panjang dan terkadang memerlukan perawatan yang serius untuk
mencegah adanya kefatalan.

Penyakit demam berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk yang membawa virus
dengue. Ketika nyamuk demam berdarah mengisap darah seseorang, maka kemungkinan besar
virus telah ditularkan ke orang yang tergigit tadi. Kemungkinan penularan akan semakin besar
apabila nyamuk tersebut telah mengisap darah orang yang sudah terinfeksi virus DBD. Namun,
jika nyamuk demam berdarah belum membawa virus dengue dan menggigit orang yang sehat,
penularan tidak akan terjadi. Orang yang tergigit tadi bisa saja selamat. Setelah tergigit dan virus
masuk ke dalam tubuh, biasanya dibutuhkan waktu sekitar 3-14 hari hingga gejala DBD pertama
kali muncul.

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit endemik diseluruh wilayah tropis dan
sebagian wilayah subtropis. Menurut WHO, Dengue di Wilayah Afrika dan Mediterania Timur
Semua negara dengan penularan virus dengue harus dianggap berisiko terhadap wabah DHF.
Penyakit dengue telah menjadi prevalen di Afrika tropis dan telah tampak secara episodik di
wilayah beriklim sedang Afrika Utara dan wilayah Mediteran Eropa Sejak tahun 1967. Beberapa
wabah telah mencak bagian besar populasi, seperti contoh tahun 1993 terjadi wahu serotipe 1 di
Comoros, dimana lebih dari 60.000 orang diperkirakan telah terjangkit dengue. Timbulnya
dengue Pakistan tahun 1994 merupakan epidemik pertama Wilayah ini.
Pembahasan

Di Indonesia, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mendapat perawatan yang


intensif dan cukup serius guna mencegah kefatalan pada penderitanya dan mencegah adanya
kasus tertular yang lebih parah. Menurut WHO, 1997 cara perawatan kasus DBD sebagai berikut
:

1. Pemasangan infus

Tujuan pemasangan infus adalah untuk pemberian aran melalui intravena. Daerah
pemasangan infus yang dianjurkan antara lain adalah vena sefalika, vena mediana kubiti,
vena mediana antebrakial, vena radialis. Bila vena mengalami trombosis maka akan
menyebab kan aliran infus tak lancar atau bahkan terhenti. Tindakan yang dilakukan
adalah melakukan kompres dengan alkohol pada bagian plebitis dengan terlebih dahulu
mengkaji apakah pasien memiliki alergi pada alkohol atau tidak, perhatikan tetesan cairan
yang masuk, bila aliran terhenti segera hentikan pemberian cairan intravena.

2. Kompres dingin

Tujuan melakukan kompres dingin adalah untuk me ngatasi hipertermi


(menurunkan suhu tubuh). Daerah pemberian kompres yang disarankan adalah pada
kedua aksila dan kedua lipat paha. Kompres dingin diberikan pada pasien dengan
kenaikan suhu tubuh >38°C. Sering kali pasien menggigil sebelum panas tinggi dan hal
ini biasanya membuat keluarga cemas. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan kompres dingin adalah :

 berikan penjelasan pada keluarga tentang proses penyakit dan demam yang
dialami pasien
 anjurkan keluarga untuk tidak memberikan selimut tebal pada pasien
 ukur suhu pasien setelah pemberian kompres dingin

Jangan pernah memberikan kompres dingin dengan balok es secara langsung


(gunakan kain untuk mem balut es) atau gunakan cold pack. Pada pasien dengan suhu
lebih dari 40°C selain diberi obat antipiretik juga dilakukan surface cooling, kejang yang
mungkin tim bul dapat diatasi dengan pemberian obat antikonvulsan.
3. Pengambilan darah vena

Tujuan pengambilan darah vena adalah untuk pemeriksaan kimia atau hematologi
darah. Tempat peng ambilan darah yang disarankan adalah di vena sefalika, vena
mediana kubiti dll. Hal yang harus diperhatikan saat pengambilan darah yaitu tekan
daerah tusukan jarum atau tempat peng ambilan darah dengan kapas alkohol untuk
menghenti kan perdarahan.

4. Pengambilan darah arteri

Tujuan pengambilan darah arteri adalah untuk peme riksaan analisa gas darah
dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan diperiksa. Tempat pengambilan
darah yang disarankan adalah pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pe dis,
dan arteri femoralis. Arteri radialis memiliki aliran darah kolateral yang baik dan
merupakan pilihan yang terbaik jika mungkin, sedangkan arteri femoralis seringkali
berbahaya karena memiliki kemungkinan perdarahan lebih besar.

5. Pemasangan NGT

Pemasangan NGT pada pasien DHF ditujukan untuk mengeluarkan cairan


lambung pada perdarahan saluran pencernaan atas.

6. Uji turniket

Uji turniket dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan pada di bawah kulit.
Hasilnya dikatakan positif jika tampak adanya petekie atau bintik-bintik merah di bawah
kulit. Sebagian orang dewasa mungkin menunjukkan hasil positif tergantung dari tekstur,
ketipisan dan suhu kulit mereka, penderita yang menunjukan hasil positif belum tentu
menderita DHF, akan tetapi penderita DHF biasanya menunjukkan hasil yang positif
pada uji turniket (Grant, hal. 86, 1988). Uji turniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menen tukan tekanan darah, selanjutnya tekanan ditetapka antara sistolik dan diastolik
pada alat pengukur yan dipasang di lengan atas. Setelah dilakukan tekanan selama 5
menit, perhatikan adanya bintik-bintik meral pada kulit di lengan bawah bagian media
pada sepertiga bagian proksimal. Uji turniket ini dinyatakan positif bila pada 7,84 cm² di
dapat lebih dari 20 bintik bintik (WHO, 1975).

Kesimpulan

Penyakit DBD adalah salah satu penyakit yang membutuhkan perawatan yang
serius untuk menekan laju bertambahnya pasien penderita DBD. Nyamuk Aedes aegypti
sering ditemukan di daerah Tropis dan Sub Tropis karena mempunyai suhu lebih tinggi
dibandingkan iklim lainnya. Ini karena wilayah dengan iklim tropis berada di sekitar
garis ekuator yang membuat matahari selalu muncul. Rata-rata suhu iklim tropis bisa
mencapai 20 derajat dan suhu terendahnya bisa mencapai 18 derajat Celcius. Sedangkan,
Iklim subtropis berada di wilayah bagian utara dan selatan garis ekuator atau 23,5º-
66,5ºLU sampai dengan 23,5º-66,6º LS. Kondisi tersebut membuat negara yang berada di
iklim subtropis memiliki empas musim seperti musim semi, musim panas, musim gugur,
dan musim dingin. Untuk itu wilayah Tropis dan Subtropis memerlukan penanganan
ekstra karena nyamuk DBD banyak ditemukan di dua daerah tersebut. Kasus DBD
semakin bertambah tinggi ketika sudah memasuki musim penghujan. Karena nyamuk
Aedes aegypti ini menyukai tempat atau wadah penampungan air yang jernih untuk
meletakkan telurnya. Seperti kubangan air atau wadah penampungan air. Tempat-tempat
ini pun tidak hanya di dalam rumah saja, sebab tempat penampungan di luar rumah pun
bisa menjadi tempat perkembangbiakannya dan seringkali luput dari perhatian.

Secara umum, nyamuk demam berdarah menyukai tempat yang agak gelap dan
lembap. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak di tempat-
tempat penampungan air buatan, misalnya bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum
burung, kaleng bekas, dan tempat-tempat sejenis.

Sementara itu, nyamuk Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di


penampungan air alami di luar rumah, seperti ketiak daun, lubang pohon, dan potongan
bambu.

Untuk cara penanganan pada pasien penderita DBD adalah seperti, pemasangan
infus, pemberian kompres dingin, pengambilan darah vena, pengambilan darah arteri,
pemasangan NGT dan Uji Turniket.
DAFTAR PUSTAKA
 Buku :
1. Effendy, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
2. WHO, 1997. Dengue haemorrhagic fever: Diagnosis, treatment, prevention and
control. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Hadinegoro, Sri Rezeki, Soegijanto W.S., Suroso. 2004. Tatalaksana Demam
berdarah dengue Di Indonesia. Depkes RI, Jakarta.
 Jurnal :
1. Andriani, Elan. Yamlean, Heedy. 2014. ”Kajian Penatalaksanaan Terapi Pengobatan
Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di
Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Tahun 2013” dalam Jurnal Ilmiah Farmasi Volume 3
nomor 2. PHARMACON, Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado.
2. Pranata, Adi. Artini, Ayu. 2017. “Gambaran Pola Penatalaksanaan Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Pada Anak Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buleleng Tahun 2013” dalam E-Jurnal Medika, Volume 6 nomor 5.

 WEB :
1. Kevin, Febryan. 2021. “Perbedaan Iklim Subtropis dan Tropis, Ciri-Ciri serta
Penjelasannya”, https://kids.grid.id/read/472837385/perbedaan-iklim-subtropis-dan-
tropis-ciri-ciri-serta-penjelasannya?page=all diakses pada 14 November 2021 pukul
10.10
2. Safitri, Adelia. 2021. ”5 Ciri Nyamuk Demam Berdarah (DBD) yang Perlu Anda
Kenali”, https://hellosehat.com/infeksi/demam-berdarah/ciri-nyamuk-demam-
berdarah/ diakses pada 11.45

Nama : Prima Mulqia Irshada Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


NIM : 21632058 Prodi : S1 Keperawatan kelas A

Anda mungkin juga menyukai