Anda di halaman 1dari 12

1.

Konsep Kata, Kosakata,dan Diksi


Konsep Kata

merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian.


Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, atau keterangan) dalam suatu
kalimat.

 Etimologi

Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil


dari bahasa Ngapak kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna
"konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng". [3] Dalam bahasa Melayu dan
Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".

Dalam tata bahasa Indonesia baku, kelas kata dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1. kata benda (kata benda);
nama orang, tempat, atau semua benda dan benda, seperti buku, kuda.
2. Kata kerja (kata kerja);
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya
membaca, lari.
 kata kerja transitif (membunuh),
 Kata kerja intransitif (mati),
 Komplementer (menikah)
3. Kata sifat (adjektiva); kata-kata yang menjelaskan kata benda, misalnya
keras, cepat.
4. Kata keterangan (adverbia); kata yang menjelaskan kata yang bukan kata
benda, misalnya sekarang, agak.
5. Kata ganti (kata ganti); pengganti kata benda, misalnya dia, itu.
 Orang pertama (kami),
 Orang kedua (Anda),
 orang ketiga (mereka),
 Kata ganti posesif (miliknya),
 Kata ganti penunjuk (ini, itu).
6. Numeralia (angka); kata yang menyatakan jumlah hal atau hal atau
menunjukkan urutan mereka dalam satu baris, misalnya satu, kedua.
 Nomor kardinal (dua belas),
 Nomor urut (kedua belas).
7. Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang
berdasarkan perannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
 preposisi (kata depan) (contoh: dari),
 konjungsi (koneksi) - konjungsi koordinatif (dan), konjungsi bawahan
(karena),
 articula (artikel) (misalnya sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa
(misalnya the),
 interjeksi (seru) (contoh: wah, wah), dan
 partikel afirmasi.

Penentuan batas kata

Dalam linguistik setidaknya ada lima cara untuk mendefinisikan batas kata:

1. Di jeda

Seorang pembicara diminta untuk mengulangi kalimat yang diberikan secara


perlahan, dibiarkan istirahat dan istirahat. Pembicara kemudian akan cenderung
menyisipkan jeda pada batas kata. Tetapi metode ini tidak sempurna: pembicara
dapat dengan mudah memilah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.

2. Keutuhan

Seorang pengguna diminta untuk mengucapkan kalimat dengan lantang dan


kemudian disuruh mengucapkannya lagi dan menambahkan beberapa kata.

3. Bentuk bebas minimal

Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Leonard Bloomfield. Kata


merupakan leksem, sehingga merupakan satuan terkecil yang dapat berdiri sendiri.

4. Batas fonetik

Beberapa bahasa memiliki aturan pengucapan khusus yang memudahkan untuk


melihat di mana batas kata yang sebenarnya. Misalnya, dalam bahasa yang secara
teratur menekankan suku kata terakhir, batas kata mungkin jatuh setelah setiap
suku kata yang ditekankan. Contoh lain dapat didengar dalam bahasa yang
memiliki harmoni vokal (seperti Turki): vokal dalam beberapa kata memiliki
"kualitas" yang sama, oleh karena itu batas kata dapat terjadi setiap kali kualitas
vokal berubah. Namun, tidak semua bahasa memiliki aturan fonetik yang begitu
mudah, bahkan jika ada, bahasa ini juga memiliki pengecualian.

5.
5.Satuan semantik

Seperti dalam banyak bentuk bebas minimal yang disebutkan di atas, metode
ini memecah kalimat menjadi unit semantik terkecil. Namun, bahasa sering
mengandung kata-kata yang memiliki sedikit nilai semantik (dan sering
memainkan peran yang lebih gramatikal), atau unit semantik yang merupakan kata
majemuk.

Dalam praktiknya, ahli bahasa menggunakan campuran dari semua metode ini
untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun, dengan menggunakan
metode ini, definisi yang tepat dari kata tersebut seringkali sangat sulit untuk
dipahami.

Konsep Kosakata

Apa yang dimaksud dengan kosa kata disebut juga dengan leksikon. leksikon
berarti kosa kata, kamus sederhana, komponen bahasa yang memuat segala
informasi tentang arti dan penggunaan kata dalam bahasa, serta berbagai arti
lainnya.

Pengertian kosakata menurut Soedjito (1992) menjelaskan bahwa kosakata


adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kata-kata yang digunakan
dalam suatu ilmu pengetahuan, kekayaan kata yang dimiliki oleh penutur, atau
daftar kata yang disusun oleh kamus serta solusi singkat dan praktis.

Memahami Kegunaa Kosakata Baku dan Tidak Baku

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata baku dan kata tidak baku. Itu juga
termasuk dalam kosakata yang sering digunakan. Sebelum mengetahui
penggunaan kosakata baku atau tidak baku, ketahui terlebih dahulu arti keduanya.

Yang dimaksud dengan kosakata baku adalah kata yang digunakan berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) atau terdapat dalam KBBI. Sedangkan kata tidak baku
adalah penggunaan kata yang berlawanan dengan makna kata baku. Artinya kata
tidak baku tidak sesuai dengan penulisan dan pedoman dalam KBBI.

Penggunaan kosakata baku dan tidak baku sebenarnya berkaitan dengan


perbedaan sifat keduanya. Jika kosakata baku yang digunakan bersifat resmi atau
formal. Sedangkan kosakata yang tidak baku cenderung digunakan yaitu informal,
informal atau santai. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata baku dan kata
tidak baku. Itu juga termasuk dalam kosakata yang sering digunakan.
Sebelum mengetahui penggunaan kosakata baku atau tidak baku, ketahui
terlebih dahulu arti keduanya. Yang dimaksud dengan kosakata baku adalah kata-
kata yang digunakan berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
mengacu pada Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau yang terdapat dalam
KBBI. Sedangkan kata tidak baku adalah penggunaan kata yang bertentangan
dengan makna kata baku. Artinya kata tidak baku tidak sesuai dengan penulisan
dan pedoman dalam KBBI.

Penggunaan kosakata baku dan tidak baku sebenarnya berkaitan dengan


perbedaan sifat keduanya. Jika kosakata baku yang digunakan bersifat resmi atau
formal. Sedangkan kosakata yang tidak baku cenderung digunakan, yaitu
informal, informal atau santai.

Ciri-Ciri Kosakata Baku dan Tidak Baku

- Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu ataupun bahasa asing

- Tidak termasuk bahasa percakapan.

- Apakah formal dan resmi.

- Penggunaan imbuhan dalam kata-kata memiliki sifat eksplisit.

- Penggunaan kata berdasarkan konteks kalimat.

- Tidak termasuk kata-kata ambigu.

- Tidak mengandung hypercorrect dan pleonase.

Karakteristik Kosakata Non-standar

- Ini santai dan informal.

- Cenderung digunakan dalam bahasa percakapan.

- Dipengaruhi oleh bahasa daerah dan bahasa asing.

- Terpengaruh oleh zaman.

- Bentuknya dinamis.

- Memiliki arti yang sama meskipun berbeda dengan kata baku.


Konsep Diksi

Diksi adalah pilihan kata dalam tulisan yang digunakan untuk memberi makna
sesuai dengan keinginan penulis. Istilah diksi benar, tepat, dan umum. Pemilihan
diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan pesan pengarang tidak
tersampaikan. Diksi termasuk dalam pembahasan aspek kata dalam puisi. Aspek
kata dalam diksi meliputi denotasi, konotasi, morfologi, semantik, dan etimologi.
Penyair menggunakan diksi untuk memperoleh makna puitis tertentu. Penggunaan
diksi adalah untuk mendapatkan makna yang tepat dari banyak pernyataan. Diksi
yang sangat tepat akan menciptakan imajinasi yang memiliki estetika dan puisi.
Penerapan diksi yang paling mendasar adalah pengungkapan gagasan pengarang.
Selain itu, diksi dapat diterapkan ketika berbicara di depan umum atau untuk
menulis berbagai esai. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif.

Macam-macam diksi

Persamaan Kata

Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti yang sama. Penggunaan sinonim
biasanya dimaksudkan agar apa yang dikatakan/ditulis lebih sesuai dengan
ungkapan yang ingin diungkapkan. Contohnya adalah matis (ekspresi ekspresi
yang kasar) dan mati (ekspresi ekspresi yang lebih halus).

Antonim

Antonim adalah kata-kata yang memiliki arti yang berlawanan atau berbeda.
Contoh antonim adalah besar dan kecil.

Hal berarti banyak

Polisemi adalah frase kata yang memiliki banyak arti. Misalnya, kata kepala
bisa berarti bagian tubuh yang berada di atas leher atau bisa juga berarti bagian
yang ada di atas atau depan.

Homograf

Homograf adalah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama, tetapi memiliki arti
dan bunyi yang berbeda. Misalnya kata apel. Jika dibaca /apêl/, artinya buah. Jika
dibaca /apèl/ berarti upacara, misalnya apel pagi.
Huruf sebunyi

Homofon adalah kata-kata yang memiliki bunyi yang sama, tetapi makna dan
ejaannya berbeda. Misalnya, bang dan bank.

Homonim

Homonim adalah kata-kata yang memiliki ejaan dan bunyi yang sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda. Misalnya bulan yang bisa berarti bulan 'satelit
alami bumi' atau bulan dalam penanggalan.

Hiponim

Hiponim adalah kata yang maknanya dimasukkan ke dalam kata lain. Misalnya,
kata salmon sudah termasuk dalam arti kata ikan.

hipernim

Hipernim adalah kata yang mengandung arti kata lain. Misalnya kata perfect
yang meliputi kata good, good, dan beberapa kata lainnya.

Syarat diksi

Diksi digunakan sebagai cara untuk menentukan suatu tuturan bahasa. Syarat
paling awal dalam penggunaan diksi adalah adanya sejumlah kata yang memiliki
kesamaan makna. Dari beberapa kata tersebut, dipilih salah satu kata yang paling
tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Diksi bukan hanya tentang memilih
kata yang tepat, tetapi juga mempertimbangkan kesesuaian kata dengan
konteksnya. Selain itu, makna kata harus sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
berlaku di masyarakat penggunanya. Pemilihan kata yang mahir hanya dapat
dilakukan jika terdapat penguasaan kosakata yang cukup luas. Pengguna diksi
juga harus memiliki kemampuan membedakan kata-kata yang memiliki kesamaan
makna dengan benar. Pengguna diksi harus memiliki kesadaran untuk menguasai
kosakata. Wawasan yang dibutuhkan untuk menggunakan diksi adalah
pengetahuan tentang berbagai kata yang dapat berupa sinonim, antonim, dan
tesaurus.

Penggunaan diksi juga harus memperhatikan kaidah makna. Kata-kata harus


dipilih sesuai dengan keakuratannya sebagai simbol objek pemahaman dan
konsep. Makna dalam kata yang dipilih harus berkaitan dengan bentuk bahasa dan
objek atau sesuatu yang dirujuknya. Jenis makna utama dalam
mempertimbangkan pemilihan kata adalah makna denotatif atau makna leksikal
dan makna konotatif atau makna gramatikal.
Fungsi diksi

 membuat orang yang membaca atau mendengar karya sastra lebih


memahami apa yang ingin disampaikan pengarang;
 membuat komunikasi lebih efektif;
 melambangkan ungkapan dalam gagasan secara lisan (tertulis atau lisan);
sebaik
 bentuk ungkapan atau gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pembaca.

Kriteria diksi

Ada tiga kriteria dalam diksi, yaitu ketepatan, ketepatan, dan keserasian:

menghasilkan interpretasi atau makna yang benar, tidak ambigu, dan tidak
menimbulkan salah pengertian;menghasilkan tanggapan pembaca atau pendengar
sesuai dengan harapan penulis atau pembicara; sebaikmenghasilkan target
komunikasi yang diinginkan.

Ketepatan Sunting

Indikator ketepatan pemilihan kata adalah sebagai berikut:

mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan tepat


berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar;Ketepatan dalam
pemilihan kata berkaitan dengan penggunaan kata yang diperlukan untuk
mengungkapkan gagasan tertentu. Pengguna bahasa harus dapat menggunakan
bahasa yang pendek sehingga dapat menghemat penggunaan kata. Penggunaan
diksi yang cermat akan mengurangi jumlah kata sehingga tulisan menjadi ringkas
dan tidak ada kata yang berlebihan. Selain itu, pengguna bahasa harus dapat
memahami penyebab redundansi kata. Redundansi kata adalah penggunaan kata
yang kehadirannya dalam konteks penggunaan bahasa tidak diperlukan.
Memahami redundansi kata dapat menghindari penggunaan kata yang tidak perlu
dalam konteks tertentu.
Harmoni Sunting

Harmoni dalam diksi berkaitan dengan kesesuaian penggunaan kata sesuai


dengan konteks penggunaannya. Konteks penggunaan dalam diksi berkaitan
dengan faktor linguistik dan nonlinguistik. Faktor kebahasaan tersebut meliputi
kesesuaian kata dengan konteks kalimat dan penggunaan bentuk gramatikal.
Selain itu, faktor kebahasaan juga berkaitan dengan penggunaan idiom dan
penggunaan kata umum.Sedangkan faktor nonlinguistik yang berhubungan
dengan diksi adalah situasi percakapan, lawan bicara atau lawan bicara, sarana
percakapan, kesesuaian tempat bertutur, dan kesesuaian penggunaan waktu
selama percakapan.

1.Sumber Kosakata

Ada tiga kelompok sumber bahasa untuk mengembangkan kosakata bahasa


Indonesia, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Kamus
adalah kosa kata dari suatu bahasa. Demikian pula Kantus Besar Bahasa Indonesia
merupakan “gudang” kosakata bahasa Indonesia, baik aktif maupun pasif.

Dalam rangka pengembangan kosa kata bahasa Indonesia, diperlukan


pengaktifan kembali kosa kata yang tidak digunakan oleh penutur bahasa dalam
kehidupan dewasa ini guna memperkaya ungkapan berbagai konsep. Penggunaan
kosakata tersebut akan memperluas wawasan dan variasi bahasa. Dalam buku
Daftar Kata serapan dalam Bahasa Indonesia (Jumariam, Qodratillah, dan
Rudyanto, 1995:9), misalnya, terdapat 1.413 kata bahasa Melayu yang belum
dimanfaatkan oleh pengguna bahasa dalam kegiatan kebahasaannya. Selain
menggunakan kembali kosakata lama, pengembangan kosakata dapat dilakukan
melalui program gramatikalisasi (Kridalaksana, 2000:223) yang akan dibahas
pada bagian strategi dan pencocokan.

Selain bahasa Indonesia, bahasa daerah atau bahasa serumpun dapat


memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Kekayaan budaya yang tercermin dalam
sekitar 665 bahasa daerah (Putro dan Thohari, 2000:282) dapat menjadi sumber
pengayaan kosakata bahasa Indonesia. Pengamatan selama ini menunjukkan
bahwa bahasa daerah dengan penutur besar memberikan kontribusi besar bagi
perkembangan kosakata bahasa Indonesia.
Sementara itu, bahasa daerah yang penuturnya kecil tidak banyak berkontribusi
terhadap perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Untuk itu dalam perencanaan
ke depan perlu memperhatikan keseimbangan sumber pengembangan kosakata
antara bahasa daerah penutur besar dan bahasa daerah penutur kecil. Untuk itu,
penyusunan kamus bahasa daerah telah dan sedang dipersiapkan. Selain
keseimbangan, hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sumber bahasa
daerah adalah kosakata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa
Indonesia harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, baik dalam pengucapan
maupun ejaan.

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa asing menjadi sumber
utama, terutama ilmu pengetahuan dan teknologi dari luar Indonesia. Dalam buku
Daftar Kata serapan dalam Bahasa Indonesia (Jumariam, Qodratillah, dan
Rudyanto, 1995:9), terdapat 7.636 kata serapan dari bahasa asing. Sansekerta (677
kata), Arab (1.495 kata), Cina (290 kata), Portugis (131 kata), Tamil (83 kata),
Belanda (3.290 kata), dan Inggris (1.610 kata) juga memperkaya kosakata bahasa
Indonesia. Yang tercatat tidak termasuk istilah bidang ilmu yang dikembangkan
melalui Mabim. Namun, apa yang telah dilakukan belum memenuhi tuntutan
kehidupan masa depan di era globalisasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang
tepat dalam mengembangkan kosakata bahasa Indonesia.

2.Kriteria Pemilihan Kata

1. kebenaran, Dari segi kebenaran, kata yang benar adalah kata yang

mengikuti kaidah tata bahasa (morfologi dan sintaksis).

2. Ketepatan, kata teliti adalah kata yang dalam konteks tertentu tidak

lebih/tidak kurang, tidak ambigu, dan bersifat idiomatik.

3. ketepatan, kata yang tepat dikenali berdasarkan distribusi atau kolokasinya

dengan kata di kiri dan kanannya.

4. adat, kata umum adalah kata-kata yang penggunaannya telah diterima oleh

masyarakat.

5. Keserasian, kata yang cocok adalah kata yang memiliki hubungan

semantik dengan kata lain dalam konteks tertentu.


1.Klasifikasi Berdasarkan Diksi

Denotatif dan Konotatif Makna denotatif adalah makna yang ada di alam secara
eksplisit. Makna yang wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah makna yang terkandung dalam sebuah kata secara
objektif.Seringkali makna denotatif disebut juga makna konseptual.Kata makan,
misalnya, berarti memasukkan sesuatu ke dalam mulut, mengunyahnya, dan
menelannya. Arti kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif
disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proporsional (Keraf,
2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial, dan ideasional,
karena makna tersebut mengacu pada acuan, konsep, atau gagasan tertentu dari
suatu acuan. Disebut makna kognitif karena berkaitan dengan kesadaran,
pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang muncul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada makna
konseptual. Kata makan dalam arti konotatif bisa berarti untung atau untung.
Makna konotatif atau sering disebut dengan makna kiasan, makna konotasi,
makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kata yang memiliki makna konotatif
atau kiasan biasanya digunakan dalam percakapan atau karangan nonilmiah,
seperti: pantun berbalas, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Esai non-ilmiah sangat memperhatikan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun
dengan bahasa kiasan dengan menggunakan kata-kata konotatif sehingga
penyampaian pesan atau amanat terasa indah.

a) Makna konotatif bervariasi dari zaman ke zaman. Hal ini tidak


tetap. Kata kamar kecil berarti kamar kecil (denotatif), tetapi kamar
kecil juga berarti jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita terkadang
lupa apakah makna suatu kata bersifat denotatif atau konotatif.
Kata rumah monyet memiliki makna konotatif. Namun, makna
konotatif tidak dapat diganti dengan kata lain, karena tidak ada
nama lain yang sesuai untuk kata tersebut. Begitu juga dengan
istilah rumah asap.
b) Makna konotatif dan makna denotatif berkaitan erat dengan
kebutuhan penggunaan bahasa. Makna denotatif adalah makna
harafiah suatu kata tanpa makna yang menyertainya, sedangkan
makna konotatif adalah makna kata-kata yang memiliki kaitan
dengan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa
tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna umum,
sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan spesifik.

1.Kata Konkret dan Kata Abstrak Kata-kata yang acuannya lebih mudah diserap
oleh indera disebut kata konkret.

Kata abstrak memiliki acuan berupa konsep, sedangkan kata konkret memiliki
acuan objek yang dapat diamati. Penggunaan dalam menulis tergantung pada jenis
dan tujuan penulisan. Esai adalah deskripsi fakta dengan menggunakan kata-kata
konkret, seperti: mengusir hama tanaman, radang paru-paru, virus HIV. Namun
esai adalah klasifikasi atau generalisasi dari suatu konsep dengan menggunakan
kata-kata abstrak, seperti: pendidikan anak usia dini, bahasa pemrograman, High
Text Markup Language (HTML). Penggambaran suatu konsep biasanya diawali
dengan detail menggunakan kata-kata abstrak diikuti dengan detail menggunakan
kata-kata konkret.

2.Persamaan Kata

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya memiliki arti yang
sama, tetapi bentuknya berbeda. Sinonim kata tidak mutlak, hanya ada persamaan
atau persamaan.Sinonim ini digunakan untuk mengalihkan penggunaan kata pada
tempat tertentu agar kalimat tidak membosankan. Dalam penggunaannya, bentuk
kata sinonim akan menghidupkan kembali bahasa seseorang dan mengkonkritkan
bahasa seseorang sehingga terwujud kejelasan komunikasi (melalui bahasa
tersebut). Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang
paling tepat untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapinya.

1. Antonim
Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu sama lain.
Antonim disebut juga lawan kata.
2. Homonim
Homonim adalah kata-kata yang memiliki arti yang berbeda,
pengucapan yang sama, dan ejaan yang sama.
3. Huruf sebunyi
Homofon adalah kata-kata yang memiliki arti yang berbeda,
pengucapan yang sama, dan ejaan yang berbeda.
4. Homograf
Homograf adalah kata-kata yang memiliki arti yang berbeda,
pengucapan yang berbeda, dan ejaan yang sama.
5. Hal berarti banyak
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak arti.
6. Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata
hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya.
7. Hiponim adalah kata yang maknanya diwakili oleh kata hipernim.

Anda mungkin juga menyukai