Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwi Komala Sari

NIM : E1C021224

Kelas : 4F

Mata Kuliah : Analisis Kesalahan Berbahasa

Sentuhan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa

Setelah memahami video tersebut berisi teori dan kaidah-kaidah kebahasaan dari sudut pandang
dan tataran sangat dapat membantu dalam menyelesaikan masalah persoalan di fenomena
kebahasaan. Dalam video tersebut juga membahas :
1. Tataran linguistic yang akan membantu dalam segi melihat fenomena fenomena kebahasaan
agar dapat mengidentifikasi fenomena kebahasaan itu salah atau benar seuai dengan
kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran
Bahasa, pemahaman konsep dan prinsip linguistic dapat membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa secara lebih efektif. Sedangkan dalam tataran
linguistic terdapat beberapa materi yang penting dalam pembelajaran Bahasa diantaranya
ada fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic.
2. Taksonomi kategori linguistik adalah kesalahan berbahasa yang berdasarkan pada butir
linguistik. Artinya, kesalahan berbahasa pada taksonomi ini dapat dikategorikan menjadi
kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.
1. Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran fonologi antara lain dapat terjadi pada aspek :
 Fonotaktik: Urutan bunyi yang dimungkinkan (DH, BH, DZ, SH GH,TH)
Contohnya : Dharma, Bhakti, Adzan, Sholat, Maghrib, Thermal. Pemahaman
fonotaktik juga dapat membantu dalam pembelajaran kosakata dan struktur
kalimat, karena aturan fonotaktik sering kali terkait dengan kata-kata tertentu
dan penggunaannya dalam kalimat. Dalam pembelajaran bahasa, fonotaktik
dapat diajarkan melalui berbagai cara seperti melalui latihan pengucapan,
permainan kata,atau membaca bahan-bahan bacaan dengan berfokus pada
aturan fonotaktik.
 Kaidah peluluhan: Kata dasar yang diawali oleh bunyi S/K/P/T dapat luluh jika
diawali prefix (meng-, atau peng-). Contoh : siram menjadi menyiram dan
karang menjadi mengarang. Menerapkan aturan peleburan suara dapat
membantu meningkatkan pengucapan seseorang dalam bahasa tertentu.
Dalam Bahasa Indonesia, misalnya, ada aturan peleburan suara yang dikenal
sebagai "bunyi tarik" atau "bunyi panjang" yang terjadi pada vokal tertentu
 Diftong/Kluster: Diftong terdiri dari dua vokal yang diucapkan secara
bersamaan dalam satu suku kata. Contoh diftong dalam Bahasa Indonesia
adalah Air. Bunyi vokal “a” dan “i” dilafalkan secara bersamaan dalam satu suku
kata. Sedangkan, Kluster adalah gabungan dua atau lebih konsonan dalam
satu suku kata. Contoh kluster dalam bahasa Indonesia adalah Transfer. Pada
kata ini terdapat gabungan konsonan “Tr” dalam satu suku kata.

2. Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi, sumber kesalahan berbahasa dalam tataran


morfologi bahasa Indonesia,antara lain adalah sebagai berikut :
a) Imbuhan me-, me-/-kan.
b) Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng,
dan nge-.

c) Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-.

d) Salah penentuan bentuk asal/dasar. Misalnya ada kata dasar kontrak, jika
diberikan imbuhan “me-/-kan” akan menjadi “mengontrakkan”, bukanya
“mengontrakan”. Makna dari kedua kata ini jelas berbeda.
e) Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
f) Fonem yang tidak luluh diluluhkan.

g) Penulisan morfem yang salah.


3. Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis, sumber kesalahan berbahasa dalam tataran
sintaksis, antara lain adalah sebagai berikut :

a) Kalimat tak lengkap: Kalimat tidak memiliki subjek, predikat, atau objek yang
lengkap sehingga maknanya tidak jelas. Contoh: Makanan enak. (Tidak jelas
siapa subjeknya).
b) Monotransitif dan dwitransitif adalah jenis-jenis kata kerja transitif berdasarkan
jumlah objek yang dibutuhkan dalam sebuah kalimat.

4. Kesalahan Berbahasa Tataran Leksikon (Semantik), sumber kesalahan berbahasa dalam


tataran semantik, antara lain:

a.) Polisemi adalah istilah yang merujuk pada suatu kata yang memiliki lebih dari
satu makna atau arti yang berbeda. Arti-arti yang berbeda ini dapat terkait atau
tidak terkait secara langsung dengan makna asli atau makna utama dari kata
tersebut. Contoh kata-kata polisemi :

 Kursi:
-(Kursi), tempat duduk pada umumnya
-(Kursi dewan), posisi atau jabatan dalam keanggotaan dewan
 Jatuh
-(Jatuh miskin), menjadi miskin.
-(Jatuh cinta), merasakan cinta.

b.) Ambiguitas adalah suatu keadaan di mana sebuah kalimat atau frasa
memiliki lebih dari satu kemungkinan makna atau interpretasi. Hal ini dapat
terjadi akibat penggunaan kata-kata polisemi, kalimat yang tidak jelas, atau
kesalahan dalam struktur atau tata Bahasa. Contoh kalimat ambiguitas:

 Istri Jendral yang ramah:


-Kemungkinan pertama adalah yang ramah adalah si istri
-Kemungkinan kedua adalah yang ramah adalah si Jendral
 Dia memberikan bunga kepada ibunya yang dibungkus kain
-Kemungkinan pertama adalah bunganya yang dibungkus kain.
-Kemungkinan kedua adalah ibunya yang dibungkus kain

Dalam penggunaan bahasa, penting untuk menghindari ambiguitas karena dapat


menyebabkan kesalahpahaman atau kebingungan dalam komunikasi.
c.) Homofon, homonim, dan homograf adalah konsep linguistik yang sering
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kata-kata dalam Bahasa yang
memiliki kesamaan bentuk atau makna. Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai ketiga konsep tersebut:

 Homofon merujuk pada kata-kata dalam bahasa yang memiliki


pengucapan yang sama atau mirip, tetapi maknanya berbeda. Contoh
kata homofon dalam bahasa Indonesia adalah "lirik"(memandang secara
diam-diam) dan "lirik" (lirik lagu).
 Homonim merujuk pada kata-kata dalam bahasa yang memiliki
pengucapan dan ejaan yang sama, tetapi maknanya berbeda. Contoh
kata homonim dalam bahasa Indonesia adalah "bisa" (bisa ular) dan "bisa"
(dapat dilakukan).
 Homograf merujuk pada kata-kata dalam bahasa yang memiliki ejaan
yang sama, tetapi pengucapannya dan maknanya bisa berbeda. Contoh
kata homograf dalam bahasa Indonesia adalah "pohon" (tanaman) dan
"pohon" (bentuk kata kerja "mengupayakan").

d.) Fitur semantik merujuk pada unsur-unsur atau karakteristik yang digunakan
untuk menggambarkan atau mendefinisikan makna suatu kata. Fitur semantik
mencakup informasi tentang objek, konsep, atau keadaan yang
direpresentasikan oleh kata tersebut. Berikut adalah beberapa fitur semantik dari
ketiga kata tersebut:

 Kawanan
-Merujuk pada sekelompok hewan yang berkumpul bersama.
-Biasanya digunakan untuk menggambarkan hewan seperti domba, sapi,
atau kambing. Contohnya: Kawanan Sapi.
-Mengandung nuansa kemungkinan adanya kekacauan atau ketidak
disiplinan dalam kelompok tersebut.
 Gerombolan
-Merujuk pada sekelompok orang atau binatang yang berkumpul bersama
dalam jumlah yang besar.
-Digunakan untuk menggambarkan orang yang tidak diatur atau
terorganisir dengan baik. Contohnya: gerombolan rakyat.
-Mengandung nuansa negatif atau merendahkan.
 Kelompok
-Merujuk pada sekelompok orang atau benda yang berkumpul bersama
berdasarkan kesamaan tertentu. Contohnya : sekelompok guru.
-Digunakan untuk menggambarkan orang yang terorganisir dan memiliki
tujuan atau kepentingan yang sama.
-Bersifat netral dan tidak mengandung nuansa positif atau negatif.

Anda mungkin juga menyukai