Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penguasaan bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era
modren saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun
kelompok merupakan usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa
indonesia juga merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.
Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari,
namun belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan
karena kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan
penerapan berbahasa indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu
dilakuakan untuk membangun bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem
komunikasi dan informasi dengan tepat.
Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan
untuk penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa
sangat penting untuk membahas judul “Tata Kata (Morfologi)” di dalam bahasa
indonesia, dengan harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi
dan infonnasi bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bentuk kata dan apa saja bentuk-bentuk kata?
2. Apa pengertian makna kata dan jenis makna kata?
3. Apakah pengertian morfem dan jenis-jenis morfem?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi morfem ?
5. Bagaimana bentuk asal dan bentuk dasar morfem ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mendefinisikan dan memahami bentuk kata.
2. Mampu menentukan pembagian bentuk kata.
3. Mampu untuk mendefinisikan dan memahami makna kata
4. Mampu menentukan pembagian makna kata.
5. Mengetahui pengertian morfologi dan morfem.
6. Mengetahui cara mengidentifikasi morfem.
7. Mengetahui jenis-jenis morfem.
8. Mengetahui bentuk asal dan bentuk dasar morfem.

D. Manfaat Penelitian
Makalah ini berisi penjelasan tentang bentuk kata, makna kata, jenis-jenis
kata, dan morfem yang ada dalam bahasa Indonesia serta tentang penggunaan kalimat
efektif, yang diharapkan bisa membantu para pembaca dalam memahami bahasa
Indonesia lebih mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. BENTUK KATA
1. Pengertian
Morfologi berasal dari bahasa inggris morphology yang terdiri dari kata
Morpheme + logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu. Dalam morfologi
meliputi unsur morfem  ( termasuk morfem Penciptaan dan morfem bebas) dan
morfo-fonemik. Jadi morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-
bentuk kata dan pembentukan kata.
Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satnan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk
kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.

2. Bentuk-Bentuk Kata
a. Fonem
Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya.
Ejaan merupakan lambang bunyi yang diklasifikasikan dalam konsonan,
vokal, dan diftong. Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis
miring: /.../. /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan
arti.
b. Morfem
Kata dan Morfem adalah dua pengertian yang berbeda, perhatikan
contoh berikut: 1. Rumah itu bermandikan cahaya (4 kata)2. Rumah-itn-ber-
mandi-kan-cahaya (6 morfem)Jadi Kata merupakan unsur terkecil yang dapat
berdiri sendiri dan berbentuk bebas, dan dapat terdiri dari 1, 2 atau lebih
morfemSedangkan Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa
yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil
lagi.
c. Kata
1) Pembagian Kata Berdasarkan Bentuknya
a) Kata Dasar ; kata yang belum mendapatkan imbuhan.
b) Kata Jadian ; kata yang sudah mendapatkan imbuhan.
c) Kata ulang ; kata dasar atau jadian yang mengalami perulangan.
d) Kata berklitika ; diawal atau diakhir kata.
e) Kata majemuk ; gabungan dua kata atau lebih yang menyatakan
makna khusus atau mempunyai arti baru

2) Pembagian menurut kebutuhan bahasa Indonesia


a) Kata Benda
b) Kongkret; nama diri, nama jenis, nama zat, nama kumpulan
c) Kata Kerja
d) Bentuknya : dasar, berimbuhan, ulang, majemuk; jalan, jalan-jalan,
berjalan, mencampur aduk.
d. Frasa
Frase atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang
membentuk kesatuan dan merupakan unsur-unsur pembentuk kalimat.

B. MAKNA KATA
1. Pengertian Makna Kata
Makna adalah pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan
(KBBI).
2. Jenis Makna Kata
a. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
1) Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatn pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif
Makna denotative sering juga disebut makna konseptual. Misalnya kata
makan, bermakna memasukkan ke dalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna kata makan seperti itu adalah makna denotatif.
Makna denotatif ialah arti harfiah kebutuhan pemakaian bahasa.
Makna denotatif ialah arti harfiah suatn kata tanpa ada suatu makna yang
menyertainya. Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum.
Contoh: Dia adalah wanita cantik.
2) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makan konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat
berarti untnng atau pukul.
Makna konotatif tidak tetap, berbeda dari zaman ke zaman. Kata
kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar
kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini kita kadang-kadang
lupa apakah makna denotatif atau konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan
operasional daripada makna denotatif. Dengan kata lain, makna konotatif
adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya: dibuat (dirakit, disulap).
Makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, peranan dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu.
Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Contoh : Dia adalah wanita manis.
b. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Kata khusus
adalah kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit. Misalnya bunga
termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah bunga mawar,
melati, anggrek.
c. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan.
Contoh: kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan
timbulnya penyakit.
Makna gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa
Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang bermakna
“sebuah meja”, menjadi meja yang bennakna “banyak meja”.

C. JENIS-JENIS KATA
Berdasarkan bentuknya, kata dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi
empat, yaitu kata dasar yang biasanya terdiri dari morfem dasar, kata berimbuhan,
kata ulang, dan kata majemuk.
Berdasarkan kesamaan bentuk, fungsi dan makna dalam tata kalimat bahasa
Indonesia, kata dapat dikelompokkan menjadi sepuluh jenis yaitu nomina/kata benda,
verba/kata kerja, adjectiva/kata sifat, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan,
adverbia/kata keterangan, konjungsi/kata sambung, preposisi/kata depan, artikula/kata
sandang, dan interjeksi/kata seru.
Berikut jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia :
1. Nomina (Kata Benda)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang pertama adalah kata benda atau
nomina. Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu yang
dibendakan, dan menurut wujudnya dapat dibedakan menjadi :
a. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap
oleh pancaindra, misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah.
b. Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindra, misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan,
kemanusiaan, pencucian, pencurian.
Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau
diperluas dengan menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata
sifat dibelakang kata tersebut. Misalnya: rumah yang besar, batu yang keras.
2. Verba (Kata Kerja)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang kedua adalah kata kerja atau
verba. Verba atau kata kerja merupakan kata-kata yang menyatakan suatu
perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu. Verba
menduduki fungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut dapat
diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan + kata benda.
Misalnya: berjalan dengan cepat, berbicara dengan dosen.
Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, yaitu sebagai predikat, kata kerja
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kata kerja penuh, yaitu kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat
tanpa bantuan kata-kata lain.
b. Kata kerja bantu, yaitu suatu kata yang memiliki fungsi khusus kata kerja
utama.

Ada tiga jenis kata kerja bantu, yaitu;


 kata kerja bantu yang menyatakan keharusan: harus, mesti, perlu. Contoh
dalam kalimat: Saya harus belajar sekarang. Ayah perlu menghubungi
pimpinannya. 
 kata kerja bantu yang menyatakan kemampuan: sanggup, mampu, boleh, bisa
dan dapat , yang posisinya sebelum kata kerja utama. Contoh dalam kalimat:
Mahasiswa boleh pulang sesudah menyelesaikan tugas itu. Ia sanggup
menghubungi polisi.
 kata kerja bantu yang menyatakan keinginan: ingin, hendak, mau dan suka
yang dapat langsung diikuti dengan kata kerja penuh, kata benda atau kata
sifat. Misalnya: Ayah ingin membeli sebuah rumah. Ibu hendak pergi
ke Jakarta. Kakak ingin kurus agar kelihatan lebih menarik.
3. Adjektiva (Kata Sifat)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ketiga adalah kata sifat atau
adjektiva. Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat
dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan gabung se-nya disebut kata sifat,
contoh: indah (indah sekali, seindah-indahnya). Pada tingkat frase, letak kata sifat
adalah di belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah besar,
pemandangan indah, meja kecil.
Secara umum, adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat, keadaan,
watak seseorang, binatang atau benda. Dalam sebuah kalimat, adjektiva berfungsi
sebagai penjelas subjek, predikat dan objek.
Ciri-ciri kata sifat: (1) dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang,
dan paling, (2) dapat diberi keterangan penguat, seperti sangat, amat, benar, dan
sekali, (3) umumnya dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
4. Adverbia (Kata Keterangan)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang keempat adalah kata keterangan
atau adverbia. Adverbia (kata keterangan) adalah kata yang menerangkan
predikat (verba) suatu kalimat. Ada beberapa jenis adverbia (kata keterangan)
dalam bahasa Indonesia, yaitu :
a. Adverbial kuantitatif: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
jumlah. Misalnya: banyak, sedikit, cukup, dan kira-kira.
b. Adverbial limitative: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
pembatasan. Misalnya: hanya, saja, dan sekedar.
c. Adverbial frekuentif: menggambarkan makna yang berhubungandengan
tingkat keseringan terjadinya sesuatu. Misalnya: selalu, sering, jarang, dan
kadang-kadang
d. Adverbial kewaktuan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
waktu terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: baru dan segera.
e. Adverbial kontrastif: menggambarkan pertentangan makna kata atau hal yang
dinyatakan sebelumnya. Misalnya: bahkan, malahan, dan justru.
f. Adverbial keniscayaan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan
kepastian terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: pasti dan tentu.
5. Pronomina (Kata Ganti)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang kelima adalah kata ganti atau
pronomina. Kata ganti (pronominal) adalah kata yang dipakai untuk mengacu
kepada nomina lain dalam struktur kalimat. Ada tiga macam pronominal dalam
bahasa Indonesia, yaitu (a) pronominal persona, (b) pronominal penunjuk, dan (c)
pronominal penanya.
Pronominal pesona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada
orang. Pronominal pesona dapat mengacu pada diri sendiri(pronominal pesona
pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara(pronominal persona kedua),
atau mengacu pada orang yang diajak bicara (pronominal persona ketiga).
Selanjutnya, pronominal dapat mengacu pada jumlah satu (pronominal
tunggal) atau jumlah yang banyak (pronominal jamak). Berikut ini deskripsi
pronominal persona dalam bahasa Indonesia.
Pronominal penunjuk adalah pronominal yang menyatakan atau mengacu
pada nomina lainnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam
pronominall penunjuk, yaitu penunjuk umum dan penunjuk tempat.
Pronominal penanya adalah pronominal yang dipakai sebagai pertanyaan.
Dari segi maknanya, yang ditanyakan dapat berkaitan dengan orang, barang atau
pilihan.
6. Numeralia (Kata Bilangan)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang keenam adalah kata bilangan atau
numeralia. Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
sesuatu hal yang kongkret (orang, binatang, atau barang) dan konsep.
Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia
pokok dan numeralia tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas
pertanyaan “Berapa?”, sedangkan numeralia tingkat merupakan jawaban dari
pertanyaan “Yang keberapa?”.
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara
mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di depan bilangan yang
bersangkutan. Khusus untuk bilang satu juga dipakai istilah pertama. Contoh:
kesatu (pertama), kedua, kelima, kesepuluh, dan seterusnya. Numeralia tingkat
penulisannya diletakkan di belakang nomina yang diterangkan. Contoh: pemain
ketiga, anak kelima, juara pertama, masalah kedua.
Numeralia pokok juga dapat diubah menjadi numeralia pecahan. Cara
membentuk numeralia pecahan yaitu dengan memakai kata per- di antara
bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk angka, cipakai garis pemisah
kedua bilangan.
7. Konjungsi (Kata Sambung)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ke tujuh adalah kata
sambung atau konjungsi. Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berikut ini
deskripsi kata hubung dan contohnya;
a. Konjungtor koordinatif: dan, serta, tetapi, atau, sedangkan, melainkan.
b. Konjungtor korelatif: baik…maupun; tidak hanya…tetapi juga; demikian…
sehingga; sedemikian rupa…sehingga
c. Konjungtor subordinatif: sejak, semenjak, sedari, jika, bila agar, seakan-akan,
sebab, sehingga, dengan, bahwa
d. Konjungtor antar kalimat: biarpun demikian, sekalipun demikian,
sungguhpun demikian, sebaliknya, tetapi, sebelum itu, selanjutnya.
8. Preposisi (Kata Depan)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ke delapan adalah kata depan atau
preposisi. Preposisi atau kata depan adalah kata yang selalu berada di depan kata
benda, kata sifat, atau kata kerja. Kata depan menunjukkan berbagai hubungan
makna antara kata sebelum dan sesudah preposisi. Berikut ini deskripsi preposisi
dan contohnya:
a. Preposisi berupa kata dasar: akan, bagi, demi, dengan, kecuali, pada, oleh,
untuk.
b. Preposisi berupa kata beerafiks: bersama, menjelang, menurut, menuju,
terhadap.
c. Preposisi yang berdampingan: daripada, oleh karena, sampai ke, sampai
dengan selain itu.
d. Preposisi berkorelasi: antara … dan …; dari … ke …; dari … sampai …; dari
… sampai dengan …; sejak … sampai …
e. Preposisi dan nomina lokatif: di atas meja, ke dalam rumah, dari sekitar
kampus.
9. Artikula (Kata Sandang)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ke sembilan adalah kata sandang
atau artikula. Kata sandang (artikula) adalah kata tugas yang membatasi makna
nomina. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis artikula, yaitu (a) artikula yang
bersifat gelar, (b) artikula yang mengacu pada makna kelompok, dan (c) artikula
yang menominalkan.
Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif dalam
bahasa Indonesia yaitu penggunaan kata para. Dalam hal ini, kata para merupakan
kata yang bermakna jamak, sehingga nomina yang dijelaskan tidak boleh
berbentuk kata ulang. Misalnya, untuk menyatakan kelompok mahasiswa sebagai
kesatuan yang dipakai adalah para mahasiswa bukan para mahasiswa-mahasiswa.
Artikula yang menominalkan dalam bahasa Indonesia adalah
penggunaaan kata si. Artikula si yang dapat menominalkan mengacu ke makna
tunggal dan umum (generic) bergantung pada konteks kalimat. Artikula si dipakai
untuk mengiringi nama orang dan dalam bahasa Indonesia nonformal digunakan
untuk mengiringi pronominal dia.
10. Interjeksi (Kata Seru)
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ke sepuluh adalah kata seru atau
interjeksi. Kata seru (interjeksi) adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hari
pembicara. Untuk memperkuat ungkapan rasa hari seperti kagum, sedih, dan
heran, orang mamakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna
pokok tersebut.
Di samping interjeksi asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi
yang berasal dari bahasa asing. Berikut ini jenis-jenis interjeksi dan contohnya:
a. Interjeksi kekesalan: sialan, busyet, keparat
b. Interjeksi kekaguman: aduhai, asyik, amboi
c. Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah
d. Interjeksi harapan: insya Allah, semoga
e. Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, eh
f. Interjeksi kekagetan: astaga, masyaallah
g. Interjeksi ajakan: ayo, mari
h. Interjeksi panggilan: hai, he, halo
i. Interjeksi simpulan: nah

D. MORFEM
1. Pengertian
Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema”
yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu satuan gramatikal
terkecil yang memiliki makna. Dengan kata kecil berarti "satuan" itu tidak dapat
menjadi lebih kecil tanpa merusak maknanya. Contoh : Bentuk berpakaiandapat
dianalisis kedalam satuan-satuan terkecil. Menjadi {ber-}, {pakai}, {-
an}. Ketiganya adalah morfem di mana {ber-} adalah morfem prefiks, {pakai}
adalah morfem dasar, dan {-an} adalah morfem sufiks. Ketiganya juga memiliki
makna. Morfem {ber-} dan morfem {-an} memiliki makna gramatikal, sedangkan
morfem {pakai} memiliki makna leksikal. Perlu di catat dalam konvensi linguistik
sebuah bentuk yang dinyatakan sebagai morfem yang ditulis didalam kurung
kurawal({...}). Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli :
 Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna (Chaer, 1994:
146).
 Morfem adalah satuan bahasa yang terkecil maknanya secara relatif stabil dan
yang tidak dapat dibagi atas bagian yang bermakna yang lebih kecil; misalnya
(ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993:
141).
 Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang
dapat dibedakan (Keraf, 1984: 52).
2. Identifikasi Morfem
Untuk menentukan suatu bentuk adalah morfem atau bukan kita harus
membandingkan bentuk tersebut di hadapannya dengan bentuk-bentuk
lain. Satuan bahasa merupakan komposit antara bentuk dan makna. Oleh karena
itu, untuk mnetapkan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan berdasarkan
kriteria bentuk dan makna itu. Hal-hal berikut dapat dipedomani untuk
menentukan morfem dan bukan morfem itu. 
a. Dua buah bentuk yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama, merupakan
dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata ayah dan kata bapak pada kedua
kalimat berikut   adalah dua   morfem yang berbeda :
Contoh: Ayah pergi ke Medan.
b. Bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah
morfem. Umpamanya bentuk renta pada konstruksi tua renta , dan
bentuk kuyup pada konstruksi basah kuyup adalah juga morfem.
c. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila
memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang
sama. bentuk misalnya baca pada kata-kata berikut adalah sebuah morfem
yang sama .
1) Membaca
2) Pembaca
3) Bacaan
4) Terbaca
d. Dua bentuk yan sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan
sebuah morfem. Umpamanya kata bulan pada kalimat berikut adalah sebuah
morfem yang sama.
Contoh: Bulan depan dia akan menikah.
e. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda
merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata bunga pada kedua
kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda.
Contoh: Bank indonesia memberi bunga 5 persen per tahun.
f. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar
(klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga
merupakan morfem yang sama. Umpamanya kata kepala pada kalimat-kalimat
berikut memiliki makna yang berbeda secara polisemi, tetapi tetap merupakan
morfem yang sama.
Contoh: Ibunya menjadi kepala sekolah di sana.

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan


dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang memiliki arti leksikal. Jika
penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti tidak ada unsur yang
digabungkn dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh :
Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan
sebagainya. Kata baik mempunyai arti yang berbeda dengan kata perbaikan,
karena kata baik dari satu morfem, sedangkan kata baik terdiri dari dua morfem
yaitu morfem terdiri berupa me- dan morfem bebas baik. Disini akan berbeda arti
yang terkandung di dalamnya.
Morfem         –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata
makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan,
makanlah , yang memiliki makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.
Untuk menentukan bahwa suatu bentuk merupakan morfem atau bukan
kita harus membandingkan bentuk tersebut dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk
tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk
tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang
merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({}) kata kedua menjadi {ke}
+ {dua}.
Perhatikan bentuk-bentuk yang juga terdapat pada bentuk-bentuk ujaran di
atas, lalu bandingkan dengan bentuk-bentuk lain yang ada dalam deret berikut!
 peninggalan peninggalan
 ketinggalan ketinggalan
 tertinggal sepeninggal
Dalam deret tersebut terlihat ada bentuk yang sama, yang dapat
disegmentasikan dari bagian unsur-unsur lainnya. Bagian yang sama itu adalah
bentuk tinggal atau ninggal. Betuk tinggal pun adalah sebuah morfem karena dan
betuk maknanya sama. Untuk menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau
bukan kita harus mngetahui atau mngenal maknanya. Perhatikan deret berikut!
 Menelantarkan
 Telantar
 Lantara

Meskipun bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada deret tersebut,


bentuk lantar adalah bukan bentuk sebuah morfem karena tidak ada
maknanya. Lalu, ternyata juga bahwa bentuk menelantarkan memiliki hubungan
dengan telantar , tetapi tidak memiliki hubungan dengan karena .
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal)
yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna
sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna
ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan
Asosiasi. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan
atau mempunyai makna, misalnya di-per-main-kan.

B. SARAN
Demikian penjelasan mengenai “Tata Kata (Morfologi) ” dalam Mata Kuliah
Bahasa Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena
keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Hudaa, Syihaabul. 2018. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia. Jawa Barat:
Jejak.
https://www.merdeka.com/jatim/jenis-kata-dalam-bahasa-indonesia-dan-penjelasannya-yang-
wajib-diketahui-kln.html
https://yayuhidayah.blogspot.com/2015/10/makalah-morfem-unm-2015.html
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa, Komposisi Lanjutan I. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder (Penyunting). 2007. Pesona
Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai