A. Pengertian Ejaan
a) FONOLOGI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak
mengolah data yang masuk sebagai suara
1
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk
membedakan arti.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah
tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi]
atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena
fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem
tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain
halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a],
dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang
Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa
mereka tidak ada fonem [l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain
maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
2
b) MORFOLOGI
Jenis-jenis Morfem
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada
umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit.
Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
3
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam
bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina danjantan secara
ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan
akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem
jantan.
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam
yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan
jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/.
Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/
dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam
bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak
mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem
simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).
4
2) Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitumorfem
bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan
biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :bunga, cinta, sawah,
kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa,
misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang
selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang
wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah,
dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan
nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar
(1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada
satu bentuk lagi sepertibelia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada
bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti
itu dinamakanmorfem unik.
c) SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan
katatattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkanpelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
5
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata
yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai
makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh
adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia.
Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak
mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak
dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi
FRASE
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
KLAUSA
KALIMAT
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-
satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
6
B. Abjad Indonesia Menurut EYD
HuruF Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. Nama huruf disertakan di sebelahnya.
C. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf,
yaitu a, e, i, o, dan u.
7
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ember pendek -
Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan
jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
8
D. Huruf Konsonan ( Huruf Mati )
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru
mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi
rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh :
Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny,
dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.
Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku pedoman ejaan Indonesia yang
disempurnakan berjumlah 22 kaidah. Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan,
(sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru(Ejaan LBK). Ejaan
Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan
Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari
panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada tanggal 19 September 1967.
9
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada
waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan
baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja
panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan
daripada Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak
bulan Maret 1947.
Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
10
Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada
contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-"
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan
Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan
Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.
Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan
tanda baca sesuai EYD
11
b. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
c. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubung
dengan hal-hal keagamaan kitab suci,nama tuhan termasuk kata gantinnya.
Contoh:Mahaputra Yamin
Sultan Hasanudin
12
2. Huruf Miring
2) Penulisan kata
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk
tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh
digunakan untuk memperjelas.
Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
13
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda
hubung. Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik
yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku),
maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta
besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat
bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai.
Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah
lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll.
Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah
kepada si kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah,
apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu
seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah.
Contoh: per 1 April, per helai.
9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan
akronim.
10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.
14
Kata turunan
Jenis imbuhan
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an
8. per-an
9. se-an
10. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
Awalan me-
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- +
luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- +
baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- +
fasilitas + i → memfasilitasi.
15
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- +
datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias
→ menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom
→ mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu
→ menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan.
Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
Aturan khusus
Cina adalah bentuk yang digunakan di dalam KBBI, yang menjadi salah satu sumber
rujukan di Wikipedia bahasa Indonesia. Ada imbauan untuk menghindari kata ini atas
pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan
kata "China". Ini sebuah argumen yang tidak bisa dideskripsikan dan dijelaskan
secara ilmiahbahasa, apalagi bunyi ujaran "China" - "Cina" adalah hampir sama
(China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara
16
dan hal-hal yang berhubungan dengan negara ini, misal: sejarahnya, warga negaranya,
pemerintahannya, dll.) dan Tionghoa (menunjuk pada orang-orang dari etnis ini dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya, termasuk budaya, bahasa, sastra,
kepercayaan, tradisi, masakan, nama, dll.).
Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata
penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, mohon hindarilah penggunaan kata "di mana", apalagi "dimana",
termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari
struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.
Contoh-contoh:
...kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para
pengunjung dapat makan...
Usul perbaikan: ...kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung
umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan...
17
2. Dari artikel Tegangan permukaan:
dimana:
F = gaya (newton)
L = panjang (m)
Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m),
Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang
melibatkan kata sedangkan. Sedangkan adalah kata penghubung dua klausa berderajat
sama, sama seperti dan, atau, serta sementara. Dengan demikian secara tata bahasa
kata sedangkan tidak pernah dapat mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya
dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Posisi sedangkan yang digunakan untuk mengawali kalimat dapat diganti dengan
frasa sementara itu.
Contoh:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten
ada 12.849."
Usulan perbaikan 2:
18
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-
Banten ada 12.849."
3) Tanda baca
Tanda Baca seperti tanda titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan tanda tanya (?)
pastinya sudah tidak asing bagi teman-teman. Di dalam sebuah kalimat, sangat mudah
sekali teman-teman menemukan tanda-tanda baca tersebut. Namun selain empat tanda
baca itu, ternyata masih ada beberapa tanda baca yang penting kamu ketahui penulisan
dan penggunaannya dalam sebuah kalimat.
Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat.
Menjadi penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah
kalimat. Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya
yang harus kamu pahami. Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi.
Sebagai contoh, tanda ini ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang
terhormat, hlm. yang merupakan singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan
singkatan dari atas nama.
Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun
tujuan pada surat.Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang
yang diambilnya, contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang
merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang merupakan singkatan dari sarjana
humaniora. Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun
tabel. Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu
dengan yang lain.
Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing
House.
Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya
dan dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.
Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.
19
Tanda Tanya (?)
Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat.
Berfungsi sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda
titik (.) di akhir kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan,
tanda tanya (?) cenderung mengarah pada kalimat yang bersifat pertanyaan.
Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat
adalah tanda seru (!). Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat menjadi
bersifat perintah atau seruan. Akan tetapi, penggunaan tanda seru (1) juga biasa berfungsi
untuk menegaskan, mengajak, atau memengaruhi seseorang.
Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam percakapan
ataupun kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda koma (,)
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang
memiliki subjek, objek, maupun keterangan yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu
berada di akhir kata yang dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan (,) berada
sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.
Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.
Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk
kalimat.
Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke
rumah.
Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika
petikannya berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan
langsung. Namun, jika petikan kalimat langsungnya mendahului pengujar, tanda koma
(,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip (“).
Contoh:
Melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah kuyub, ibu lantas berkata,“Kamu pasti
tidak bawa payung.”
20
“Kamu pasti tidak bawa payung,” kata ibu saat melihat Andy tiba di rumah dengan
kondisi basah kuyub.
Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.
Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di
catatan kaki.
Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 150), hlm. 20.
Contoh: Pria yang hampir berusia 80 tahun tersebut, Pak Kusnan, rutin berjalan pagi
keliling kompleks tiap harinya.
Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang
satu ini masih penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.
Contoh: Menjelang tahun ajaran baru, ibu sibuk membelikan kamu perlengkapan
sekolah: seragam, sepatu, peralatan tulis, juga tas.
Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar dan
kalimat yang diucapkan.
Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh:
Nama :
21
Alamat :
Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma
(,) di dalam kalimat. Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua penempatan
tanda koma (,) yang salah satunya bersifat lebih tinggi daripada yang lain. Contohnya
pada kalimat majemuk yang memiliki rincian di dalamnya.
Contoh: Sebelum pergi berlibur; aku sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang
dibutuhkan, mulai dari pakaian, tiket hotel, kamera, sampai peralatan mandi.
Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya
dalam kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang membaut tanda
hubung harus dicantumkan dalam sebuah kalimat.
Contoh: Riasan wajahnya begitu rapi karena di-make up langsung oleh perias
profesional.
Sepintas tanda baca yang satu ini mirip dengan tanda hubung (-), hanya saja
bentuknya lebih panjang. Namun, tentu penggunaannya berbeda. Berikut ini adalah
pemakaian dan penulisan tanda pisah (—) yang tepat dalam bahasa Indonesia. Seperti
fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai pengapit keterangan
tambahan dalam sebuah kalimat. Menjadi pengganti kata sampai atau hingga dalam
keterangan waktu.
Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia, seperti
berikut ini. Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak
22
sebenarnya. Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam
kalimat.
Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik.
Hanya saja, fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip
(“…”) yang tepat kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Dipakai untuk
mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul karangan lain yang berlum
diterbitkan.
Contoh: Pak RT menyampaikan, “Mulai bulan depan, besar iuran kebersihan akan
ditingkatkan menjadi dua kali lipat daripada semulai.”
Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring
(/) punya peran penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor surat.
Selain itu, pada dasarnya fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata tiap.
Misalnya:
23
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.Kom. sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
1). Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
jml. jumlah
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang
24
dl. dalam
No. nomor
2). Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-
menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
25
kg kilogram
kVA kilovolt-ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf
awal kapital.
Misalnya:
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
26
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan
yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan
diingat.
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua
juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang tidak memberikan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.
27
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter, tahun 1928, 5 kilogram ,17 Agustus 1945, 4 meter persegi, 1 jam 20 menit
10 liter, pukul 15.00, Rp5.000,00 , 10 persen, US$ 3,50* , 27 orang, £5,10* , ¥100,
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda
titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di
dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9
a. Bilangan utuh
28
Misalnya:
dua belas (12) , tiga puluh (30), lima ribu (5000).
2. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah (1/2), seperenam belas (1/16), tiga perempat (3/4), dua persepuluh(0,2) atau
(2/10), tiga dua pertiga (3 2/3), satu persen (1%), satu permil (1o/oo)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga), 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh), 20 15/17 (dua
puluh lima-belas pertujuh belas), 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga), 152/3
(seratus-lima-puluh-dua pertiga).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan), tahun 1950-an (tahun seribu
sembilan ratus lima puluhan), uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
29
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang
dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1)Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2)Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau
produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam
naskah dan buku.
6) Unsur Serapan
Dalam Bahasa Indonesia banyak kata yang merupakan kata serapan dari
bahasa asing. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai
berikut:
aa (Belanda) menjadi a
paal > pal
baal > bal
30
octaaf > oktaf
31
saccharin > sakarin
charisma > karisma
cholera > kolera
chromosome > kromosom
technique > teknik
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda > sabda
çastra > sastra
e tetap e
effect > efek
description > deskripsi
synthesis > sintesis
ea tetap > ea
idealist > idealis
32
habeas > habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer > stratosfer
systeem > sistem
ei tetap ei
eicosane > eikosan
eidetic > eidetik
einsteinium > einsteinium
eo tetap eo
stereo > stereo
geometry > geometri
zeolite > zeolit
eu tetap eu
neutron > neutron
eugenol > eugenol
europium > europium
f (Arab) menjadi f
faqīr > fakir
mafhum > mafhum
saf > saf
f tetap f
fanatic > fanatik
factor > faktor
fossil > fosil
gh menjadi g
sorghum > sorgum
33
gue menjadi ge
igue > ige
gigue > gige
h (Arab) menjadi h
hakim > hakim
tahmid > tahmid
ruh > roh
kh (Arab) tetap kh
khusus > khusus
akhir > akhir
ng tetap ng
contingent > kontingen
congres > kongres
linguistics > linguistik
oo (Belanda) menjadi o
komfoor > kompor
provoost > provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon > kartun
proof > pruf
pool > pul
ph menjadi f
phase > fase
physiology > fisiologi
spectograph > spektograf
ps tetap ps
pseudo > pseudo
psychiatry > psikiatri
psychic > psikis
psychosomatic > psikosomatik
pt tetap pt
35
pterosaur > pterosaur
pteridology > pteridologi
ptyalin > ptialin
q menjadi k
aquarium > akuarium
frequency > frekuensi
equator > ekuator
q (Arab) menjadi k
qalbu > kalbu
haqiqah > hakikah
haqq > hak
rh menjadi r
rhapsody > rapsodi
rhombus > rombus
rhythm > ritme
rhetoric > retorika
s (Arab) menjadi s
salj > salju
asiri > asiri
hadis > hadis
s (Arab) menjadi s
subh > subuh
musibah > musibah
khusus > khusus
t (Arab) menjadi t
ta‘ah > taat
mutlaq > mutlak
Lut > Lut
Catatan:
1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia
tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
37
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur > struktur
premature, prematuur > prematur
38