Anda di halaman 1dari 38

Ejaan

A. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan


kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya
memiliki tiga aspek yaitu:

1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan


penyusunan abjad
2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

a) FONOLOGI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah
bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:

1. Fonetik

Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.

Macam –macam fonetik :

a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ
manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa

b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka


didengarkan oleh telinga manusia

c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak
mengolah data yang masuk sebagai suara

1
2. Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang
berfungsi sebagai pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-
kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk
membedakan arti.

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena
belum mengandung arti.

Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam


rangka pembedaan makna tersebut. Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan
satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna.
Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan
dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa
Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah
tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi]
atau [provinsi] tetap sama saja.

Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena
fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem
tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain
halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a],
dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang
Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa
mereka tidak ada fonem [l].

Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain
maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.

2
b) MORFOLOGI

Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai


satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

Jenis-jenis Morfem

Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-


jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya
(Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1. Ditinjau dari Hubungannya

Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.

a. Ditinjau dari Hubungan Struktur

Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam


yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif (penggantian), dan yang
bersifat substraktif (pengurangan).

Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada
umumnya terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit.
Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.

Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau


berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh
perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam
bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf.
Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/,
/m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat
diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang
kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang
merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat
penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/
pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men.

3
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam
bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina danjantan secara
ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !

Betina Jantan Arti

/mov εs/ /mov ε/ buruk

/fos/ /fo/ palsu

/bon/ /bo/ baik

/sod/ /so/ panas

/ptit/ /pti/ kecil

Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan
akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem
jantan.

b) Ditinjau dari Hubungan Posisi

Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam
yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis morfem ini akan
jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem lainnya.

Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/.
Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.

Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/.
Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.

Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/
dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam
bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak
mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem
simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).

4
2) Ditinjau dari Distribusinya

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitumorfem
bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan
biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :bunga, cinta, sawah,
kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa,
misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang
selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang
wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah,
dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan
nama afiks atau imbuhan; dan juang, gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar
(1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada
satu bentuk lagi sepertibelia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada
bentuk muda, tua, dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti
itu dinamakanmorfem unik.

c) SINTAKSIS

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan
katatattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

STRUKTUR SINTAKSIS

Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkanpelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk


kata,dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi.
Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.

5
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis.

Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata
yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai
makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh
adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia.

Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak
mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak
dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi

FRASE

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak
berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

KLAUSA

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.


Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berungsi
sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan

KALIMAT

Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-
satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

6
B. Abjad Indonesia Menurut EYD

HuruF Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. Nama huruf disertakan di sebelahnya.

HURUF NAMA HURUF NAMA


A a a N n en
B b be O o o
C c ce P p pe
D d de Q q ki
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge T t te
H h ha U u u
I i i V v ve
J j je W w we
K k ka X x eks
L l el Y y ye
M m em Z z zet

C. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf,
yaitu a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

A Api padi lusa

e* Enak petak sore

7
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

ember pendek -

Emas kena tipe

I Itu simpan murni

O Oleh kota radio

U Ulang bumi ibu

Keterangan:

* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan
jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.

a. Diakritik (é) dilafalkan [e].

Misalnya:

 Anak-anak bermain di teras (téras).


 Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).

b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].

Misalnya:

 Kami menonton film seri (sèri).


 Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.

c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].

Misalnya:

 Pertandingan itu berakhir seri (sêri).


 Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
 Kecap (kêcap) dulu makanan itu.

8
D. Huruf Konsonan ( Huruf Mati )

Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru
mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

E. Huruf Diftong ( Huruf vocal Rangkap )

Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi
rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh :
Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.

F. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny,
dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.

G. Prinsip – Prinsip Penulisan Bahasa Indonesia


a. Penulisan Kata

Kaidah penulisan kata yang diatur dalam buku pedoman ejaan Indonesia yang
disempurnakan berjumlah 22 kaidah. Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan,
(sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru(Ejaan LBK). Ejaan
Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan
Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari
panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang
kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada tanggal 19 September 1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri


Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang
Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa
Melayu("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia.

9
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada
waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan
baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja
panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan
daripada Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak
bulan Maret 1947.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa


Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan
yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975
memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan
"Pedoman Umum Pembentukan Istilah".

Perbedaan Ejaan Lama dan Ejaan Baru

 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci


 "dj" menjadi "j": djarak → jarak
 "j" menjadi "y": sajang → sayang
 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
 "ch" menjadi "kh": achir → akhir

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

 Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
 Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.

10
 Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada
contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-"
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
 Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.


2. Penulisan kata.
3. Penulisan tanda baca.
4. Penulisan singkatan dan akronim.
5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
6. Penulisan unsur serapan.

Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan
Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.

Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan
tanda baca sesuai EYD

1) Penulisan Huruf Kapital


Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf didalam ejaan yang
disempurnakan,yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf kapital dan aturan
penulisan huruf miring.Kedua aturan tersebut akan dijelaskan pada uraian
berikut.

1. Kaidah penulisan huruf kapital

Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada pedoman umum ejaan bahasa


Indonesia yang disempurnakan masih sering diabaikan penggunaanya pada
berbagai tulisan. Kesalahan dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa
tidak mau berusaha memahmi kaidah-kaidah yang tercantum dalam pedoman
ejaan.Berikut penulisan huruf kapital yang jarang ditemukan kesalahan
penggunannya tidak perlu dibicarakan.

a. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat

Contoh: Dia mengantuk

11
b. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung

Contoh: Adik bertanya,’’kapan kita pulang?’’

Bapak menasihatkan, ‘’Berhati-hatilah,nak’’

c. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubung
dengan hal-hal keagamaan kitab suci,nama tuhan termasuk kata gantinnya.

d. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,keturunan,dan


keagamaan yang diikuti nama orang .

Contoh:Mahaputra Yamin

Sultan Hasanudin

Haji Agus Salim

Akan tetapi,perhatikan tulisan berikut :

Dia baru saja diangkat menjadi sultan .

Tahun ini ia pergi haji

e. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,suku,dan bahasa.

Contoh:bangsa Indonesia,suku,Sunda,bahasa Inggris.

f. Huruf capital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun,bulan,hari,hari


raya,dan peristiwa sejarah.

Contoh: tahun Hijriyah,bulan Agustus,,hari Galungan,hari


natal

g. Huruf capital dipakai sebagai nama khas geografi.

Contoh: Asia Tenggara,Kali Brantas,Lembah Baliem,Cirebon.

h..Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,lembaga


pemerintahan,ketatanegaraan,dan nama dokumen resmi.

Contoh: Departemen Pendidikan Nasional

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

12
2. Huruf Miring

a. Huruf Miring digunakan apabila menulis nama buku,majalah,dan surat kabar


yang dikutip dalam tulisan.

Contoh: buku Negarakertagama karangan Prapanca

Majalah Ekonomi dan Bisnis

b. Huruf miring digunakan apabila menegaskan atau mengkhususkan


huruf,bagian kata,atau kelompok kata.

Contoh: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf capital.

Buatlah kalimat dengan berlepas tangan

c. Huruf miring digunakan apabila menulis kata nama-nama ilmiah,atau


ungkapan asing,kecuali yang telah disesuaikan ejaannnya.

Contoh: weltanschauung diterjemahkan menjadi pedagang dunia

2) Penulisan kata

1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: bergeletar, dikelola [1].
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk
tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh
digunakan untuk memperjelas.
Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.

13
5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda
hubung. Contoh: non-Indonesia.
3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik
yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku),
maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
4. Gabungan kata atau kata majemuk
1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta
besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat
bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai.
Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah
lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll.
Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah
kepada si kancil.
8. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah,
apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu
seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah.
Contoh: per 1 April, per helai.
9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan
akronim.
10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.

14
 Kata turunan

Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan


penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi
tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
1. ber-an
2. di-kan dan di-i
3. diper-kan dan diper-i
4. ke-an dan ke-i
5. me-kan dan me-i
6. memper-kan dan memper-i
7. pe-an
8. per-an
9. se-an
10. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.

Awalan me-

Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:

1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- +
luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- +
baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- +
fasilitas + i → memfasilitasi.

15
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- +
datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias
→ menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom
→ mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu
→ menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan.
Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus

Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:

1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)


2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

 Konsesus Penggunaan Kata

Tiongkok dan Tionghoa

Cina adalah bentuk yang digunakan di dalam KBBI, yang menjadi salah satu sumber
rujukan di Wikipedia bahasa Indonesia. Ada imbauan untuk menghindari kata ini atas
pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan
kata "China". Ini sebuah argumen yang tidak bisa dideskripsikan dan dijelaskan
secara ilmiahbahasa, apalagi bunyi ujaran "China" - "Cina" adalah hampir sama
(China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara

16
dan hal-hal yang berhubungan dengan negara ini, misal: sejarahnya, warga negaranya,
pemerintahannya, dll.) dan Tionghoa (menunjuk pada orang-orang dari etnis ini dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya, termasuk budaya, bahasa, sastra,
kepercayaan, tradisi, masakan, nama, dll.).

Mayat dan mati

 mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat,


meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
 mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau
jenazah.

Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa

Bentuk di mana sebenarnya merupakan bentuk pertanyaan; namun dalam


perkembangannya dalam bahasa berumpun Indo-Eropa dapat digunakan untuk
menyambung dua klausa tidak sederajat.

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat tersebut, bahasa


Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris
adalah who, whom, which, atau where) atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana",
dan sebagainya). Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi
pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia.

Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata
penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan
demikian, mohon hindarilah penggunaan kata "di mana", apalagi "dimana",
termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari
struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

Contoh-contoh:

1. Dari artikel Kantin:

...kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para
pengunjung dapat makan...
Usul perbaikan: ...kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung
umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan...

17
2. Dari artikel Tegangan permukaan:

dimana:

F = gaya (newton)
L = panjang (m)
Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m),

tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai .


Di sini tampak bahwa "apabila" menggantikan posisi "di mana" (ditulis di kalimat
asli sebagai "dimana").
3. Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice...

Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja...

 Kata penghubung "sedangkan"

Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang
melibatkan kata sedangkan. Sedangkan adalah kata penghubung dua klausa berderajat
sama, sama seperti dan, atau, serta sementara. Dengan demikian secara tata bahasa
kata sedangkan tidak pernah dapat mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya
dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Posisi sedangkan yang digunakan untuk mengawali kalimat dapat diganti dengan
frasa sementara itu.

Contoh:

1. Dari harian Jawa Pos:

"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih


terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-
Banten ada 12.849."
Usulan perbaikan 1:

"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten
ada 12.849."
Usulan perbaikan 2:

18
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-
Banten ada 12.849."

3) Tanda baca

Tanda Baca seperti tanda titik (.), koma (,), tanda seru (!), dan tanda tanya (?)
pastinya sudah tidak asing bagi teman-teman. Di dalam sebuah kalimat, sangat mudah
sekali teman-teman menemukan tanda-tanda baca tersebut. Namun selain empat tanda
baca itu, ternyata masih ada beberapa tanda baca yang penting kamu ketahui penulisan
dan penggunaannya dalam sebuah kalimat.

 Tanda Titik (.)

Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat.
Menjadi penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir sebuah
kalimat. Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca titik (.) lainnya
yang harus kamu pahami. Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi.
Sebagai contoh, tanda ini ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang
terhormat, hlm. yang merupakan singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan
singkatan dari atas nama.

Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim maupun
tujuan pada surat.Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang
yang diambilnya, contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang
merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang merupakan singkatan dari sarjana
humaniora. Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan ataupun
tabel. Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang satu
dengan yang lain.

Contoh: Knight, John. 2001. Wanita Ciptaan Ajaib. Bandung: Indonesia Publishing
House.

Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun kelipatannya
dan dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan waktu.

Contoh: Saat ini, jumlah penduduk Jakarta hampir menembus 11.000.000 jiwa.

19
 Tanda Tanya (?)

Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam kalimat.
Berfungsi sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap menggantikan posisi tanda
titik (.) di akhir kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih mengarah pada kalimat pernyataan,
tanda tanya (?) cenderung mengarah pada kalimat yang bersifat pertanyaan.

 Tanda Seru (!)

Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat
adalah tanda seru (!). Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat menjadi
bersifat perintah atau seruan. Akan tetapi, penggunaan tanda seru (1) juga biasa berfungsi
untuk menegaskan, mengajak, atau memengaruhi seseorang.

 Tanda Koma (,)

Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam percakapan
ataupun kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan penulisan tanda koma (,)
yang tepat dalam bahasa Indonesia. Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang
memiliki subjek, objek, maupun keterangan yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu
berada di akhir kata yang dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan (,) berada
sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.

Contoh: Ibu membeli ayam, telur, sayuran, dan bumbu dapur di pasar.

Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului induk
kalimat.

Contoh: Karena hujan lebat dan tidak membawa payung, Rina menjadi telat pulang ke
rumah.

Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama. Jika
petikannya berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan sebelum petikan
langsung. Namun, jika petikan kalimat langsungnya mendahului pengujar, tanda koma
(,) diletakkan di akhir petikan, sebelum tanda kutip (“).

Contoh:

Melihat Andy tiba di rumah dengan kondisi basah kuyub, ibu lantas berkata,“Kamu pasti
tidak bawa payung.”

20
“Kamu pasti tidak bawa payung,” kata ibu saat melihat Andy tiba di rumah dengan
kondisi basah kuyub.

Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.

Contoh: Akhirnya, ia berhasil menjadi sarjana dan kini ia bergelar Ayuningtias, S.E.

Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.

Contoh: Christian, Diego. 2016. Kepada Gema. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada di
catatan kaki.

Contoh: Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 150), hlm. 20.

Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.

Contoh: Pria yang hampir berusia 80 tahun tersebut, Pak Kusnan, rutin berjalan pagi
keliling kompleks tiap harinya.

 Tanda Titik Dua (:)

Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang
satu ini masih penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.

Dipakai untuk membatasi antara sebuah keterangan dengan rinciannya.

Contoh: Menjelang tahun ajaran baru, ibu sibuk membelikan kamu perlengkapan
sekolah: seragam, sepatu, peralatan tulis, juga tas.

Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar dan
kalimat yang diucapkan.

Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar pustaka.

Dipakai sebagai pembatas keterangan dalam tulisan yang bersifat laporan.

Contoh:

Nama :

Tempat Tangga lahir :

21
Alamat :

 Tanda Titik Koma (;)

Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma
(,) di dalam kalimat. Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua penempatan
tanda koma (,) yang salah satunya bersifat lebih tinggi daripada yang lain. Contohnya
pada kalimat majemuk yang memiliki rincian di dalamnya.

Contoh: Sebelum pergi berlibur; aku sudah menyiapkan berbagai perlengkapan yang
dibutuhkan, mulai dari pakaian, tiket hotel, kamera, sampai peralatan mandi.

 Tanda Hubung (-)

Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya
dalam kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang membaut tanda
hubung harus dicantumkan dalam sebuah kalimat.

Dipakai sebagai penghubung antara kata-kata yang mengalami pengulangan.

Contoh: Anak-anak bermain di taman hingga menjelang senja.

Dipakai sebagai penghubung antara imbuhan Indonesia dengan kata asing.

Contoh: Riasan wajahnya begitu rapi karena di-make up langsung oleh perias
profesional.

 Tanda Pisah (—)

Sepintas tanda baca yang satu ini mirip dengan tanda hubung (-), hanya saja
bentuknya lebih panjang. Namun, tentu penggunaannya berbeda. Berikut ini adalah
pemakaian dan penulisan tanda pisah (—) yang tepat dalam bahasa Indonesia. Seperti
fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai pengapit keterangan
tambahan dalam sebuah kalimat. Menjadi pengganti kata sampai atau hingga dalam
keterangan waktu.

Contoh: Acara perpisahan pada malam itu berlangsung pukul 20.00—23.00.

 Tanda Petik (‘…’)

Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia, seperti
berikut ini. Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak

22
sebenarnya. Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam
kalimat.

 Tanda Kutip (“…”)

Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik.
Hanya saja, fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda kutip
(“…”) yang tepat kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Dipakai untuk
mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul karangan lain yang berlum
diterbitkan.

Contoh: Skripsinya berjudul “Analisis Perbandingan Dongeng-dongeng Nusantara


dengan Cerita Rakyat dari Negara Lain”.

Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.

Contoh: Pak RT menyampaikan, “Mulai bulan depan, besar iuran kebersihan akan
ditingkatkan menjadi dua kali lipat daripada semulai.”

 Tanda Garis Miring (/)

Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring
(/) punya peran penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor surat.
Selain itu, pada dasarnya fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata tiap.

4) Singkatan dan Akronim


Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

Misalnya:

A.H. Nasution Abdul Haris Nasution


H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora

23
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.Kom. sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau


organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat


PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk

1). Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

jml. jumlah
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang

24
dl. dalam
No. nomor

2). Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.

Misalnya:

dll. dan lain-lain


dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat

Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat dan kuliah.

d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-
menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:

a.n. atas nama


d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:

Cu kuprum
cm sentimeter

25
kg kilogram
kVA kilovolt-ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene

2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat izin mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf
awal kapital.
Misalnya:

Bulog Badan Urusan Logistik


Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia

c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:

pemilu pemilihan umum


iptek ilmu pengetahuan dan teknologi

26
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging

Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan
yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan
diingat.

5) Angka dan Lambang Bilangan


Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka
Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua
juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang tidak memberikan suara. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.

27
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu

3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan
waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter, tahun 1928, 5 kilogram ,17 Agustus 1945, 4 meter persegi, 1 jam 20 menit
10 liter, pukul 15.00, Rp5.000,00 , 10 persen, US$ 3,50* , 27 orang, £5,10* , ¥100,
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda
titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di
dalam tabel.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh

28
Misalnya:
dua belas (12) , tiga puluh (30), lima ribu (5000).

2. Bilangan pecahan

Misalnya:
setengah (1/2), seperenam belas (1/16), tiga perempat (3/4), dua persepuluh(0,2) atau
(2/10), tiga dua pertiga (3 2/3), satu persen (1%), satu permil (1o/oo)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.

(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang
dapat menimbulkan salah pengertian.

Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga), 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh), 20 15/17 (dua
puluh lima-belas pertujuh belas), 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga), 152/3
(seratus-lima-puluh-dua pertiga).

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
(1) pada awal abad XX (angka Romawai kapital) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
(huruf dan angka Arab) pada awal abad kedua puluh (huruf)
(2) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi) di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan
angka Arab) di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut..

Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan), tahun 1950-an (tahun seribu
sembilan ratus lima puluhan), uang 5.000-an (uang lima-ribuan)

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di
dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).

Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

29
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus
rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang
dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1)Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2)Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau
produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam
naskah dan buku.

6) Unsur Serapan

Dalam Bahasa Indonesia banyak kata yang merupakan kata serapan dari
bahasa asing. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai
berikut:

a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a


‘asr > asar
sa‘ah > saat
manfa‘ah > manfaat

‘ (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k


ra‘yah > rakyat
ma‘na > makna
ruku‘ > rukuk

aa (Belanda) menjadi a
paal > pal
baal > bal

30
octaaf > oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe > aerob
aerodinamics > aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin > hemoglobin
haematite > hematit
ai tetap ai
trailer > trailer
caisson > kaison
au tetap > au
audiogram > audiogram
autotroph > autotrof
tautomer > tautomer
hydraulic > hidraulik
caustic > kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k


calomel > kalomel
construction > konstruksi
cubic > kubik
coup > kup
classification > klasifikasi
crystal > kristal

cc di muka e dan i menjadi ks


accent > aksen
accessory > aksesori
vaccine > vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k

31
saccharin > sakarin
charisma > karisma
cholera > kolera
chromosome > kromosom
technique > teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s


echelon > eselon
machine > mesin

ch yang lafalnya c menjadi c


chip > cip
voucher > vocer
China > Cina
ck menjadi k
check > cek
ticket > tiket

ç (Sanskerta) menjadi s
çabda > sabda
çastra > sastra

d (Arab) > menjadi d


darurat > darurat
fardu > fardu
hadir > hadir

e tetap e
effect > efek
description > deskripsi
synthesis > sintesis
ea tetap > ea
idealist > idealis

32
habeas > habeas

ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer > stratosfer
systeem > sistem

ei tetap ei
eicosane > eikosan
eidetic > eidetik
einsteinium > einsteinium

eo tetap eo
stereo > stereo
geometry > geometri
zeolite > zeolit

eu tetap eu
neutron > neutron
eugenol > eugenol
europium > europium

f (Arab) menjadi f
faqīr > fakir
mafhum > mafhum
saf > saf

f tetap f
fanatic > fanatik
factor > faktor
fossil > fosil

gh menjadi g
sorghum > sorgum

33
gue menjadi ge
igue > ige
gigue > gige

h (Arab) menjadi h
hakim > hakim
tahmid > tahmid
ruh > roh

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i


iambus > iambus
ion > ion
iota > iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i


politiek > politik
riem > rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i


variety > varietas
patient > pasien
efficient > efisien

kh (Arab) tetap kh
khusus > khusus
akhir > akhir

ng tetap ng
contingent > kontingen
congres > kongres
linguistics > linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e


34
oestrogen > estrogen
oenology > enologi
foetus > fetus

oo (Belanda) menjadi o
komfoor > kompor
provoost > provos

oo (Inggris) menjadi u
cartoon > kartun
proof > pruf
pool > pul

oo (vokal ganda) tetap oo


zoology > zoologi
coordination > koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u


gouverneur > gubernur
coupon > kupon
contour > kontur

ph menjadi f
phase > fase
physiology > fisiologi
spectograph > spektograf

ps tetap ps
pseudo > pseudo
psychiatry > psikiatri
psychic > psikis
psychosomatic > psikosomatik

pt tetap pt
35
pterosaur > pterosaur
pteridology > pteridologi
ptyalin > ptialin

q menjadi k
aquarium > akuarium
frequency > frekuensi
equator > ekuator

q (Arab) menjadi k
qalbu > kalbu
haqiqah > hakikah
haqq > hak

rh menjadi r
rhapsody > rapsodi
rhombus > rombus
rhythm > ritme
rhetoric > retorika

s (Arab) menjadi s
salj > salju
asiri > asiri
hadis > hadis

s (Arab) menjadi s
subh > subuh
musibah > musibah
khusus > khusus

sch di muka vokal menjadi sk


schema > skema
36
schizophrenia > skizofrenia
scholasticism > skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s


ratio r> asio
actie > aksi
patient p> asien

t (Arab) menjadi t
ta‘ah > taat
mutlaq > mutlak
Lut > Lut

Catatan:
1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia
tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak

2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai


bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu
diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu
dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama
dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan
tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian
kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas


university, universiteit > universitas
quality, kwaliteit > kualitas

37
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur > struktur
premature, prematuur > prematur

38

Anda mungkin juga menyukai