GAS
SIFAT GAS
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari kimia, pada bab ini akan membahasa hubungan antara volume, temperatur
dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik molekular gas,
dan tidak secara langsung kimia. Namun, sifat fisik gas bergantung pada struktur molekul
gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai
molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat makroskopik pada struktur
mikroskopik.
Pada kenyataannya, gas-gas yang memenuhi kriteria seperti itu sangat jarang
ditemukan. Namun, gas nyata dapat mendekati sifat gas ideal pada tekanan yang
rendah dan suhu yang relatif tinggi.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan
memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan
memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya. Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan gas adalah manometer. Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer,
diciptakan oleh Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas. Dalam SI, satuan
gaya adalah Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-
kira sama dengan tekanan 1013 hPa..
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan ia
mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia
melakukan banyak percobaan, Boyle menggambarkan hubungan antara volume V dan
tekanan P gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan)
Hukum Boyle “Volume dari sejumlah tertentu gas pada suatu temperature berbanding
terbalik dengan tekanannya”. Robert Boyle (1627-1691)
Untuk
sistem
dengan
perubahan
P dan V ;
pada T & n
konstan
(Grafik Hukum Boyle)
Hukum Charles” Jika sejumlah tertentu gas dijaga pada tekanan konstan, volume gas
berbanding langsung dengan temperatur gas”.
e. Hukum Avogadro
Dimana 1 mol gas = 6.032 x 1023 molekul( bilangan Avogadro ). Pada keadaan standar, yaitu
pada suhu 273 K (0 oC) dan tekanan 1 atm (760 mmHg), 1 mol gas sama dengan 22,4 L
gas atau dapat ditulis:
Konsep gas adalah suatu model yang sifatnya hanya dapat didekati oleh gas – gas
nyata bila tekanannya cukup rendah dan temperaturnya cukup tinggi. Menurut hukum
Boyle, Charles – Gay Lussac dan Avogrado ternyata bahwa volume adalah fungsi dari
sejumlah mol n, tekanan p dan temperatur T.
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini dapat
digabungkan menjadi satu persamaan:
atau
R adalah tetapan baru. Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan
satu dari konstanta fundamental fisika.
R = konstanta ( dapat dihitung dalam keadaan STP );
Temperatur Standar = 273.15 K (0°C)
Tekanan Standar = 1 atm
Pada keadaan STP, 1 mol gas menempati ruang 22.414 L (Standard Molar Volume)
Dalam SI
Ptotal = P1 + P2 + P3 ... (V
dan T tetap)
sehingga
Tekanan parsial adalah tekanan yang akan diberikan oleh gas tertentu dalam
campuran seandainya gas tersebut sepenuhnya mengisi wadah. Dalton meyatakan hukum
tekanan parsial yang menyatakan tekanan total P gas sama dengan jumlah tekanan parsial
kedua gas. Jadi
tekanan partial
Dengan kata lain; Fraksi mol (X)= fraksi volume = fraksi tekanan
Untuk gas A ;
Apabila,
Maka,
i. Tekanan Uap
Tekanan uap jenuh (atau dengan singkat disebut tekanan jenuh) air disefinisikan sebagai
tekanan parsial maksimum yang dapat diberikan oleh uap air pada temperatur tertentu
dalam campuran air dan uap air. Bila terdapat lebih banyak uap air, semua air tidak dapat
bertahan di uap dan sebagian akan mengembun.
Cairan atau padatan dalam ruangan tertutup membentuk keseimbangan dengan bentuk
uapnya tekanan uap
“kecepatan molekul atau atom yang bergerak berbanding terbalik dengan massa molar
dari partikel”.
Sehingga,
1. Gas terdiri dari partikel yang disebut dengan molekul yang menyebar pada ruangnya.
Molekul gas identik sama dengan massa (m).
3. Jarak antar molekul sangat besar dan diasumsikan bahwa terjadi gaya van der waals
antar molekul sehingga molekul gas dapat bergerak bebas.
6. Energi kinetik rata-rata (½ mv2) molekul gas berbanding lurus dengan suhu mutlak
(suhu kelvin) atau dapat dikatakan bahwa energi kinetik rata-rata molekul sama dengan
suhunya.
Secara sistematis;
Ek= 3/2 kT
l. Gas Nyata
Telah dibahas bahwa gas ideal merupakan gas dengan beberapa postulat, tidak
ada gaya tarik menarik antar molekul, volume total molekulnya kecil dibandingkan
terhadap volume wadah sehingga volume total molekulnya dapat diabaikan. Oleh
karena itu gas ideal hanya merupakan gas hipotesis.
Perilaku gas yang sebenarnya (gas nyata) tidaklah sesuai dengan yang telah
dibahas, ia menyimpang dari keadaan ideal, karena adanya gaya tarik menarik antar
molekul (terutama pada tekanan tinggi) dan volume molekul-molekulnya tidak dapat
diabaikan begitu saja.
Secara teoritis gas ideal hanya anggapan saja dimana letak partikel gas sangat
berjauhan. Ternyata keadaan ideal suatu gas tergantung pada factor suhu dan tekanan.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap karakteristik gas disusun beberapa konsep yaitu;
Van Der Waals (1873) memodifikasi persamaan gas ideal untuk gas nyata. 2 faktor koreksi,
yakni:
1. Tekanan
Tekanan yang ditimbulkan oleh molekul gas pada dinding ruangan dimana ia barada
disebut tekanan termal seharusnya ditambahkan gaya kohesi yaitu gaya yang menarik
molekul-molekul yang sedang menumbuk dinding.
Koreksi Tekanan
a= gas
Tekanan konstanta
nyata<gasgas
ideal
ideal
V ideal= V eksp-nb
Excluded volume =
4 x volume molekul
Tidak ada hubungan yang jelas antara besaranB, C, D, … dengan sifat molekulernya
p. Keadaan Kritis
Suatu gas dapat dicairkan dengan menurunkan suhu dan meningkatkan tekanan. Pada
suhu rendah, molekul gas kehilangan energi kinetik. Molekul-molekul bergerak lambat
kemudian menggabungkan atraksi antara mereka dan diubah menjadi cair. Efek yang sama
diproduksi oleh kenaikan tekanan. Molekul-molekul gas mendekat dengan kompresi dan
bergabung membentuk cairan.
Andres (1869) mempelajari P - kondisi T dari beberapa pencairan gas. Dia
menetapkan bahwa untuk setiap gas pada suhu tertentu gas dapat diubah menjadi cair
tetapi di atas itu gas tidak dapat dicairkan. Suhu ini disebut suhu kritis dari gas.
Suhu kritis, Tc, gas yang dapat didefinisikan sebagai suhu yang di atas tidak bisa dicairkan
tidak bergantung seberapa besar tekanan yang diberikan.
Tekanan kritis, Pc, adalah tekanan minimum yang diperlukan untuk mencairkan gas pada
suhu kritis.
Volume kritis, Vc, adalah volume yang ditempati oleh satu mol gas pada suhu kritis dan
tekanan kritis. Tc, Pc dan Vc secara kolektif disebut konstanta kritis gas. Semua gas nyata
memiliki konstanta kritis gas.
Pada suhu kritis dan tekanan kritis, gas lebih identik dengan cairan dan dikatakan
dalam keadaan kritis. Kelancaran penggabungan dari gas dengan cairan yang disebut
sebagai keadaan kritis. Andrews menunjukkan fenomena penting dalam gas dengan
mengambil contoh karbondioksida.
Eksperimen Andrews (1869) dengan gas CO2
Cairan
Pengembunan Gas
Gas ideal Tidak dapat mengembun tidak ada gaya tarik menarik maupun tolak
menolak
Gas Nyata Dapat mengembun Terjadi pada saat gaya tarik menarik maksimum